Nada menatap benci ibunya yang keluar masuk kamar tanpa merasa bersalah. "Ibu tahu perbuatan yang dilakukan ibu sekarang salah?""Ibu adalah orang tua, jangan hanya kamu sudah bekerja jadinya tidak menghargai wanita yang melahirkan kamu.""Bu, kakak masuk penjara karena anak ayah, ayah tidak peduli dan sekarang ibu lebih membela ayah?""Ibu tidak membela, ibu hanya melakukan hal yang semestinya.""Semestinya?" tanya Nada tidak percaya. "Semestinya yang bagaimana?""Nada, ibu tahu di masa lalu telah mengecewakan kalian berdua karena pilih pergi dari rumah dan membesarkan kalian sendiri tapi biar bagaimana pun dia adalah ayah kandung kamu. Dosa anak perempuan masih ditanggung ayahnya jadi kamu harus tunduk dan turut padanya.""Meskipun dia menyuruh aku mati?""Dia tidak mungkin menyuruh kamu mati.""Ibu masih percaya pada ayah setelah apa yang dia lakukan pada ibu?""Tidak peduli apa yang dia lakukan pada ibu, dia tetap ayah kandung kamu.""Bodoh!""Apa?""Kamu wanita bodoh dan tidak me
Choky membuka pintu samping sopir mobil Nanda yang terparkir di pinggir jalan. "Sepertinya yang membawa mobil ini kabur, Nada dan ibunya juga tidak ada di dalam mobil."Putra mendecak kesal lalu mengacak rambutnya. "Sial!"Choky mengambil kunci mobil yang masih terpasang. "Mungkin dia takut begitu melihat kita mengikutinya sehingga tancap gas lalu kabur meninggalkan mobil dan akhirnya pria tadi ingin membawa kabur.""Kamu sudah pakai sarung tangan?""Ya." Choky mengangkat kedua tangannya yang masih memakai sarung tangan kulit. "Kamu ingin aku membawa mobil ini dan cek sidik jarinya?""Ya, aku ingin tahu siapa yang membawanya." Putra melihat jam tangan. "Waktu kita tidak banyak, aku harus cek tempat lain juga.""Apakah kamu akan mengambil cuti untuk mencari Nada?"Putra berhenti lalu menatap bingung Choky. "Tentu saja, memang untuk apa lagi?""Aku ikut minta cuti.""Apa?"Choky nyengir tidak bersalah. "Kelihatannya seru, aku tidak mau ketinggalan.Putra menatap jijik Choky.Sementara d
Beberapa jam kemudian."Wah, kamu membelikan aku barang sebanyak ini? Darimana?""Kerja dong demi kamu.""Terima kasih ya, sayang.""Sama-sama, semua yang kamu inginkan tinggal bilang saja. Pasti aku kabulkan.""Oke."BRAK! BRAK!Teriakan dari dalam rumah, muncul di mana-mana. Putra maju dan berhadapan dengan teman Adam. "Kamu yang bernama Ali?""I- iya.""Kamu yang menggelapkan mobil kakak Adam serta mencuri kartu debitnya?"Ali jatuh berlutut dan mengangkat kedua tangannya, dia menjawab dengan nada gemetar. "A- Adam yang memberikan ke aku kartu debitnya untuk membayar hutang, tapi masalah mobil itu-"Putra tersenyum licik. "Ingin saya bantu bebas dari penjara?""A- apa?""Kamu masih muda dan saya memikirkan masa depan yang panjang untuk kamu, terutama-" Putra melirik kekasih Ali. "Kalian berdua akan menikah?"Kekasih Ali terkejut lalu menunduk malu, ditatap pria tampan membuat jantungnya berdebar kencang.Putra menatap dingin Ali, kedua tangannya dilipat ke belakang sementara kelua
Ibu Nada menangis diam-diam di kamar setelah menghubungi Putra dan mendengar janjinya lalu mengambil handphone Nada di tasnya, sebelum ayah Nada menculik anaknya sendiri, dia berhasil mengamankan handphone Nada. Ketika ayahnya bertanya dimana keberadaan handphone Nada, dia menjawab tidak ada.Ibu Nada belajar dari masa lalu, ketika handphone putrinya tidak ada saat di rumah sakit, tidak lama Nanda mengembalikannya di rumah lewat ibu."Bukankah kamu akan membelikan yang baru?""Tadinya begitu, tapi aku bertemu teman Nada tadi dan dia mengembalikan handphone ini. Katanya terbawa." Bohong Nanda. Handphone itu sebenarnya dikembalikan Putra supaya Nada lebih banyak istirahat."Kalau begitu, ibu berikan ke Nada ya."Nada gembira ketika handphonenya kembali. Saat ditanya, ibu menjawab terbawa Nanda di dalam mobil. Nada pun tidak membahasnya lagi, karena waktu itu memang ke rumah sakit memakai mobil Nanda.Mengingat hal itu, hati ibu Nada dan Nanda menjadi sakit. Kakak dan adik saling melind
Keesokan harinya, banyak keluarga dekat kedua belah pihak datang, kecuali keluarga ibu Nada tentunya. Para istri dan anak-anak menyambut tamu sementara ayah Nada tertawa bangga.Akad nikah Oza dan Nada akan dimulai, semua orang sudah duduk di tempat masing-masing.Penghulu dan Oza mulai mengucapkan sumpah nikah, tanpa Nada. Mungkin ini adalah pemandangan aneh bagi sebagian orang, tapi para saksi dan tamu diberitahu mengenai sakitnya Nada sehingga harus mempercepat pernikahan, ketika penghulu bertanya sah.Semua menjawab sah lalu ada yang berteriak kencang tidak sah!Sontak para tamu ribut, siapa yang berani mengganggu janji suci?Putra muncul dan berteriak. "Nada sedang hamil, jadi pernikahannya tidak sah!"Para tamu terkejut dengan ucapan Putra, jika pengantin wanita hamil, itu berarti pernikahan menjadi tidak sah.Oza berdiri dan menatap kesal Putra. "Siapa kamu? Berani menghancurkan pernikahan suci saya?"Putra menjawab dengan lantang. "Saya adalah ayah dari bayi yang di kandung Na
Kinara sedang duduk di samping Reiko yang melihat dokumen pinjaman bank milik keluarga Radhika di sofa dekat meja kepala keluarga, sementara sang kepala keluarga melempar semua surat permintaan maaf, permohonan dan mengungkit kebaikan masa lalu ke dalam perapian.Reza yang duduk di seberang Kinara membandingkan dokumen asli dan palsu lalu mencoretnya bersama Arka.Kepala keluarga Radhika dan istrinya, Oza dan istrinya lalu saudara-saudara Oza duduk bersimpuh di lantai marmer dingin."Tuan besar, saya minta maaf karena keluarga kami telah ceroboh menyentuh salah satu orang anda. Tolong maafkan kami." Kata kepala keluarga sambil bersujud membenturkan kepalanya di lantai.Lina terkejut, baru kali ini melihat ayah mertuanya yang berwibawa melakukan hal serendah itu."Sepertinya baru pertama kali kamu melihat pemandangan ini?" tanya Kinara ke Lina.Lina terkejut lalu menundukkan kepalanya."Harusnya kamu bersyukur, suami dan keluarga suami masih melindungi kamu. Mereka tidak melempar semua
Lina melempar semua barang yang ada di dekatnya dengan frustasi setelah mendapat teguran keras dari pihak keluarga suaminya. Oza yang baru masuk ke dalam kamar, menenangkan wanita yang dicintainya. "Lina, tenanglah. Kenapa kamu marah?" Lina tertawa sedih. "Bagaimana aku tidak marah? Kenapa semua rencana aku menjadi gagal?" Oza menghela napas panjang. "Sebaiknya kita harus menyerah, aku tidak mau melihat kamu terluka lagi." Lina frustasi. "Aku ingin anak, dan tidak bisa memberikannya kepada kamu. Nada adalah pilihan terbaik." "Kamu bisa melihat kemarahan kepala keluarga, bukan? Keluarga Radhika tidak bisa-" "Oza, aku berusaha sabar menjadi istri kamu. Tapi, tolong bantu aku-" "Lina." "Aku ingin kamu bahagia dan kita bersama." "Masih ada wanita lain, jangan ganggu dia." Geleng Oza. Lina menatap sedih sang suami. "Tidak bisa, aku tahu kamu mencintai Nada." "Lina." "Katakan padaku, kalau kamu juga mencintai Nada." Oza menggeleng sedih. "Tidak, Lina. Hanya kamu cinta aku." "BO
Vivi yang mengedarkan pandangan di sekeliling lobby, bertanya dengan senyum mengembang. "Tidak ada yang tahu?"Para pegawai yang sedari tadi mengintip, sontak kembali ke tempat masing-masing, bahkan general manager diam-diam kabur.Putra dan Nada menghela napas bersamaan."Apakah perlu kalian mengganti guci yang aku pecahkan sekarang untuk berkata jujur?" tanya Vivi.Putra bicara ke Nada. "Bu Nada, saya minta maaf karena tidak sempat mengirim informasi ke pihak marketing. Masalah kompensasi- saya bisa berikan solusi kepada anda."Nada menghela napas panjang. "Solusi apa?""Anda bisa memutuskan hubungan secara sepihak ke TA, anggap ini bukan kesalahan hotel. Harusnya pihak TA juga tahu soal pemutusan hubungan kerja sama."Nada tidak setuju dengan solusi Putra. "Sama saja dengan anda hendak lepas tangan, saya tidak mau.""Lalu, apakah anda memiliki solusi?""Kita harus meminta maaf dan juga memberikan kompensasi, setidaknya nama baik hotel kita tidak akan rusak karena kesalahan satu ora