Flash back onMasuk waktu ashar kami sekeluarga sudah sampai rumah. Membuka pintu mobil dan menurunkan Surya dari gendongan. Kini Surya sudah lancar berjalan dan tidak perlu dituntun lagi.Aku mengeluarkan koper yang kemarin kusiapkan saat akan pulang ke rumah. Ibu membuka kunci pintu, dan kami pun masuk ke dalam."Apa rencana kamu sekarang Dea? " tanya ibuku setelah kami sama-sama duduk di ruang tengah."Kan sekarang Dea sudah ada yang bantuin momong, mungkin Dea akan jual cincin emas Dea 1 atau dua saja, pingin nyoba jual gorengan lagi. " Jawabku."Tapi apa ya bisa laku dek? sekarang kan bukan bulan puasa." Ibuku sangsi."Iya juga sih, Bu, gimana ya enaknya, jualan apa gitu, gak mungkin kan Dea diem aja di rumah, padahal saldo rekening udah mau habis." Aku juga ikut bingung."Bapak ada ide, gimana kalau Dea bapak masukkan ke sekolah bapak dahulu. Jadi penjaga kantin. Dan menyediakan aneka makanan matang untuk siswa di sana. Soalnya bapak dengar sekolah bapak dulu baru saja mengadaka
Flash Back OnSeminggu setelah meninggalnya paklik Hanafi, aku dan mas Arya mulai bersiap menempati rumah keprabon.Uang tabunganku saat berjauhan dengan mas Arya sebagian aku investasikan dalam bentuk emas. Dan tersisa sekitar 3,4 juta dalam rekening."Mas, ini sudah ada kasur dan dipannya, televisi dan lemari 1, aku beli lemari lagi ya?" pintaku."Tidak usah, ngapain beli lemari baru segala, kan bisa pake 1 lemari itu saja, mending uangnya buat beli jajannya Surya," sahut mas Arya.Aku diam saja. 'Emang hidup di dunia ini cuma buat makan aja, jelas masih butuh barang lain,' batinku."Dea, ini ibu ada beberapa sprei dan sarung bantal bersih walau tidak baru, bisa dipakai disini, sementara sprei yang sudah terpasang, dicuci dulu ya," Kata ibu tiba-tiba muncul dari pintu depan."Terimakasih, bu." Sahutku sambil menerima sprei dan sarung bantal dari ibu mertua."Mas, tolong mainan sama Surya dulu ya, aku mau beres-beres rumah dan mengganti sprei," pintaku sambil menyerahkan Surya pada
Aku Lelah, Mas 34Flash back on"Surya, ayo bangun, ini sudah jam 6," seruku sambil mengusap kening anakku dengan tangan yang sudah kubasahi air.Surya menggeliat perlahan, menguap sebentar, lalu memelukku. "Tapi Surya masih ngantuk, Bu," sahut Surya sambil memelas."Hari ini kan pertama kali sekolah, Surya harus semangat," kataku menyemangatinya."Kenapa sih harus sekolah? kan lebih enak di rumah saja," rajuk Surya."Ya lebih enak sekolah dong sayang, bisa ketemu teman-teman baru, mainan baru, dan bisa ketemu ibu guru, " jawabku sambil mengelus kepalanya. Berharap dia tidak rewel."Kalau pulang sekolah, nanti ibu belikan es capcin ya," rayuku lagi."Okeee, mau ibu, makasih," sahut Surya sambil mencium pipiku.Lalu dengan cepat aku memandikan Surya dan memakaikannya seragam."Hayuk, sarapan dulu sayang, ini ibu masak nasi goreng dan telur dadar kesukaan Surya," ucapku sambil menyuapi Surya.Usai sarapan, aku segera mengunci semua pintu rumah karena mas Arya hari ini kirim barang ke
PoV Aji"Perkenalkan saya Dea Rahmawati, saya karyawati baru bagian admin, mohon bimbingannya ya," Gadis bergingsul dan berlesung pipi itu memperkenalkan diri.Semua teman yang ada di dalam kantor admin menyalaminya. Kemudian dia berjalan ke arahku. Mengulurkan tangannya. Aku yang sedang pura-pura sibuk menatap layar komputer di depanku sukses mengalihkan pandanganku ke arahnya.'Cantik,' batinku.Aku menjabat tangannya yang terulur di depanku. "Aji Pringgondani," jawabku. Menatapnya sekilas lalu kembali menatap layar komputer. "Mas Aji, mohon bimbingannya, meja saya di sebelah mas Aji." Kata Dea sambil menarik kursi di sebelahku dan mulai duduk.Entah kenapa dengan dadaku tiba-tiba mengencang detaknya. Sampai aku takut wanita cantik di sebelahku ini mendengarnya.Sebenarnya aku belum pernah merasa seperti ini dengan seorang wanita. Biasanya aku cuek saja kalau melihat gadis secantik apapun. Pernah sekali dua kali aku jatuh cinta. Tapi karena ketidakberanianku mengungkapkan perasaan
PoV Aji "Kamu tidak bisa menikah dengan pilihanmu Le," kata-kata ibuku seperti petir yang menyambar."Lo, kenapa bu?" tanyaku."Kelahiran teman kamu itu minggu pahing, sifatnya buruk, antara lain keras dan mudah tersinggung, berani terhadap suami bila berumah tangga dan memiliki kecemburuan yang kuat, walaupun ada juga sifat baiknya yang seperti teliti dalam melakukan pekerjaan apapun dan pandai mencari nafkah hingga hidupnya tercukupi, tapi ibu tetap tidak setuju, ibu takut dia membangkang pada kamu setelah menikah, le," jelas ibu panjang lebar.Aku merenung sejenak, "Ibu, dalam islam sebenarnya tidak ada istilah seperti itu, yang penting calon suami dan calon istri menguasai ilmu agama, insyallah bisa sakinnah, " sahutku pelan." Jangan membantah orang tua Le, dulu bapak dan ibumu mau menikah, dilarang sama mbahmu karena wetonnya sial, ternyata memang kehidupan kita seperti ini terus kan, bisa membaik sedikit karena kamu telah dapat pekerjaan," ujar ibuku sambil memandangku tajam.
PoV AjiAku gemetar berdiri di depan rumah Dea. Undangan pernikahan yang kubawa untuk Dea ingin sekali kurobek-robek atau kubakar saja.Tadinya aku tidak ingin mengundang Dea di acara pernikahan laknat ini. Namun daripada dia sakit hati karena tahu aku menikah dari orang lain, lebih baik aku yang langsung memberitahunya lewat undangan ini.Memantapkan langkah mendekati pintu rumahnya. Hatiku berdebar tidak karuan. Berdiri agak lama. Menghela nafas panjang. Kuberanikan diri untuk mengetuk pintu dan mengucap salam.Sembari menjawab salam pintu terbuka. Seraut wajah yang setiap malam kurindukan dan selalu terbawa mimpi muncul.Terlihat dia kaget dengan kedatanganku yang tiba-tiba. Dia mengulas senyum dan mempersilahkanku duduk."Dea, aku mengantarkan undangan pernikahanku minggu depan, datang ya," sekuat tenaga aku mengatakannya. Sekuat tenaga aku berusaha menahan gejolak ingin memeluknya.Dea tampak kaget. Entah karena perasaanku atau memang mataku mengabur karena ingin menangis, aku me
PoV Aji"Maaf sebelumnya jeng Reni, jadi maksud pernikahan ini adalah menutupi kehamilan Kinanti dan menumbalkan Aji?" ibuku bertanya dengan wajah memerah.Keluarga Kinanti menunduk. " Saya minta maaf jeng Ayu. Semua terjadi diluar perkiraan saya. "Jawab pak Broto."Maaf, untuk semua yang hadir di sini, , saya pernah mendengar bahwa wanita yang sedang hamil tidak boleh diceraikan, juga tidak boleh dinikahi. Jadi selama ini hubungan yang saya jalani, saya takut terhitung zina*," sahutku memandang tajam ke arah Kinanti dan keluarganya."Ada dua pilihan menurut saya yang bisa saya lakukakan saat ini. Yang pertama menikahi Kinanti ulang, yang kedua menjatuhkan talak pada Kinanti karena pernikahan kami dilandaskan pada kebohongan. *" Sambungku lagi."Sebelum saya mengambil keputusan, saya akan bertanya pada Kinanti, apakah Kinanti pernah mencari ayah kandung Zahra?" tanyaku memandang Kinanti.Kinanti terlihat menghela nafas. "Sebenarnya begitu hamil, aku langsung mengabari Andre, tapi nomo
PoV Arya : Namaku Arya. Bukan Arya Saloka. Bukan pula Arya di film my lecture husband. Tapi aku adalah Arya Damara. Pagi itu saat aku bersantai di dalam kamar,saat tiba-tiba ibu menyuruhku mengantar baju titipan bulik di magelang. Ibu memang hobi menjahit. Kadang menerima pesanan jahitan, padahal sudah diberi jatah oleh mas Tyo perbulannya."Arya, tolong antar baju titipan bulik kamu ke magelang ya," pinta ibu dari ambang pintu kamar sambil membawa sekantung kresek di tangannya."Iya bu, siap, " jawabku. Aku langsung memakai jaket dan mengambil kresek tangan ibuku. "Arya berangkat dulu, Bu, assalamu'alaikum," pamitku sambil mencium punggung tangan kanan ibu."Wa'alaikumsalam, " kata ibuku sambil masuk ke kamar. Sambil memasang helm di kepala, kulihat ibu mulai melipat selimut dan membersihkan sprei dengan sapu lidi."Assalamu'alaikum, Rani, bulik ada gak? ini titipan dari ibu." Sapaku saat melihat Rani sepupuku sedang menyiram bunga di halaman depan."Wa'alaikumsalam, mas Arya masu
Dea mendekati ibu mertua yang ketakutan. "Bu, kenapa mas Arya jadi seperti ini?" tanyanya penasaran dan prihatin."Arya menjadi seperti itu, karena selalu mengharapkan kamu kembali, Nak." Jawab mantan ibu mertua Dea.Dea tertegun mendengar penjelasan dari mantan mertuanya. Bahunya dipeluk kedua orang tuanya yang tiba-tiba menyusul Aji dan Dea ke depan gang rumah."Sejak kalian bertengkar, Arya sering ke rumah ibu dan bercerita bahwa dia cemburu mendapati kamu yang sedang menerima telepon dari lelaki lain. Kalap karena merasa kamu berkhianat padahal kondisinya memprihatinkan akhirnya Arya lepas kendali dan memukuli kamu serta langsung menalak kamu. Dia juga telah menyesal begitu sadar telah mengucapkan kata talak tersebut padahal dia masih butuh kamu." Sahut ibu mertua Dea membuat Dea tersenyum kecut."Apalagi saat kamu mengurusi perceraian kalian, semakin membuat Arya kehilangan semangat hidup. Makan tak mau banyak, tidur juga tidak lama, kerjaannya cuma merokok dan main game di handp
"Loh, ibu mau menikah dengan Om baik? bukankah ibu sudah punya bapak," celetuk Surya.Kami saling berpandangan, bingung hendak menjelaskan pada si kecil Surya.Kemudian aku menjawab, "Surya, sebenarnya bapak dan ibu sudah tidak bisa lagi bersama dan serumah, maka sekarang Surya akan mempunyai 2 bapak, bapak Arya yang tinggal di rumah yang berbeda dan bapak Aji yang serumah sama Surya,""Kenapa bapak dan ibu tidak bisa serumah lagi ?" tanya Surya dengan ekspresi kecewa.Aku menghela nafas. Ini memerlukan penjelasan yang bisa dimengerti oleh pikiran anak kecil."Sayang, " aku menjeda kalimat dan memeluk Surya."Bapak Arya dan ibu memang sudah tidak serumah lagi, tapi bapak dan ibu akan masih mencintaimu sama seperti dulu. Tidak akan ada yang berubah. Bapak Arya tetap akan sering telepon Surya. Sekarang ditambah bapak Aji yang akan menemani Surya mengaji dan mengerjakan PR, gimana ? Surya mau kan banyak yang menyayangi?"Sambungku panjang lebar.Surya tersenyum. "Iya bu, Surya mau kalau
"M-mas A-aji, saya masih trauma dengan kegagalan rumah tangga saya yang dahulu. Lagipula, bukankah menurut ibu mas Aji, weton dan arah rumah kita tidak cocok?" tanyaku."Dea, ibuku sudah tidak mempermasalahkan lagi tentang weton dan arah rumah. Jadi kita bisa menikah dengan restu ibuku." Jawab mas Aji."Nak Aji, beri waktu Dea untuk berpikir dulu, dia masih trauma, lagipula Surya juga butuh waktu untuk mempunyai ayah baru." Kata bapakku.Mas Aji menghela nafas. "Kalau begitu izinkan saya pendekatan dengan Surya pak, agar dia mengenal saya. Saya yakin saya bisa berusaha menjadi ayah yang baik untuk Surya dan suami yang baik untuk Dea." Sahut mas Aji."Baik nak Aji, silahkan main ke sini sambil saling menjajaki sifat kalian masing-masing dan berusaha mengambil hati Surya. Sementara itu lakukan sholat istikhoroh terus menerus, agar Allah memberi petunjuk." Saran bapak."Baiklah pak, kalau saran bapak seperi itu, akan saya lakukan, saya hanya perlu menekankan pada Dea dan bapak ibu, kalau
Aku memutuskan menerima telepon dari calon mantan ibu mertuaku. Dan mengaktifkan pengeras suara."Assalamu'alaikum, " sapaku perlahan."Wa'alaikumsalam, Dea, berani kamu ya selingkuhin anak saya, dasar istri durhaka tidak pantas mencium bau syurga." Sembur ibu mertuaku."Maaf, saya sungguh tidak kuat dengan sikap mas Arya yang semena-mena pada saya, jadi mungkin ini memang keputusan terbaik, " jawabku tegas.Aku tidak mau dibodohi lagi."Kamu tidak tanggung jawab dengan pembuatan kandang bebek Dea ! Gimana dengan para tukang yang telanjur dipanggil dan bahan kandang yang telanjur dibeli? " tanya ibu mertuaku garang."Saya akan bertanggungjawab. Saya akan transfer balik uang mas Tyo dan mbak Nira pada ibu. Terserah kandangnya mau diselesaikan atau tidak. Yang penting, sekarang mas Arya bukan tanggungan saya lagi !" seruku tegas."Kamu akan menyesal dengan keputusanmu Dea ! ingat aku tunggu uangnya kamu kembalikan!" seru ibu mertuaku.Bapak dan ibuku yang mendengar percakapan kami hanya
Mas Aji langsung meneleponku. Dengan terisak-isak aku menerima telepon dari mas Aji. "Assalamu'alaikum Dea, kamu dimana sekarang? ""Wa'alaikumsalam, aku di rumahku mas, hiks, hiks, a-a-ku sudah tidak kuat lagi hidup terbebani seperti ini," sahutku terbata-bata menahan sesak dan lelah selama hampir 6 tahun berjuang sendiri."Tenang, tenang, ada apa sebenarnya?" tanya mas Aji. "Kamu gak dipukuli suamimu kan?" sambungnya."Aku gak dipukuli mas, suamiku cuma kurang niat untuk berjuang menafkahiku dan Surya. Aku lelah mas, selama ini aku mengalah dan berjuang sendirian, merawat anak, rumah, dan cari uang, sekarang aku bener-bener menyerah mas," curhatku terisak-isak.Tiba-tiba satu tangan kekar menjambak rambutku dari belakang."Kamu sedang telepon sama siapa? Laki-laki ya? kamu selingkuh sedangkan tahu aku habis kecelakaan?" mas Arya semakin erat menjambak rambutku."Aaaagh...ampun mas, aku sudah nggak kuat dengan rumah tangga kita, ceraikan aku mas!" Seruku.Suaraku yang keras membuat
"Sebenarnya pilihan saya untuk Dea ada 2 pak, yang pertama tetap bersama saya apapun yang kondisi saya, saya akan berusaha meminjam modal pada saudara saya untuk buka usaha di rumah, pilihan kedua, jika Dea tidak bisa menerima keadaan saya, saya akan melepasnya secara baik-baik. Tapi saya kasihan dengan Surya, apakah Surya bisa memperoleh ayah sambung yang baik baginya." Sahut mas Arya terbata-bata.Semua yang ada di ruangan itu terdiam. "Saya tahu selama ini saya belum jadi ayah yang baik dan suami yang baik, mungkin Allah menegur saya dengan mengambil salah satu kaki saya karena saya begitu pemalas, untung Allah masih memberi kesempatan saya untuk hidup dan semoga saya bisa memperbaiki kesalahan saya." Lanjut mas Arya."Sekarang terserah Dea, mau meneruskan pernikahan ini atau mengakhirinya," sambung mas Arya.Semua mata memandangku kini. Aku menghela nafas dan menghembuskannya perlahan." Saya sebenarnya takut menghadapi masa depan saya dan Surya apabila keadaan mas Arya seperti in
"Surya gak ngantuk sayang? kalau ngantuk, sini ibu pangku, bobok peluk ibu ya," kataku. Saat ini kami berada dalam mobil perjalanan pulang ke Jogjakarta."Hm, mau dipangku sama bapak saja, Surya kangen bapak, " sahut Surya sambil mengalungkan tangan di leher mas Arya."Sayang, bapak masih sakit. Baru aja dioperasi kakinya, Surya sama ibu saja ya Nak," bujukku sambil membelai pipi Surya."Nggak mau, Surya maunya sama bapak," tukas Surya."Gak apa-apa Dea, selama ini kan kamu yang merawat Surya, biar sekarang gantian aku yang memangku Surya. Nanti kalau capek, aku bilang Surya. " Sahut mas Arya tersenyum.Ibu mertuaku yang duduk di kursi depan samping mas Deni yang tengah mengemudi hanya melirik dari spion."Hm, ya sudah kalau maunya Surya seperti itu, tapi kalau bapak capek, Surya pangku ibu saja ya," kataku sambil mencium pipi gembil Surya."Iya Bu," sahut Surya. Lalu mulai menggelendot manja di pangkuan mas Arya.Enam jam perjalanan cirebon-jogjakarta membuatku lelah sekali. Begitu s
Setelah Arya terjatuh pada saat latihan pertama kali. Arya seperti takut dan trauma untuk mencoba lagi.Arya baru mau menyentuh kruk itu lagi saat infus dan selang kencingnya mulai dilepas. Dea dengan telaten membantu Arya berlatih menggunakan kruk.Sekali dua kali Arya terjatuh, langsung marah-marah pada Dea yang ada disampingnya. Ingin Dea menjauh dari Arya yang sedang sensitif, tapi Dea ingat, kalau bukan dia yang menolong suaminya lantas siapa lagi.Karena kesabaran Dea, kini Arya mulai lancar berjalan memakai kruk tanpa bantuan. Hanya saat ke kamar mandi saja, Dea harus tetap menuntunnya.*****Malam ini Dea tidur di rumah sakit, Surya ditinggal di kontrakan bersama neneknya dan pakdenya.Seperti biasa jam 3 dini hari, Dea terbangun dan melakukan sholat tahajud. Seusai sholat, Dea mengangkat tangannya seraya berdoa," Ya Allah, berikan hamba kesabaran dan keluasan rezeki sehingga hamba bisa membantu memenuhi kebutuhan rezeki keluarga hamba, lembutkanlah hati mas Arya sehingga m
"Mas Aji, dengarkan aku, terimakasih atas tawarannya. Masalahnya aku tidak tahu mas tulus atau nggak sama aku, aku tidak bisa mempertaruhkan rumah tanggaku dengan orang lain seperti mas."Jawabku."Aku takut, nanti kalau sudah berpisah dari suamiku, tiba-tiba mas menyia-nyiakan hidupku, kan apes dua kali aku," lanjutku lagi."Dea, dengarkan Demi Allah, aku serius sama kamu, aku beneran sama kamu, aku tidak akan menyia-nyiakan kamu," seru mas Aji."Mas dengar ya, aku pernah dengar sumpah atas nama Allah dari seseorang, tapi ternyata dia berbohong. "Sahutku teringat akan kejadian mas Arya yang mengambil atmku dan bersumpah atas nama Allah."Berani sekali orang itu, bersumpah atas nama Allah tapi berbohong, aku bukan orang seperti itu Dea, aku akan membuatmu dan Surya bahagia. Aku akan menganggap Surya sebagai anakku sendiri. Sungguh aku mencintaimu." Mas Aji terdengar bersungguh-sungguh.Aku mencelos. Ucapannya terdengar begitu meyakinkan. Namun pernikahanku dengan mas Arya selama 6 tahu