PoV Waluyo (Mertua Dea)"Bu, Arya ingin menikah, " celetuk Arya suatu malam."Apa ibu tidak salah dengar? kamu mau melangkahi mas Deni?" tanyaku."Mboten bu, Arya sudah menemukan calon yang cocok untuk Arya." Sahut anak bungsuku yakin."Kamu sudah mantap Le? menikah itu bukan setahun dua tahun lo, tapi seumur hidup," tanyaku lagi."Sudah mantap Bu, calon Arya kali ini rumahnya di Magelang, dan satu kantor sama Rani." Sahut Arya."Oh, jadi calon kamu bisa nyari duit sendiri? hati-hati le, wong wadon kalau bisa nyari uang sendiri biasanya berani ke suaminya." Tukasku." Walah, gak mungkin bu, Dea ini polos banget, malah enak to bu, bisa bantu Arya cari duit, jadi kalau Arya lagi seret, gak usah minta ibu atau mas Tyo, minta istri aja," seru Arya bersemangat." Sekarepmulah Le, pokoke ibu wes ngelingake golek duit iku urusane wong lanang, lak wong wadon nang omah, ngurusi omah karo anak, " aku memperingatkan Arya.Aku cuma tidak mau anakku nanti disuruh-suruh sama istrinya untuk membantu
Aku menatap ke arah kantor kepala sekolah dengan seksama. Mengucek-ucek mata berulangkali. Memastikan mataku tidak salah mengenalinya. Benar dia mas Aji, sedang bersama seorang anak perempuan. Melihat tingginya anak perempuan tersebut sepertinya anak itu lebih tua dari Surya.Kuberanikan diri keluar dari koperasi dan mendekat ke kantor kepala TK. Bertepatan dengan saat itu mas Aji pun keluar dari kantor bu Tias."Mas Aji, apa kabar?" aku mengulurkan tanganku."Alhamdulillah aku baik, kamu apa kabar?" tanya mas Aji balik."Alhamdulillah baik juga, ini nganter anakmu mas? " tanyaku. Pertanyaan yang segera kusesali. Jelas saja itu anaknya yang digandeng, masa mas Aji bela-belain nggendong anak orang sih?"Ini anaknya temen, ehm, gimana ya jelasinnya. Panjang banget ceritanya. Bisa ngobrol sebentar De?" tanya mas Aji.Aku agak terheran-heran. Dulu mas Aji begitu pemalu dan pendiam. Sekarang sepertinya lebih aktif bicara."Ehm, boleh deh mas, di bawah pohon itu yuk ngobrolnya, " tunjukku
Aku yang sedang membersihkan sayur untuk dibuat gorengan nanti malam tersentak.Kuletakkan pisau di dapur dan menuju ruang makan."Surya masuk main mobil bentar di kamar dulu ya, soalnya ada yang mau ibu bicarakan sama bapak," pintaku tersenyum padanya."Hm oke deh, " kata Surya sambil berlalu ke dalam kamarnya."Hei beibh, dengar ya, kamu sudah mengingkari janjimu pada bapakku berulangkali. Katanya mau bantu pekerjaan rumah istri, ternyata apa, kamu tidur terus kan habis subuh sampai siang kalau tidak kirim ke luar kota? " kataku memandang tajam mas Arya."Ya aku capek, lagipula gak keren pekerjaan rumah kayak gitu," sahutnya membuat telingaku memerah."Uuuaapppaaaaa? gak keren, kamu yang gak keren Mas ! sampai sekarang gak jelas kamu ngasih aku uang berapa perbulannya, berapa gaji kamu seutuhnya aku juga belum tahu ," ucapku keras.Aku menghelas nafas."Dan kamu boros banget Mas, kamu 7 tahun nikah udah pernah kerja di tambang, malah belum ada tabungan sepeserpun. Kamu kira bisa hid
"Assalamu'alaikum Nira, " ibu mertuaku terdengar sedang menelepon mbak Nira. Jeda sebentar."Arya kecelakaan, tadi Dea ditelepon polisi. Kata polisi tersebut kecelakaanya di daerah cirebon, " Jeda lagi."Bisa transfer uang 5 juta dulu ke rekening ibu? kata Dea, uang di rekeningnya cuma ada 3,5 juta, sedangkan uang ibu yang dikirimi Tyo setiap bulan, kemarin buat nambah beli mobil second untuk Deni kan, ibu kan tidak tahu butuh apa saja di sana," pinta ibu mertuaku memelas. Jeda agak lama."Rencananya berangkat ke cirebon nunggu Deni yang berangkat dari Surabaya, oh gitu, iya iya, terimakasih ya Nir, Assalamu'alaikum," ibu menutup teleponnya."Mbak Nira bersedia mentransfer 5 juta dulu, trus kata mbak Nira biasanya kalau kecelakaan ada bantuan dari jasaraharja, nanti bisa diklaim dan prosesnya dibantu oleh polisi." Kata ibu mertuaku. Aku manggut-manggut.'Kalau ada jasa raharja dan cukup untuk biaya mas Arya di rumah sakit, lebih baik perhiasanku tidak aku jual dulu, ' batinku."Oh iya
Aku membuka pintu kamar ROI perlahan, dan tampaklah mas Arya dalam kondisi tidak sadar dengan 2 selang infus menempel di kedua tangannya. Lehernya memakai penyangga, dan perban-perban putih tampak melekat di seluruh kaki kanan mas Arya. Selang oksigen nampang terpasang di hidung mas Arya. Selang kencingpun juga terpasang di kemaluan mas Arya.Kedua polisi yang duduk di sebelah mas Arya segera berdiri dan menghampiri aku dan ibu mertuaku."Ibu keluarga dari pak Arya?" Sapa seorang polisi dengan nametagg Wahyu."Iya benar, kami keluarganya," sahutku dan ibu mertua serempak."Tolong salah satu dari ibu ikut saya dan membicarakan tentang asuransi jasa raharja." Kata pak polisi Wahyu tersebut.Aku dan ibu mertuaku berpandangan."Kamu saja yang ikut Nduk, ibu mau nungguin Arya di sini." Kata ibu mertuaku sambil memandangku."Baik pak, biar saya yang ikut dengan bapak," sahutku."Mari ikut saya Bu, " ajak pak Wahyu sambil berjalan lebih dulu ke ruang tunggu pasien."Kami dari kepolisian akan
"Saya...saya tidak tahu bu, untuk saat ini kita jalani ini saja dulu, sambil nunggu perkembangan mas Arya," jawabku pelan.Aku bingung juga. Sebelum kaki diamputasi sudah sangat malas membantuku apalagi kalau kakinya tinggal satu."Jadi sebenarnya kamu ada rencana untuk berpisah dengan Arya?" cecar ibu mertua."Saya tidak tahu bu, jangan bertanya hal itu sekarang, jujur saya juga ingin mempunyai suami sehat dan mampu mencukupi kebutuhan saya lahir dan batin, dan sepertinya mas Arya tidak bisa memenuhinya, " aku berkata jujur.Ibu mertuaku mendelik. "Saat Arya sehat, kamu mau sama dia, sekarang saat Arya sakit, kamu juga harus tetap mau sama dia dong, jangan mau enaknya saja," sentak ibu mertua."Itu dibahas nanti saja bu, tidak enak dilihat orang kalau bertengkar di kantin, tidak baik dilihat Surya juga," tukasku pelan.Ibu mertuaku kemudian melanjutkan makan. Sementara aku sibuk dengan pikiranku sendiri. Aku bingung dengan kehidupanku selanjutnya dan masa depan Surya. Aku sangat ingi
"Mas Aji, dengarkan aku, terimakasih atas tawarannya. Masalahnya aku tidak tahu mas tulus atau nggak sama aku, aku tidak bisa mempertaruhkan rumah tanggaku dengan orang lain seperti mas."Jawabku."Aku takut, nanti kalau sudah berpisah dari suamiku, tiba-tiba mas menyia-nyiakan hidupku, kan apes dua kali aku," lanjutku lagi."Dea, dengarkan Demi Allah, aku serius sama kamu, aku beneran sama kamu, aku tidak akan menyia-nyiakan kamu," seru mas Aji."Mas dengar ya, aku pernah dengar sumpah atas nama Allah dari seseorang, tapi ternyata dia berbohong. "Sahutku teringat akan kejadian mas Arya yang mengambil atmku dan bersumpah atas nama Allah."Berani sekali orang itu, bersumpah atas nama Allah tapi berbohong, aku bukan orang seperti itu Dea, aku akan membuatmu dan Surya bahagia. Aku akan menganggap Surya sebagai anakku sendiri. Sungguh aku mencintaimu." Mas Aji terdengar bersungguh-sungguh.Aku mencelos. Ucapannya terdengar begitu meyakinkan. Namun pernikahanku dengan mas Arya selama 6 tahu
Setelah Arya terjatuh pada saat latihan pertama kali. Arya seperti takut dan trauma untuk mencoba lagi.Arya baru mau menyentuh kruk itu lagi saat infus dan selang kencingnya mulai dilepas. Dea dengan telaten membantu Arya berlatih menggunakan kruk.Sekali dua kali Arya terjatuh, langsung marah-marah pada Dea yang ada disampingnya. Ingin Dea menjauh dari Arya yang sedang sensitif, tapi Dea ingat, kalau bukan dia yang menolong suaminya lantas siapa lagi.Karena kesabaran Dea, kini Arya mulai lancar berjalan memakai kruk tanpa bantuan. Hanya saat ke kamar mandi saja, Dea harus tetap menuntunnya.*****Malam ini Dea tidur di rumah sakit, Surya ditinggal di kontrakan bersama neneknya dan pakdenya.Seperti biasa jam 3 dini hari, Dea terbangun dan melakukan sholat tahajud. Seusai sholat, Dea mengangkat tangannya seraya berdoa," Ya Allah, berikan hamba kesabaran dan keluasan rezeki sehingga hamba bisa membantu memenuhi kebutuhan rezeki keluarga hamba, lembutkanlah hati mas Arya sehingga m