Home / Romansa / ALARICK / Alarick Part 9

Share

Alarick Part 9

last update Last Updated: 2021-05-30 23:02:06

Sebuah perjodohan antara Alarick dan Nerissa tak dapat dielakkan lagi. Kedua keluarga mereka sama-sama menginginkan perjodohan itu, namun tidak dengan Alarick begitupun Nerissa.

Tak ada lagi cara yang dapat mereka lakukan untuk menghindari perjodohan tak masuk akal ini. Bahkan percobaan bunuh diri pun sudah Nerissa lakukan, dan apa hasilnya? Sebuah kegagalan.

Hari yang seharusnya menjadi impian para pasangan, namun bagi Nerissa ini adalah awal dari kehancurannya. Seorang suami dengan harta melimpah yang tentu saja akan memenuhi kebutuhan finansialnya, tak menjadikan Nerissa luluh akan pria itu.

Memang benar Nerissa telah mencintai pria itu sejak lama, namun bukan berarti dia akan menerima begitu saja sebuah perjodohan yang bahkan sangat tidak diinginkan oleh Alarick.

“Bagaimana, Nona?” Seorang pelayan di sebuah butik menatap penuh harap pada Nerissa. Pelayan itu tentu saja menantikan sebuah jawaban positif dari seorang Nona Frore ini, ah akankah marganya berganti menjadi Mauricio?

“Aku tak suka, gaun ini terlalu terbuka untukku.” Tunggu, apakah Nerissa harus menyukai gaun pengantinnya disaat dia saja tak menyukai pernikahan ini sama sekali.

“Bahkan jika aku tak menyukai pernikahan ini, setidaknya aku harus menyukai gaun yang akan aku pakai,” bisiknya hampir tak terdengar.

“Baik, Nona. Akan aku bawakan yang lain.” Begitulah kegiatannya selama hampir dua jam ini. Memilih dan mencoba gaun pernikahan. Alarick? Pria itu tentu saja ikut untuk fitting tuksedo, namun setelah pria itu mendapatkan apa yang cocok untukknya, dia hanya berdiam diri di sebuah sofa yang disediakan di butik itu.

“Baiklah jika sudah selesai ayo pergi, aku lelah,” ucapnya setelah dia mengetahui Nerissa telah mendapatka gaun yang cocok untuknya.

Alarick beranjak dari sana tanpa mempedulikan Nerissa yang bahkan belum sempat mengganti gaun dengan pakaiannya.

***

Langit malam yang membentang dihiasi ribuan bintang menjadi saksi di mana Nerissa menginjakkan kakinya di atas altar. Janji suci telah terucap dari bibir Nerissa dan Alarick beberapa menit lalu.

Alarick, pria itu sangat baik melakukan sandiwaranya bahkan sebuah kecupan berakhir di kening Nerissa sebelum kemudian mereka menyambut tamu-tamu yang berdatangan.

Tak banyak yang datang, mungkin hanya para petinggi perusahaan saja yang menghadirinya, dan jangan lupakan beberapa tim media yang sudah lama menantikan momen ini.

“Haruskah ku ucapkan selamat?” Lagi dan lagi Lovetta berusaha mengejeknya. Nerissa merotasikan bola matanya malas. Dia sudah tak peduli dengan apapun yang dikatakan Lovetta padanya. Saat ini dia hanya harus terus tersenyum untuk menutupi raut wajah aslinya.

“Ya, mungkin maksudmu selamat menempuh hidup baru dalam neraka.” Bukan berarti Alarick seorang psikopat yang akan menyiksa fisiknya setiap waktu, melainkan siksaan batin yang harus Nerissa rasakan setiap waktu pasti akan lebih menyakitkan.

Rasanya saat ini wajahnya sudah mati rasa karena terus tersenyum sepanjang acara, namun hanya ini yang bisa dia lakukan.

Matanya mengitari setiap sudut ruangan mencari pria yang kini telah menjadi suaminya. Tepat saat Nerissa akan menyerah untuk mencari pria itu, saat itulah Alarick menghampiri dirinya.

“Tepat waktu. Berapa lama lagi acara ini berakhir,” bisik Nerissa tepat di samping telinga Alarick. Sebenarnya Nerissa tak setinggi itu untuk bisa mencapai telinga Alarick. Gadis itu berjinjit untuk bisa berbisik pada Alarick.

“Dua jam lagi kurang lebih.” Dengan spontan tangan Alarick bergerak merangkul pinggang Nerissa saat dirasa Tuan Mauricio dan Tuan Frore datang mendekat. Nerissa yang tak tahu alasan Alarick merangkulnya sontak terkejut dan memandang aneh pada Alarick.

Alarick yang mengerti dengan raut bingung yang ditunjukkan Nerissa segera berdehem dan memandang objek yang ada di hadapannya. Nerissa mengikuti arah pandang pria itu dan berhasil menangkap maksud Alarick.

“Selamat atas pernikahan kalian dan terimakasih telah melakukannya.” Tuan Mauricio memandang Nerissa persis saat kalimat terakhir diucapkan. Nerissa yang mengerti dengan maksud Tuan Mauricio dengan tulus tersenyum.

“Terimakasih, Tuan.” Tak sepatah kata pun keluar dari bibir Alarick, pria itu terus saja menampilkan wajah dinginnya.

“Ayah, kau bisa memanggilku Ayah.” Tuan Mauricio tersenyum. Akhirnya harapannya sejak dulu saat ini terkabul. Keinginannya sejak dulu adalah memiliki Nerissa sebagai menantunya. Harapan yang simple, namun menjadi rumit karena sifat egois dan arogan putranya.

“Baiklah, ayah.” Tuan Frore dan Tuan Mauricio tersenyum senang melihat putra putrinya bersanding malam ini.

***

Untuk kedua kalinya Nerissa menginjakkan kakinya di apartemen Alarick. Apartemen ini tidak bisa dikatakan kecil mengingat di dalamnya memiliki tiga kamar tidur dengan masing-masing kamar mandi di dalamnya.

“Kau bisa memakai kamar sebelah.” Tangan Alarick menunjuk sebuah kamar yang terletak tepat di samping kamarnya. Nerissa juga mengangguk, dia tahu jika Alarick tak akan membiarkan dirinya tidur satu kamar dengan pria itu.

“Aku akan pergi ke apartemenku sebentar.” Nerissa tak meminta ijin, dia hanya memberi tahu Alarick saja untuk berjaga-jaga jika ayahnya atau ayah Alarick bertanya.

Nerissa melangkahkan kakinya keluar dari sana. Hanya perlu beberapa langkah hingga dia sudah benar-benar ada di apartemennya.

“Nona kembali?” tanya ARTnya.

“Iya. Aku datang hanya mengambil beberapa pakaian dan alat-alat kerja ku. Ibu bisa tinggal di sini saat aku tak ada.”

“Baik, Non.”

Kakinya terus melangkah menuju kamar utama, kamar yang selama ini dia tempati. Salah satu benda penting yang harus Nerissa bawa selain pakaian dan alat kerjanya adalah selembar kertas dengan beberapa keterangan di atasnya dan sekotak pil.

Satu koper penuh barang yang dia bawa. Nerissa duduk di ranjangnya, pandangannya kosong untuk sementara. Dia tak tahu apa yang akan terjadi padanya setelah dia hidup dengan Alarick, namun dia sudah membulatkan tekadnya untuk bersikap lebih baik pada Alarick dan melakukan tugasnya sebagai seorang istri. Untuk kebutuhan biologis Alarick? Nerissa belum tahu.

Dia hanya berpikir, tak baik terlalu kasar dan acuh pada Alarick karena bagaimana pun saat ini status mereka adalah seorang suami dan istri.

Setelah sedikit tenang dengan pikirannya, Nerissa beranjak dan segera berpamitan pada ART nya untuk kembali ke tempat Alarick.

***

Dua piring nasi goreng dengan omelette di atasnya kini sudah tersedia di atas meja makan.

“Makanlah sebelum dingin.” Entah apa yang membuat Alarick bersedia membuatkannya makanan, yang Nerissa tahu saat ini dia lapar. Dengan segera tangannya meraih sendok dan garpu, namun gerakannya terhenti saat dia mengingat ada omelette di atas nasi goreng itu.

“Kenapa?” tanya Alarick.

“Mungkin tak apa jika hanya sesekali,” gumam Nerissa. Sebenarnya gadis itu ragu, namun kali ini saja dia akan memakannya untuk menghargai usaha Alarick.

“Apa katamu?”

“Ah tak apa, ayo makan.” Keduanya makan dengan tenang. Hanya ada suara denting sendok dan garpu yang mengisi setiap sudut ruangan. Entah karena lapar atau enak, Nerissa makan lebih lahap dari biasanya.

Related chapters

  • ALARICK   Alarick Part 10

    Pagi ini terasa begitu asing bagi Nerissa. Gadis cantik itu mengedarkan pandangannya. Ini bukan kamarnya, hanya itu yang terlintas di pikirannya sebelum akhirnya dia mengingat dengan jelas proses pengucapan janji yang mereka lakukan kemarin sore. Ya, Nerissa kini sudah menjadi seorang istri. Istri dari seorang Alarick Mauricio.Cinta pertamanya yang kini berhasil dia miliki sepenuhnya namun tidak dengan hatinya. Perlahan Nerissa melirik seseorang yang tidur dengan pulas di sampingnya. Alarick, pria itu terlihat lebih tampan saat tertidur seperti ini. Ya, mereka memutuskan untuk tidur di kamar yang sama mengingat orang tuanya bisa datang kapan saja.Mentari memang belum menampakkan dirinya, pantas saja jika pria di sampingnya ini masih tertidur begitu nyenyak. Tangan Nerissa terangkat untuk menyentuh pahatan indah di depan matanya sebelum dia mengurungkan niatnya.Alarick mengerjapkan matanya. Entah apa yang membuat pria itu terbangun. Apakah gerakan Neriss

    Last Updated : 2021-05-30
  • ALARICK   Alarick Part 11

    Setelah keberangkatan Alarick ke kantornya, Nerissa tak membuang-buang waktu. Gadis itu segera bersiap-siap untuk pergi ke sebuah mini market. Keadaan lemari es yang begitu kosong membuat Nerissa berinisiatif untuk membeli beberapa bahan makanan.Tak banyak yang akan gadis itu beli. Langkahnya terhenti di sebuah rak sayuran. Tangan mungilnya bergerak dengan lincah memilih sayuran yang hendak dibelinya. Tak hanya itu, Nerissa juga ingin membeli beberapa daging dan telur.Walaupun makanan instan lebih menggiurkan, namun dia tahu jika itu tak baik untuk kesehatannya begitu pula dengan kesehatan Alarick.Nerissa memberikan beberapa lembar uang seratus ribuan sesaat setelah kasir memberitahu total belanjaannya.“Apakah siang ini harus memasak?” monolognya dalam perjalanan pulang. Sebenarnya memasak bukan hal yang sulit, namun dia tak tahu apakah Alarick akan pulang siang ini atau tidak.Sesampainya di rumah, Nerissa bergegas menuju dapur dan

    Last Updated : 2021-05-30
  • ALARICK   Alarick Part 12

    “Aku ingin ... ” belum sempat Alarick mengutarakan keinginannya, suara dering telepon berhasil mengalihkan perhatiannya. Dia juga semakin bersemangat saat melihat siapa orang yang menghubunginya di malam hari.Alarick beranjak dari tempat tidurnya dan meninggalkan Nerissa dengan segala rasa yang ada di hatinya. Dia benar-benar ingin menangis saat ini. Disaat dirinya akan terlelap, Alarick dengan santai menyuruhnya untuk tidak tidur. Sekarang dirinya sudah benar-benar terjaga dan lihatlah apa yang dilakukan Alarick padanya.Perlahan Nerissa bangkit dari duduknya. Dia mengendap menuju balkon kamarnya, niatnya hanya satu. Ya, menguping pembicaraan Alarick. Dia tahu tidak seharusnya dia melakukan hal ini, namun keinginan untuk mengetahui pembicaraan Alarick saat ini sangat besar.“Aku baik-baik saja, bagaimana kabarmu di sana?” Raut bahagia di wajah Alarick terlihat begitu ketara. Sudah bisa dipastikan siapa orang yang berbicara di seberang s

    Last Updated : 2021-05-31
  • ALARICK   Alarick Part 13

    Luciver dibuat bingung dengan pertanyaan satu hari lalu. Dia benar-benar tak menjawab pertanyaan sahabatnya kala itu. Jauh di lubuk hati Luciver sebenarnya pria itu tidak setuju dengan tindakan Alarick saat ini.Jika Alarick mencintai Haleth, harusnya dulu dia memperjuangkannya sebelum Alarick dan Nerissa mengucap janji untuk bersama hingga ajal yang memisahkan, bukannya mengejar Haleth disaat dia sudah berstatus sebagai suami Nerissa.Luciver dan Alarick berteman sudah sangat lama, memang tak bisa dipungkiri jika mereka bukan pria baik-baik. Mereka sering menghabiskan waktu di sebuah club dengan wanita-wanita berpakaian mini di sekelilingnya, namun bukan berarti Alarick juga bisa mempermainkan sebuah pernikahan yang sifatnya sakral. Kali ini Luciver benar-benar tak setuju dengan apa yang dilakukan Alarick, namun dia tak bisa melawan sifat keras kepala Alarick, pria itu tetap pergi menemui Haleth di Prancis.“Apa kau sudah menyelesaikan desain yan

    Last Updated : 2021-06-02
  • ALARICK   Alarick Part 14

    Sudah hari kedua Alarick berada di Annecy, berarti ini hari kedua juga Luciver menggantikan Alarick untuk mengurus perusahaannya.Hari ini adalah jadwal pertemuan Luciver dengan klien, sebenarnya sudah hampir satu bulan klien itu tidak menghubungi pihak kantor lagi, namun entah mengapa dua hari lalu tepatnya satu jam setelah Alarick pergi ke Annecy, kliennya itu meminta bertemu dan mendiskusikan perihal desain yang belum sempat mereka sepakati dulu.Entah sudah berapa menit Luciver mengobrak-abrik isi nakas di ruangan Alarick, namun dia tak kunjung menemukan apa yang dicarinya. Pilihan terakhir Luciver adalah menghubungi pemilik ruangan ini.“Ada apa?” tanya orang dari seberang sana.“Di mana kau menyimpan desain milik klien dua bulan lalu?” Luciver tak tinggal diam, tangannya masih terus mencari-cari desain itu.“Yang mana maksudmu?’’ Seingat Alarick dia tidak pernah menyimpan sebuah desain.“

    Last Updated : 2021-06-02
  • ALARICK   Alarick Part 15

    “Apa yang ingin kau bicarakan?” Pertanyaan itu muncul begitu mereka sampai di ruang Dokter Lee.“Kau kenal dengan pasien yang baru saja aku tangani?” Raquil mengangguk menanggapi pertanyaan dokter muda itu.“Sebenarnya aku bukan orang yang suka membeberkan rahasia orang lain, namun saat ini kasusnya menyangkut hidup dan mati,” ucapnya panjang lebar.“Kebiasaan. Bisakah kau bicara intinya saja, aku sudah bosan setiap hari mendengar ocehanmu.” Ya, mereka berteman cukup lama, hingga tak ada lagi batasan antara mereka.“Oke, gadis itu memiliki penyakit yang aku yakin berhubungan denganmu,” ucapnya yakin.“Apa maksudmu? Kenapa kau membawaku dalam urusan penyakit orang?” Dahi Raquil mengerut. Dia benar-benar tak bisa memprediksi pikiran orang di hadapannya ini.“Bukan, bukan itu maksudku. Dia memiliki penyakit kanker dalam tubuhnya.” Sedetik kemudian Raquil terpera

    Last Updated : 2021-06-02
  • ALARICK   Alarick Part 16

    “Selamat pagi, Nona. Masih ingat padaku?” tanya Raquil dengan nada mengejek. Sementara orang yang ditanya hanya merotasikan matanya pertanda dia kesal dengan penuturan Raquil.“Kenapa kau tahu aku ada di sini?” tanya Nerissa tanpa mengindahkan pertanyaan Raquil sebelumnya.Raquil mendudukan dirinya di kursi samping brankar Nerissa. Pekerjaannya telah usai dan seperti niatnya tadi, dia akan menemui Nerissa setelahnya.“Siapa yang tidak tahu, bahkan kau masuk berita Nasional,” ujarnya. Nerissa yang mendengarnya tidak terlihat terkejut, mungkin karena itu hal yang biasa baginya.“Lagi pula, siapa yang membawaku ke sini?” Bukan sebuah pertanyaan, dia hanya sedang menggerutu pada orang yang telah membawanya ke rumah sakit.“Lalu kau ingin dibawa ke mana jika sedang sakit?” Raquil melepas snelly yang dia kenakan. Sepertinya dia akan sedikit lebih lama di sini untuk meminta penjela

    Last Updated : 2021-06-17
  • ALARICK   Alarick Part 17

    Bukan suatu hal yang aneh jika sebuah perusahaan mengalami kerugian, namun untuk saat ini keadaannya jauh berbeda. Di mana hanya seorang sekretaris yang mengurus lonjakan kerugian ini sementara sang Tuan sama sekali tak ada kabarnya.“Sialan! Apa yang harus aku lakukan?” Luciver mengacak rambutnya saat kliennya itu tetap ingin membatalkan pesanan.Memang tak ada lagi cara selain berkonsultasi dengan Alarick untuk masalah satu ini. Biarlah pria itu merasa bosan dengan panggilan dari Luciver. Luciver mendudukan dirinya dengan tergesa-gesa kemudian meraih ponsel yang tergeletak di meja kerjanya.“Sekarang apa yang kau inginkan?” tanya orang dari seberang sana. Alarick sungguh merasa bosan dengan ponselnya yang selalu berdering dan hanya satu nama yang selalu menghubunginya.“Perusahaan mengalami kerugian, kau tak akan pulang? Haruskah aku menyerahkan masalah ini pada Ayahmu?” tanya Luciver.“Kau gila!? Lalu un

    Last Updated : 2021-06-19

Latest chapter

  • ALARICK   Alarick Part 27

    Alarick berpikir beberapa kali setelah Haleth bertanya demikian.“Kau tak memiliki perasaan lebih padanya, kan?” Pertanyaan itu terus saja berputar-putar di kepalanya.Kini mereka telah sampai di apartemen Haleth dan sejak percakapan tadi di mobil, mereka tak lagi mengeluarkan suara sedikitpun. Keadaan menjadi sangat canggung di antara mereka.“Terima kasih telah mengantarku,” ucap Haleth. Alarick menoleh seolah terkejut dengan perkataan Haleth yang tiba-tiba.“Ah iya sama-sama. Kalau begitu aku tak akan lama, masih ada pekerjaan yang belum aku selesaikan. Lain kali aku akan datang,” ujar Alarick. Pria itu menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal sama sekali.Haleth mengangguk mengijinkan Alarick untuk pergi dari sana. “Hmm baiklah, hati-hati di jalan.” Haleth melambaikan tangannya pada Alarick dan dibalas dengan lambaian pula oleh Alarick.Alarick kembali ke parkiran dengan berbaga

  • ALARICK   Alarick Part 26

    Nerissa tersenyum lebar dan menganggukkan kepalanya.“Menurutmu, apakah aku bisa bertahan sampai akhir?” tanya Nerissa. Kedua gadis itu mulai mendudukan dirinya di sofa yang tersedia di sana.“Apa? Dengan suamimu?” tanya Lovetta memastikan.Nerissa mengangguk lesu pertanda lagi-lagi ada masalah yang menimpanya.“Apa lagi yang dilakukan suamimu kali ini?” Melihat raut wajah Nerissa cukup membuat Lovetta yakin bahwa suaminya berulah lagi.“Pagi ini aku melihatnya tersenyum,” ujarnya. Lovetta mengerutkan dahinya.“Lalu di bagian mana kesalahan suamimu?” tanya Lovetta heran.“Tak biasanya dia tersenyum selebar itu. Kau tahu apa jawabannya saat aku bertanya?”“Apa?”“Dia bilang, dia sedang membaca sebuah berita online di ponselnya. Lalu bagian berita yang mana yang berhasil membuatnya tersenyum selebar itu?” Nerissa menyandarkan ba

  • ALARICK   Alarick Part 25

    Semesta seakan tak rela melihat kebahagiaan Nerissa. Baru saja beberapa hari lalu sikap Alarick sedikit menghangat padanya, kini pria itu terasa kembali berbeda.Sejak matahari muncul pagi ini, pria itu terus saja sibuk dengan ponselnya. Telepon yang masuk setiap satu jam sekali dan jangan lupakan notifikasi pesan yang seakan tak ada hentinya.“Ada apa sebenarnya dengan ponselmu?” tanya Nerissa geram. Dia bahkan tak kunjung menyentuh makanannya karena notifikasi sialan itu.“Bukan apa-apa. Hanya notifikasi berita saja,” jawab Alarick.“Sejak kapan kau gemar membaca berita di ponselmu dan dengan senyum mengembang itu?” sindir Nerissa. Kalian tahu sudah berapa lama Nerissa mengagumi Alarick. Gadis itu juga tahu dengan pasti apa saja kebiasaan suaminya ini dan membaca berita online bukanlah tipe suaminya.Entah sadar atau tidak, Alarick memudarkan senyumannya. Pria itu juga baru menyadari jika dia tersenyum beberapa

  • ALARICK   Alarick Part 24

    Setelah hari di mana Alarick membawa Nerissa ke rumah sakit, kini hati Nerissa benar-benar tak tenang. Dia takut Alarick akan mengetahui semuanya. Kalimat yang dia tulis dalam novelnya benar-benar hancur karena pikirannya yang bercabang. “Nerissa aku mau mandi.” Ucapan seseorang membangunkan Nerissa dari lamunannya. Nerissa menatap suaminya yang baru saja pulang kerja. “Ah iya, sebentar akan aku siapkan air hangat.” Nerissa beranjak dari kursi kerjanya. Ya, beberapa hari lalu Alarick menyiapkan sebuah meja kerja khusus Nerissa. Nerissa sudah menolak, namun Alarick tetap mamaksa hingga akhirnya meja itu berada di kamarnya dengan Alarick. Beruntunglah kamar mereka luas, jadi masih banyak ruang yang tersisa di sana. Alarick memang ahli dalam berbenah, namun semenjak ada Nerissa, apartemennya terlihat lebih bersih dan tertata. Alarick memuji kemampuan Nerissa dalam hal berumah tangga. “Sudah selesai.” Nerissa kembali ke kamar setelah seles

  • ALARICK   Alarick Part 23

    “Maafkan aku, aku terpaksa melakukannya. Kau tahu jika aku mengatakan yang sebenarnya apa yang akan terjadi,” bujuk Alarick sambil berjalan menjauh dari sana. Dia khawatir Nerissa akan mendengar apa yang dia bicarakan. Pria jangkung itu memindahkan ponselnya ke telinga sebelah kiri. Terdengar helaan napas dari seberang sana. “Baiklah, aku akan tutup teleponnya,” ucap Haleth. Sebenarnya dia tak terlalu keberatan Alarick memanggilnya apa, namun dia merasa harus melakukan itu agar Alarick percaya bahwa dirinya masih menyayangi Alarick. Alarick menjauhkan ponselnya dari telinga. “Siapa?” tanya Nerissa. Alarick sedikit terlonjak dengan kedatangan Nerissa yang tiba-tiba. “Bukan siapa-siapa, hanya rekan bisnis,” ucapnya. Sebenarnya dia bisa saja memberitahu Nerissa bahwa dirinya masih berhubungan dengan Haleth, hanya saja dia takut gadis itu akan mengadu kepada Ayahnya. Nerissa mengangguk paham. “Kau akan pulang sekarang?” tanya Neris

  • ALARICK   Alarick Part 22

    Setelah berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya, Nerissa mulai menghubungi satu persatu kontak yang diberikan Lovetta. Dia memang tak berharap banyak pada cara ini, namun tak salah juga jika dia mencoba. Nerissa tak mau mengambil resiko jati dirinya diketahui oleh orang-orang media, maka dari itu dia memakai nomor ponsel lama yang sudah jarang dia pakai. Dia juga tak menelpon tetapi mengirimkan sebuah pesan. Seperti yang kalian tahu jika Nerissa adalah seorang penulis, maka pesan yang dia kirim juga merupakan rangkaian kata yang sepertinya cukup meyakinkan untuk menghentikan skandal Alarick. “Satu persatu sudah selesai,” ucap Nerissa. Memang membutuhkan waktu lama, namun dengan sabar Nerissa mengurusnya satu persatu. “Sayangnya aku gagal meyakinkan stasiun berita yang sangat berpengaruh di Negeri ini,” lirihnya. Sepertinya untuk yang pertama kalinya dia tak bisa membantu Alarick menyelesaikan masalahnya. Nerissa kembali memutar ota

  • ALARICK   Alarick Part 21

    “Kau? Sedang apa kau di sini?” Seseorang masuk begitu saja ke dalam ruangan Tuan Frore. “A-Aku sedang berbicara dengan Ayahmu,” jawab Alarick. Pria itu sedikit tergagap karena kedatangan istrinya yang tiba-tiba. “Kau sendiri sedang apa di sini?” lanjut Alarick. “Ada sesuatu yang harus aku bicarakan dengan Ayahku.” Nerissa memandang ayahnya angkuh. “Ah, kalian duduklah. Kita bicarakan ini baik-baik,” ucap Tuan Frore. “Aku tak akan berbicara bertiga di sini. Urusanku hanya denganmu bukan Alarick,” sarkas Nerissa. Alarick yang mengerti dengan maksud Nerissa segera beranjak dari sana. “Kalau begitu aku pamit, Ayah,” pamit Alarick pada Tuan Frore. “Baiklah. Kapan-kapan mainlah lagi ke sini,” jawab Tuan Frore. Alarick mengangguk dan segera meninggalkan ruangan tuan Frore. “Apa yang membawamu ke sini?” tanya Tuan Frore setelah memastikan Alarick pergi dari sana. “Aku hanya ingin memberitahumu bahwa aku

  • ALARICK   Alarick Part 20

    Pecakapannya dengan tuan Mauricio satu hari lalu selalu saja terngiang dalam telinganya. Sebenarnya apa yang dipertanyakan tuan Mauricio juga menjadi pertanyaannya.“Apakah keputusan yang tepat, aku menikahkan putriku dengan Alarick?” Tuan Frore termenung sejenak di meja kerjanya.“Bukankah aku sudah mengambil keputusan yang tepat,” lanjutnya.Pikirannya melayang ke masa lalu, di mana putrinya, Nerissa masih mengenakan seragam putih abu yang sangat cocok di badannya.***Gadis dengan rok abu di atas lutut itu berlari memasuki sekolahnya dengan tangannya yang masih setia menggenggam tali tasnya.Nerissa, gadis manis itu terus menyusuri lorong sekolah untuk sampai di kelasnya, namun langkahnya terhenti di depan ruang guru. Nerissa mendekatkan telinganya pada pintu untuk mendengar pembicaraan serius orang yang ada di dalam.“Aku tak bisa membiarkanmu mengikuti turnamen

  • ALARICK   Alarick Part 19

    “Setidaknya kau bilang padanya, bukannya membiarkan orang berharap atas kedatanganmu!” Emosi Lovetta sudah tak terbendung. Awalnya dia akan membiarkan Nerissa yang mengurus rumah tangganya sendiri. Lovetta tahu dia tidak berhak ikut campur dalam rumah tangga seseorang, tapi sahabat mana yang kuat melihat sahabatnya sendiri diperlakukan seperti itu terlebih oleh suaminya sendiri. “Aku tahu. Bisakah kau pergi dari sini? Aku akan menyelesaikan ini dengan Nerissa,” ucap Alarick. Pria itu terlihat sangat tenang setelah mengabaikan janjinya untuk menjemput Nerissa. Tanpa menjawab, Lovetta mengambil kasar tas selempangnya yang tergeletak di kursi. “Aku pergi, jaga dirimu baik-baik.” Di akhir kalimatnya, Lovetta menatap netra Alarick dengan tajam. Nerissa mengangguk meyakinkan Lovetta bahwa dia akan baik-baik saja. “Kenapa kau tak menghubungiku? Kau ingin menghancurkan namaku?” sarkas Alarick. Mungkin maksudnya adalah, jika publik sampai tahu

DMCA.com Protection Status