Beranda / Pernikahan / ANAK 50 JUTA / MENYELESAIKAN MASALAH

Share

MENYELESAIKAN MASALAH

Penulis: Putri putri
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-24 23:45:12

“Maksudmu apa menghubungi Rania? Apa kamu mau bilang kalo aku terus-terusan ngejar kamu? Asal kamu tahu, dia sudah tahu semua.” Rendi langsung berbicara sesaat setelah aku duduk di hadapannya.

Setelah peristiwa semalam, aku memang mengajak Rendi bertemu. Saat ini kami berada di sebuah cafe yang jaraknya tak terlalu jauh dari rumah. Ternyata asa banyak perubahan di lingkungan rumahku semenjak aku tinggal di ruko, salah satunya di bukanya sebuah cafe yang katanya baru buka dua bulan ini.

“Apa kamu gila? Kamu udah sangat menyakiti Rania. Dia istri kamu.”

“Istri di atas kertas lebih tepatnya. Aku tak pernah mencintai wanita Bodoh seperti Rania.”

“Bodoh katamu?”

Aku yakin Rendi sekarang sudah benar-benar tak waras. Bukankah dia yang telah membuat Rania seperti orang bodoh, yang terpaksa ia nikahi karena kesalahan masa lalu mereka.

“Ya, Rania itu bodoh. Mana ada wanita yang mau terus bertahan saat suaminya jelas-jelas tak pernah mencintainya.”

“Dia hanya meminta pertanggung jawaban atas a
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • ANAK 50 JUTA   DIAM

    “Ma-maaf? Maaf kenapa, Bu?” Aku menuntun Ibu agar duduk di kursi ruang tamu.“Kenapa kamu pulang ke sini? Kamu pasti tak nyaman di rumah Ibu dan memutuskan kabur.”“Bukan, Bu. Aku ke sini cuma kangen rumah lama aja.”Sebenarnya apa yang telah terjadi pada Ibu, mengapa ia tiba-tiba berubah? Walaupun Ibu tak pernah jahat terhadapku, tapi ia juga tak pernah memperlakukanku selembut ini.“Apa kamu akan pulang ke rumah Ibu?” “Belum tahu, Bu. Apa Mas Rafi tidak bilang sesuatu dengan Ibu?” “Ya, Rafi bicara banyak hal kemarin.”Ibu kembali terdiam, kali ini pandangannya terlihat kosong.“Ibu boleh menuduh apa saja padaku. Aku sudah siap jika memang kalian tak mengakui anak ini seperti Miko dulu.” Seketika Ibu menoleh, aku baru sadar jika wajah Ibu kali ini polos. Ia tak memakai make up tebal seperti biasa ia lakukan. Dari jarak sedekat ini terlihat jelas kerutan wajah dan kulit yang mengendur yang menandakan bahwa ia sebentar lagi akan memasuki fase lanjut usia.“Tidak, Nita! Aku yakin an

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-25
  • ANAK 50 JUTA   KEHILANGAN

    “Anita!” Mas Rafi langsung menangkapku yang hampir saja terhuyung .“Sakit, Mas,” racauku sambil terus memegangi perut.Tubuhku seketika kehilangan tenaga, pandanganku meremang dan kepalaku mendadak terasa sakit. Aku mendengar Mas Rafi berteriak memanggil Ibu dan Bik Sumi. Tak lama kemudian aku di angkat menuju mobil oleh Mas Rafi.“Rafi, kamu apakan Anita, hah!” pekik Ibu sembari terus mengelus kepalaku yang bersandar di bahunya. “Aku enggak ngapa-ngapain, Ma. Tadi Silvi datang terus ...”“Kenapa kamu biarin Silvi mendorong Anita? Kamu tahu kan kalo wanita hamil sampai jatuh itu bahaya.”“Maaf, Bu.”“Aku enggak apa-apa kok, Bu.” Aku mencoba menenangkan Ibu.Kugenggam erat tangan yang sedari tadi tak berhenti mengelus perutku. Tak ada kata yang bisa menggambarkan perasaanku saat ini. Yang jelas aku sangat bahagia mendapat perhatian yang begitu besar dari Ibu.Tak membutuhkan waktu lama, akhirnya kami sampai di klinik yang letaknya tak jauh dari rumah Ibu. Aku di angkat oleh Mas Rafi

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-26
  • ANAK 50 JUTA   HARI BARU

    “Berpisah?” Mas Rafi membelalak, seolah tak percaya dengan apa yang aku katakan.“Apa kamu sadar dengan ucapanmu barusan?” tanya Mas Rafi terus menatapku lekat.“Iya, bukankah kamu sudah tak membutuhkan aku lagi? Kamu juga menganggap aku berselingkuh, kan?”“Lalu bagaimana dengan Miko?”“Biar hukum yang menentukan status Miko.”“Enggak! Sampai kapan pun kita tidak akan berpisah.”"Bukankah aku telah berbaik hati dengan memberimu kesempatan menjadi Ayah Miko? Aku rasa tugasku telah selesai. Mungkin sudah saatnya aku membahagiakan diri sendiri.""Apa semua ini karena Rendi?""Bukan, Rendi sudah beristri.""Jangan pernah bicarakan perpisahan karena semua itu tidak akan terjadi.""Tapi aku ..." Mas Rafi meletakkan jari telunjuknya di bibirku."Ingat, tak akan ada perpisahan."Mas Rafi membawaku ke dalam pelukannya. Entah dengan sihir apa, akupun tak mencoba menolak. Malah merasa nyaman dengan perlakuan Mas Rafi.Hingga sekuat apapun pikiranku menolak, hatiku tetap luluh juga.**"Nita,

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-27
  • ANAK 50 JUTA   ORANG TAK DI KENAL

    "Mbak Silvi punya rencana apa lagi? Belum puaskah dia setelah berhasil membuat anakku batal melihat dunia?" tanyaku geram."Aku tidak ikut campur urusan kalian, saya datang ke sini atas inisiatif sendiri." "Lalu apa yang anda inginkan?""Aku mohon tinggalkan Rafi. Jangan membuat hidup Silvi semakin menderita." "Sebenarnya siapa kamu? Berani-beraninya mengatur hidupku? Di bayar berapa kamu sama Silvi?”Aku menggebrak meja, melampiaskan gejolak di dada yang sedari tadi aku tahan. "Aku tak di bayar siapa pun. Asal kamu tahu, kekayaan keluarga Silvi tak ada sepuluh persen dari total kekayaan pribadiku. Aku hanya ingin membahagiakan Silvi," jelasnya."Mengapa enggak kamu nikahi saja dia. Bukan malah memintaku mengalah,” geramku.Sebenarnya apa yang ada di pikiran Ario, bisa-bisanya ia memintaku meninggalkan Mas Rafi. Sedangkan ia tak ada hubungan apa pun dengan Mbak Silvi. "Aku punya penawaran menarik kalo kamu mau meninggalkan Rafi.""Cih! orang kaya macam kalian selalu saja menawark

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-28
  • ANAK 50 JUTA   KEJUTAN

    “Mas Rafi.” Aku memejamkan mata saat merasakan kecupan lembut mendarat di kepalaku. Ah, iya, baru ku ingat kalo hari ini adalah hari ulang tahunku. Rasanya aku sudah lupa kapan terakhir kali mendapatkan ucapan selamat ulang tahun.“Terima kasih.” Aku berbalik memeluk Mas Rafi. Ada rasa yang membuncah saat Mas Rafi ternyata mengingat hari kelahiranku. “Ehm, cie...”Seketika aku melepaskan pelukan saat tiba-tiba mendengar suara riuh.“Kejutan...”Mataku membelalak saat Miko, Ibu, Desi, Ari, Vera dan Doni satu persatu turun dari lantai tiga. Bersamaan dengan Dela dan beberapa karyawan yang tiba-tiba muncul dari lantai bawah. Yang paling mengejutkan adalah Ario juga berada di antara mereka.Sejenak aku memandang Mas Rafi berusaha meminta penjelasan tentang semua ini, namun Mas Rafi hanya tersenyum dan mengecup keningku sekali lagi. “Selamat ulang tahun, Sayang.” Hatiku tiba-tiba menghangat saat Ibu mendekat dan mengecup pipiku sekilas. “Selamat ulang tahun, Mama.”Kini giliran Miko

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-29
  • ANAK 50 JUTA   KEMUNGKINAN PAHIT

    “Jaga mulutmu, Ario! Sekali saja kau berani mendekati Nita, kuremukkan tulang-tulangmu!” Mas Rafi terus saja meracau, bahkan Ibu dan Desi sepertinya kewalahan menahan Mas Rafi yang terus saja berniat menyerang Ario.“Silakan Mas Ario pulang, atau aku lapor ke petugas keamanan agar mengusir Anda,” ucapku menengahi.“Baiklah tuan putri, aku akan pulang, sampai ketemu lagi.” Ario melambaikan tangan setelah berhasil melepaskan diri dari Ari dan Doni, kemudian bergegas turun dengan sendirinya. Semua orang melihat kepergian Ario hingga ia hilang dari pandangan. Termasuk aku yang masih bingung dengan apa yang terjadi. Siapakah sebenarnya Ario? Tadi ia datang mengaku sebagai teman Silvi. Kemudian beralih menjadi teman Mas Rafi, lalu ia bilang mencintaiku. Ah, kenapa semua ini begitu rumit. Sepeninggal Ario, kami melanjutkan acara makan yang belum selesai. Walaupun hati Mas Rafi belum sepenuhnya membaik, tapi ia berusaha untuk tetap tenang. Hampir satu jam kami melewati suasana kebersamaan y

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-30
  • ANAK 50 JUTA   KEAKRABAN

    “Tak ada wanita yang bisa benar-benar ikhlas berbagi suami. Yang ada terpaksa menjadi terbiasa.”Desi bergeming memandang bantal motif bunga yang ada di pangkuannya. Sesekali ia terlihat menarik nafas dan mengembuskannya perlahan. Kasihan sekali Desi, ia pasti selalu merasa takut jika suatu saat nanti suaminya berniat mendua.“Banyak yang bilang, keluargaku terkena karma karena sempat tak mau menerima Mbak dulu. Kami bahkan berniat membunuh bayi tak berdosa yang seharusnya menjadi tanggung jawab kami. Dan sekarang kami terkena karma .... ““Stt..., jangan di teruskan! Ini hanya cobaan, bukan karma,” sahutku.“Maafkan kami, Mbak.”Aku meraih wanita cantik dengan rambut berponi itu ke dalam pelukanku. Di satu sisi aku senang karena keluarga Mas Rafi benar-benar telah mendapatkan balasan atas perlakuannya terhadapku dulu, tapi disisi lain aku merasa tak rela jika ada seorang wanita yang seolah menjadi tumbal atas kelakuan keluarganya di masa lalu.“Aku sudah memaafkan kalian. Jangan berp

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-31
  • ANAK 50 JUTA   TEKA TEKI

    “Maaf, Mbak. Aku dari ngecek toko,” jawabku tertunduk.“Halah, alasan!” ketus Mbak Silvi kemudian berlalu mengikuti beberapa petugas medis yang lebih dulu membawa Ibu.Aku menatap nanar beberapa orang berlalu mengikuti Mbak Silvi. Sebenarnya Ibu kenapa? Saat ini memang sedang Mengapa tak sehat, tapi bukankah tadi pagi Ibu terlihat baik-baik saja. Bahkan saat aku tak berniat mengunjungi toko, Ibulah yang memaksaku pergi. “Maaf, Bik. Apa tadi Ibu pingsan?”“Iya, Mbak Nita.”“Kenapa Bibik enggak hubungin aku?”“Maaf, tadi Bibik ...”“Enggak apa-apa, Bik. Pasti Bibik panik, ya? Aku ke rumah sakit dulu, ya. Titip Miko ya, Bik,” pamitku kemudian bergegas menyusul ibu ke rumah sakit.**Aku menelusuri lorong panjang sebuah rumah sakit swasta tak jauh dari rumah Ibu. Dari kejauhan kulihat Mas Arman dan Mbak Silvi sedang berbincang di sebuah bangku panjang. Di sekitarnya juga terlihat beberapa saudara Ibu beserta keponakan yang telah beberapa kali kutemui. Juga beberapa wanita cantik dengan d

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-02

Bab terbaru

  • ANAK 50 JUTA   JEBAKAN

    Om Bahri terdiam sambil memeluk buku harian milik almarhum mama, sesekali ia menyeka matanya yang terlihat memerah. Walaupun tak sampai jatuh, tapi aku tahu lelaki paruh baya berwajah garang di hadapanku tengah menangis.“Apa anda menyesal?” tanyaku membuka suara.Om Bahri hanya bergeming, ia kembali membuka buku tersebut dan membacanya sekali lagi. Hingga aku melihat ia membuka halaman terakhir. “Aku sangat menyesal telah mencintaimu begitu dalam. Setelah dua puluh lima tahun sejak kita bertemu, akhirnya aku memutuskan menyerah. Mulai hari ini akan kuhabiskan sisa hidupku untuk mencintai suamiku, manusia paling tulus yang pernah kutemui.” Aku membacakan sebait tulisan di buku harian mama halaman terakhir. Om Bahri memandangku dengan tatapan lembut. Dilihat dari garis wajahnya, ia mungkin umurnya setara dengan Bapak atau mungkin lebih tua. Di usianya yang menjelang senja, Om Bahri seharusnya tengah berbahagia dengan keluarganya. Melihat anak-anaknya menikah dan bermain dengan cucu-c

  • ANAK 50 JUTA   KENYATAAN DI MASA LALU

    “Jangan banyak alasan, Om, dengan seolah-olah menjadi orang yang paling tersakiti.” Aku membuang muka memandang hamparan sawah yang mulai menguning.“Kalian sama-sama pengecut!” gumamku.“Kalian?” Om Bahri berbalik memandangku.Aku melemparkan sebuah foto usang berlaminating tebal kepada Om Bahri. Wajahnya seketika menegang dan tangannya gemetar tatkala ia mengambil dan memperhatikan foto itu dengan saksama. Dalam foto tersebut terlihat sepasang remaja berseragam putih abu tengah tersenyum dengan tangan yang bergandengan. Mata sang lelaki melirik pada wanita di sampingnya yang terlihat malu-malu.“Ya, kalian, asal anda tahu, masalah terbesar dalam keluargaku adalah mama tak pernah bisa melupakan cinta pertamanya. Bertahun-tahun menjalani rumah tangga, selama itu pula nama Bahri selalu saja terucap saat mama dan bapak bertengkar.”Mata Om Bahri membulat, wajah tembamnya yang biasanya terlihat garang, kini terlihat menciut. Ia berjalan perlahan menghampiriku yang tengah menatapnya tajam

  • ANAK 50 JUTA   DENDAM

    “Apa maksud kamu bicara seperti itu?” bentak Mas Rafi setibanya kami di dalam kamar. “Aku hanya ingin kalian tahu tentang tujuanku, apa itu salah?”“Apa yang ingin kamu kembalikan seperti semula? Mengapa kami juga boleh memiliki Miko?” kedua tangan Mas Rafi mencengkeram erat bahuku. “I-itu...”“Apa kamu masih berniat pergi?” Mas Rafi menyelidik, kini wajahnya hanya berjarak lima senti tepat di depan wajahku. Bahkan dengan jarak sedekat ini aku bisa mencium jelas bau rokok dari mulutnya.“Ya, tapi tenang saja, aku tak akan membawa Miko. Kalian yang akan menjadi orang tua Miko. Bagaimanapun juga, hidup Miko di sini lebih terjamin, masa depannya lebih jelas,” ucapku lagi.“Apa kamu mulai gila, hah? Kamu pikir pernikahan ini main-main? Mengapa kamu suka sekali mempermainkan hidup seseorang?” Cengkeraman Mas Rafi semakin kuat, bola matanya seakan hendak keluar dari tempatnya. “Aku sadar dengan ucapanku, Mas,” ucapku hampir tak bersuara.“Lalu mengapa tak kau serahkan saja Miko sejak aw

  • ANAK 50 JUTA   MASA LALU

    “Bagaimana kamu tahu tentang ...” Om Bahri tak melanjutkan kata-katanya. Wajahnya yang selalu terlihat garang kini berubah pias.“Aku tahu semuanya, bahkan nama Bahri Susanto sudah tak asing ditelingaku sejak aku kecil.”“Apa yang Riyati ceritakan padamu?” tanya Om Bahri antusias.“Tak ada, hanya saja Mama pernah beberapa kali menyebut nama Bahri Susanto saat berdebat dengan Bapak,” ungkapku.“Kamu pembohong! Sama dengan Riyati yang juga pembohong, dialah yang membuat hidupku hancur hingga saat ini,” ucap Om Bahri tak percaya.“Jika mamaku yang membuat hidup anda hancur? Mengapa aku menanggung akibatnya? Anda pikir untuk apa aku sudi kembali pada keluarga yang telah membuangku?” ucapku lantang. Rasanya sudah tak tahan untuk mengeluarkan rasa sakit yang selama ini terpendam.“Anita!” panggil Mas Rafi yang tengah berjalan cepat ke arahku.Seketika aku terdiam mencoba menetralkan degup jantung yang sedari tadi berdetak tak beraturan. Sebelum terlalu jauh, mungkin sudah saatnya Mas Rafi t

  • ANAK 50 JUTA   BAHRI SUSANTO

    “Nita.” Tubuhku bergetar saat wanita di hadapanku tersenyum dan mengulurkan tangannya.“Ibu cepat sembuh, ya. Maafin Nita baru tengok sekarang.” Kuraih tangan Ibu dan menggenggamnya erat.“Maafin Ibu, Nita. Sejak dulu selalu membuat hidupmu susah,” ucap Ibu dengan suara bergetar.“Enggak, Bu. Nita udah maafin Ibu. Jangan berpikiran macam-macam.”“Terima kasih, Nak.”Akhirnya setelah lebih dari dua minggu aku bisa bertemu dengan Ibu tanpa bertemu orang-orang yang membenciku. Kata Mas Rafi, saat ini adalah jadwal pertemuan keluarga, jadi semua orang sedang berkumpul di salah satu rumah kerabat. Biasanya selain Mas Rafi, Desi atau Mbak Silvi, beberapa saudara Ibu selalu bergantian menjaga Ibu.“Makan dulu, Bu.” Aku mengambil sekotak makanan yang baru saja seorang perawat antarkan.“Lidah Ibu pahit, makanan rumah sakit enggak ada yang enak,” keluh Ibu.“Ini enak loh, Bu.” Aku menunjukkan kotak berisi nasi, sayur, sebutir telur rebus dan sepotong daging pada Ibu.“Masakannya enggak enak.”

  • ANAK 50 JUTA    IBu

    "Sejak kapan kalian bermain di belakangku?" cecar Mas Rafi. Wajahnya yang merah padam seolah menunjukkan hatinya yang tengah terbakar."Apa jangan-jangan dia, alasan kamu minta berpisah." Mas Rafi menunjuk wajah Ario.“Kamu salah paham, Mas.” Aku mencoba menenangkan Mas Rafi dan segera menuntunnya ke atas. Aku tak mau perdebatan kami menjadi tontonan para karyawan dan pelanggan.“Santai aja Fi, aku kan Cuma berkunjung,” ucap Ario santai.“Diam kamu! Udah puas bikin suamiku salah paham?” bentakku saat melihat Ario juga ikut kembali naik ke atas.Rasanya ingin sekali aku mencakar wajahnya yang sok kegantengan itu. Aku yakin dia memang sudah malang melintang dalam urusan wanita, buktinya di saat genting seperti ini dia masih bisa bersikap santai seolah hal seperti ini bukanlah masalah besar untuknya.Kuambil segelas air putih dari dispenser di pojok ruangan kemudian menyodorkannya pada Mas Rafi. “Mau lagi?” tawarku saat Mas Rafi telah meminum air dalam gelas dalam sekali tenggak.Mas Ra

  • ANAK 50 JUTA   TINGKAH ARIO

    POV Anita"Hay, nyonya Rafi,” sapa Ario yang tiba-tiba duduk di hadapanku“Apa kabar Mas Ario?” tanyaku sopan. Walaupun aku tak terlalu suka dengan sikapnya, paling tidak aku harus menghormatinya karena dia telah ikut menyelamatkan Miko.“Mau minum apa, Mas?” tawarku.“Apa saja. Bagaimana kabar Miko?”“Baik, Mas. Hanya sedikit trauma.”“Rafi benar-benar beruntung. Punya istri dua pintar cari duit semua, cantik semua,” celetuknya.“Mas Ario bisa nambah istri kalo mau.”“Jangankan nambah, satu aja belum punya.”Aku tersenyum kecut mendengarnya. Dia pikir aku tak tahu kalo ia telah menikah tiga kali, pacarnya juga ada di mana-mana. Aku rasa teman-teman Mas Rafi semuanya buaya.“Kenapa kamu memilih menikah dengan Rafi? Bukankah itu sama saja menyakiti diri sendiri. Aku tahu menjadi istri ke dua enggak enak, apa lagi madunya orang kayak Silvi,” cerocos Ario sambil menggigit pie susu yang baru saja di bukanya.“Itu bukan urusan anda.” Aku terus fokus pada kertas-kertas di depanku.“Mengapa

  • ANAK 50 JUTA   ANCAMAN

    “Bercandamu enggak lucu.” Aku mencubit pipi wanita di sebelahku.“Aku serius, rasanya sudah tak tahan hidup penuh dengan musuh. Dari dulu musuhku Cuma Bu Yati yang setiap hari bikin dongkol.”Aku tertawa mendengar ucapan Anita, bagaimana bisa ia menganggap Bu Yati musuh, bukankah ia lumayan baik.“Kalo saja aku menerima tawaran Ibu waktu itu, mungkin semua enggak akan seperti ini.”“Tawaran Ibu? Memang Ibu menawarkan apa?” tanyaku“Kita bersama merawat Miko tanpa kita menikah. Tapi saat itu aku takut kalian berbohong, dan membawa Miko dariku,” ungkapnya.“Mama bilang begitu?” tanyaku heran. Mengapa aku tak tahu masalah ini.“Iya. Mungkin itu lebih baik.”“Kalo kita tak menikah, kamu akan menikah dengan orang lain?”“Mungkin.”“Tidak bisa! Jangan pernah berpikir untuk menikah dengan orang lain, karena sampai kapanpun aku tidak akan melepasmu. Ingat itu!” Kumatikan puntung rokok terakhir dan beranjak meninggalkan AnitaBagaimana bisa gara-gara penculikan Miko ia berpikir untuk berpisah

  • ANAK 50 JUTA   PERMINTAAN ANITA

    "Sialan kau, Ario!" "Sudahlah, Fi. Relakan saja Anita denganku, lagipula Miko telah menganggapmu mati," ejeknya.Aku mengusap rambut anak di pangkuanku, entah mengapa ada perasaan tak rela saat memdengar aku hanyalah ayah barunya. Namun ini semua salahku yang tak memperjuangkannya sejak dalam kandungan. Aku takut dia membenciku jika suatu saat tahu kalo ayahnya pernah tak mengakuinya."Maafkan ayah, Nak."Mobil yang di kendarai Ario melaju cepat di jalan yang sudah mulai lengang. Hari memang sudah menjelang tengah malam, waktu di mana sebagian besar orang tengah sibuk mengarungi mimpinya.“Miko,” pekik Anita yang sudah menunggu di luar rumah.Ia menghampiriku dan segera mengambil Miko dari gendonganku. Ia menciuminya berkali-kali tapi Miko sudah tertidur di gendongannya hanya menggeliat.“Jangan bikin mama khawatir ya, nak.” Anita terus mendekap buah hatinya itu.“Terima kasih, Mas Ario udah bantu nemuin Miko,” ucap Anita.“Its OK, apa sih yang enggak buat kamu.” Ario mengerlingkan

DMCA.com Protection Status