"Semuanya, jangan ada yang bergerak! Tangan di atas! Kalau kalian melawan, kami tidak akan segan-segan untuk berlaku kasar kepada kalian!" teriak seseorang, diiringi dengan beberapa puluh orang aparat berpakaian seragam yang tiba-tiba saja masuk ke tengah kerumunan anak buah Andre Cs. "Hahaha, tangkap mereka semua pak! Mereka sudah berani bikin onar di tempat kami dan membuat pengrusakan yang mengakibatkan Agenda Pernikahan kami menjadi kacau dan gagal! Pastikan mereka semuanya mendapatkan ganjaran yang setimpal!" Vendra tertawa penuh kemenangan. Sementara puluhan aparat berwajib itu segera bergerak menahan semuanya termasuk Langit. "Tunggu! Ini tidak benar sama sekali! Kami tidak melakukan apapun juga! Kami datang kesini hanya menyambangi teman kami saja! Kalian tidak berhak untuk memperlakukan kami aeperti ini!" Gavin berontak ketika para aparat itu mulai meringkus mereka satu per satu. "Dasae pembohong! Gelandang mereka semua ke Kantor Polisi sekarang juga! Biar mereka merasa
Vendra Cs tiba-tiba saja dibuat kaget untuk kedua kalinya. Pertama mereka kaget dengan kekalahan hampir tiga puluh orang aparat yang di hajar habis-habisan oleh lima orang hitam besar anak buah Langit, kedua mereka lebih kaget lagi ketika Mayor Darja langsung memberi perintah kepada seluruh anak buahnya untuk mundur dan segera bergegas pergi dari tempat itu. Bahkan beberapa aparat yang tidak sanggup untuk berjalan, dibantu dan dipapah oleh beberapa temannya. Sementara paras sang Mayor nampak terlihat pucat ketakutan, seolah dia telah hilang semangat, seperti layaknya seorang petarung yang menyerah sebelum akhir pertandingan. "Hei, ada apa ini? Pak Polisi kenapa anda pada pergi semuanya?" Brata berteriak keheranan. Mayor Darja hanya melihat seklias. Lalu tanpa berkata apa-apa dia langsung pergi dari sana bersama anak-anak buahnya. Meninggalkan semua yang tidak berhenti terkejut, meninggalkan para 'Perusuh' yang sebelumnya hanya bisa diam dan pasrah, seolah membebaskan mereka tanpa
Semua nya seperti tersihir dengan ucapan Langit yang lantang dan menggelegar. Mereka seolah baru saja mendengar suara Petir yang begitu keras, hingga membuat semua orang terkejut dan diam ditempat. "Siapa orang ini? Tenaga dalamnya sungguh tidak wajar!" bisik Biden pada rekannya. Soca hanya bisa terdiam. Pikirannya mulai berkecamuk. Dia merasakan hal yang sama dengan Biden. Hatinya agak sedikit bergetar. Pemuda yang tiba-tiba muncul dengan teriakan kerasnya ini memiliki kekuatan aura tenaga dalam yang tidak sembarangan! "Sudahlah, tidak perlu takut, bos besar sedang menuju kemari. Sekuat apapun dia, kita masih punya Bos yang Super Hebat!" bisik Soca meredam suasana. "Ada apa dengan kalian sebenarnya? Apa kalian mau saling bunuh satu sama lain? Apa yang kalian perebutkan? Aku berada di sini sebenarnya karena ingin menolong adikku! Bukan untuk membuat onar, apa lagi sampai melakukan hal yang anarkis yang merugikan semua orang! Jika ada yang merasa di rugikan, baik itu dari pihak
"Aku tidak akan pernah takut denganmu! Soca, Biden hajar dia! Buat dia jadi makanan anjing, sekarang juga!" teriak Vendra berteriak keras. "Siap bos!" Soca dan Biden segera bergerak. Mereka menghampiri Langit yang nampak menunggu di depan sana. "Kenapa aku merasa, pemuda ini terlihat kuat sekali?" bisik Biden. "Kamu gak perlu khawatir, kita bukan anak kemarin sore! Dengan kerja sama kita berdua, aku yakin kita bisa mengalahkannya! Belum lagi anak buah kita pasti akan selalu mendukung kita! Yang harus kita lakukan sekarang adalah meringkusnya dengan cepat!" Soca memberi motivasi. "Baiklah, aku mengerti. Semoga saja kamu benar!" "Hei, tentu saja aku benar! Lihatlah, dia cuma bocah kemarin sore, kita gak perlu takut sama dia!" "Ya, baiklah. Kamu serang dari sebelah kanan, aku sebelah kiri!" Biden berbisik memberi instruksi. Semua orang menunggu dengan harap-harap cemas. Pertarungan pembukaan dua lawan satu sepertinya akan segera di mulai. "Apa kita akan diam saja m
"Ya Tuhan! Ada apa ini sebenarnya? Bagiamana bisa seorang Raja Bawah Tanah seperti Ares tunduk pada Pemuda dikenal itu?" Jendri Lau kembali terkaget-kaget melihatnya. Begitu juga dengan hampir seluruh manusia yang ada di sana. Mereka memandang takjub dan tidak percaya bahwa sekelas Ares Sang Raja Dunia Bawah Tanah bisa tunduk pada seorang pemuda macam Langit. "Aku tidak percaya, tapi ini kenyataan! Ares bahkan begitu menghormati Langit! Dia yang begitu ditakuti namanya, bahkan sampai ke Ibu Kota bisa seperti ini? Siapa Langit ini sebenarnya?" Rexsa bertanya keheranan. "Bukankah sudah kubilang dia adalah manusia hebat? Apa kalian tidak semua mendengar dari tadi aku bicara?" Odi kembali mengingatkan. "I.. Itu masih belum cukup. Kurasa ada hal yang kita tidak tahu tentang orang ini, aku merasakan familiar dengannya, aku merasakan pernah bertemu dengan orang ini, tapi dimana?" Herdian berusaha kembali mengingat. "Sialan! Sialan! Kenapa bisa seperti ini jadinya? Cukup sudah pembi
"Kenapa kamu tidak pernah sekalipun memanggilku, padahal aku yakin kamu punya banyak pertanyaan untukku Tuan?" Pria separuh baya itu dengan tenang. Sosoknya yang tegap dan gagah di usia senja menunjukkan kharismanya yang begitu kuat dan luar biasa. Raut wajah khas Eropa, dengan mata biru yang tajam, hidung yang mancung dan kokoh, rambut merah yang nampak selalu tersisir dengan rapi, dan kulit yang putih terawat, terlihat masih kencang, seolah mereduksi usianya yang sudah lebih dari setengah abad. Dialah Roman Archilles! Baru saja Langit selesai membereskan permasalahan keluarga angkatnya, menyelamatkan sang adik dari rencana busuk, akibat 'kebodohan dan sikap tamak' kakak-kakaknya. Dia ditunggu langsung oleh sang Taipan yang memang kebetulan sedang berada di Kota Banda. Lilian menyampaikan pesan bahwa Langit ditunggu oleh Roman Archilles di Mansion nya yang terletak di Pinggiran Kota, daerah Pegunungan Sejuk yang merupakan kawasan elit, tempat Raja-raja dan Tuan Tanah Ekspatri
Langit menatap hamparan hijau, kawasan pegunungan di depannya. Matanya menerawang jauh ke sana. Perkebunan teh yang melandai dan bergelombang, dengan luas beberapa puluh hektar. Sejauh mata memandang, hanya hijau yang membentang. Memanjakan hati dan menyejukan mata. Membuat otaknya merasakan nyaman dan rileks. Mampu menurunkan tensi dan ketegangan di urat syarafnya, karena hampir satu hari satu malam tadi berdebat dengan Roman. Lebih tepatnya berdiskusi dan sesekali beradu argumentasi, karena ternyata apa yang diketahuinya selama ini tentang silailah keluarganya yang seolah buram dan tersamarkan, di kupas oleh Roman satu persatu. Walau Roman sendiri tidak seluruhnya mengetahui, karena dia ternyata tidak diperkenankan untuk bisa merunut lebih jauh sampai ke tingkat pendirian awal silsilah keluarga Langit. Dan hasilnya Informasi yang di berikan Roman tidak sampai detail.Secara garis besar Roman menceritakan bahwa Keluarga Langit adalah keturunan Raja dan Bangsawan yang memegang dasa
Duduk di hadapan Langit seorang pria yang sudah lanjut, berusia sekitar delapan puluh tahun-an. Namun kondisi fisiknya yang masih kekar dan berotot menjadikan setiap orang menganggap usianya jauh di bawah itu. Dengan pakaian Putih Celana Hitam khas Tiongkok dengan renda Naga di kedua tangannya. Sebuah Outfit kebanggaan yang menjadi ciri khas dari seorang Master Tabib Hantu. Shin Wu!Salah satu Tokoh Penting di Roman Emperor yang keberadaannya berada di belakang layar, namun memegang peranan vital dalam kancah Dunia Bisnis Sang Taipan, sebagai Tangan Kanan dan kepercayaanmya untuk ikut mengatur perkembangan Bisnis dan merumuskan tujuan serta startegi, ikut menentukan kebijakan yang bersifat urgent, dan juga untuk menghilangkan segala bentuk rintangan, gangguan, obstacle yang mengganggu jalannya laju bisnis Roman Emperor selama ini."Terima kasih sudah mengizinkan aku untuk menemuimu Tuan Besar," Master Shin Wu menjura hormat. "Tidak masalah Master, suatu kehormatan bagiku bisa bertem