Malam, menjelang hari pertempuran direncanakan, Prabu Panji Anom di istana kerajaan Trembesi Agung merasa bimbang. Kerajaan Slendro Sanga merupakan kerajaan yang baik dalam hubungan bilateral. Selama ini, antara Trembesi Agung dan Slendro Sanga saling melengkapi satu sama lain dalam kegiatan ekspor-impor guna memenuhi kebutuhan antarkedua kerajaan. Lebih dari itu, Patih dari kejaraan Slendro Sanga merupakan sahabat baik prabu Panji Anom. Bukan hanya sahabat terbaik, Patih Gangsa Munya adalah kakak seperguruan prabu Panji Anom sewaktu masih berlatih bela diri kala mereka masih remaja. Hubungan itu terus berlanjut sampai saat ini.Namun, Trembesi Agung saat ini sudah di bawah jajahan Waringin Sungsang. Trembesi Agung mau/tidak mau harus menuruti keinginan penguasa Waringin Sungsang jika masih ingin ada di atas bumi. Keinginan Panji Anom untuk menyerang, selalu dibayang-bayangi oleh sosok Patih Gangsa Munya yang dulunya sering mengajari Panji Anom ketika kesusahan menguasai suatu jurus.
Penyusunan strategi pertahanan telah usai. Semua yang mendapat amanah sebagai pemimpin pasukan di setiap pos penjagaan segera menyiapkan pasukan masing-masing. Persiapan sebelum perang itu penting. Perang tidak hanya masalah adu kekuatan atau keterampilan menggunakan senjata saja. Banyak hal yang menjadi faktor penunjang keberhasilan peperangan.Hal pertama yang disiapkan sebelum berperang setelah pemilihan pasukan adalah mengecek ketersediaan senjata. Senjata berperan penting dalam perang. Perang tanpa senjata ibarat bunuh diri secara konyol. Hal berikutnya adalah perbekalan makan dan obat-obatan. Perang bisa saja terjadi dalam waktu yang lama. Bisa lebih dari sehari atau dua hari. Untuk memulihkan tenaga ketika istirahat dari peperangan, tentu makanan menjadi faktor utama memulihkannya. Di dalam peperangan, besar kemungkinan ada pasukan yang terluka. Obat-obatan berperan penting untuk menyembuhkan luka-luka yang dialami pasukan. Kalau tidak segera ditangani dengan obat yang cepat da
Kakang Mas,Aku tahu bahwa peperangan di Slendro Sanga tidak akan bisa dihindari.Aku tahu bahwa Kakang Mas sudah menguasai berbagai macam ilmu dan jurus yang diajarkan Bopo Resi di Jati Jajar.Namun, Kakang Mas belum pernah menghadapi perang besar sebelumnya. Kakang baru mengeluarkan jurus-jurus yang Kakang kuasai untuk mengatasi begal atau preman pasar di sekitar Jati Jajar.Musuh yang akan Kakang hadapi pasti lebih banyak dan lebih sakti daripada begal-begal dan preman-preman itu.Aku khawatir, Kakang.Namun, aku tidak bisa mencegah ataupun melarang kepergian Kakang ke Slendro Sanga. Peperangan yang akan Kakang Mas hadapi, bisa dijadikan tempat latihan yang sesungguhnya.Dunia sudah semakin tua,Di masa depan, mungkin peperangan akan sering terjadi. Bukan hanya perang-perang kecil antarkampung, tetapi perang besar antarkerajaan. Bukan hanya perang melawan musuh, tetapi bisa jadi berperang melawan saudara sendiri.Aku khawatir, Kakang.Khawatir tentang masa depan. Lebih khawatir lag
Pagi menyapa dunia. Mentari bersinar cerah menerpa seluruh permukaan Bumi Katimuran. Para pejabat kerajaan, prajurit, dan abdi dalem Kerajaan Slendro Sanga telah terbangun semenjak fajar shadiq muncul. Rasa segar dialami oleh semua. Sungguh luar biasa tidur hanya sebentar tetapi terasa sangat sehat dan nyaman. Bangun pagi pun tidak merasakan kantuk lagi.‘Gong! Gong! Gong!’Gong istana dipukul tiga kali. Paseban darurat. Seluruh prajurit dan abdi dalem kerajaan segera berlari menuju istana. Para pejabat tinggi duduk di kursi masing-masing. Para prajurit dan abdi dalem duduk memenuhi halaman istana sampai alun-alun kerajaan. Rakyat jelata turut keluar rumah menyaksikan fenomena langka tersebut. Dalam hati penuh kekhawatiran, penuh tanda tanya, musibah apa yang akan terjadi.“Seluruh pejabat, prajurit, abdi dalem, dan rakyat Slendro Sanga.” Sapa Prabu Gendhing Pitu membuka pembicaraan dalam paseban.“Tujuh hari yang lalu, seorang utusan dari Kerajaan Waringin Sungsang datang menyampakan
Sosok tinggi besar itu menatap tajam ke depan. Dia enggan memperhatikan kesembilan anak panah yang baru saja ia lepaskan dari busurnya. Dia tahu betul bahwa kesembilan anak panah itu tepat mengenai sembilan pasang mata burung camar yang beterbangan di atas pantai. Hanya butuh waktu sepekan alias tujuh hari saja dia mengasah kemampuan memanahnya sehingga menjadi sehebat itu.“Itu belum cukup hebat, Bisawarna.” Seru seseorang yang sudah tampak sepuh dari belakang sosok tersebut. Iya, Bisawarna lah sosok pemuda yang telah melepaskan sembilan anak panah dengan sekali tarikan dan semuanya tepat mengenai sasaran yang dituju: sepasang mata burung camar yang sedang terbang. Dan seorang tua yang meneriakinya itu adalah Resi Sabda Jati, ayahnya. “Seorang pendekar hebat tidak perlu boros menggunakan senjatanya untuk menghadapi musuh yang tidak berguna." lanjut Resi Sabda Jati. Bisawarna lalu membungkuk melakukan penghormatan kepada ayahnya. “Perhatikan orang tua ini memanah!” Resi Sabda Jat
“Cukupkan dulu latihanmu hari ini. Hari sudah mulai gelap. Aku mau mandi. Sebelum ke sini tadi aku sempat melihat gentong mandiku belum terisi air. Tampaknya kamu belum mengambil air mandiku. Jangan lupa pula, penuhi gentong air adikmu. Dari tadi dia kepanasan mau mandi, tetapi tidak ada air di gentongnya. Kamu tidak tega jika adikmu yang cantik itu mandi pakai air laut, bukan?”“Baik, Bopo.” Jawab Bisawarna.Resi Sabda Jati mulai berjalan meninggalkan bibir pantai, kembali ke dalam rumah, padepokan. Bisawarna menyusul di belakang Resi Sabda jati. Sesampai di rumah padepokan mereka berjalan berlainan arah. Resi Sabda Jati langsung masuk ke kamarnya dan bersemedi sejenak sembari menunggu air yang akan diambilkan oleh Bisawarna, sedangkan Bisawarna berjalan ke arah belakang, mengambil dua ember yang terbuat dari kayu untuk mengambil air mandi untuk ayahnya dan adik perempuannya.Pekerjaan mengambil air sebenarnya adalah pekerjaan para murid di Padepokan Jati Jajar. Ada tujuh puluh pemud
Gentong air untuk mandi Resi Sabda Jati dan adik perempuan Bisawarna sudah terisi penuh. Bisawarna pun telah memenuhi gentong yang ada di kamarnya untuk mandinya sendiri. Rasa penat dan banyaknya kekuatan yang dikeluarkan setelah seharian berlatih memanah membuatnya panas. Dia juga ingin mandi dengan air di gentongnya itu. Air yang disimpan di gentong menimbulkan kesejukan dan kesegaran tersendiri. Bukan hanya saat digunakan untuk mandi, tetapi air minum yang tersimpan di gentong-gentong yang ada juga menyebabkan kesegaran dan kesejukan bagi siapa saja yang meminumnya. Gentong itu asli terbuat dari tanah merah Padepokan Jati Jajar.Beberapa jam telah berlalu. Mentari sudah sekian lama terbenam. Bintang gemintang bertaburan di kegelapan malam. Bulan sudah ikut terbenam menyusul matahari, beberapa saat yang lalu. Tanggal muda, bulan cepat terbenam. Gelap. Taburan cahaya bintang tidak mampu menerangi bumi seutuhnya.Bisawarna berdiri di dalam kamarnya. Sedari tadi dia berdiri bertumpu di
Malam telah larut. Hiruk pikuk dan segala aktivitas di Padepokan Jati Jajar telah lama berhenti. Kesunyian melanda dari ujung barat sampai ujung timur Padepokan Jati Jajar. Semua orang telah tertidur pulas. Hanya tujuh orang penjaga gerbang masuk padepokan yang tidak tidur. Mereka selalu waspada. Walaupun Jati Jajar adalah padepokan yang rukun dan damai karena diisi oleh orang-orang yang berhati luhur, kewaspadaan tetap harus dijaga. Bisa jadi, orang-orang jahat dari luar padepokan tiba-tiba menyusup atau menyerbu padepokan.Di dalam kamar, Bisawarna telah terlelap dalam tidurnya. Kekenyangan makan telah membuatnya mengantuk dan melupakan perkataan ayahnya ketika latihan memanah sore tadi.Di tengah tidurnya, Bisawarna bermimpi.Raja raksasa sedang bertarung dengan seorang raja di sebuah istana. Pertarungan itu sangat sengit. Di luar kerajaan, para prajurit dan senopati kerajaan juga sedang menghadapi serangan prajurit raksasa. Namun, semua wajah orang yang ada dalam pertempuran itu t
Pagi menyapa dunia. Mentari bersinar cerah menerpa seluruh permukaan Bumi Katimuran. Para pejabat kerajaan, prajurit, dan abdi dalem Kerajaan Slendro Sanga telah terbangun semenjak fajar shadiq muncul. Rasa segar dialami oleh semua. Sungguh luar biasa tidur hanya sebentar tetapi terasa sangat sehat dan nyaman. Bangun pagi pun tidak merasakan kantuk lagi.‘Gong! Gong! Gong!’Gong istana dipukul tiga kali. Paseban darurat. Seluruh prajurit dan abdi dalem kerajaan segera berlari menuju istana. Para pejabat tinggi duduk di kursi masing-masing. Para prajurit dan abdi dalem duduk memenuhi halaman istana sampai alun-alun kerajaan. Rakyat jelata turut keluar rumah menyaksikan fenomena langka tersebut. Dalam hati penuh kekhawatiran, penuh tanda tanya, musibah apa yang akan terjadi.“Seluruh pejabat, prajurit, abdi dalem, dan rakyat Slendro Sanga.” Sapa Prabu Gendhing Pitu membuka pembicaraan dalam paseban.“Tujuh hari yang lalu, seorang utusan dari Kerajaan Waringin Sungsang datang menyampakan
Kakang Mas,Aku tahu bahwa peperangan di Slendro Sanga tidak akan bisa dihindari.Aku tahu bahwa Kakang Mas sudah menguasai berbagai macam ilmu dan jurus yang diajarkan Bopo Resi di Jati Jajar.Namun, Kakang Mas belum pernah menghadapi perang besar sebelumnya. Kakang baru mengeluarkan jurus-jurus yang Kakang kuasai untuk mengatasi begal atau preman pasar di sekitar Jati Jajar.Musuh yang akan Kakang hadapi pasti lebih banyak dan lebih sakti daripada begal-begal dan preman-preman itu.Aku khawatir, Kakang.Namun, aku tidak bisa mencegah ataupun melarang kepergian Kakang ke Slendro Sanga. Peperangan yang akan Kakang Mas hadapi, bisa dijadikan tempat latihan yang sesungguhnya.Dunia sudah semakin tua,Di masa depan, mungkin peperangan akan sering terjadi. Bukan hanya perang-perang kecil antarkampung, tetapi perang besar antarkerajaan. Bukan hanya perang melawan musuh, tetapi bisa jadi berperang melawan saudara sendiri.Aku khawatir, Kakang.Khawatir tentang masa depan. Lebih khawatir lag
Penyusunan strategi pertahanan telah usai. Semua yang mendapat amanah sebagai pemimpin pasukan di setiap pos penjagaan segera menyiapkan pasukan masing-masing. Persiapan sebelum perang itu penting. Perang tidak hanya masalah adu kekuatan atau keterampilan menggunakan senjata saja. Banyak hal yang menjadi faktor penunjang keberhasilan peperangan.Hal pertama yang disiapkan sebelum berperang setelah pemilihan pasukan adalah mengecek ketersediaan senjata. Senjata berperan penting dalam perang. Perang tanpa senjata ibarat bunuh diri secara konyol. Hal berikutnya adalah perbekalan makan dan obat-obatan. Perang bisa saja terjadi dalam waktu yang lama. Bisa lebih dari sehari atau dua hari. Untuk memulihkan tenaga ketika istirahat dari peperangan, tentu makanan menjadi faktor utama memulihkannya. Di dalam peperangan, besar kemungkinan ada pasukan yang terluka. Obat-obatan berperan penting untuk menyembuhkan luka-luka yang dialami pasukan. Kalau tidak segera ditangani dengan obat yang cepat da
Malam, menjelang hari pertempuran direncanakan, Prabu Panji Anom di istana kerajaan Trembesi Agung merasa bimbang. Kerajaan Slendro Sanga merupakan kerajaan yang baik dalam hubungan bilateral. Selama ini, antara Trembesi Agung dan Slendro Sanga saling melengkapi satu sama lain dalam kegiatan ekspor-impor guna memenuhi kebutuhan antarkedua kerajaan. Lebih dari itu, Patih dari kejaraan Slendro Sanga merupakan sahabat baik prabu Panji Anom. Bukan hanya sahabat terbaik, Patih Gangsa Munya adalah kakak seperguruan prabu Panji Anom sewaktu masih berlatih bela diri kala mereka masih remaja. Hubungan itu terus berlanjut sampai saat ini.Namun, Trembesi Agung saat ini sudah di bawah jajahan Waringin Sungsang. Trembesi Agung mau/tidak mau harus menuruti keinginan penguasa Waringin Sungsang jika masih ingin ada di atas bumi. Keinginan Panji Anom untuk menyerang, selalu dibayang-bayangi oleh sosok Patih Gangsa Munya yang dulunya sering mengajari Panji Anom ketika kesusahan menguasai suatu jurus.
Raden Senopati Alap-alap Ireng dan Alap-alap Putih memerlukan waktu dua hari untuk melakukan perjalanan ke Trembesi Agung maupun ke Cemara Sewu. Artinya, itu merupakan hari keenam semenjak Prabu Gagak Laga mengirimkan surat ke Slendro Sanga.Di Kerajaan Trembesi Agung, Prabu Panji Anom sedang melakukan paseban dengan para pejabat pemerintahan kerajaan. Dalam paseban, mereka masih membahas tentang kekalahan yang mereka alami ketika menghadapi serangan dari Waringin Sungsang. Banyak prajurit yang gugur di medan laga. Tidak sedikit pula anak-anak, orang tua, dan wanita yang tidak ikut terlibat dalam peperangan turut menjadi korban. Anak panah dan tombak yang salah sasaran, pantulan energi serangan, dan serpihan-serpihan senjata lain yang digunakan dalam peperangan menghampiri mereka dari arah yang tidak diduga-duga dan dalam waktu yang tiba-tiba.Ketika tengah membahas hal tersebut, Alap-alap Putih datang tanpa permisi ke tengah-tengah paseban. Semua orang, termasuk Prabu Panji Anom dika
Hari mulai pagi. Terpaan sinar mentari menyebar menerangi bumi. Pangeran Laras Maya, Raden Bonang Tinabuh, Gambang Rinengga, dan Bisawarna telah memacu kuda yang mereka kendarai masing-masing. Mereka berangkat tepat matahari terbit tadi.Sementara itu, di sisi bagian barat Negeri Katimuran, di Kerajaan Waringin Sungsang, Prabu Gagak Laga sedang duduk di singgasananya. Di hadapannya ada Patih Gagak Yuda, yang tidak lain adalah saudara kembar prabu Gagak Laga, tetapi Gagak Yuda lebih muda beberapa jam dari Gagak Laga. Raja dari Kerajaan Ngangrangan, prabu Semut Jrabang, juga turut hadir, memenuhi undangan prabu Gagak Laga. Selain itu, para senopati dan punggawa kerajaan Waringin Sungsang turut hadir memenuhi paseban yang diadakan Prabu Gagak Laga.“Prabu Semut Jrabang,” sapa Gagak Laga.“Hamba, Gusti Prabu.” Jawab Semut Jrabang.“Terima kasih telah mau bergabung dengan sukarela menjadi bagian dari Waringin Sungsang. Rakyat dan kerajaanmu aman sentosa, tidak ada setetes pun darah yang te
“Namun, sebelum itu, izinkan orang tua ini turut berpendapat dalam mengatasi masalah ini.” Kata Resi Sabda Jati.“Bagaimana, Sang Resi?” tanya Bonang Tinabuh.“Untuk mengatasi serangan dari Waringin Sungsang yang bisa jadi akan mendapatkan bantuan dari Cemara Sewu dan Trembesi Agung, hendaknya pihak Slendro Sanga membagi kekuatan.” Kata Resi Sabda Jati.Raden Bonang Tinabuh dan Gambang Rinengga saling tatap satu sama lain.“Raden senopati, serangan musuh ke Slendro Sanga saya anggap serangan ke Jati Jajar juga. Maka, sudah seharusnya Jati Jajar ikut mengatasi hal ini. Izinkan orang tua ini mengutus Bisawarna, anak saya, untuk membantu menghadapi serangan musuh Slendro Sanga.” Tutur sang resi.Kedua senopati itu hanya bisa terdiam.“Bisawarna, Bopo berharap kamu ikut membantu kerajaan Slendro Sanga mengatasi hal ini. Bertindaklah dengan bijak!” pinta Resi Sabda Jati.“Baik, Bopo. Bisawarna akan dengan senang hati melaksanakan tugas ini.” Jawab Bisawarna.“Raden senopati, anak saya akan
“Baik, Raden Senopati. Tapi, izinkan saya bertanya dulu, berapa lama perjalanan tercepat dari Kerajaan Slendro Sanga ke Padepokan Jati Jajar ini?” tanya Resi Sabda Jati.“Sekitar tiga hari, Sang Resi. Kami berdua langsung diutus oleh sang prabu Gendhing Pitu setelah utusan dari Kerajaan Waringin Sungsang itu kembali. Itu tiga hari yang lalu. Dan hari ini, menjelang sore hari, kami sampai di Padepokan Sang Resi.” Jawab Raden Gambang Rinengga.“Baik. Kalau begitu, istirahatlah di sini satu malam, malam ini. Besok pagi kalian baru kembali ke Slendro Sanga!” perintah Resi Sabda Jati.“Maaf, Resi. Bukan maksud kami menolak, tapi kami diminta oleh sang prabu Gendhing Pitu untuk cepat kembali ke Slendro Sanga bersama pangeran.” Jawab Gambang Rinengga.“Turutilah permintaan orang tua ini! Pikirkanlah dengan baik, kuda-kuda kalian pasti butuh istirahat. Biarkan kuda-kuda yang kalian bawa istirahat dulu semalam! Murid-murid Jati Jajar yang akan menyediakan kuda-kuda yang kalian bawa. Kalian jug
Resi Sabda Jati telah duduk di kursinya di ruang pertemuan sekaligus berfungsi sebagai ruang tamu Padepokan Jati Pitu. Tak lama kemudian, murid yang diperintahkan menjemput tamu tadi mengantarkan dua orang sebagai tamu Resi Sabda Jati. Sesampai di ruang pertemuan, murid tersebut langsung pamit meninggalkan ruangan dan kembali bertugas menjaga pintu gerbang padepokan.“Silakan duduk, Kisanak!” perintah Resi Sabda Jati.“Terima kasih, Sang Resi.” Jawab kedua tamu tersebut, serempak.Begitu kedua tamu tersebut duduk, datanglah dua orang pelayan perempuan yang masing-masing membawa sebuah nampan. Nampan yang satu berisi makanan berupa buah-buahan dan umbi-umbian yang sudah direbus. Sedangkan nampan yang satunya lagi berisi kendi minuman dengan tiga buah gelas bambu. Tanpa aba-aba, pelayan tersebut meletakkan hidangan di atas meja yang terletak di hadapan Resi Sabda Jati dan kedua tamunya. Salah seorang menyusun tempat makanan, sedang yang satunya lagi menuangkan minuman ke dalam gelas dan