Semua mata menoleh ke asal suara. Langit dan Erik sama-sama menoleh. Tidak jauh di depan mereka, seorang gadis cantik seusia mereka, berpakaian kemeja dan jeans, berambut pendek seperti seorang pria, sedang berkacak pinggang. Wajahnya yang cantik nan bening nampak ketus dan terlihat ditekuk berlipat-lipat. "Rosa! Apa yang kamu lakukan? Sudahlah, jangan buat masalah! Ini tidak seberapa!" Ibu kantin berteriak mencegah. Menarik Rosa supaya mundur. Namun gadis yang terlihat tomboy ini nampak tidak bergeming. Matanya yang bening menatap tajam ke arah Langit. "Hei, siapa kamu? Berani betul kamu bicara seperti itu kepada Bos kami!?" tegur Erik tidak senang. "Maaf, nak Erik, ini adalah Rosa anak saya, dia baru saja datang dari luar Pulau, dia tidak mengerti dan tidak tahu apa-apa. Mohon anggap ini hanya sebuah kesalahfahaman saja!" Ibu Kantin dengan gugup menerangkan. "Bu Kantin, saya yang akan mengganti segala kerugiannya, jadi anda tidak perlu khawatir! Suruh anak anda untuk berlaku s
Tiga hari setelah kejadian meyebalkan di Cafetaria, Langit sengaja tidak masuk kuliah. Bukan karena dia tidak mau datang ke sana dan malas bertemu dengan gadis galak itu, namun lebih disebabkan dia sedang mencari berita dan tentang Dewi. Karena sejak peristiwa malam itu di Hotel mewah tersebut, Dewi seolah hilang seperti ditelan bumi. Bahkan menurut beberapa informasi yang dia dengar, Dewi sudah beberapa hari ini tidak masuk Kuliah. Dan selama tiga hari ini Langit sengaja mencari Dewi ke setiap tempat yang biasanya selalu menjadi area hang out dan kumpulnya para gadis-gadis sosialita di Kampusnya. Namun dia berusaha mendapatkan informasi dan mencari keberadaan Dewi secara senyap dan hati-hati, dia tidak menginginkan adanya kehebohan yang akan sampai ke telinga para Paparazi kampus, yang kemudian menggorengnya menjadi sebuah hot news yang tidak benar dan menyesatkan, seperti menuduhnya yang tidak-tidak. Langit menyukai Dewi, tapi tidak secara spesifik dan mendalam. Dia menganggap Dew
Langit mendapatkan dua kabar yang sangat tidak nyaman pagi ini. Padahal dia baru saja sampai di kelasnya. Pertama, Langit mendengar bahwa ada seorang mahasiswa tingkat tiga yang ditemukan tewas terbunuh di Toilet kampus, dengan pisau belati yang tertancap tepat di jantungnya! Korban ditemukan tadi pagi oleh petugas kebersihan yang hendak membersihkan toilet! Berbagai asumsi dan opini liar langsung bermunculan. Sebagian besar mengatakan pemuda ini adalah korban pembunuhan, namun sebagian lagi mengatakan bahwa dia mati bunuh diri! Langit mengerutkan keningnya berkali-kali. Kali ini korbannya adalah pemuda, salah satu mahasiswa penghuni kampus ini. Satu angkatan dengannya. Dan ini membuatnya menjadi sedikit bingung. Apakah ini ada hubungannya dengan gadis pucat bergaun merah yang selama ini selalu muncul dan menghantui para penghuni kampus? Lantas, kenapa sekarang yang menjadi korbannya adalah seorang pria? Bukankah selama ini sosok itu hanya mengincar wanita? Langit pernah mendengar
Sebuah bangunan bekas pabrik dengan tinggi sekitar dua puluh meter berwarna cat biru yang kusam, berdiri tegak di sebuah area tanah lapang. Di sekelilingnya banyak ditumbuhi rumput-rumput liar. Seklias, nampak sekali bahwa bangunan bekas pabrik tersebut sudah lama tidak terpakai, dan tidak beroperasi. Namun beberapa puluh motor besar yang nampak terparkir, berjajar persis di depan bangunan pabrik, menandakan bahwa tempat itu masih memiliki aura kehidupan. Bahkan suara gaduh di dalamnya terdengar sampai ke luar. Suara hingar-bingar musik Metal di selingi dengan tawa keras yang ada di dalam, cukup membuat bising siapapun yang sengaja melewati tempat itu. Posisi bangunan itu sangat terpencil, jauh dari jalan raya dan pemukiman, tepat berada di sekitaran tanah lapang, dipinggir jalan tol. Hanya jalan setapak tanah merah seukuran satu setengah meter yang bisa mencapai tempat itu, karena di kanan kiri yang lapang ditumbuhi ilalang setinggi perut. Dan sudah jelas, siapapun yang tidak punya
Langit menghentikan gerakannya. Matanya melihat ke arah sumber suara. Seorang pemuda berbadan atletis, berparas gagah, dengan potongan rambut mohawk berkaca mata hitam, dengan stelan jeans dan jaket kulit berduri di pundaknya, nampak berdiri dengan angkuh di depan pintu. Di belakangnya ikut berdiri banyak orang mengenakan jaket yang sama. Entah berapa orang, yang jelas ketika dia dan seluruh anak buahnya masuk ke ruangan luas tersebut, hampir sepertiga ruangan itu terisi penuh oleh kelompok orang-orang berjaket ini! Mereka adalah Black Samurai dengan kekuatan penuh, dengan Andre 'sang Ketua Genk' berada tepat di depannya! "Hmm, lama tidak jumpa, akhirnya kamu berani juga datang kemari!" ujar Andre berjalan menghampiri Langit, membuka kaca-matanya. Menatap Langit dengan tajam. Sekilas dia melihat puluhan anak buahnya yang terkapar dan bergelimpangan di sekitar ruangan. Beberapa nampak masih bergulingan menahan sakit. Sisa anak buah yang masih berdiri, langsung menghela napas lega,
"Ayo semuanya... Kita serang lagi secara bersama-sama! Dia pasti kalah hari ini!" ujar seseorang, salah satu dari lima ketua Divisi Black Samurai, Navis. Sosok jangkung berambut gondrong dengan wajah tirus dan ada bekas luka di pipi kirinya. Dia adalah Ketua Divisi Pertama Black Samurai. "Ayo semuanya serang!" pekik seseorang ikut menyemangati. Bersamaan dengan itu ketiga puluh orang anggota Black Samurai yang tersisa langsung menerjang ke depan. Mereka seperti mendapat tenaga baru dengan hadirnya Lima Ketua Divisi yang kini ikut turun ke arena pertempuran! "Baiklah, kita selesaikan sekarang juga!" jawab Langit. Tubuhnya kembali berkelebat dengan cepat, siap mencari mangsa baru! Beberapa orang anggota Balck Samurai kembali menjadi korban. Mereka kembali berterbangan bagai daun kering yang tertiup angin. Langit seolah tidak memiliki rasa lelah, gerakannya tetap cepat dan sangat berbahaya. Tinjunya bagai hantaman ombak yang sangat keras dan kuat! "Sekarang saatnya kamu mati, Lang
Di depan pintu gerbang yang sudah rubuh, berdiri beberapa orang yang hampir semua di kenalnya. Mereka semuanya bergegas menghampiri Langit yang masih dalam posisi mengangkat tubuh Andre di dinding. "Langit, sudah cukup! Kumohon, lepaskan Andre, dia adalah kakak sepupuku! Kamu, kamu tidak boleh membunuhnya!" Audrey berteriak sambil terisak. Berdiri di sampingnya, Angeline, Gavin, Erik, Lucas dan beberapa temannya. Menatap Langit dengan pandangan takut dan khawatir. "Gila, orang ini jelas bukan manusia, seluruh anggota Black Samurai dibantai habis tidak bersisa!" Lucas berbisik ngeri. Tubuhnya gemetar seketika. "Sebaiknya kamu segera meminta maaf, atau kamu pun akan berakhir seperti mereka, bukankah kamu juga dulu pernah membully dia?" bisik Erik setengah mengingatkan. "K.. Kau benar. Aku pasti akan minta maaf, aku tidak mau mengambil resiko menghancurkan hidupku untuk berseberangan dengan dia!" jawab Lucas menggigit bibirnya. Nyalinya sudah terbang melihat pemandangan yang menge
Langit membuka matanya. Dia berada di bangsal rumah sakit dengan peralatan yang serba modern. Dengan ranjang otomatis yang biss dilipat dan ditekuk. Berbagai peralatan canggih seperti Monitor Bad, Panel Oksigen dan Nurse Call nampak terlihat di sana. Ruangan VIP yang cukup luas itu di lengkapi juga dengan sofa dan meja makan kecil, beserta klukas dan sebuah televisi LED 42 inch. Nyaris seperti kamar hotel mewah. Langit mendapati dirinya sendirian saat ini, dengan sebelah bahunya penuh oleh perban. Dia merasakan agak sakit di bahunya. Dia tidak ingat bagaimana dia sudah ada di sini. Karena setahu dia, Audrey yang membawanya naik mobil. Sesudah itu dia tidak ingat apa-apa lagi. karena dia keburu tidak sadarkan diri di perjalanan. Langit merasakan badannya mulai sedikit agak nyaman. Tanpa sadar tangan kanannya bergerak, karena dia merasa sedang menggenggam sesuatu. Langit sedikit terkejut, karena kotak emas itu sudah berada dalam genggaman tangan kanannya. Dia mengangkat tangannya, d
Gurick segera melompat dengan cepat dari bukit kecil tersebut, langkah kakinya yang ringan menjadikan dia terlihat seperti tidak sedang menapak tanah. Di tangan kanannya tergenggam sebilah Pentungan sepanjang satu meter berbentuk gada dengan ujung bulat, dipenuhi dengan duri yang runcing. Gada berduri terbuat dari batu Pualam Stalaktit tersebut merupakan senjata andalan dari Jenderal Gurick, salah satu Jenderal Goblin terkuat. "Tuan, biar aku yang hadapi dia!" Bullock bersiap dengan kuda-kudanya. "Tidak Bullock, mundurlah! Dia tidak seperti yang kau kira! Kekuatannya, jauh berada di atasmu!" Langit mencegah sambil bergerak cepat mendahului Bullock. Sekilas saja dia sudah bisa menakar dan mengetahui Kekuatan dari Jenderal Goblin satu ini. Setidaknya, dia sudah berada di Ranah Alam Master! "Tuan, tapi.... " "Bullock, dengarkan saja apa kata Tuan Langit! Apa kau tidak merasakan Aura Kuat dari Goblun itu?" David Huang ikut mengingatkan. "Tapi, apa kita harus berpangku tangan
Tiga sosok itu nampak memandang tajam ke arah Langit dan Kawan-kawan. Mata mereka yang besar seperti ingin meloncat keluar. Sepasang taring terselip di sela-sela bibirnya. Denga telinga mereka yang lanncio dan muka mereka yang lonjong dan agak panjang mirip seperti tokoh-tokoh monster fiksi di film kolosal. Dan wajah mereka terlihat marah! "Tuan.... Kemungkinan mereka adalah pemimpin dari para Goblin ini, sebaiknya kita harus lebih berhati-hati agar tidak ditangkap oleh mereka!" ujar Marcella mengingatkan. "Memang kenapa kalau sampai di tangkap oleh mereka? Apa mereka akan menyiksa kita?" tanya Mei Hua penasaran. "Tidak, mereka tidak menyiksa, mereka hanya akan... Menjadikan kita Makan malam!" "Aa..Apa...!?" "Yang benar saja! Kenapa kita bertemu mahluk seperti ini lagi?" "Bukankah aku pernah bilang bahwa mereka adalah Mahluk pemakan segala, termasuk Manusia!" "Hiiiyy... Apa kamu pernah bilang begitu sebelumnya? Bukankah itu hanya berlaku pada Kumpulan Monyet..." "Mer
Seiring Kabut yang meluruh turun ke dataran Padang Batu di sekitar Gua, Langit merasakan ada Aura penampakan sosok-sosok yang bermunculan dari segala arah, mereka terlihat seperti Siluet yang bergerak di antara Kabut. Sosok-sosok bertubuh pendek namun lebar dan gempal, berdatangan dari segala arah, seperti hendak mengepung meereka. Langit memperkirakan jumlah mereka semua lebih dari pada seratus orang! "Tu.. Tuaaannn.... " "Tetap tenang dan waspada! iSepertinya kita sudah mulai!" Langit memberi isyarat. "Ta.. Tapi Tuan... Aku merasakam malas dan segan untuk melawan mereka, aku.... Aku...." David Huang merasakan Kepalanya berputar hebat. "A... Aku ju... Juga...."Dakhor ikut menimpali. Bukan cuma mereka berdua, hampir semua orang ikut merasakan hal yang sama. Merasakan pusing luar biasa, seiring dengan Kabut Asap yamg terus meluruh turun menuju Bumi. Semuanya merasakan pandangan mereka mulai berbayang, terasa berat dan kabur. "Kenapa ini? Ada apa dengan kalian? Apakah ini karen
"Gila, tidak. bisa ku percaya! Apa yang terjadi sebenarnya?" "Kenapa mesti di pertanyakan lagi kakak? Bahkan sekelas Arson, Pemimpin Utama para Elf di Hutan Larangan berhasil di kalahkannya. Benar kata Tuan Muda Veganza, ini sungguh sangat menarik!" Aurora tersenyum senang. Veganza ikut menganggukan kepalanya. Dia ikut tersenyum menanggapi. "Hei, jangan lupa taruhan kita! Apa kamu sengaja pura-pura tidak mengetahuinya?" Nebula mengingatkan. *Iya, berisik! Aku tidak akan lupa, nanti akan aku ganti dengan Black Diamond Lizard, apa itu cukup membuatmu senang adikku yang cerewet?" "Hmm, padahal aku ingin kamu jadi pelayanku! Tapi baiklah, itu tidak buruk. Aku akan menerimanya!" Nebula mengangkat bahunya. "Huh, pura-pura tidak butuh, padahal kamu sangat menginginkannya!" "Sudah ku bilang jangan mengganggu Tuan Veganza dengan permainan bodoh kalian! Tuan Veganza, apa kamu tidak sebaiknya menghukum mereka berdua?" tanya Andromeda sambil mendelik kesal. "Hehe, tidak perlu, mereka suda
Dari tangan Arson keluar lingkaran Api berwarna biru disertai dengan Petir yang berputar menyemuti seluruh tubuhnya. Seperti layaknya Tornado yang mengeluarkan hawa panas, menggulung dengan cepat lalu melesat keluar memapaki serangan ke tujuh Hewan Buas itu, dan mengenai mereka semuanya dengan telak! Ketujuh Sabbertooh Unicorn itu meraung panjang seperti kesakitan, ketika tubuh mereka dihantam dan tersengat oleh Tornado Api Petir berkekuatan besar tersebut. Mereka terlempar dengan keras, dan terpelanting ke segala arah, terkena serangan hebat dan dahsyat milik Arson. Semua terkejut melihatnya! Mereka baru pertama kali melihat sebuah pemandangan yang hebat seperti ini. Sungguh kemampuan yang dahsyat luar biasa! "Gila! Apa dia seorang manusia!? Orang ini bisa mengeluarkan Api dan Petir sekaligus!""Dia bukan manusia, dia adalah Elf! Bukannya kalian tadi sudah di beri tahu?""Inikah kekuatan dari para Peri? Sungguh mengerikan!""Ya, kekuatan yang bahkan bisa setara dengan Bom, kuras
"Hei, apa yang mereka lakukan? Kenapa mereka malah turun tangan tanpa Persetujuan kita!?" Veganza terkejut. Dia tidak menyangka bahwa para Penguasa Hutan Larangan hadir tanpa pemberitahuannya. "Bukankah Aurora yang memutuskan untuk melepas Macan-macan itu sebelumnya? Betul demikian?" seseorang bertanya dengan tegas. Ketiganya serentak menoleh. Sosok gagah dan tampan berpakaian ala Bangsawan berwarna Hitam-hitam, berjalan dengan langkah tegas menghampiri mereka Andromeda! "Ouww, ada apa dengan kakak kita ini? Bukannya kamu sedang bersama Tuan Muda Ancelot untuk mengurus sesuatu?" Aurora terkejut sambil balik bertanya. "Iya, tapi aku tidak tenang dengan kalian yang selalu mengganggu Tuan Muda Veganza! Lagi pula Tuan Muda Ancelot sekarang sedang kedatangan Tetua Lord Cyrus di Kediamannya. Apa sebenarnya yang sudah kamu lakukan Aurora? Bukankah ini melanggar aturan?" Andromeda segera duduk di sebelah Veganza. "Aurora tidak salah, aku memang yang sengaja memerintahkan dia untuk b
"Siapa kamu manusia? Sepertinya kamu bisa mengerti Bahasa kami!? Sebaiknya lepaskan ikatan Kuasa mu pada Ketujuh Hewan ini. Karena mereka adalah Tujuh Pemimpin dari Tujuh Klan Raja Harimau yang menjaga dan melindungi hampir keseluruhan dari Hutan Larangan ini. Jika kamu ingin selamat, sebaiknya lepaskan mereka segera!" ujar seseorang dari mereka. Seorang pria gagah dan tampan dengan wajah klimis berambut pirang panjang yang di ikat rapi sampai ke punggung, Bertubuh tinggi tegap dengan Out fit Kebesaran berhiaskan Mutiara, Zamrud dan Intan di setiap sisi baju jubah merahnya. Pakaiannya sendiri terbuat dari Sutera yang terlihat mewah, menambah Elegan dan Agung penampilannya. Sebab Mahkota Kecil nampak bertengger di kepalanya. Sementara di sisi kiri dan kanannya berjajar masing-masing tiga orang dengan pakaian dan jubah yang hampir sama mewahnya, namun berlainan warna. Mereka adalah Tiga Wanita yang terlihat sangat cantik seperti boneka dan empat laki-laki yang juga terlihat sangat ta
"Selamat malam Tetua Lord Cyrus., Terima kasih sudah menyempatkan datang kemari. Mohon maaf jika saya sudah merepotkan anda! " Anceelot menjura hormat. Di hadapannya hadir seorang pria setengah baya nerrubuh tinggi tegap dengan Jubah Putih besar yang menyelimuti hampir seluruh tubuhnya. Rambutnya yang panjang sebahu dan sudah mulai beruban, nampak diikat rapi ke belakang. Sebuah Ring berwarna Emas tanda seorang Lord memghiasi Kepalanya Wajahnya yang bulat telur dengan sepasang mata yang kecil namun tajam, berhidung lancip hanya tersenyum tipis menanggapi mukadimah pendek yang disampaikan oleh Ancelot. "Aku langsung saja pada topik, anakku. Aku mulai khawatir dengan segala perkembangan yang ada hari kemarin, hari ini, dan juga hari kedepannya. Apakah ada yang bisa kamu jelaskan kepadaku?" Lord Cyrus duduk di sebuah Kursi Kayu mewah berukir Lambang kebesaran Akademi. "Mengenai itu, besok baru akan saya sampaikan pada Pertemuan dengan Para Tetua dan Mentor terpilih...""Kamu harus cer
"Bullock, kamu tidak apa-apa?" Maecella berteriak khawatir. Dia tidak memungkiri, dia begitu mencemaskan 'teman dekatnya' ini.Bullock saat ini tengah berjibaku dengan dua dari Lima Sabbertooh bertanduk seukuran Kerbau besar itu dengan mengandalkan kecepatan dan Tinju Jarak Jauhnya yang kuat. Dua kali Tinju Jarak jauhnya di arahkan pada kawanan Macan Besar bertaring Pedang itu dengan harapan bisa melumpuhkan mereka. Namun Bullock tidak menduga sama sekali ketika mereka berhasil menghindar dari Tinju andalan miliknya. Bahkan Macan itu seperti memiliki insting dan naluri yang kuat, Mereka langsung menyebar ke dua sisi, mengurung dan mengapit Bullock dari dua arah, lalu melakukan serangan dengan cepat, membuat Bullock urung melakukan serangan, dan memilih menghindari mereka dengan bergulingan di tanah!Dua ekor Macan itu terus memburunya, membuatnya harus jatuh bangun menghindari mereka. Bullock mau tidak mau harus bertindak lebih cepat, hingga akhirnya dia memutuskan untuk menghadapi