Aku membuka pintu kamar ROI perlahan, dan tampaklah mas Arya dalam kondisi tidak sadar dengan 2 selang infus menempel di kedua tangannya. Lehernya memakai penyangga, dan perban-perban putih tampak melekat di seluruh kaki kanan mas Arya. Selang oksigen nampang terpasang di hidung mas Arya. Selang kencingpun juga terpasang di kemaluan mas Arya.Kedua polisi yang duduk di sebelah mas Arya segera berdiri dan menghampiri aku dan ibu mertuaku."Ibu keluarga dari pak Arya?" Sapa seorang polisi dengan nametagg Wahyu."Iya benar, kami keluarganya," sahutku dan ibu mertua serempak."Tolong salah satu dari ibu ikut saya dan membicarakan tentang asuransi jasa raharja." Kata pak polisi Wahyu tersebut.Aku dan ibu mertuaku berpandangan."Kamu saja yang ikut Nduk, ibu mau nungguin Arya di sini." Kata ibu mertuaku sambil memandangku."Baik pak, biar saya yang ikut dengan bapak," sahutku."Mari ikut saya Bu, " ajak pak Wahyu sambil berjalan lebih dulu ke ruang tunggu pasien."Kami dari kepolisian akan
"Saya...saya tidak tahu bu, untuk saat ini kita jalani ini saja dulu, sambil nunggu perkembangan mas Arya," jawabku pelan.Aku bingung juga. Sebelum kaki diamputasi sudah sangat malas membantuku apalagi kalau kakinya tinggal satu."Jadi sebenarnya kamu ada rencana untuk berpisah dengan Arya?" cecar ibu mertua."Saya tidak tahu bu, jangan bertanya hal itu sekarang, jujur saya juga ingin mempunyai suami sehat dan mampu mencukupi kebutuhan saya lahir dan batin, dan sepertinya mas Arya tidak bisa memenuhinya, " aku berkata jujur.Ibu mertuaku mendelik. "Saat Arya sehat, kamu mau sama dia, sekarang saat Arya sakit, kamu juga harus tetap mau sama dia dong, jangan mau enaknya saja," sentak ibu mertua."Itu dibahas nanti saja bu, tidak enak dilihat orang kalau bertengkar di kantin, tidak baik dilihat Surya juga," tukasku pelan.Ibu mertuaku kemudian melanjutkan makan. Sementara aku sibuk dengan pikiranku sendiri. Aku bingung dengan kehidupanku selanjutnya dan masa depan Surya. Aku sangat ingi
"Mas Aji, dengarkan aku, terimakasih atas tawarannya. Masalahnya aku tidak tahu mas tulus atau nggak sama aku, aku tidak bisa mempertaruhkan rumah tanggaku dengan orang lain seperti mas."Jawabku."Aku takut, nanti kalau sudah berpisah dari suamiku, tiba-tiba mas menyia-nyiakan hidupku, kan apes dua kali aku," lanjutku lagi."Dea, dengarkan Demi Allah, aku serius sama kamu, aku beneran sama kamu, aku tidak akan menyia-nyiakan kamu," seru mas Aji."Mas dengar ya, aku pernah dengar sumpah atas nama Allah dari seseorang, tapi ternyata dia berbohong. "Sahutku teringat akan kejadian mas Arya yang mengambil atmku dan bersumpah atas nama Allah."Berani sekali orang itu, bersumpah atas nama Allah tapi berbohong, aku bukan orang seperti itu Dea, aku akan membuatmu dan Surya bahagia. Aku akan menganggap Surya sebagai anakku sendiri. Sungguh aku mencintaimu." Mas Aji terdengar bersungguh-sungguh.Aku mencelos. Ucapannya terdengar begitu meyakinkan. Namun pernikahanku dengan mas Arya selama 6 tahu
Setelah Arya terjatuh pada saat latihan pertama kali. Arya seperti takut dan trauma untuk mencoba lagi.Arya baru mau menyentuh kruk itu lagi saat infus dan selang kencingnya mulai dilepas. Dea dengan telaten membantu Arya berlatih menggunakan kruk.Sekali dua kali Arya terjatuh, langsung marah-marah pada Dea yang ada disampingnya. Ingin Dea menjauh dari Arya yang sedang sensitif, tapi Dea ingat, kalau bukan dia yang menolong suaminya lantas siapa lagi.Karena kesabaran Dea, kini Arya mulai lancar berjalan memakai kruk tanpa bantuan. Hanya saat ke kamar mandi saja, Dea harus tetap menuntunnya.*****Malam ini Dea tidur di rumah sakit, Surya ditinggal di kontrakan bersama neneknya dan pakdenya.Seperti biasa jam 3 dini hari, Dea terbangun dan melakukan sholat tahajud. Seusai sholat, Dea mengangkat tangannya seraya berdoa," Ya Allah, berikan hamba kesabaran dan keluasan rezeki sehingga hamba bisa membantu memenuhi kebutuhan rezeki keluarga hamba, lembutkanlah hati mas Arya sehingga m
"Surya gak ngantuk sayang? kalau ngantuk, sini ibu pangku, bobok peluk ibu ya," kataku. Saat ini kami berada dalam mobil perjalanan pulang ke Jogjakarta."Hm, mau dipangku sama bapak saja, Surya kangen bapak, " sahut Surya sambil mengalungkan tangan di leher mas Arya."Sayang, bapak masih sakit. Baru aja dioperasi kakinya, Surya sama ibu saja ya Nak," bujukku sambil membelai pipi Surya."Nggak mau, Surya maunya sama bapak," tukas Surya."Gak apa-apa Dea, selama ini kan kamu yang merawat Surya, biar sekarang gantian aku yang memangku Surya. Nanti kalau capek, aku bilang Surya. " Sahut mas Arya tersenyum.Ibu mertuaku yang duduk di kursi depan samping mas Deni yang tengah mengemudi hanya melirik dari spion."Hm, ya sudah kalau maunya Surya seperti itu, tapi kalau bapak capek, Surya pangku ibu saja ya," kataku sambil mencium pipi gembil Surya."Iya Bu," sahut Surya. Lalu mulai menggelendot manja di pangkuan mas Arya.Enam jam perjalanan cirebon-jogjakarta membuatku lelah sekali. Begitu s
"Sebenarnya pilihan saya untuk Dea ada 2 pak, yang pertama tetap bersama saya apapun yang kondisi saya, saya akan berusaha meminjam modal pada saudara saya untuk buka usaha di rumah, pilihan kedua, jika Dea tidak bisa menerima keadaan saya, saya akan melepasnya secara baik-baik. Tapi saya kasihan dengan Surya, apakah Surya bisa memperoleh ayah sambung yang baik baginya." Sahut mas Arya terbata-bata.Semua yang ada di ruangan itu terdiam. "Saya tahu selama ini saya belum jadi ayah yang baik dan suami yang baik, mungkin Allah menegur saya dengan mengambil salah satu kaki saya karena saya begitu pemalas, untung Allah masih memberi kesempatan saya untuk hidup dan semoga saya bisa memperbaiki kesalahan saya." Lanjut mas Arya."Sekarang terserah Dea, mau meneruskan pernikahan ini atau mengakhirinya," sambung mas Arya.Semua mata memandangku kini. Aku menghela nafas dan menghembuskannya perlahan." Saya sebenarnya takut menghadapi masa depan saya dan Surya apabila keadaan mas Arya seperti in
Mas Aji langsung meneleponku. Dengan terisak-isak aku menerima telepon dari mas Aji. "Assalamu'alaikum Dea, kamu dimana sekarang? ""Wa'alaikumsalam, aku di rumahku mas, hiks, hiks, a-a-ku sudah tidak kuat lagi hidup terbebani seperti ini," sahutku terbata-bata menahan sesak dan lelah selama hampir 6 tahun berjuang sendiri."Tenang, tenang, ada apa sebenarnya?" tanya mas Aji. "Kamu gak dipukuli suamimu kan?" sambungnya."Aku gak dipukuli mas, suamiku cuma kurang niat untuk berjuang menafkahiku dan Surya. Aku lelah mas, selama ini aku mengalah dan berjuang sendirian, merawat anak, rumah, dan cari uang, sekarang aku bener-bener menyerah mas," curhatku terisak-isak.Tiba-tiba satu tangan kekar menjambak rambutku dari belakang."Kamu sedang telepon sama siapa? Laki-laki ya? kamu selingkuh sedangkan tahu aku habis kecelakaan?" mas Arya semakin erat menjambak rambutku."Aaaagh...ampun mas, aku sudah nggak kuat dengan rumah tangga kita, ceraikan aku mas!" Seruku.Suaraku yang keras membuat
Aku memutuskan menerima telepon dari calon mantan ibu mertuaku. Dan mengaktifkan pengeras suara."Assalamu'alaikum, " sapaku perlahan."Wa'alaikumsalam, Dea, berani kamu ya selingkuhin anak saya, dasar istri durhaka tidak pantas mencium bau syurga." Sembur ibu mertuaku."Maaf, saya sungguh tidak kuat dengan sikap mas Arya yang semena-mena pada saya, jadi mungkin ini memang keputusan terbaik, " jawabku tegas.Aku tidak mau dibodohi lagi."Kamu tidak tanggung jawab dengan pembuatan kandang bebek Dea ! Gimana dengan para tukang yang telanjur dipanggil dan bahan kandang yang telanjur dibeli? " tanya ibu mertuaku garang."Saya akan bertanggungjawab. Saya akan transfer balik uang mas Tyo dan mbak Nira pada ibu. Terserah kandangnya mau diselesaikan atau tidak. Yang penting, sekarang mas Arya bukan tanggungan saya lagi !" seruku tegas."Kamu akan menyesal dengan keputusanmu Dea ! ingat aku tunggu uangnya kamu kembalikan!" seru ibu mertuaku.Bapak dan ibuku yang mendengar percakapan kami hanya
Dea mendekati ibu mertua yang ketakutan. "Bu, kenapa mas Arya jadi seperti ini?" tanyanya penasaran dan prihatin."Arya menjadi seperti itu, karena selalu mengharapkan kamu kembali, Nak." Jawab mantan ibu mertua Dea.Dea tertegun mendengar penjelasan dari mantan mertuanya. Bahunya dipeluk kedua orang tuanya yang tiba-tiba menyusul Aji dan Dea ke depan gang rumah."Sejak kalian bertengkar, Arya sering ke rumah ibu dan bercerita bahwa dia cemburu mendapati kamu yang sedang menerima telepon dari lelaki lain. Kalap karena merasa kamu berkhianat padahal kondisinya memprihatinkan akhirnya Arya lepas kendali dan memukuli kamu serta langsung menalak kamu. Dia juga telah menyesal begitu sadar telah mengucapkan kata talak tersebut padahal dia masih butuh kamu." Sahut ibu mertua Dea membuat Dea tersenyum kecut."Apalagi saat kamu mengurusi perceraian kalian, semakin membuat Arya kehilangan semangat hidup. Makan tak mau banyak, tidur juga tidak lama, kerjaannya cuma merokok dan main game di handp
"Loh, ibu mau menikah dengan Om baik? bukankah ibu sudah punya bapak," celetuk Surya.Kami saling berpandangan, bingung hendak menjelaskan pada si kecil Surya.Kemudian aku menjawab, "Surya, sebenarnya bapak dan ibu sudah tidak bisa lagi bersama dan serumah, maka sekarang Surya akan mempunyai 2 bapak, bapak Arya yang tinggal di rumah yang berbeda dan bapak Aji yang serumah sama Surya,""Kenapa bapak dan ibu tidak bisa serumah lagi ?" tanya Surya dengan ekspresi kecewa.Aku menghela nafas. Ini memerlukan penjelasan yang bisa dimengerti oleh pikiran anak kecil."Sayang, " aku menjeda kalimat dan memeluk Surya."Bapak Arya dan ibu memang sudah tidak serumah lagi, tapi bapak dan ibu akan masih mencintaimu sama seperti dulu. Tidak akan ada yang berubah. Bapak Arya tetap akan sering telepon Surya. Sekarang ditambah bapak Aji yang akan menemani Surya mengaji dan mengerjakan PR, gimana ? Surya mau kan banyak yang menyayangi?"Sambungku panjang lebar.Surya tersenyum. "Iya bu, Surya mau kalau
"M-mas A-aji, saya masih trauma dengan kegagalan rumah tangga saya yang dahulu. Lagipula, bukankah menurut ibu mas Aji, weton dan arah rumah kita tidak cocok?" tanyaku."Dea, ibuku sudah tidak mempermasalahkan lagi tentang weton dan arah rumah. Jadi kita bisa menikah dengan restu ibuku." Jawab mas Aji."Nak Aji, beri waktu Dea untuk berpikir dulu, dia masih trauma, lagipula Surya juga butuh waktu untuk mempunyai ayah baru." Kata bapakku.Mas Aji menghela nafas. "Kalau begitu izinkan saya pendekatan dengan Surya pak, agar dia mengenal saya. Saya yakin saya bisa berusaha menjadi ayah yang baik untuk Surya dan suami yang baik untuk Dea." Sahut mas Aji."Baik nak Aji, silahkan main ke sini sambil saling menjajaki sifat kalian masing-masing dan berusaha mengambil hati Surya. Sementara itu lakukan sholat istikhoroh terus menerus, agar Allah memberi petunjuk." Saran bapak."Baiklah pak, kalau saran bapak seperi itu, akan saya lakukan, saya hanya perlu menekankan pada Dea dan bapak ibu, kalau
Aku memutuskan menerima telepon dari calon mantan ibu mertuaku. Dan mengaktifkan pengeras suara."Assalamu'alaikum, " sapaku perlahan."Wa'alaikumsalam, Dea, berani kamu ya selingkuhin anak saya, dasar istri durhaka tidak pantas mencium bau syurga." Sembur ibu mertuaku."Maaf, saya sungguh tidak kuat dengan sikap mas Arya yang semena-mena pada saya, jadi mungkin ini memang keputusan terbaik, " jawabku tegas.Aku tidak mau dibodohi lagi."Kamu tidak tanggung jawab dengan pembuatan kandang bebek Dea ! Gimana dengan para tukang yang telanjur dipanggil dan bahan kandang yang telanjur dibeli? " tanya ibu mertuaku garang."Saya akan bertanggungjawab. Saya akan transfer balik uang mas Tyo dan mbak Nira pada ibu. Terserah kandangnya mau diselesaikan atau tidak. Yang penting, sekarang mas Arya bukan tanggungan saya lagi !" seruku tegas."Kamu akan menyesal dengan keputusanmu Dea ! ingat aku tunggu uangnya kamu kembalikan!" seru ibu mertuaku.Bapak dan ibuku yang mendengar percakapan kami hanya
Mas Aji langsung meneleponku. Dengan terisak-isak aku menerima telepon dari mas Aji. "Assalamu'alaikum Dea, kamu dimana sekarang? ""Wa'alaikumsalam, aku di rumahku mas, hiks, hiks, a-a-ku sudah tidak kuat lagi hidup terbebani seperti ini," sahutku terbata-bata menahan sesak dan lelah selama hampir 6 tahun berjuang sendiri."Tenang, tenang, ada apa sebenarnya?" tanya mas Aji. "Kamu gak dipukuli suamimu kan?" sambungnya."Aku gak dipukuli mas, suamiku cuma kurang niat untuk berjuang menafkahiku dan Surya. Aku lelah mas, selama ini aku mengalah dan berjuang sendirian, merawat anak, rumah, dan cari uang, sekarang aku bener-bener menyerah mas," curhatku terisak-isak.Tiba-tiba satu tangan kekar menjambak rambutku dari belakang."Kamu sedang telepon sama siapa? Laki-laki ya? kamu selingkuh sedangkan tahu aku habis kecelakaan?" mas Arya semakin erat menjambak rambutku."Aaaagh...ampun mas, aku sudah nggak kuat dengan rumah tangga kita, ceraikan aku mas!" Seruku.Suaraku yang keras membuat
"Sebenarnya pilihan saya untuk Dea ada 2 pak, yang pertama tetap bersama saya apapun yang kondisi saya, saya akan berusaha meminjam modal pada saudara saya untuk buka usaha di rumah, pilihan kedua, jika Dea tidak bisa menerima keadaan saya, saya akan melepasnya secara baik-baik. Tapi saya kasihan dengan Surya, apakah Surya bisa memperoleh ayah sambung yang baik baginya." Sahut mas Arya terbata-bata.Semua yang ada di ruangan itu terdiam. "Saya tahu selama ini saya belum jadi ayah yang baik dan suami yang baik, mungkin Allah menegur saya dengan mengambil salah satu kaki saya karena saya begitu pemalas, untung Allah masih memberi kesempatan saya untuk hidup dan semoga saya bisa memperbaiki kesalahan saya." Lanjut mas Arya."Sekarang terserah Dea, mau meneruskan pernikahan ini atau mengakhirinya," sambung mas Arya.Semua mata memandangku kini. Aku menghela nafas dan menghembuskannya perlahan." Saya sebenarnya takut menghadapi masa depan saya dan Surya apabila keadaan mas Arya seperti in
"Surya gak ngantuk sayang? kalau ngantuk, sini ibu pangku, bobok peluk ibu ya," kataku. Saat ini kami berada dalam mobil perjalanan pulang ke Jogjakarta."Hm, mau dipangku sama bapak saja, Surya kangen bapak, " sahut Surya sambil mengalungkan tangan di leher mas Arya."Sayang, bapak masih sakit. Baru aja dioperasi kakinya, Surya sama ibu saja ya Nak," bujukku sambil membelai pipi Surya."Nggak mau, Surya maunya sama bapak," tukas Surya."Gak apa-apa Dea, selama ini kan kamu yang merawat Surya, biar sekarang gantian aku yang memangku Surya. Nanti kalau capek, aku bilang Surya. " Sahut mas Arya tersenyum.Ibu mertuaku yang duduk di kursi depan samping mas Deni yang tengah mengemudi hanya melirik dari spion."Hm, ya sudah kalau maunya Surya seperti itu, tapi kalau bapak capek, Surya pangku ibu saja ya," kataku sambil mencium pipi gembil Surya."Iya Bu," sahut Surya. Lalu mulai menggelendot manja di pangkuan mas Arya.Enam jam perjalanan cirebon-jogjakarta membuatku lelah sekali. Begitu s
Setelah Arya terjatuh pada saat latihan pertama kali. Arya seperti takut dan trauma untuk mencoba lagi.Arya baru mau menyentuh kruk itu lagi saat infus dan selang kencingnya mulai dilepas. Dea dengan telaten membantu Arya berlatih menggunakan kruk.Sekali dua kali Arya terjatuh, langsung marah-marah pada Dea yang ada disampingnya. Ingin Dea menjauh dari Arya yang sedang sensitif, tapi Dea ingat, kalau bukan dia yang menolong suaminya lantas siapa lagi.Karena kesabaran Dea, kini Arya mulai lancar berjalan memakai kruk tanpa bantuan. Hanya saat ke kamar mandi saja, Dea harus tetap menuntunnya.*****Malam ini Dea tidur di rumah sakit, Surya ditinggal di kontrakan bersama neneknya dan pakdenya.Seperti biasa jam 3 dini hari, Dea terbangun dan melakukan sholat tahajud. Seusai sholat, Dea mengangkat tangannya seraya berdoa," Ya Allah, berikan hamba kesabaran dan keluasan rezeki sehingga hamba bisa membantu memenuhi kebutuhan rezeki keluarga hamba, lembutkanlah hati mas Arya sehingga m
"Mas Aji, dengarkan aku, terimakasih atas tawarannya. Masalahnya aku tidak tahu mas tulus atau nggak sama aku, aku tidak bisa mempertaruhkan rumah tanggaku dengan orang lain seperti mas."Jawabku."Aku takut, nanti kalau sudah berpisah dari suamiku, tiba-tiba mas menyia-nyiakan hidupku, kan apes dua kali aku," lanjutku lagi."Dea, dengarkan Demi Allah, aku serius sama kamu, aku beneran sama kamu, aku tidak akan menyia-nyiakan kamu," seru mas Aji."Mas dengar ya, aku pernah dengar sumpah atas nama Allah dari seseorang, tapi ternyata dia berbohong. "Sahutku teringat akan kejadian mas Arya yang mengambil atmku dan bersumpah atas nama Allah."Berani sekali orang itu, bersumpah atas nama Allah tapi berbohong, aku bukan orang seperti itu Dea, aku akan membuatmu dan Surya bahagia. Aku akan menganggap Surya sebagai anakku sendiri. Sungguh aku mencintaimu." Mas Aji terdengar bersungguh-sungguh.Aku mencelos. Ucapannya terdengar begitu meyakinkan. Namun pernikahanku dengan mas Arya selama 6 tahu