Home / Romansa / ALARICK / Alarick Part 14

Share

Alarick Part 14

last update Last Updated: 2021-06-02 17:08:27

Sudah hari kedua Alarick berada di Annecy, berarti ini hari kedua juga Luciver menggantikan Alarick untuk mengurus perusahaannya.

Hari ini adalah jadwal pertemuan Luciver dengan klien, sebenarnya sudah hampir satu bulan klien itu tidak menghubungi pihak kantor lagi, namun entah mengapa dua hari lalu tepatnya satu jam setelah Alarick pergi ke Annecy, kliennya itu meminta bertemu dan mendiskusikan perihal desain yang belum sempat mereka sepakati dulu.

Entah sudah berapa menit Luciver mengobrak-abrik isi nakas di ruangan Alarick, namun dia tak kunjung menemukan apa yang dicarinya. Pilihan terakhir Luciver adalah menghubungi pemilik ruangan ini.

“Ada apa?” tanya orang dari seberang sana.

“Di mana kau menyimpan desain milik klien dua bulan lalu?” Luciver tak tinggal diam, tangannya masih terus mencari-cari desain itu.

“Yang mana maksudmu?’’ Seingat Alarick dia tidak pernah menyimpan sebuah desain.

“Klien yang tidak menghubungi lagi setelah kita menunjukan desain yang dia inginkan, dua bulan lalu kau ingat?” Alarick mencoba mengingat klien tersebut. Setelah cukup lama berkutat dengan pikirannya, akhirnya pria itu menjentikan jarinya.

“Ah desain itu? Aku menyimpannya di rumah, di nakas di ruangan kerjaku,” jawab Alarick akhirnya.

“Baiklah, aku akan ke rumahmu untuk mengambilnya. Klien itu kembali dan meminta kita melanjutkannya.” Di seberang sana Alarick mengangguk.

“Ya, mungkin Nerissa juga ada di rumah,” ucap Alarick.

Luciver memutuskan sambungan telepon saat dirasa tak ada yang perlu disampaikan lagi. Kakinya melangkah menuju parkiran. Tak ingin menunggu lama, pria itu segera menancap gas menuju rumah Alarick.

Walaupun kini di apartemen Alarick bertambah jiwa, namun tetap saja suasana sepi masih sangat mendominasi di sana. Luciver memang salah satu orang yang sangat dipercayai Alarick hingga pria itu berani memberikan password apartemennya pada Luciver.

Langkah Luciver terhenti saat netranya menangkap tubuh mungil yang tergeletak begitu saja di depan pintu kamar Alarick. Dengan cepat Luciver menghampirinya.

“Nerissa! Kau kenapa? Bangunlah!” Luciver menggoyangkan tubuh Nerissa. Pria itu juga menepuk pelan pipi Nerissa berharap gadis yang ada di hadapannya akan segera membuka matanya.

Luciver menyerah, setelah beberapa menit dia mencoba membangunkan Nerissa namun gadis itu sepertinya masih sangat nyaman untuk tertidur.

Tanpa berpikir lagi, pria itu segera mengangkat tubuh Nerissa dan membaringkannya di tempat tidur. Luciver melupakan niat awalnya untuk membawa sebuah dokumen, saat ini pria itu lebih memilih mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.

“Apa lagi? Kau tidak menemukannya?” kesal Alarick dari seberang sana.

“Pulang sekarang! Istrimu pingsan.” Luciver tahu, dia tak berhak ikut campur dalam urusan rumah tangga temannya, namun bisakah pria itu sedikit perhatian terhadap temannya? Dia juga tahu walaupun Alarick pulang, tidak mungkin pria itu akan berada di sana dalam waktu beberapa menit, namun setidaknya Alarick lebih memperlihatkan kepeduliannya pada Nerissa.

“Biarkanlah, dia akan bangun lagi nanti. Itu sudah sering terjadi,” ucap Alarick santai. Memang pria itu sering mendapati Nerissa pingsan begitu saja, namun dia tak mempermasalahkannya karena dia pikir Nerissa hanya kelelahan.

“Kau gila! Kau tahu bahwa istrimu sering pingsan dan sekarang kau malah bersenang-senang dengan selingkuhanmu?! Lakukan apa maumu!” Luciver benar-benar hilang kendali saat ini. Dia sungguh tak lagi peduli jika dia akan dipecat.

Pilihan terakhir, pria itu segera menghubungi Tuan Mauricio.

“Selamat pagi, Tuan,” sapanya pada atasannya itu.

“Pagi, ada apa?” Seperti biasa, seorang Tuan Mauricio akan berbicara tanpa basa-basi.

“Saat ini saya berada di apartemen tuan Alarick, Tuan. Saat saya sampai, saya mendapati nona Nerissa pingsan di depan kamarnya. Saya meminta ijin untuk membawa beliau ke rumah sakit,” ucap Luciver.

Tuan Mauricio terperangah mendengar penuturan bawahannya itu.

“Segera bawa ke rumah sakit, aku akan menyusul.” Tuan Mauricio memutuskan sambungannya. Luciver segera mengangkat tubuh Nerissa dan membawanya ke rumah sakit.

***

“Jangan lupa untuk memberinya pil pereda nyeri siang nanti,” ucap gadis ber-snelly itu.

“Baik, Dok.” Kakinya terus melangkah hendak kembali ke ruangannya, namun suara ramai di depan rumah sakit cukup menarik perhatiannya. Gadis itu segera mengubah haluan dan melihat apa yang terjadi di depan rumah sakit.

“Ada apa di sana?” tanyanya pada pengurus resepsionis.

“Nona Nerissa, Dok.” Dengan segera dokter dengan name tag Raquil Caliana itu menghampiri brankar yang saat ini bergerak dengan cepat menuju IGD.

“Apa yang terjadi?” tanya Raquil sambil terus berlari mendorong brankar itu.

“Dia ditemukan pingsan di apartemennya,” jawab perawat yang juga mendorong brankar. Berita saat ini memang sangat cepat menyebar.

Raquil melepaskan brankar saat mereka sampai di IGD. Semua perawat dan seorang dokter masuk ke dalam menyisakan Raquil dan pria tampan yang mengantar Nerissa ke rumah sakit.

Raquil memegang kepalanya dengan satu tangan dengan napas yang terengah. Pikirannya melayang, apakah Nerissa mencoba bunuh diri lagi?

Perlahan netranya bertemu dengan netra pemuda yang kini berada disana.

“Kau kenal dengan Nerissa?” tanya Luciver. Pertanyaan itu sudah sangat ingin dia layangkan sedari tadi karena melihat raut khawatir di wajah dokter itu.

“Ya, aku temannya.” Sejak kejadian percobaan bunuh diri itu, Nerissa menjadi banyak bicara dengan Raquil sehingga bisa dikatakan mereka sangat akrab.

“Kau sendiri?” tanya Raquil.

“Aku teman suaminya,” ucap Luciver. Sungguh tak disangka jika Luciver hanya sebatas teman suaminya.

“Lalu mengapa kau yang membawanya?” Belum sempat Luciver menjawab sebuah suara menginterupsinya.

“Luciver di mana Nerissa?” Tuan Frore ada di sana bersama Tuan Mauricio.

“Dia di dalam, Tuan. Dokter sedang memeriksanya,” ucap Luciver.

“Lalu di mana Alarick? Kenapa kau yang membawanya?” Sebuah pertanyaan yang sebenarnya sangat Luciver hindari.

“Kenapa kau hanya diam? Di mana anak itu?” lanjut Tuan Mauricio saat dia tak kunjung mendapatkan jawaban dari Luciver.

“Kau tak menjawabku berarti kau memilih keluar dari perusahaanku,” ancamnya. Belum sampai dia melangkah terlalu jauh Luciver baru membuka suaranya.

“Annecy. Dia pergi ke Annecy.” Luciver tak punya pilihan lain. Dia tak bisa mempertaruhkan karirnya hanya untuk melindungi Alarick, dia tahu kekuatan seorang Tuan Mauricio, dia benar-benar tak akan mendapatkan pekerjaan di manapun setelah keluar dari Mauricio Corp.

Perlahan Tuan Mauricio, Tuan Frore dan Raquil memandang Luciver meminta jawaban.

“Ada sesuatu yang harus dia lakukan,” putusnya. Dia berharap dengan berbohong mampu melindungi Alarick dan juga pekerjaannya.

Sejenak Tuan Mauricio memandang Luciver curiga, namun dia segera mengangguk mengiyakan perkataan Luciver.

Dia akan mencari tahu nanti setelah menantunya baik-baik saja.

Seorang dokter keluar dari IGD, dan segera menyapa keluarga Nerissa.

“Bagaimana , Dokter?” tanya Tuan Frore.

“Tak apa, dia hanya kelelahan dan hanya perlu istirahat. Pasien akan di pindahkan ke ruang rawat,” jelasnya.

Kedua pria yang sangat mengkhawatirkan putri dan menantunya itu segera menuju ruang rawat di mana sang putri berada.

Sementara Raquil kini tengah memandang Luciver dengan penuh curiga, walaupun tatapan itu hanya dihiraukannya.

“Dokter Raquil, bisa saya bicara sebentar?” tanya dokter yang baru saja menangani Nerissa. Dengan cepat gadis itu mengangguk dan mengikuti dokter itu menuju ruangannya.

Related chapters

  • ALARICK   Alarick Part 15

    “Apa yang ingin kau bicarakan?” Pertanyaan itu muncul begitu mereka sampai di ruang Dokter Lee.“Kau kenal dengan pasien yang baru saja aku tangani?” Raquil mengangguk menanggapi pertanyaan dokter muda itu.“Sebenarnya aku bukan orang yang suka membeberkan rahasia orang lain, namun saat ini kasusnya menyangkut hidup dan mati,” ucapnya panjang lebar.“Kebiasaan. Bisakah kau bicara intinya saja, aku sudah bosan setiap hari mendengar ocehanmu.” Ya, mereka berteman cukup lama, hingga tak ada lagi batasan antara mereka.“Oke, gadis itu memiliki penyakit yang aku yakin berhubungan denganmu,” ucapnya yakin.“Apa maksudmu? Kenapa kau membawaku dalam urusan penyakit orang?” Dahi Raquil mengerut. Dia benar-benar tak bisa memprediksi pikiran orang di hadapannya ini.“Bukan, bukan itu maksudku. Dia memiliki penyakit kanker dalam tubuhnya.” Sedetik kemudian Raquil terpera

    Last Updated : 2021-06-02
  • ALARICK   Alarick Part 16

    “Selamat pagi, Nona. Masih ingat padaku?” tanya Raquil dengan nada mengejek. Sementara orang yang ditanya hanya merotasikan matanya pertanda dia kesal dengan penuturan Raquil.“Kenapa kau tahu aku ada di sini?” tanya Nerissa tanpa mengindahkan pertanyaan Raquil sebelumnya.Raquil mendudukan dirinya di kursi samping brankar Nerissa. Pekerjaannya telah usai dan seperti niatnya tadi, dia akan menemui Nerissa setelahnya.“Siapa yang tidak tahu, bahkan kau masuk berita Nasional,” ujarnya. Nerissa yang mendengarnya tidak terlihat terkejut, mungkin karena itu hal yang biasa baginya.“Lagi pula, siapa yang membawaku ke sini?” Bukan sebuah pertanyaan, dia hanya sedang menggerutu pada orang yang telah membawanya ke rumah sakit.“Lalu kau ingin dibawa ke mana jika sedang sakit?” Raquil melepas snelly yang dia kenakan. Sepertinya dia akan sedikit lebih lama di sini untuk meminta penjela

    Last Updated : 2021-06-17
  • ALARICK   Alarick Part 17

    Bukan suatu hal yang aneh jika sebuah perusahaan mengalami kerugian, namun untuk saat ini keadaannya jauh berbeda. Di mana hanya seorang sekretaris yang mengurus lonjakan kerugian ini sementara sang Tuan sama sekali tak ada kabarnya.“Sialan! Apa yang harus aku lakukan?” Luciver mengacak rambutnya saat kliennya itu tetap ingin membatalkan pesanan.Memang tak ada lagi cara selain berkonsultasi dengan Alarick untuk masalah satu ini. Biarlah pria itu merasa bosan dengan panggilan dari Luciver. Luciver mendudukan dirinya dengan tergesa-gesa kemudian meraih ponsel yang tergeletak di meja kerjanya.“Sekarang apa yang kau inginkan?” tanya orang dari seberang sana. Alarick sungguh merasa bosan dengan ponselnya yang selalu berdering dan hanya satu nama yang selalu menghubunginya.“Perusahaan mengalami kerugian, kau tak akan pulang? Haruskah aku menyerahkan masalah ini pada Ayahmu?” tanya Luciver.“Kau gila!? Lalu un

    Last Updated : 2021-06-19
  • ALARICK   Alarick Part 18

    Sesuai dengan yang dikatakan Nerissa, kini gadis itu telah mengganti pakaian rumah sakitnya dengan pakaian biasa. Walaupun dia baru saja membaik, tapi keadaan memaksanya untuk membereskan peralatannya sendiri.Nerissa kira Alarick akan datang menjemputnya setelah dia mengatakan waktu kepulangannya tadi siang, namun hingga saat ini pria itu tak kunjung datang hingga Nerissa memutuskan untuk menelpon Lovetta saja.“Love, kau sudah pulang?” tanya Nerissa sekadar basa-basi.“Ya, baru saja sampai. Belakangan ini aku sangat sibuk hingga tak bisa mengunjungimu,” jawabnya.“Tak apa, aku mengerti. Tapi bisakah saat ini kau menjemputku?” Sebenarnya Nerissa sedikit ragu meminta bantuan pada Lovetta mengingat gadis itu tengah sibuk dengan pekerjaannya.“Ya tentu saja. Tapi, biarkan aku mandi sebentar.” Sementara itu tangan mungil Nerissa masih meraih barang-barangnya untuk dimasukan ke dalam tas.“Ta

    Last Updated : 2021-06-28
  • ALARICK   Alarick Part 19

    “Setidaknya kau bilang padanya, bukannya membiarkan orang berharap atas kedatanganmu!” Emosi Lovetta sudah tak terbendung. Awalnya dia akan membiarkan Nerissa yang mengurus rumah tangganya sendiri. Lovetta tahu dia tidak berhak ikut campur dalam rumah tangga seseorang, tapi sahabat mana yang kuat melihat sahabatnya sendiri diperlakukan seperti itu terlebih oleh suaminya sendiri. “Aku tahu. Bisakah kau pergi dari sini? Aku akan menyelesaikan ini dengan Nerissa,” ucap Alarick. Pria itu terlihat sangat tenang setelah mengabaikan janjinya untuk menjemput Nerissa. Tanpa menjawab, Lovetta mengambil kasar tas selempangnya yang tergeletak di kursi. “Aku pergi, jaga dirimu baik-baik.” Di akhir kalimatnya, Lovetta menatap netra Alarick dengan tajam. Nerissa mengangguk meyakinkan Lovetta bahwa dia akan baik-baik saja. “Kenapa kau tak menghubungiku? Kau ingin menghancurkan namaku?” sarkas Alarick. Mungkin maksudnya adalah, jika publik sampai tahu

    Last Updated : 2021-06-30
  • ALARICK   Alarick Part 20

    Pecakapannya dengan tuan Mauricio satu hari lalu selalu saja terngiang dalam telinganya. Sebenarnya apa yang dipertanyakan tuan Mauricio juga menjadi pertanyaannya.“Apakah keputusan yang tepat, aku menikahkan putriku dengan Alarick?” Tuan Frore termenung sejenak di meja kerjanya.“Bukankah aku sudah mengambil keputusan yang tepat,” lanjutnya.Pikirannya melayang ke masa lalu, di mana putrinya, Nerissa masih mengenakan seragam putih abu yang sangat cocok di badannya.***Gadis dengan rok abu di atas lutut itu berlari memasuki sekolahnya dengan tangannya yang masih setia menggenggam tali tasnya.Nerissa, gadis manis itu terus menyusuri lorong sekolah untuk sampai di kelasnya, namun langkahnya terhenti di depan ruang guru. Nerissa mendekatkan telinganya pada pintu untuk mendengar pembicaraan serius orang yang ada di dalam.“Aku tak bisa membiarkanmu mengikuti turnamen

    Last Updated : 2021-07-06
  • ALARICK   Alarick Part 21

    “Kau? Sedang apa kau di sini?” Seseorang masuk begitu saja ke dalam ruangan Tuan Frore. “A-Aku sedang berbicara dengan Ayahmu,” jawab Alarick. Pria itu sedikit tergagap karena kedatangan istrinya yang tiba-tiba. “Kau sendiri sedang apa di sini?” lanjut Alarick. “Ada sesuatu yang harus aku bicarakan dengan Ayahku.” Nerissa memandang ayahnya angkuh. “Ah, kalian duduklah. Kita bicarakan ini baik-baik,” ucap Tuan Frore. “Aku tak akan berbicara bertiga di sini. Urusanku hanya denganmu bukan Alarick,” sarkas Nerissa. Alarick yang mengerti dengan maksud Nerissa segera beranjak dari sana. “Kalau begitu aku pamit, Ayah,” pamit Alarick pada Tuan Frore. “Baiklah. Kapan-kapan mainlah lagi ke sini,” jawab Tuan Frore. Alarick mengangguk dan segera meninggalkan ruangan tuan Frore. “Apa yang membawamu ke sini?” tanya Tuan Frore setelah memastikan Alarick pergi dari sana. “Aku hanya ingin memberitahumu bahwa aku

    Last Updated : 2021-07-11
  • ALARICK   Alarick Part 22

    Setelah berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya, Nerissa mulai menghubungi satu persatu kontak yang diberikan Lovetta. Dia memang tak berharap banyak pada cara ini, namun tak salah juga jika dia mencoba. Nerissa tak mau mengambil resiko jati dirinya diketahui oleh orang-orang media, maka dari itu dia memakai nomor ponsel lama yang sudah jarang dia pakai. Dia juga tak menelpon tetapi mengirimkan sebuah pesan. Seperti yang kalian tahu jika Nerissa adalah seorang penulis, maka pesan yang dia kirim juga merupakan rangkaian kata yang sepertinya cukup meyakinkan untuk menghentikan skandal Alarick. “Satu persatu sudah selesai,” ucap Nerissa. Memang membutuhkan waktu lama, namun dengan sabar Nerissa mengurusnya satu persatu. “Sayangnya aku gagal meyakinkan stasiun berita yang sangat berpengaruh di Negeri ini,” lirihnya. Sepertinya untuk yang pertama kalinya dia tak bisa membantu Alarick menyelesaikan masalahnya. Nerissa kembali memutar ota

    Last Updated : 2021-07-17

Latest chapter

  • ALARICK   Alarick Part 27

    Alarick berpikir beberapa kali setelah Haleth bertanya demikian.“Kau tak memiliki perasaan lebih padanya, kan?” Pertanyaan itu terus saja berputar-putar di kepalanya.Kini mereka telah sampai di apartemen Haleth dan sejak percakapan tadi di mobil, mereka tak lagi mengeluarkan suara sedikitpun. Keadaan menjadi sangat canggung di antara mereka.“Terima kasih telah mengantarku,” ucap Haleth. Alarick menoleh seolah terkejut dengan perkataan Haleth yang tiba-tiba.“Ah iya sama-sama. Kalau begitu aku tak akan lama, masih ada pekerjaan yang belum aku selesaikan. Lain kali aku akan datang,” ujar Alarick. Pria itu menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal sama sekali.Haleth mengangguk mengijinkan Alarick untuk pergi dari sana. “Hmm baiklah, hati-hati di jalan.” Haleth melambaikan tangannya pada Alarick dan dibalas dengan lambaian pula oleh Alarick.Alarick kembali ke parkiran dengan berbaga

  • ALARICK   Alarick Part 26

    Nerissa tersenyum lebar dan menganggukkan kepalanya.“Menurutmu, apakah aku bisa bertahan sampai akhir?” tanya Nerissa. Kedua gadis itu mulai mendudukan dirinya di sofa yang tersedia di sana.“Apa? Dengan suamimu?” tanya Lovetta memastikan.Nerissa mengangguk lesu pertanda lagi-lagi ada masalah yang menimpanya.“Apa lagi yang dilakukan suamimu kali ini?” Melihat raut wajah Nerissa cukup membuat Lovetta yakin bahwa suaminya berulah lagi.“Pagi ini aku melihatnya tersenyum,” ujarnya. Lovetta mengerutkan dahinya.“Lalu di bagian mana kesalahan suamimu?” tanya Lovetta heran.“Tak biasanya dia tersenyum selebar itu. Kau tahu apa jawabannya saat aku bertanya?”“Apa?”“Dia bilang, dia sedang membaca sebuah berita online di ponselnya. Lalu bagian berita yang mana yang berhasil membuatnya tersenyum selebar itu?” Nerissa menyandarkan ba

  • ALARICK   Alarick Part 25

    Semesta seakan tak rela melihat kebahagiaan Nerissa. Baru saja beberapa hari lalu sikap Alarick sedikit menghangat padanya, kini pria itu terasa kembali berbeda.Sejak matahari muncul pagi ini, pria itu terus saja sibuk dengan ponselnya. Telepon yang masuk setiap satu jam sekali dan jangan lupakan notifikasi pesan yang seakan tak ada hentinya.“Ada apa sebenarnya dengan ponselmu?” tanya Nerissa geram. Dia bahkan tak kunjung menyentuh makanannya karena notifikasi sialan itu.“Bukan apa-apa. Hanya notifikasi berita saja,” jawab Alarick.“Sejak kapan kau gemar membaca berita di ponselmu dan dengan senyum mengembang itu?” sindir Nerissa. Kalian tahu sudah berapa lama Nerissa mengagumi Alarick. Gadis itu juga tahu dengan pasti apa saja kebiasaan suaminya ini dan membaca berita online bukanlah tipe suaminya.Entah sadar atau tidak, Alarick memudarkan senyumannya. Pria itu juga baru menyadari jika dia tersenyum beberapa

  • ALARICK   Alarick Part 24

    Setelah hari di mana Alarick membawa Nerissa ke rumah sakit, kini hati Nerissa benar-benar tak tenang. Dia takut Alarick akan mengetahui semuanya. Kalimat yang dia tulis dalam novelnya benar-benar hancur karena pikirannya yang bercabang. “Nerissa aku mau mandi.” Ucapan seseorang membangunkan Nerissa dari lamunannya. Nerissa menatap suaminya yang baru saja pulang kerja. “Ah iya, sebentar akan aku siapkan air hangat.” Nerissa beranjak dari kursi kerjanya. Ya, beberapa hari lalu Alarick menyiapkan sebuah meja kerja khusus Nerissa. Nerissa sudah menolak, namun Alarick tetap mamaksa hingga akhirnya meja itu berada di kamarnya dengan Alarick. Beruntunglah kamar mereka luas, jadi masih banyak ruang yang tersisa di sana. Alarick memang ahli dalam berbenah, namun semenjak ada Nerissa, apartemennya terlihat lebih bersih dan tertata. Alarick memuji kemampuan Nerissa dalam hal berumah tangga. “Sudah selesai.” Nerissa kembali ke kamar setelah seles

  • ALARICK   Alarick Part 23

    “Maafkan aku, aku terpaksa melakukannya. Kau tahu jika aku mengatakan yang sebenarnya apa yang akan terjadi,” bujuk Alarick sambil berjalan menjauh dari sana. Dia khawatir Nerissa akan mendengar apa yang dia bicarakan. Pria jangkung itu memindahkan ponselnya ke telinga sebelah kiri. Terdengar helaan napas dari seberang sana. “Baiklah, aku akan tutup teleponnya,” ucap Haleth. Sebenarnya dia tak terlalu keberatan Alarick memanggilnya apa, namun dia merasa harus melakukan itu agar Alarick percaya bahwa dirinya masih menyayangi Alarick. Alarick menjauhkan ponselnya dari telinga. “Siapa?” tanya Nerissa. Alarick sedikit terlonjak dengan kedatangan Nerissa yang tiba-tiba. “Bukan siapa-siapa, hanya rekan bisnis,” ucapnya. Sebenarnya dia bisa saja memberitahu Nerissa bahwa dirinya masih berhubungan dengan Haleth, hanya saja dia takut gadis itu akan mengadu kepada Ayahnya. Nerissa mengangguk paham. “Kau akan pulang sekarang?” tanya Neris

  • ALARICK   Alarick Part 22

    Setelah berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya, Nerissa mulai menghubungi satu persatu kontak yang diberikan Lovetta. Dia memang tak berharap banyak pada cara ini, namun tak salah juga jika dia mencoba. Nerissa tak mau mengambil resiko jati dirinya diketahui oleh orang-orang media, maka dari itu dia memakai nomor ponsel lama yang sudah jarang dia pakai. Dia juga tak menelpon tetapi mengirimkan sebuah pesan. Seperti yang kalian tahu jika Nerissa adalah seorang penulis, maka pesan yang dia kirim juga merupakan rangkaian kata yang sepertinya cukup meyakinkan untuk menghentikan skandal Alarick. “Satu persatu sudah selesai,” ucap Nerissa. Memang membutuhkan waktu lama, namun dengan sabar Nerissa mengurusnya satu persatu. “Sayangnya aku gagal meyakinkan stasiun berita yang sangat berpengaruh di Negeri ini,” lirihnya. Sepertinya untuk yang pertama kalinya dia tak bisa membantu Alarick menyelesaikan masalahnya. Nerissa kembali memutar ota

  • ALARICK   Alarick Part 21

    “Kau? Sedang apa kau di sini?” Seseorang masuk begitu saja ke dalam ruangan Tuan Frore. “A-Aku sedang berbicara dengan Ayahmu,” jawab Alarick. Pria itu sedikit tergagap karena kedatangan istrinya yang tiba-tiba. “Kau sendiri sedang apa di sini?” lanjut Alarick. “Ada sesuatu yang harus aku bicarakan dengan Ayahku.” Nerissa memandang ayahnya angkuh. “Ah, kalian duduklah. Kita bicarakan ini baik-baik,” ucap Tuan Frore. “Aku tak akan berbicara bertiga di sini. Urusanku hanya denganmu bukan Alarick,” sarkas Nerissa. Alarick yang mengerti dengan maksud Nerissa segera beranjak dari sana. “Kalau begitu aku pamit, Ayah,” pamit Alarick pada Tuan Frore. “Baiklah. Kapan-kapan mainlah lagi ke sini,” jawab Tuan Frore. Alarick mengangguk dan segera meninggalkan ruangan tuan Frore. “Apa yang membawamu ke sini?” tanya Tuan Frore setelah memastikan Alarick pergi dari sana. “Aku hanya ingin memberitahumu bahwa aku

  • ALARICK   Alarick Part 20

    Pecakapannya dengan tuan Mauricio satu hari lalu selalu saja terngiang dalam telinganya. Sebenarnya apa yang dipertanyakan tuan Mauricio juga menjadi pertanyaannya.“Apakah keputusan yang tepat, aku menikahkan putriku dengan Alarick?” Tuan Frore termenung sejenak di meja kerjanya.“Bukankah aku sudah mengambil keputusan yang tepat,” lanjutnya.Pikirannya melayang ke masa lalu, di mana putrinya, Nerissa masih mengenakan seragam putih abu yang sangat cocok di badannya.***Gadis dengan rok abu di atas lutut itu berlari memasuki sekolahnya dengan tangannya yang masih setia menggenggam tali tasnya.Nerissa, gadis manis itu terus menyusuri lorong sekolah untuk sampai di kelasnya, namun langkahnya terhenti di depan ruang guru. Nerissa mendekatkan telinganya pada pintu untuk mendengar pembicaraan serius orang yang ada di dalam.“Aku tak bisa membiarkanmu mengikuti turnamen

  • ALARICK   Alarick Part 19

    “Setidaknya kau bilang padanya, bukannya membiarkan orang berharap atas kedatanganmu!” Emosi Lovetta sudah tak terbendung. Awalnya dia akan membiarkan Nerissa yang mengurus rumah tangganya sendiri. Lovetta tahu dia tidak berhak ikut campur dalam rumah tangga seseorang, tapi sahabat mana yang kuat melihat sahabatnya sendiri diperlakukan seperti itu terlebih oleh suaminya sendiri. “Aku tahu. Bisakah kau pergi dari sini? Aku akan menyelesaikan ini dengan Nerissa,” ucap Alarick. Pria itu terlihat sangat tenang setelah mengabaikan janjinya untuk menjemput Nerissa. Tanpa menjawab, Lovetta mengambil kasar tas selempangnya yang tergeletak di kursi. “Aku pergi, jaga dirimu baik-baik.” Di akhir kalimatnya, Lovetta menatap netra Alarick dengan tajam. Nerissa mengangguk meyakinkan Lovetta bahwa dia akan baik-baik saja. “Kenapa kau tak menghubungiku? Kau ingin menghancurkan namaku?” sarkas Alarick. Mungkin maksudnya adalah, jika publik sampai tahu

DMCA.com Protection Status