" Di Usiaku yang masih sangat muda akhirnya aku bisa lulus dengan nilai paling tinggi di ujian nasional SMP kala itu, dan hal itu membuat para teman-temanku sangat marah, mereka kembali merundungku bahkan ada yang mengatakan jika nilaiku hasil jual diri ibuku, padahal semua juga tahu bahwa ibuku berada di penjara, bagaimana mungkin seseorang dalam penjara bisa jual diri, hal itu membuatku marah besar. Aku tak pernah mempermasalahkan ketika mereka menyakitiku, tapi jangan ibuku. Ibuku hanyalah korban pria labil yang tak bertanggung jawab, sehingga saat itu aku tak bisa diam, aku membuat rencana serapi mungkin, dan menghajar mereka satu persatu dengan menggunakan topeng, aku sengaja memilih secara random
apapun yang mereka lakukan terhadapku aku tak pernah mempermasalahkan nya, tapi mereka membawa ibuku yang hanya seorang korban kejahatan seorang pria tak bertanggung jawab dan labil, sehingga aku tak bisa tinggal diam.. akuSang ibu beranjak dari tidurnya, dengan geram dia berkata. " Sejak kapan anak ibu tidak bertanggung jawab Verrel! " Apa maksud ibu? “ Tanya Verrel tak mengerti, lalu menoleh kearah Vania, tapi Vania mengangkat bahu sembari tersenyum. “ Kenapa masih menunda pernikahan? Begitu yang ibu ajarkan? Lakukan pernikahan sekarang juga Verrel! “ " Ohh, itu…tentu saja Verrel berencana menikahinya, tapi kan harus mengurus persyaratan…” Sang ibu membelalakkan matanya. “ Ibu butuh bukti. Dan apapun yang terjadi menikah dulu secara agama! Kau bisa mendapatkan persyaratan menikah dengan cepat Verrel! Kau punya link kesana, setelah istrimu melahirkan nanti, ulangi pernikahan kalian secara agama, wajib hukumnya…”
====== Sedangkan Vania sejak menikah telah beberapa kali keluar rumah sendiri, untuk menemui Jessica tentu saja sopir pribadi dan pengawalnya mengantarkannya, tetapi sesampainya di rumah Jessica, Vania meminta mereka untuk kembali dan menelpon begitu hendak pulang. Sedangkan Verrel beraktivitas seperti biasa, dia telah aktive kembali sebagai seorang pengusaha gila kerja dengan semua kesibukannya. Terlebih ketika Vania mengunjungi sahabatnya yang kini nganggur itu membuat Verrel semakin konsentrasi dalam bekerja karena Vania tak menelponnya dan memintanya untuk pulang sekedar melepas rindu. ~||~ Pagi itu Verrel yang baru saja hendak berpamitan dengan Vania, yang tiba-tiba harus keluar kota karena di salah satu hotel nya di Bali mengalami kebakaran. " Sayang…aku harus ke Bali untuk b
" Vaniaaa…apa yang terjadi padamu, hingga kau menghilang begitu saja bahkan ponselmu pun tak lagi aktif, lokasi terakhir ponselmu tak memberikan petunjuk apapun…” Ujar Aaron yang masih menggenggam tangan Vania dengan erat seolah dia tak ingin melepaskan tangan wanita itu. " A-Aaroon…apa yang kau lakukan disini?" Tanya Vania bingung hendak mengatakan apa lidahnya kelu untuk berkata lebih jauh. Vania menatap Aaron yang terlihat sedikit kurus saat ini, Vania membuang pandangannya lalu berusaha melepaskan tangan itu, tapi genggaman tangan Aaron cukup kuat dan berhasil menarik Vania ke sudut lorong. Vania meringis kesakitan. " Tolong jawab aku Vania, mengapa kau menghilang begitu saja? bahkan tanpa memberikan pesan? Seolah apa yang aku ungkapkan di puncak adalah penyebab s
Verrel mengangguk setuju dan berkata " Baiklah sayang…kita harus bersama-sama saling memperbaiki diri demi kehidupan kita yang lebih baik.." Jawab Verrel melirik mesra sang istri " Terimakasih karena telah hadir di kehidupanku dan bersedia menjadi ibu dari anakku, aku sangat bahagia memilikimu sayang…” Bisik Verrel mengecup kening istrinya. Lalu mereka beranjak menuju kamar, Vania mengambil tas tangannya, sedangkan Verrel mengambil iPad lalu menuruni lift bersama dengan Verrel yang menggenggam tangan Vania erat. Mereka terus berjalan menuju mobil terparkir, Verrel melepas kepergian Vania terlebih dahulu yang di dampingi beberapa pengawal untuknya seperti biasa. setelah mobil yang di naiki Vania menghilang dari pandangannya Verrel lalu memasuki mobil yang telah terbuka
Aaron memasuki ruangan itu dengan baki di tangan nya yang berisi juice dan salad buah lalu menaruh nya diatas meja dimana Vania duduk. Vania menatap Aaron dengan tatapan tak percaya, karena berbanding terbalik dengan apa yang di ceritakan sang sekretaris kepadanya. " Minumlah Van…” Aaron menyodorkan jus hasil buatannya sendiri. “ Sudah lamakah menunggu tadi?” Vania menggeleng seraya berkata " Aku kesini untuk mengambil beberapa barang milikku, mengenai tuntutanmu tentang penjelasan kepergianku? Aku bingung harus mulai dari mana…" Mendengar jawaban Vania, membuat Aaron memejamkan mata lalu menatap Vania dengan bibir terkatup rapat. " Aaron apa yang terjadi antara kita di puncak sudah kita selesaikan saat itu juga, jika memang aku menghilang dari perusahaan secara tiba-tiba da
Pagi itu langit begitu cerah dan cuaca begitu sejuk, angin terasa damai menghembus di antara wajah kedua insan yang telah terikat dalam tali perkawinan. Vania dan Verrel menikmati sorenya di taman anggrek sembari menikmati sarapan pagi bersama. Seminggu berlalu setelah Vania menemui Aaron di kantornya. Dan pagi ini jadwal Vania adalah ke sebuah bank dimana Vania menyimpan uang milik Dendi yang pernah dia pinjam dahulu. Vania sengaja menyimpan di Bank, berharap nantinya akan mengembalikan dengan utuh seperti pertama kali Dendi memberikan padanya, dengan menjual rumahnya, namun apa hendak di kata, banyak kejadian hingga membuatnya tak sempat berfokus pada penjualan rumah, dan kini terpaksa mengembalikan uang tersebut menggunakan uang milik Verrel suami. Sejak awal dirinya tak ingin membebani Verrel, tapi ses
Seminggu berlalu setelah Vania mengembalikan koper berisi uang 5 Miliar milik Dendi yang pernah dia ambil untuk membayar hutangnya kepada Verrel. Pagi itu Verrel mengajak Vania untuk check up ke dokter kandungan, kali ini Verrel berpindah rumah sakit ibu dan anak agar terhindar dari sang mantan yang mungkin menyimpan dendam terhadapnya sehingga dia sengaja menghindarinya. Mereka menuruni lift di rumah itu lalu menuju mobil yang telah bersiap di depan pintu rumah megah milik Verrel. Mereka menaiki mobil dimana Arjun telah berdiri disana menyambut mereka. Setelah pintu tertutup, Arjun memasuki mobil di bangku depan samping sopir seperti biasa, kemudian sang sopir melajukan mobilnya menuju pintu gerbang rumah itu. Begitu pintu gerbang terbuka otomatis, sang sopir tiba-tiba menghentikan mobilnya dan menoleh kearah Arjun yang kemudian membu
Hatinya bertanya-tanya. Siapa gerangan yang berani membocorkan rahasia ibuku? Adakah orangku berhianat lagi setelah sekian lama hanya demi uang? Oke, baiklah aku harus sedikit bersabar agar mengetahui titik terang, sejauh mana pria bodoh di hadapanku ini mengetahui tentang rahasia sisi gelapku? Jika dia tahu lebih banyak, hal itu bisa di pastikan informasi yang di dapat dari orang salam, sebaiknya aku harus lebih bersabar, agar tidak mengecewakan istriku, karena janji kami harus mendapat restu orang-orang yang kami kenal, demi kebahagiaan kehidupan pernikahan kami, tapi aku harus menyelesaikan semuanya hari ini, terlebih pria bodoh ini sudab berani membawa ibuku ke dalam permasalahan kami, hmm. Sepertinya dia kehabisan akal dan berusaha keras memancing amarahku dan mempertontonkan pada istriku bahwa aku seperti yang dia klaim. Tidak bisa di biarkan! Melihat Verrel terdiam, Dendi merasa di