Vania berjalan mengikuti langkah sang dokter menuruni tangga menuju bangunan yang berbeda melewati taman yang indah.
Hingga Vania menghentikan langkahnya sejenak untuk menikmati keindahan taman yang baru pertama kali dia lihat di markas milik Verrel. Kala pertama kali Vania ke markas ini, dia langsung menuju dimana ruang kerja Verrel berada. Siapa sangka markas tersebut sangatlah luas. Lalu Vania kembali melanjutkan perjalanannya menuju kamar Verrel ketika berada di markas ini. Dia menaiki lift dengan sedikit lesu. Sang dokter membuka pintu untuk Vania menggunakanCard ID yang diberikan Arjun kepadanya. Vania memasuki Kamar itu, matanya melihat sekeliling , teringat pertama kali dimana dia bangun di pagi hari sudah dalam pelukan Verrel dengan tanpa busana. Vania merebahkan tubuhnya di atas kasur yangVerrel menuntun Vania menuju meja makan yang tersedia, dengan sabar dia menyiapkan makanan untuk Vania makan. Setelah memastikan Vania memakan semua menunya, Verrel memberikan obat yang telah di resepkan oleh dokter kandungan kala itu. Vania menelan obat untuk kandungannya itu dengan Patuh. Setelah makan Verrel menyiapkan semua peralatan mandi Vania di bathroom kamar mereka. " Sayang…, setelah mandi nanti, jangan tidur dulu ya, tidur pagi hari tak baik untuk kesehatanmu, berjalan-jalan di taman bisa membuat mood mu bagus, kau bisa yoga juga disana, perlu aku panggil instruktur yoga untukmu? “ Tanya Verrel menatap mesra Vania. Vania mengangguk perlahan. “ Moodku akan bagus, kalau kau ada di dekatku…” Sontak saja, ucapan Vania membuat
" Makasih ya sayang, karena aku yakin dia di jebak Reel…, Karena diakan lagi project film baru dan baru comeback album, Satu-satunya idolaku dan publik figure Indonesia yang aku ikuti cuma dia, bahkan aku memiliki member card Fans Club J-niUs, aku kasihan dengan talenta yang di miliki dia kalau dia harus berakhir seperti ini, oke sayang? Anakmu dalam perutku akan lebih menghormatimu, ketika mengetahui kau menjadi penolong…” Rengek Vania kepada Verrel, sikap manja Vania, menyandarkan kepalanya di dada Verrel seraya mengusap-usap dada bidangnya membuat Verrel tersenyum dan menciumnya. Dengan enggan Verrel menjawab " Aku harus jadi penolong bagaimana sayang? Akankah aku mengaku bahwa aku yang menjebak, gak lucu kan? Calon suamimu ini bukan mainan seperti itu sayang, aku rasa dia sudah memikirkan cara bagaimana cara mengatasi masalahnya, haruskah kita ikut campur? &
" Di Usiaku yang masih sangat muda akhirnya aku bisa lulus dengan nilai paling tinggi di ujian nasional SMP kala itu, dan hal itu membuat para teman-temanku sangat marah, mereka kembali merundungku bahkan ada yang mengatakan jika nilaiku hasil jual diri ibuku, padahal semua juga tahu bahwa ibuku berada di penjara, bagaimana mungkin seseorang dalam penjara bisa jual diri, hal itu membuatku marah besar. Aku tak pernah mempermasalahkan ketika mereka menyakitiku, tapi jangan ibuku. Ibuku hanyalah korban pria labil yang tak bertanggung jawab, sehingga saat itu aku tak bisa diam, aku membuat rencana serapi mungkin, dan menghajar mereka satu persatu dengan menggunakan topeng, aku sengaja memilih secara random apapun yang mereka lakukan terhadapku aku tak pernah mempermasalahkan nya, tapi mereka membawa ibuku yang hanya seorang korban kejahatan seorang pria tak bertanggung jawab dan labil, sehingga aku tak bisa tinggal diam.. aku
Sang ibu beranjak dari tidurnya, dengan geram dia berkata. " Sejak kapan anak ibu tidak bertanggung jawab Verrel! " Apa maksud ibu? “ Tanya Verrel tak mengerti, lalu menoleh kearah Vania, tapi Vania mengangkat bahu sembari tersenyum. “ Kenapa masih menunda pernikahan? Begitu yang ibu ajarkan? Lakukan pernikahan sekarang juga Verrel! “ " Ohh, itu…tentu saja Verrel berencana menikahinya, tapi kan harus mengurus persyaratan…” Sang ibu membelalakkan matanya. “ Ibu butuh bukti. Dan apapun yang terjadi menikah dulu secara agama! Kau bisa mendapatkan persyaratan menikah dengan cepat Verrel! Kau punya link kesana, setelah istrimu melahirkan nanti, ulangi pernikahan kalian secara agama, wajib hukumnya…”
====== Sedangkan Vania sejak menikah telah beberapa kali keluar rumah sendiri, untuk menemui Jessica tentu saja sopir pribadi dan pengawalnya mengantarkannya, tetapi sesampainya di rumah Jessica, Vania meminta mereka untuk kembali dan menelpon begitu hendak pulang. Sedangkan Verrel beraktivitas seperti biasa, dia telah aktive kembali sebagai seorang pengusaha gila kerja dengan semua kesibukannya. Terlebih ketika Vania mengunjungi sahabatnya yang kini nganggur itu membuat Verrel semakin konsentrasi dalam bekerja karena Vania tak menelponnya dan memintanya untuk pulang sekedar melepas rindu. ~||~ Pagi itu Verrel yang baru saja hendak berpamitan dengan Vania, yang tiba-tiba harus keluar kota karena di salah satu hotel nya di Bali mengalami kebakaran. " Sayang…aku harus ke Bali untuk b
" Vaniaaa…apa yang terjadi padamu, hingga kau menghilang begitu saja bahkan ponselmu pun tak lagi aktif, lokasi terakhir ponselmu tak memberikan petunjuk apapun…” Ujar Aaron yang masih menggenggam tangan Vania dengan erat seolah dia tak ingin melepaskan tangan wanita itu. " A-Aaroon…apa yang kau lakukan disini?" Tanya Vania bingung hendak mengatakan apa lidahnya kelu untuk berkata lebih jauh. Vania menatap Aaron yang terlihat sedikit kurus saat ini, Vania membuang pandangannya lalu berusaha melepaskan tangan itu, tapi genggaman tangan Aaron cukup kuat dan berhasil menarik Vania ke sudut lorong. Vania meringis kesakitan. " Tolong jawab aku Vania, mengapa kau menghilang begitu saja? bahkan tanpa memberikan pesan? Seolah apa yang aku ungkapkan di puncak adalah penyebab s
Verrel mengangguk setuju dan berkata " Baiklah sayang…kita harus bersama-sama saling memperbaiki diri demi kehidupan kita yang lebih baik.." Jawab Verrel melirik mesra sang istri " Terimakasih karena telah hadir di kehidupanku dan bersedia menjadi ibu dari anakku, aku sangat bahagia memilikimu sayang…” Bisik Verrel mengecup kening istrinya. Lalu mereka beranjak menuju kamar, Vania mengambil tas tangannya, sedangkan Verrel mengambil iPad lalu menuruni lift bersama dengan Verrel yang menggenggam tangan Vania erat. Mereka terus berjalan menuju mobil terparkir, Verrel melepas kepergian Vania terlebih dahulu yang di dampingi beberapa pengawal untuknya seperti biasa. setelah mobil yang di naiki Vania menghilang dari pandangannya Verrel lalu memasuki mobil yang telah terbuka
Aaron memasuki ruangan itu dengan baki di tangan nya yang berisi juice dan salad buah lalu menaruh nya diatas meja dimana Vania duduk. Vania menatap Aaron dengan tatapan tak percaya, karena berbanding terbalik dengan apa yang di ceritakan sang sekretaris kepadanya. " Minumlah Van…” Aaron menyodorkan jus hasil buatannya sendiri. “ Sudah lamakah menunggu tadi?” Vania menggeleng seraya berkata " Aku kesini untuk mengambil beberapa barang milikku, mengenai tuntutanmu tentang penjelasan kepergianku? Aku bingung harus mulai dari mana…" Mendengar jawaban Vania, membuat Aaron memejamkan mata lalu menatap Vania dengan bibir terkatup rapat. " Aaron apa yang terjadi antara kita di puncak sudah kita selesaikan saat itu juga, jika memang aku menghilang dari perusahaan secara tiba-tiba da