Di sinilah aku. Berada di sebuah ruangan yang sepertinya adalah sebuah kantor di masa lampau. Bersama dengan Aquilla yang sedang sibuk memperhatikanku yang berdiri kikuk di hadapannya. Pria itu menyenderkan bokongnya pada meja yang telah berjamur, kedua tangannya menyilang di dada. Benar-benar terasa seperti aku sedang diinterogasi oleh atasan karena melakukan kesalahan.
“Sejujurnya, aku juga merasa takjub dengan kecepatanmu menerima suatu hal di luar logika, seperti saat ini.” Dia membuka suara setelah sekian menit diselimuti keheningan. “Tapi itu membuatku bisa menghemat waktu untuk meyakinkanmu akan kenyataan.”
Aku hanya mengangguk dan terus menatap Aquilla yang melakukan hal yang sama denganku. Tidak ada percakapan lagi selanjutnya. Kembali diselimuti keheningan, membiarkan suara-suara alam dan desis angin menguasai indra pendengaran kami.
“Kau tahu siapa aku?”
Aku mengerjapkan mata beberapa kali karena merasa terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba yang Aquilla tanyakan. “Huh? Kau seorang Spirit Rasi Bintang, bukan? Dan aku adalah seorang Seraphie, yang telah menjalin kontrak denganmu.”
“Baguslah jika kau mengetahuinya.” Dia mengangguk-angguk dengan tatapan mata yang tak pernah lepas dariku. “Kau berbeda dari manusia-manusia lain sebelumnya.”
“Jadi maksudmu, ada beberapa Seraphie yang sukar untuk beradaptasi?” tanyaku, memberikan sebuah ekspresi terkejutku kepadanya. Sebenarnya aku tidak terlalu terkejut sih dengan kenyataan bahwa hanya aku yang sepertinya langsung menerima dan beradaptasi kehidupan baruku. Haruskah aku bersyukur? “Lalu, apakah mereka juga melupakan identitasmu sebagai seorang Spirit Rasi Bintang?”
“Tidak juga.” Dia menggeleng singkat “Kebanyakan dari mereka menolak untuk meminum darah pada saat pertama kali mereka terbangun. Menolak untuk beradaptasi dan menyerah pada monster di dalam tubuhnya.” Wajah yang sudah gelap semakin bertambah gelap. Suram, amarah, dapat kurasakan dari wajahnya yang datar itu. Dan sebuah kenyataan lain membuatku tertegun.
Dengan terbata-bata, aku bertanya. “L-lalu, apa yang terjadi jika kita menyerah pada monster di dalam tubuh kita?”
“Kau akan menjadi gila. Berubah menjadi seorang Vampir yang haus akan darah. Jiwa kosong yang mengisi ragamu itu akan hancur dengan sendirinya.” Entah bermaksud menakutiku atau tidak, Aquilla mengatakannya seolah-olah kejadian tersebut sangat menakutkan. “Dan mereka berakhir dengan jatuh yang diremukkan olehku.”
Sudah. Tubuhku merinding total ketika matanya menatapku semakin tajam. Entah dia sedang berusaha membaca pikiranku atau apa, sedari tadi dia tidak melepaskan pandangannya dariku. Berbagai jenis tatapan Spirit Rasi Bintang itu lontarkan kepadaku. Tatapan lembut, datar, penuh emosional, sayu, atau bahkan tajam penuh amarah. Dan itu membuatku gugup.
“Sekarang... apa yang harus aku pelajari?” tanyaku berusaha mengalihkan topik pembicaraan agar pandangan matanya sedikit mencair.
“Kau tidak ingin menanyakan terlebih dahulu bagaimana kau bisa berada di Dunia Ke-7? Atau sejenis pertanyaan, apa yang akan kau lakukan di sini selain berlatih menjadi seorang Seraphie?”
“Apa kau membaca pikiranku?” tanyaku ketus. Pasalnya, dua pertanyaan itu selalu melintas di pikiranku untuk beberapa saat. Aquilla tampak terdiam untuk beberapa saat sebelum akhirnya tertawa tanpa emosi. Maksudku, dia memang tertawa, tapi entah kenapa tawanya itu terasa kosong. “Jadi kau benar-benar membaca pikiranku?”
“Tentu saja tidak! Kita berbagi darah, jadi wajar saja aku bisa merasakan apa yang sedang kau rasakan. Kita berbagi pikiran, perasaan, dan juga pandangan. Mata kirimu itu adalah mataku.” Aku sontak menyentuh mata kiriku yang tertutup perban saat Aquilla menunjuknya dengan wajah penuh kesombongan, “Jadi, apa yang ingin kau tanyakan sebelum kita memulai pelatihan kita?”
Cih. Sombong sekali. “Apa yang sedang kau cari di sini? Berapa lama aku harus berada di sini?” Aku benar-benar ingin tahu kenapa aku di bawa kemari. Maksudku, jika memang ingin melatihku sebagai Seraphie, dia bisa melakukannya di dunia asalku bukan?
Aquilla terdiam untuk beberapa saat dan aku menangkap sebuah rasa keengganan untuk menjawab pertanyaanku barusan. Aku memicingkan mataku, menatapnya dengan penuh kecurigaan karena Aquilla terus terdiam hingga membuang beberapa menit berhargaku.
“Haruskah aku menjawabnya dengan tepat?” Aquilla memberiku sebuah senyuman dingin dengan keengganan yang tercetak jelas di wajahnya. Bahuku turun begitu saja, bersamaan dengan sebuah perasaan terkejut yang lebih mirip kecewa meluncur jauh hingga ke dasar kerak bumi. Di detik selanjutnya, dia kembali tertawa kosong. Mungkin sedikit terhibur karena reaksiku. “Kau tidak penasaran dengan apa yang terjadi di sini?”
“Tolong, jawab dulu pertanyaanku!” pintaku dengan suara memelas, merasa frustrasi karena percakapan yang penuh ikatan rumit ini. “Butuh berapa lama aku harus berada di sini? Aku tidak bisa berlama-lama karena dunia asalku sedang tidak baik-baik saja!”
“Kau pikir di sini sangat baik-baik saja? Perbedaan waktu Dunia Ke-7 dan Dunia Ke-8, dunia asalmu, itu cukup jauh. Satu bulan di sini adalah satu jam di sana!” Dia membentakku, bukan karena merasa jengkel dengan aku yang menyebutkan dunia asalku, tapi aku tidak tahu kenapa dia membentakku. Yang jelas, dia kemudian merasa bersalah karena menaikkan suaranya. “Dunia Ke-7 mengalami kehancuran lima puluh tahun silam. Karena Virus SARS-CoV-2 dan juga Virus Rusa Zombie yang dikembangkan di sini membuat kiamat kecil terjadi.”
Apakah aku terkejut? Tentu saja! Lima puluh tahun... aku ingin mengelaknya, membandingkan dengan dunia asalku yang setahun lalu baru mengalami pandemi virus mengerikan itu. Tapi kuurungkan begitu mengingat perbedaan waktu yang terjadi di antara dua dunia ini.
“Aku datang ke sini selain karena banyak jiwa yang harus kuambil, aku harus mencari komplotan Reptilian itu dan menghancurkan penelitian terbaru mereka.” Aquilla kembali melanjutkan. Beranjak dari posisinya dan kemudian berputar mengelilingi meja kerja tersebut. “Pemimpin Reptilian di duniamu... Wu Xiaoji mengirimkan beberapa ilmuwan komplotannya ke sini, untuk mengembangkan virus pertama kemudian vaksin itu. Hal tersebut mengakibatkan dunia ini mengalami kehancuran gelombang pertama dengan banyaknya kematian yang diakibatkan penyakit yang menyerang sistem pernapasan manusia.
“Setelahnya, kehancuran kedua terjadi ketika orang-orang disuntik vaksin. Mereka perlahan menjadi Ghoul, menyebarkan virus mereka dari gigitan jika mereka tidak memakan seluruh daging korbannya. Dan berakhir... populasi manusia terancam punah.” Dia melanjutkan dan memberiku sebuah lirikan, “Makhluk yang sama seperti yang kau hadapi sebelum bertemu dengan Wu Xiaoji.”
Mataku membulat. Terkejut dengan sebuah fakta baru yang membuat perutku melilit. “Jadi yang membunuhku saat itu, Wu Xiaoji?” Mataku semakin melebar saat mengingat sesuatu, “Lalu, bagaimana dengan teman-temanku!?”
“Mereka selamat.” Dia menjawab dengan begitu tenang dan tepat. Dia berhasil membuatku tenang dengan intonasinya yang melembut. “Begitu kau, di mata mereka, mati, aku mengulur waktu untuk mereka berempat kabur dari Wu Xiaoji.”
Aku mendesah lega. Walaupun aku telah di anggap mati bagi mereka, tapi aku bersyukur mereka bisa selamat dari cengkeraman Reptilian Tingkat Tinggi.
Suasana kembali sunyi untuk beberapa waktu sebelum akhirnya Aquilla kembali membuka suara. “Kau Seraphie sekarang ....”
“Kalau dipikir-pikir... kita belum berkenalan dengan benar. Apa kau tahu namaku? Aku hanya tahu namamu dari Seonghwa... itu pun Seonghwa mengenalkanmu sebagai ayah kami.” Aku menyengir saat dia menatapku jengkel dari balik meja ini. “Aku Yveria Andromeda, berusia enam belas tahun. Anggota Pasukan Operasi Spesial Astraudrerol.” Aku memberikan sebuah senyuman hangat kepadanya yang bergeming dengan memasang wajah kaku.
Hening untuk beberapa saat setelah perkenalan singkatku kepada Aquilla. Aku memang memanggil namanya, hanya saja aku tidak mengenal secara pasti tentang dia. Dia memang Spirit Rasi Bintang, tapi yang mana satu? Nebula saja ada empat, bisa jadi jumlah kaki tangan Nebula itu ada ratusan bukan?
“Aku Aquilla Blake, Spirit Rasi Bintang Gemini Draconis. Rasi Bintang Kembar yang bertugas mengurusi jiwa yang sudah mati, atau kehidupan setelah mati sebelum menuju ke Asgard. Wujud Representasi milikku adalah Naga.”
Tanpa sadar aku tertegun. Rasi Bintang Gemini... dia termasuk ke dalam orang-orang paling penting dan hebat di seluruh makhluk ciptaan Nebula. Aquilla adalah orang yang sangat penting, bekerja langsung di bawah Nebula Anubis, sang Nebula Kematian...
... dan aku, menjalin kontrak dengan orang hebat tersebut.
“Apa kau terkejut kali ini, Yveria? Kalau iya, sudahi keterkejutanmu itu dan kita memulai pembelajaran pertamamu sebagai seorang Seraphie!”
Rasanya aku ingin mati lagi dan mengulangi semuanya jika bisa.
To Be Continue.
Ghoul : Mayat hidup atau Roh Jahat dalam Mitologi Arab.
Tepat tengah malam, aku berada di atas bukit di sebuah padang rumput maha luas bersama dengan Seonghwa. Setelah sesi perkenalan itu, Aquilla tanpa menjelaskan apa pun lagi langsung memerintah Seonghwa untuk menjadi pemanduku dalam pelajaran pertama sebagai seorang Seraphie.“Aku sudah mendengar garis besarnya dari Aquilla tentang dunia ini,” ujarku membuka percakapan dengan kakak satu darahku yang sedang berdiri di ujung bukit kecil ini. “Jadi, kau sudah setua apa untuk menjadi seorang Seraphie?” Hening sejenak, kakak satu darahku itu tak bergeming sama sekali. Angin malam yang dingin yang tak dapat kurasakan berembus, menerbang surai hitamku dan juga Seonghwa yang masih berdiri di sana. Mendongak menatap langit yang bertabur bintang.“Empat puluh delapan tahun.” Seonghwa bersuara tanpa emosi dan tak berniat mengalihkan sed
Aku membulatkan mataku karena tak percaya dengan apa yang baru saja kudengar. Yoon Seonghwa, dengan santainya mengizinkan para perampok itu untuk bersenang-senang denganku. Amarahku mendadak menyentuh ubun-ubun. Iblis di dalam tubuhku pun meraung, merasa tidak terima dengan ucapan kakak satu darahku itu. “Yoon Seonghwa,” panggilku, merasa terkhianati dan dia tetap bergeming, bahkan dia tak menoleh kepadaku ataupun melirikku. Menyebalkan. “Ini pelatihanmu. Aku yakin kau bisa bela diri jika dilihat dari pakaianmu yang kau pakai saat pertama kali Aquilla membawamu kemari.” Akhirnya dia bersuara namun tetap saja menyebalkan di mataku. Aku mendengus kesal, mengarahkan mataku untuk melihat salah satu dari mereka, para perampok itu, mendekatiku dengan senyuman nakalnya. Mungkin pria gendut dengan tangan yang diselimuti oleh kotoran itu berpikir kalau anak perempuan
Sedikit mengentakkan kakiku dengan sengaja karena kesal, Aku melangkah menuju Aquilla. Kuharap pria tampan itu masih berada di ruangannya.Seonghwa benar-benar pergi, tanpa memberikanku sebuah kesempatan untuk menyusulnya karena rasa penasaran yang melambung tinggi ke atas langit. Alhasil, aku merasa kesal seperti seorang anak kecil yang ditinggal kakak tercintanya.Dan itu membuatku merinding.Aku terperanjat terkejut saat pintu coklat yang hendak kubuka tiba-tiba terbuka dengan sendirinya. Menampilkan wajah dingin Aquilla yang melemahkan sedikit otot wajahnya. Baru kali ini kulihat wajah terkejutnya itu.“Fajar masih lama, cepat sekali kau kembali,” ucapnya segera menutup kembali pintu coklat tersebut dan kami berdiri saling berhadapan. Sial, tinggi badanku hanya sebatas tulang selangkanya saja. Dan itu membuatku harus mendongak untuk menatap tepat di mata ungunya.
Aku melompat dan terbangun di malam berikutnya karena sebuah suara gaduh dari luar gudang ini.Sebuah gudang yang tak tersentuh oleh cahaya matahari sedikit pun dan aku memutuskan untuk tidur di sini setelah mengucapkan selamat tidur kepada Aquilla. Dan benar saja, aku membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk terpejam.Aku beranjak dari posisiku, duduk meringkuk di sudut gudang. Keluar dari tempat ini untuk memeriksa apa yang sedang terjadi di luar sana. Lorong gelap dan berbau apak. Berantakan. Kertas-kertas berjamur yang berserakan di seluruh lantai kayu yang berderit setiap kali kuinjak. Dan terkadang aku mencium aroma darah yang sudah disamarkan oleh bau jamur yang entah pusatnya di mana.Aku menengok di balik tembok berjamur dan retak, mendapati sosok Yoon Seonghwa yang sedang berhadapan dengan seorang pria yang tak kukenal di ruang terbuka di bangunan tua ini. Pria itu bersurai hitam kec
Lusinan kilometer sudah kami lewati ketiak tengah malam tiba.Melewati padang rumput, hutan kecil, dan juga reruntuhan bangunan. Aquilla membimbing kami semua menuju ke arah timur tanpa istirahat ataupun sekedar berbelok untuk berburu darah. Perjalanan kami sesekali terhenti karena pertikaian antara Jake dan Seonghwa yang selalu berakhir dengan baku hantam.Awalnya mereka saling melontarkan ejekan, kemudian memaparkan semua dosa-dosa mereka masing-masing, saling menyalahkan atas dosa tersebut, dan berakhir mereka saling berbagi bogem mentah . Aquilla sendiri hanya sesekali memberi peringatan pada mereka, tanpa berniat melerai.“Apakah kalian berdua bisa berhenti berdebat seperti itu?!” Aku bertanya untuk ke sekian kalinya. Belum genap setengah jam baru saja saling memukul, kedua kakak satu darahku itu kembali berdebat. “Terlalu banyak luka yang kalian ciptakan walaupun sembuh d
Dua hari melakukan perjalanan dengan mereka bertiga membuatku menyadari suatu hal begitu sampai di tempat yang kami tuju.Dunia ini tidak ada bedanya dengan dunia asalku.Bekas-bekas peradaban yang maju, adanya Reptilian Sangmixta, serta keegoisan manusia-manusia yang melekat sejak dilahirkan.Bahkan aku juga bertemu dengan Ghoul, makhluk yang sama seperti di duniaku. Mereka kurus kering, pucat, mata yang memutih serta mulut penuh busa dan air liur, mereka membungkuk, dan juga agresif.Satu malam sebelum akhirnya kami berhasil menapaki tanah sebuah perkemahan, sekumpulan Ghoul menghadang jalan kami. Menggeram dan berdesis kelaparan kepada kami karena mungkin mereka mengira kami adalah sekumpulan manusia bodoh yang berkeliaran pada malam hari.Tentunya kami dengan mudah mengalahkan mereka walaupun sempat menderita luka cakaran ataupun gigitan yan
Membuka mata dan sebuah pemandangan batu-batu granit tertangkap oleh mataku. Matahari belum lama ini tenggelam, membiarkan bulan dan bintang menguasai langit Kota Durham. Membiarkan makhluk nokturnal seperti kami berkeliaran menjelajahi dunia.Aku kembali teringat tentang kisah masa lalu Yoon Seonghwa dan itu membuat merinding.Yoon Seonghwa kembali tepat sebelum beberapa jam fajar tiba. Memberitahukan kepada kami bahwa ada sebuah gua yang gelap dan juga bercabang yang cocok untuk tempat kita tidur malam ini. Yoon Seonghwa bersikeras untuk tidak menguburkan diri ke dalam tanah hanya untuk tidur.Beranjak dari posisiku untuk mencari ketiga teman perjalananku. Membersihkan debu yang menempel di celana, aku melangkah menuju ke bibir gua, mendapati Aquilla berdiri di sana. Seorang diri dan tampak sedang asyik memperhatikan sesuatu di langit.“Aquilla,” panggilku namun ia teta
Kami akhirnya sampai di London di malam berikutnya. Padahal, Aquilla mengatakan hanya butuh waktu kurang lebih enam jam untuk sampai di London.Keterlambatan ini terjadi karena beberapa kali Aquilla harus mengendarai Van ini dengan kecepatan lambat bahkan terasa seperti sedang merayap. Hal tersebut dikarenakan jalan yang kami lalui dipenuhi oleh bangkai-bangkai mobil yang berserakan hingga tidak bisa dilewati begitu saja dengan kecepatan tinggi.“Yeah, aku jadi bisa membayangkan betapa hebohnya pada saat virus itu mewabah ke seluruh Inggris.” Jake berkomentar setelah ia keluar dari Van. Mata tajamnya yang berwarna emas itu menatap horizon. “Berusaha menghindari kota yang dipenuhi oleh wabah dengan mobil, bertemu dengan para Ghoul di tengah perjalanan dan berakhir menjadi mangsa. Meninggalkan onggokan besi itu seorang diri di jalanan dingin nan sepi itu.”Aku mengernyit, b
“Yoon Seonghwa!”Sang pemilik nama merespons panggilanku. Pemuda bersurai kelabu itu berbalik, sepenuhnya menghadap ke arahku. Ekspresi wajahnya mengalami banyak perubahan setelah perubahan Yoon Seonghwa menjadi vampir. Tidak ada lagi keramahan di wajah tampannya itu. Hanya ada ekspresi keras penuh amarah yang entah ditujukan kepada siapa. Dan kalau boleh jujur, itu membuatku merasa kecewa dan semakin merasakan kehilangan sesosok figur ‘kakak’ yang penyayang. “Kau sudah kembali?” Tetapi, aku masih bisa merasa bersyukur karena karakternya tidak setajam ekspresi wajahnya. Nada suaranya masih terdengar ramah, seperti biasanya. Yoon Seonghwa tidak sepenuhnya berubah, mungkin hanya ketika berhadapan denganku.Aku mengangguk singkat, melirik sebentar pada Aquilla yang kini memasuki rumah yang kami tinggali saat ini, “Bagaimana dengan pelatihanmu dengan Jake?”Ekspresi wajahnya itu semakin bervariasi. Ada perasaan jijik terpatri di sana, yang membuatku merasa bingung sekaligus mulai menum
“Memang tidak baik bagi kita untuk menunda waktu. Tetapi, keadaan memaksa kita untuk menetap di sini beberapa malam lagi.”Ucapan Aquilla di akhir rapat semalam benar-benar masih terngiang-ngiang di benakku. Bahkan aku masih dapat mengingat euforia setelah mendengar pernyataan Aquilla yang secara tersirat memberikan waktu libur kepada kami. Hal tersebut tentunya tidak dimanfaatkan dengan berleha-leha dan membuang-buang waktu untuk hal yang tidak perlu. Yoon Seonghwa kembali mengulang pelajarannya. Bukan dengan Aquilla, melainkan dengan Jake. Kakakku itu harus membiasakan diri dengan kehidupan vampir. Karena, menurut penuturan Aquilla, kehidupan dan cara bertahan hidup antara vampir dan seraphie itu beda tipis. Jake tentu saja tidak keberatan untuk mengajari Yoon Seonghwa. Meskipun terkadang mereka beradu mulut sih. Lalu, Ahin memanfaatkan waktu libur ini dengan cara mengistirahatkan tubuhnya secara total. Biar bagaimana pun, Ahin adalah seorang manusia. Meskipun ia mampu terjaga se
Seperti pada malam sebelumnya, aku terbangun begitu matahari mulai beristirahat. Senja baru saja berakhir saat aku beranjak dari atas ranjang. Aku tidak merasakan kehadiran Aquilla saat terbangun. Mungkin saja dia terbangun lebih awal dan pergi ke suatu tempat, tetapi tidak begitu jauh dari sini. Suasana yang begitu sunyi berhasil membuatku tenggelam dalam renungan. Menyelami bagian terdalam dari pikiranku sendiri, membentuk berbagai cabang yang melebar ke segala arah. Aku semakin larut dalam lamunanku tatkala aurora berwarna ungu kembali muncul di atas langit. Pancaran cahaya yang menari-nari pada lapisan ionosfer itu tampak begitu indah dan membuatku semakin larut dalam pikiran. Tetapi, penampakan cahaya berwarna ungu itu mampu membuat tubuhku tenang. Semua pikiran semrawut seperti benang kusut itu lenyap entah ke mana, menguap begitu saja bagaikan embun yang melebur ke dalam oksigen ketika mentari semakin tinggi sinarnya. “Sedang memikirkan apa?”Aku tersentak terkejut saat sebu
“Tunggu, Aquilla,” cegahku saat ujung pisau tajam itu hendak mengenai punggung Yoon Seonghwa. Hendak merobekkan lapisan kulit tersebut untuk mengeluarkan sesuatu yang tertanam di sana. “Kau yakin tidak akan membunuhnya?” tanya Jake, “Bagaimana jika dia mati saat kau berusaha mengeluarkan parasit itu? Kau tahu sendiri bukan Zhou Yanchen itu selicik apa? Bisa jadi dia sudah memperkirakan ini, lalu menanamkan parasit pada tubuh Yoon Seonghwa untuk membuat kita terpecah belah karena selisih paham.” Aquilla tampak terdiam, terus memandangi punggung Yoon Seonghwa yang telah ia robek baju pasien yang pria bersurai kelabu itu kenakan. Sesuatu dibalik kulit punggung Yoon Seonghwa terlihat bergeral acak yang membuatku ngilu. “Keberadaannya akan menjadi sebuah malapetaka jika dibiarkan terus hidup. Tetapi, kalian berdua akan menyerangku jika aku membunuhnya,” suara Aquilla terdengar dingin. Dia beranjak dari posisinya, berdiri menjulang di hadapan Yoon Seonghwa dengan tatapan dingin dan penu
Suara gesekan pedang yang beradu. Mengusik gendang telingaku, hingga membuat tubuh ringkihku terasa ngilu. Suara-suara itu memaksaku untuk terbangun dari tidur panjangku. Dengan perlahan, kelopak mataku terbuka dan berkedip beberapa kali. Semua yang kulihat buram, hanya terlihat siluet dua orang pria yang sedang beradu pedang.Aku mengedarkan pandanganku, melihat ke sekeliling. Ruangan yang digunakan sebagai arena pertempuran antara kami dengan Yoon Seonghwa, tampak berantakan seperti kapal pecah. Dinding-dindingnya retak, bahkan sudah ada lubang cukup besar di beberapa sisi, lemari, brankar, dan rak roboh, juga pecahan kaca berhamburan di lantai. Menandakan betapa dahsyatnya pertempuran antara seorang Spirit Rasi Bintang dengan Vampir yang baru terlahir. Sebuat saja Baby Vampire.Aku mengalihkan pandangan ke dekat jendela. Kulihat siluet dua lelaki dewasa tengah bertarung. Karena membelakangi cahaya, karena itu aku tidak tahu siapa mereka. Ka
Tubuhku menegang kaku ketika sesosok pria yang sangat kukenali tersebut, muncul dari balik gordeng yang tersingkap.Tubuh tinggi yang terlihat semakin kurus, namun tidak sekurus para ghoul di luar sana. Surai kelabunya terlihat lepek, sepertinya sempat basah karena keringat. Juga ... entah kenapa aku merasa merinding hanya karena kehadiran sesosok Yoon Seonghwa tersebut.Ada yang tidak beres dengan kakak satu darahku tersebut.Jake merangsek maju, tanpa sadar menabrak bahuku, karena saking antusiasnya dia untuk bertemu dengan Yoon Seonghwa. “Yoon Seonghwa, sialan! Kau membuatku kerepotan! Kau tiba-tiba menghilang bagaikan ditelan oleh bumi dan—“Aku mengernyitkan dahi ketika menyadari jika Jake tiba-tiba saja terdiam. Vampir berusia 65 tahun itu tadinya terlihat senang dengan mata polos bak anak kecil. Walau Jake telah hidup sebagai vampir selama 65 tahun, di dunia manusia, umurnya seperti pria 20 tahun
Aku memandang ragu pada Aquilla yang tampak menyetujui rencana yang kuucapkan tersebut.“Kau yakin menggunakan cara ini? Aku saja ketika memainkan gamenya selalu gagal dan berakhir aku menangis karena takut,” ujarku kembali menanyakan keputusan Aquilla tentang rencanaku.Rencanaku adalah, untuk mengalahkan makhluk yang disenjatai wolverine claws itu, kita harus melumpuhkan parasit di punggungnya. Karena bentuknya yang hampir sama seperti pada sebuah video game yang kumainkan di sela latihan militer.“Dan jika kelemahannya bukan pada punggungnya, kita tinggal memenggalkan kepalanya, bukan?” Aquilla terlihat tersenyum miring, mengejekku yang meragukan keputusannya, “Atau begini saja. Kamu yang bertugas untuk menembakinya, dan aku menggunakan pedangku untuk memenggal kepalanya.”“Bagaimana jika kulit kepala itu keras seperti cangkang kura-kura?” tanyaku merasa tidak mau kalah karena di
Perbincangan kami yang sebenarnya tidak begitu masuk di akal tersebut, berakhir begitu saja ketika terdengar suara desisan yang selalu dikeluarkan oleh ghoul muncul di sekitar kami. Alhasil, Aquilla bergegas bangkit dari duduknya, mempersiapkan senjata api laras panjangnya kemudian menembaki ghoul tersebut yang muncul di pintu masuk ruangan ini.Entah bisa kusebut sebagai keberuntungan atau bukan, namun yang pasti, aku bisa terhindar dari percakapan serius serta kemesraan yang baru pertama kali kurasakan tersebut.Aku tidak pernah berpacaran sebelumnya. Aku terlalu sibuk memikirkan cara bertahan hidup di Keluarga Andromeda, kemudian begitu memutuskan keluar dari keluarga tersebut dan memasuki Keluarga Ellias, aku langsung mendaftarkan diri sebagai prajurit cilik militer Erythroupoli. Dan selama masa pelatihan pun, aku lebih memilih disibukkan untuk mendapatkan nilai terbaik selama pelatihan. Hal tersebut membuatku tidak bisa berintera
Rasanya aku pernah merasakan perasaan ini. Rasa nyaman ketika tidur terasa nyenyak itu benar-benar membuatku enggan untuk membuka mata. Kehangatan bercampur rasa dingin yang entah kenapa terasa tidak asing ini, melingkupi seluruh tubuhku. Rasa pegal yang disebabkan oleh posisi tidur yang kurang nyaman juga terasa.Kemudian, beban berat terasa di puncak kepalaku. Menjadikannya sebagai tempat peristirahatannya. Perasaan tidak nyaman kemudian menderaku, menyebabkan rasa kantuk yang perlahan hilang dan membuat kedua mataku terbuka. Pemandangan pertama yang kulihat adalah dada seseorang. Aku tidak lagi terkejut ketika melihat hal tersebut. Kali ini aku mengingatnya. Aku tidur di pangkuan Aquilla setelah semalaman menjelajahi bangunan rumah sakit yang entah seberapa luasnya itu.Tak ingin membuat tubuh Aquilla semakin kesakitan, walaupun aku tahu itu adalah sebuah kemustahilan, aku bergegas beranjak dari posisiku walaupun masih berada dalam pelukan