Saat Cipta Mahendra dan istrinya sedang mendapat masalah, Awan justru sedang menikmati tidur siangnya di dalam kelas.Semalam ia bekerja hingga larut malam untuk menyelesaikan proyek yang dibawa oleh Florensia sebelumnya. Keputusan Awan untuk menerima Florensia menjadi bagian dalam timnya, sangat tepat. Karena wanita cantik berpayudara besar itu sudah membawa beberapa proyek potensial ke perusahaan barunya. Meski sebagai gantinya, Awan terpaksa harus mengorbankan waktu istirahatnya karena harus mengejar deadline agar bisa memenuhi pesanan pelanggan.Baru terlelap sebentar, istirahat Awan harus terganggu karena ada orang iseng yang sengaja melemparinya dengan bola kertas.Awalnya Awan tidak mengacuhkannya.Namun, gangguan itu datang lagi dan kali ini, gumpalan kertasnya lebih besar dari sebelumnya."Huft, gangguin saja, sih! Gak tau orang lagi tidur, apa?" Geru
Awan tidak suka dipaksa untuk sesuatu yang tidak dilakukannya. "Maaf, buk. Saya tidak bisa. Saya tidak pernah mendaftar untuk olimpiade ini dan saya tidak tahu, kenapa nama saya bisa ada di dalam daftar." "Hari ini, saya ada kegiatan lain. Jadi, maaf. Saya tidak bisa menuruti permintaan Ibuk." Bu Siti tampak kesal mendengar penolakan Awan, karena pertama kali ada siswa yang berani membantahnya. Sempat terjadi tarik ulur antara mereka. Sementara, beberapa siswa tampak memandang Awan dengan tatapan sinis. Setelah isu tentang Awan yang sempat heboh tempo hari, Awan berhasil membalikkan situasi dengan tampil lebih ber'gaya' setelah sempat menghilang selama seminggu. Hal itu membuat sebagian siswa yang pernah membencinya semakin tidak senang. "Biarin saja dia pergi, buk. Lagian apa yang bisa dilakukan tukang tidur seperti dia? Yang ada, dia malah tidur lagi nantinya." "Benar, buk. Orang seperti dia hanya jadi beban saja.
Awan masih mendumel kesal karena kejadian di kelas tadi. Ia merasa teman-temannya mengerjainya. Sahabatnya Dirga malah sudah pulang duluan tanpa memberitahunya. Ketika Awan masih menggerutu kesal, tanpa sengaja ia melihat sosok Clara yang sedang berdiri di depan gerbang sekolah dengan ekspresi kosong. Masih tampak jejak air mata di pipinya, yang menandakan kalau ia baru saja selesai menangis. Matanya bahkan masih merah. "Ada apa dengan Clara? Di mana pak Noseb? Seharusnya ia sudah menjemput Clara jam segini." Ayahnya mempekerjakan seorang supir pribadi yang khusus untuk antar jemput ibu tirinya dan juga Clara. Awan ingin mengabaikannya. Tapi, mengingat kepedulian Clara terhadap dirinya di masa lalu, Awan tidak tega untuk meninggalkan adik tirinya itu seorang diri. Apalagi, kalau sampai ada cowok iseng yang menganggunya nanti. "Clara, kamu kenapa?" "Kak-kak Awan?" Sahut Clara terkejut melihat kemunculan Awan yang tiba-tiba. Sedari tadi, pikirannya melayang jauh dan tidak menydari
Melihat kemunculan Awan bersama anak gadisnya, mata Silvi langsung berkilat marah. Silvi sangat membenci Awan. Bahkan nasib buruk yang ia terima hari ini, ia anggap karena Awan. Menurut Silvi, Awan adalah sumber kesialan. "Kenapa kamu bisa datang bersama anak haram ini?" Teriak Silvi marah. Bahkan tanpa menunggu Clara menjawab pertanyaannya, Silvi sudah bangkit dan menyerang Awan. Silvi melayangkan tamparan yang sangat jeras dengan seluruh tenaganya. Sikvi berpikir bahwa ia harus melampiaskan semua kemarahannya twrhadap Awan lewat tamparan itu dan kalau bisa membunuh Awan sekalian. "Ma, apa yang mama lakukan?" Teriak Clara terkejut dengan tindakan ekstrim mamanya. Namun, karena mamanya sudah bergerak duluan, Clara tidak bisa mencegah mamanya untuk menyerang Awan. Tepat di saat Silvi berpikir bahwa tamparannya akan mengenai Awan, orang yang ingin ia tamoar tiba-tiba menghindar.Woosh! Jika itu adalah Awan yang dulu, ketika ia masih jadi anak 'penurut', mungkin ia akan menerima t
"Lalu, bagaimana reaksinya?""Hmn, itu... dia terlihat tenang seolah tidak terjadi apa-apa.""Hah, bagaimana bisa? Bukankah kita sudah membuat jatuh keluarganya dan membuat orang tuanya bercerai? Tidak mungkin dia masih bisa tenang dalam kondisi seperti itu!"Mereka telah menyelidiki Awan dan mencari tahu setiap anggota keluarganya bahkan sampai kemampuan ekonomi mereka. Itu sebabnya, mereka langsung menargetkan bisnis orang tua Awan, dengan tujuan untuk memiskinkan Awan. Mereka bahkan memberi teror pada ibu Awan dan membuatnya berpisah dengan ayah Awan. Melalui rencana ini saja, mereka sudah berhasil membuat keluarga Awan hancur berantakan. Tidak mungkin, kejadian besar seperti ini tidak membuat Awan terguncang. Sehingga, ketika mendengar orang suruhannya mengatakan kalau Awan terlihat seolah baik-baik saja, membuatnya heran. 'Pasti ada yang salah!'Pria di seberang telpon bertanya sekali lagi, "Apa kamu sudah mencari tahu semua tentang bocah itu?"Pria tua tersebut tampak salah ti
Si tambun dan si kurus tercengang melihat mereka sudah dikepung oleh dua puluh lebih anak sekolahan. Meski siswa-siswa ini masih mengenakan pakaian sekolah, namun memiliki tampang layaknya badboy yang suka berkelahi. Sejak kapan pamor preman sudah menurun? Sampai-sampai anak sekolahan pun berani mengepung mereka. Bahkan selama perjalanan mereka dalam dunia perpremanan, mereka adalah pihak yang selalu menindas orang lain. Belum ada sejarahnya mereka ditindas, apalagi oleh anak-anak sekolahan yang seumuran dengan anak mereka.Apa mereka semudah itu ditindas?Tidak ingin harga diri mereka dipermalukan, si tambun segera menggertak sambil menunjukkan ekspresi garang, "Berani mengepung kami? Kalian sudah bosan hidup, hah? Cepat bubar atau kami akan menghajar kalian semua."Si tambun berpikir, dengan gertakan seperti itu akan dapat menakuti siswa-siswa ini. Tapi, mereka tidak tahu bahwa dua puluh lebih siswa yang mengepung mereka terdiri dari tujuh orang anggota taekwondo dan rata-rata mere
Malam harinya, Awan keluar dengan menggunakan hoodie berwarna gelap dan tudung kepala yang menutupi sebagian wajahnya. Penampilannya terlihat dingin, berbeda jauh dengan kesehariannya selama ini. Jika saja ada yang mengenal siapa Awan dan melihatnya saat ini, mereka akan mengira sedang melihat orang yang berbeda. Awan yang terlihat saat ini, sangat dingin dan mengesankan aura yang tak tersentuh. Seolah siapapun yang menyinggungnya akan berakhir dengan tragis.Awan terus berjalan ke luar komplek perumahan Nadya dan terus berjalan hingga sampai warung dekat gang sekolahnya. Jaraknyanya lumayan, lebh kurang sepuluh kilo dan menempuh waktu tiga puluh menit jalan kaki. Sebenarnya, Awan bisa saja menggunakan salah satu kendaraan koleksi Nadya. Tapi, ia lebih memilih berjalan kaki sebagai pemanasan sebelum beraksi malam ini.Di depan warung sudah menunggu Theo bersama Rinaldy dan juga Mukhtar. Melihat kemunculan Awan di kejauhan, Theo berkata, "Melihat penampilannya yang seperti ini, aku t
"Anton, kita mau ke mana?" Tanya Indah saat dirinya di ajak masuk Anton ke dalam sebuah ruko. Di dalamnya cukup terang dan banyak cowok serta beberapa cewek. Malam itu, Anton mengajak Indah keluar dan mengatakan kalau ia akan membelikannya beberapa pakaian kesukaan Indah. Hanya saja, di tengah jalan Anton mengatakan kalau ia ingin mengambil sesuatu di tempat temannya terlebih dahulu.Lalu, sampailah Indah ke ruko yang mereka masuki saat ini.Jika saja ruko tersebut sepi dan terbengkalai, Indah akan berpikiran jika Anton akan melakukan perbuatan tidak senonoh terhadap dirinya. Untung saja, saat mereka datang, ruko tersebut lumayan ramai meski di dalamnya tidak ada isi apa-apa selain orang-orang ini.Anton mengeluarkan seringai licik dan berkata, "Bukankah sudah aku katakan, kita mampir sebentar untuk bertemu temanku. Kalau kamu takut, kamu bisa menunggu di luar." Ucapan Anton terkesan baik hanya untuk menghilangkan kecurigaan Indah. Namun, saat Indah melihat cowok-cowok di sana yang
"Jadi, aku bosnya? Pemilik saham mayoritas dan nama perusahaan baru kita PT ADN, pasti inisial nama kita juga, 'kan?" Tanya Awan sambil menggoda Nadya yang sedang sibuk mendandaninya.Karena ini adalah rapat perdana yang melibatkan kekasihnya, Nadya ingin kekasihnya itu tampil dengan optimal. Namun, saat itu penampilan Awan justru tidak mencerminkan seorang eksekutif sama sekali. Karena itu, Nadya langsung Awan ke salah satu ruangan yang sudah dipersiapkan Nadya sejak lama.Itu adalah ruangan presiden direktur yang telah disiapkan Nadya untuk Awan.Selain ruang ekslusif dengan dekorasi dan interior modern, di dalamnya juga terdapat kamar khusus untuk beristirahat. Nadya bahkan juga sudah menyiapkan cukup banyak pakaian pria dan semuanya terlihat pas dengan tubuh Awan.Sepertinya, Nadya sudah hapal dengan baik ukuran tubuh Awan. Karena semua ukuran pakaian yang ada di dalam lemari memiliki ukuran yang sama.Sambil tersenyum merapikan dasi dan
"Nad, eh, maksudku Bu Nadya, anda tidak apa-apa, 'kan?” Tanya seorang pria usia tiga puluhan mengenakan setelan rapi bak seorang eksekutif menerobos masuk tidak lama setelah kepergian Dian dan yang lainnya. Dibelakangnya disusul oleh beberapa eksekutif perusahaan.Sama seperti pria yang pertama masuk, mereka semua mengkhawatirkan keselamatan Nadya akibat penyerangan sebelumnya.Ternyata, selain petugas keamanan dilumpuhkan, para eksekutif perusahaan dan karyawan yang berada di lantai atas, disekap dalam ruangan masing-masing dan tidak diperbolehkan keluar oleh belasan anggota geng.Beberapa menit yang lalu, tidak lama setelah Awan melumpuhkan para penyerang, petugas keamanan perusahaan berhasil mengendalikan situasi. Orang-orang ini baru berhasil keluar dan langsung menuju ke ruangan Nadya mengira jika para penjahat tersebut menargetkan Nadya.Namun, di antara semua orang, pria yang masuk pertama kali terlihat mencolok karena perhatiannya yang seperti sengaja ditunjukkan secara terang
"Adikku, kamu beruntung sekali dapat lencana dari jenderal besar Saka. Dengan kencana itu kamu bisa balapan di tengah kota tanpa perlu khawatir ada polisi yang berani menangkapmu." Ujar Sigit sambil tertawa."Nyiut!""Aw-aw, sakit istriku!"Tidak sampai sedetik Sigit tertawa, pinggangnya langsung terasa perih akibat cubikan sang istri yang menatapnya melotot, "Kamu itu mengajari adikmu yang tidak baik. Apa kamu tidak lihat! Di sini juga ada putri kita, bagaimana kalau dia juga mencobanya saat sudah bisa mengendumibil nanti?""Hahaha, maaf-maaf, aku hanya bercanda sayang!" Ujar Sigit meringis sambil mengelus lembut tangan istrinya agar dilepaskan.Awan dan yang lainnya ikut tertawa melihat bagaimana 'pertengkaran' romantis sepasang suami-istri tersebut.Sigit dan keluarganya masih tinggal bersama Dian Saka yang meminta ijin keluarganya untuk tinggal lebih lama di sana.Selain candaan tersebut, ternyata tujuan Sigit lainnya yaitu untuk membahas kesulitan perusahaan Awan.Setelah berbinc
"Ehm, ehmn!" Tuan besar Saka berdehem dua kalian dan sekaligus menyadarkan semua orang dari kondisi canggung yang sedang terjadi.Terutama, cucu perempuannya yang bertindak sangat nekad dengan memeluk Awan di hadapan semua orang.Meskipun Awan adalah pemuda yang sangat menjanjikan dengan segudang bakat yang sulit dicari duanya. Namun, bukan berarti cucunya dapat memeluknya begitu saja. Apalagi, ia memeluknya di depan semua orang dan terutama karena pemuda itu sendiri sudah memiliki kekasih yang saat ini berdiri tepat di samping mereka.'Situasi macam apa ini? Bahkan cucuku yang biasanya sangat tenang, sekarang justru mengambil inisiatif duluan untuk memeluk seorang pria asing?'Sebagai kakek yang melihat cucunya tumbuh sejak kecil, tuan besar Saka cukup mengenali bagaimana kepribadian cucunya tersebut. Sebagai bunga yang tumbuh dalam keluarga militer, Dian memiliki kepribadian yang keras dan disiplin. Alasan itu juga yang membuat lelaki manapun sulit untuk mendekatinya. Pernah ada se
Jay meringkuk ketakutan dan tidak berdaya saat ayahnya sendiri menamparnya berulangkali. Tidak pernah sekalipun dalam hidupnya, ayahnya menghajarnya seperti sekarang ini. Namun hari ini, ayahnya memukulnya seperti orang kesetanan dan itu semua disebabkan oleh satu orang, Awan.Meski begitu, Jay yang sedang kesakitan tidak sempat memikirkan bagaimana membalas Awan untuk sekarang. Karena ia harus meredakan amarah ayahnya terlebih dahulu.Tamparan ayahnya baru berhenti saat kakeknya memerintahkan ayahnya untuk berhenti. Itupun wajah Jay sudah membengkak dan darah keluar cukup banyak dari mulut dan hidungnya.Saat itu, Jay berpikir jika penderitaannya sudah berakhir. Tapi yang terjadi, itu justru awal dari penderitaan Jay yang sebenarnya.Saat tuan besar Harsya berkata, "Mulai hari ini, kamu akan dikirim ke Uganda selama lima tahun ke depan untuk merenungkan semua kesalahanmu. Selain itu, uang sakumu akan dipangkas sembilan puluh persen dan jika kamu masih belum berubah dan masih berkeing
"Kamu tidak salah kan, Jok? Apa semua ini benar dilakukan oleh bos Awan seorang diri?" Tanya ketua tim keamanan perusahaan terperangah pada Joko, petugas keamanan yang sebelumnya diselamatkan Awan.Bagaimana tidak? Saat ini ada belasan tim keamanan bersenjatakan lengkap dan tujuan mereka tentu saja untuk siap tempur menghadapi semua penyerang yang telah melumpuhkan mereka sebelumnya. Namun, jangankan bertarung, mereka justru hanya menemukan puluhan anggota geng yang sudah terbaring dalam keadaan tidak sadarkan diri dengan tubuh penuh luka.Namun, yang lebih terkejut justru adalah Joko dan seorang rekannya.Karena baru seperempat jam berlalu sejak Awan pergi dari pos jaga setelah menyelamatkan mereka dan ia sudah berhasil melumpuhkan semua penjahat yang menyerang perusahaan mereka. Joko dan kawan-kawannya bahkan tidak memiliki kesempatan untuk unjuk gigi.'Apa ini yang dimaksud bos waktu itu?' Bathin Joko antara percaya tidak percaya.Joko teringat ucapan Awan terakhir, "...kalian ku
Max yang sebelumnya tampak arogan, kini dibuat tercengang. Empat bawahannya yang selama ini menjadi tangan kanannya benar-benar dibuat tidak berkutik dan berlutut begitu saja di depan seorang gembel.Max sangat mengenal empat bawahannya, tidak mungkin mereka akan berlutut begitu saja di depan orang. Terlebih, mereka adalah kultivator.'Kenapa mereka begitu ketakutan di depan gembel ini?' Pikir Max bertanya-tanya.Saat itu, Max mulai curiga kalau pria yang terlihat seperti gembel itu tidaklah sesederhana penampilannya."Siapa kamu?" Tanya Max dengan suara tertahan."Oh, setelah begitu sombong dan bahkan mau melecehkan wanitaku, kamu baru bertanya siapa aku? Apa kepalamu baru saja terbentur, bung?" Balas Awan mengejek."Wanitamu? Setahuku, dia adalah wanita singel." Ujar Max hati-hati sambil melirik kesal ke arah Anton.Melihat aura Awan yang dapat mengintimidasi bawahannya, Max tidak lagi berani berbuat ceroboh. Pengalamannya selama belasan tahun di dunia hitam mengajarinya untuk berha
"Awan?" Nadya tercengang dan sampai menutup mulutnya. Ia hampir tidak percaya kalau orang yang selama ini ia tunggu-tunggu akan muncul seperti ini.Perasaan Nadya campur aduk dan sebagian besarnya didominasi oleh perasaan bahagia karena harapan terbesarnya akhirnya terkabul. Awannya telah kembali! "Bajingan! Siapa kamu? Berani-beraninya kamu menganggu kesenanganku?" Hardik Max berang.Sedikit lagi, Max hampir berhasil menyentuh Nadya dan tentu,madegan selanjutnya akan berjalan sesuai dengan keinginan Max. Namun, kedatangan orang asing yang tidak dikenalnya, membuat usahanya jadi terhenti. Lebih parahnya, orang asing yang terlihat seperti gembel tersebut malah tidak mengacuhkan kemarahan Max dan berjalan melewatinya begitu saja."Aku tidak terlambat, 'kan?" Tanya Awan pada Nadya.Nadya menggeleng dan matanya berkaca-kaca,"Kamu, kamu sangat terlambat! Kamu terlambat dua bulan satu hari tiga jam dan dua puluh tiga menit."Tanpa menghiraukan semua pasang mata yang melihat dan juga pen
"Plak!"Sebuah suara tamparan terdengar cukup keras dan sekaligus membuat semua orang menatap ke sumber suara dengan tatapan tegang.Siapa yang tidak tegang, saat seorang petinggi mafia yang paling ditakuti di kota ini di tampar oleh seorang wanita dan itu terjadi tepat di depan banyak pasang mata yang melihatnya."Na-Nadya, apa yang kamu lakukan? Cepat berlutut dan minta maaf pada tuan Max! Jika tidak, kamu akan berakhir dengan nasib tragis kalau tuan Max sampai marah." Teriak Anton ketakutan dan kesal dengan tindakan berani sepupunya tersebut.Punggung Anton terasa basah oleh keringat dingin. Tentu saja, ia sangat takut dengan kemarahan Max. Apalagi, ide untuk memperkenalkan Nadya pada Max adalah dari dirinya. Sikap lancang Nadya bisa berimbas pada dirinya. Anton tidak berani membayangkan jika Max sampai murka dan melampiaskan kemarahannya pada dirinya.Lona yang berdiri di dekat Nadya tidak kalah terkejutnya. Meski menurutnya, Max sangat pantas mendapat tamparan tersebut karena ia c