Beranda / Romansa / AKU BUKAN SEORANG PELACUR / xv. Berhenti Berharap

Share

xv. Berhenti Berharap

Penulis: POMME
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-19 12:07:52
“Kenapa aku harus hidup seperti ini?” Aku berbaring di sofa dengan Gerry yang berada di samping betisku, mengoleskan obat merah dan melilitkan kain perban di telapak kakiku. Aku tidak sadar kalau aku telah menginjak pecahan beling dari kekacauan yang disebabkan oleh lelaki berengsek itu, dan baru sekarang merasakan sakitnya yang menyatu di dalam tubuhku. Seolah memberiku jawab jika alasan sebenarnya aku dilahirkan adalah untuk menanggung segala jenis kepedihan ini sendirian. Luka sobek yang besar, darah segar yang mengalir, dan air mataku yang kembali kering. Pada kenyataannya, Tuhan memang belum mengizinkanku untuk mati ㅡtidak dengan cara konyol iniㅡ dan aku tidak akan pernah bisa keluar dari tempat ini. Sama sekali.

Secara cepat, Gerry meletakkan obat itu di meja, dan aku mulai menertawakan diriku sendiri lagi hari ini. Ditampar oleh lelaki yang membayarku, namun, aku tidak pernah menerima uangnya, mencoba untuk bunuh diri, dan pada akhirnya justru terlempar kembali ke tempat ini, be
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • AKU BUKAN SEORANG PELACUR   xvi. Bukan Ilusi

    Badanku benar-benar seperti remuk. Hancur menjadi serpihan-serpihan paling kecil. Aku terbangun di sofa dengan kepala yang masih pening ketika mampu kusaksikan apel itu sama sekali belum berpindah dari meja, dan membuatku tersadar kalau semalam aku mungkin pingsan setelah Gerry pergi dari ruangan ini, karena aku ingat kalau kali terakhir aku dapat merasakan punggungku yang kembali menabrak alas sofa saat aku menekankan kakiku ke lantai, mencoba berdiri dan berjalan ke ranjang. Serta pandanganku yang seketika hanya berubah menjadi hitam. Bertemu satu kegelapan yang panjang.Aku tidak percaya kalau aku masih menjadi orang yang sama pagi ini; perempuan malang dalam kenahasan itu lagi, dengan tiada kemujuran yang mau menghampiri. Mataku sayu, dan kantungnya kelihatan amat besar. Satu tanda mujur bahwa penderitaan sedang menggantung tepat di kedua pundakku. Terlebih tubuhku yang kini sudah jelas kurus, dan tampak ringkih kala kutatap lekat cermin di hadapanku ㅡmengasihani diriku sendiri.K

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-20
  • AKU BUKAN SEORANG PELACUR   xvii. Putus

    “Aku menyadap ponsel Gerry. Jadi, aku tahu kapan dia akan pergi, dan apa rencanaku.” Pandangannya meloncat ke kakiku di mana sekarang aku sedang berbaring di ranjang dengan Daniel yang mengganti perbanku. Di separuh perjalanan, kami sempat mampir ke sebuah apotek kecil meskipun aku hanya menunggunya di dalam mobil, dan membiarkan dia kemudian kembali datang bersama sekantong obat-obatan di sela jemari kirinya.Sebenarnya sudah cukup banyak yang dia jelaskan kepadaku soal hutang-piutang yang dia miliki setelah kami sukses memarkirkan mobil, dan masuk ke rumah asing ini. Namun, aku cuma terus diam sampai berikutnya dia mengatakan kalau telah terjadi sebuah masalah besar di dalam bisnis haram yang Gerry jalankan. Daniel bilang beberapa orang kurir narkoba miliknya ditangkap polisi, dan sebagian sudah memberikan kesaksikan bahwa mereka tidak lebih dari sekadar pengantar barang itu.“Aku sudah memastikan jika pagi ini tidak akan ada orang di sana, selain pelacur-pelacur yang betah untuk me

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-21
  • AKU BUKAN SEORANG PELACUR   xviii. Bangkit Perlahan

    Jasmine tidak pernah berniat untuk mengatakannya, atau meminta tolong kepadanya, namun Daniel menjadi orang pertama yang menawarkan diri untuk mengambil semua barang-barang itu, dan membawanya ke rumah itu dua hari lalu. Pakaian, tas, sepatu, buku rekening. Semuanya kembali bersama perempuan itu lagi dengan utuh, dan lengkap. Bahkan, ponsel milik Bu Sinta yang turut dia masukkan ke dalam kardus, membuat Jasmine bersyukur kalau itu ternyata tidak rusak. Sama sekali. Hanya batreinya yang kosong, dan Daniel tidak punya pengisi daya yang jenisnya cocok dengan itu.Jakarta hari ini terang seharian. Pohon-pohon yang sempat kedinginan oleh hujan semalam tampak sedang terus tersenyum lebar bersama senandung kecil tak terdengar. Disinari matahari, dan diselimuti udara-udara yang menari. Jasmine ikut bahagia walau luka di kakinya belum sembuh. Dia masih menggunakan perban yang diganti secara rutin oleh Daniel, dan kadang-kadang terlihat tidak seimbang sewaktu berjalan. Mungkin memang perlu wakt

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-22
  • AKU BUKAN SEORANG PELACUR   xix. Pergi

    Setelah beberapa hari, Jasmine sudah mendapatkan kartu identitasnya lagi, dan kartu ATM baru yang kembali dicetak dari buku rekening lamanya. Daniel memang banyak membantunya meskipun kekacauan itu sendiri disebabkan oleh lelaki itu. Satu kesialan paling mengerikan yang pernah terjadi di dalam hidupnya. Tidak mudah untuk memaafkan. Jasmine hanya kerap berpikir kalau luka di hatinya akan sukar untuk kering, dan api kebencian yang tumbuh di dalam jiwanya tidak akan padam. Sebuah noda fatal sudah tercoreng di tubuhnya ㅡhidupnya tidak akan sama lagi.Dia tersenyum ketika Daniel sudah selesai dengan dua piring nasi goreng olahannya di atas meja. Sesungguhnya itu manis. Namun, Jasmine tidak lagi terkesan. Sama sekali. Setelah hari itu, perasaannya kepada Daniel juga benar-benar ikut menghilang. Seperti bayangan di penghujung senja, yang kemudian lenyap ketika malam mulai menampakkan diri.“Sarapan pagi hari ini.”“Terima kasih.”Jasmine mengambil sendok di samping tangannya, dan mengaduk ma

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-23
  • AKU BUKAN SEORANG PELACUR   xx. Awal Baru

    Jasmine menyelonjorkan kakinya di ranjang, menyapukan iris ke pemandangan kamarnya yang sekarang benar-benar beres. Sembilan belas novel tebal yang dia bawa dari apartemen sudah tertata rapi di rak buku, dan beberapa foto serta sejumlah lukisan juga telah menempati sebagian dinding baru. Sejujurnya terasa seperti seluruh kehidupannya memang sudah dimulai sejak dia pergi meninggalkan Daniel dengan semua perasaan yang dia tuang dalam selembar kertas putih, dan tinta hitam.Penyesalan, dan kesakitan. Jasmine menuliskan semua kekhawatirannya tentang hidup yang tak pernah mengharapkannya bahagia. Bahkan bayangan akan setiap datangnya hari esok dalam kepalanya yang tampak selalu gelap. Tanpa penerang. Seakan dia memang hanya ditakdirkan untuk berenang dalam kepedihannya seorang diri, namun dipaksa untuk bertahan. Berjuang dengan sisa napas.Sebungkus roti berukuran besar mengintip dari dalam tangannya, dan sebotol minuman menanti. Alih-alih pingsan di jalan, alangkah lebih baik bagi Jasmine

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-24
  • AKU BUKAN SEORANG PELACUR   xxi. Lembaran Pertama

    Pagi pertama di dalam kehidupan Jasmine setelah mimpi buruk agaknya berhenti menyambangi tidurnya. Dia bangun lebih cepat meski badannya terasa letih, dan punggungnya hampir patah. Satu rencana sudah mengisi kepalanya sejak semalam. Hari ini, dia ingin pergi ke supermarket, dan beberapa tempat lainnya. Ada beberapa kebutuhan yang kemarin belum sempat dia beli. Dia juga ingin mengganti lampu kamarnya yang menurutnya tidak terlalu terang. Sejak kecil, Jasmine tidak bisa tidur dengan lampu yang redup. Napasnya akan sesak, dan perasaannya hanya menjadi gelisah. Seolah seseorang mencekiknya dalam kegelapan.Pukul enam kurang lima belas menit. Senyum tipisnya muncul di dalam cermin ketika dia menatapi dirinya di sana sesaat usai melirik ke jam yang tergantung di dinding kamarnya, dan membawa tungkai kakinya melangkah ke luar kamar, pergi ke kamar mandi yang berada tidak begitu jauh dari kamarnya, di sebelah dapur mini. Jakarta benar-benar terkesan keras pada saat kakinya harus berhenti sebe

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-27
  • AKU BUKAN SEORANG PELACUR   xxii. Pekerjaan

    Supermarket itu terlihat cukup luas untuk seorang Jasmine yang baru kali pertama menginjakkan kedua kakinya di situ. Badan, dan langkahnya kelihatan tenang ketika dia berjalan. Bola matanya sibuk menemukan barang-barang lain kendati hampir semua merek mi, minuman, dan berbagai jenis roti telah mengisi separuh dari troli yang sekarang memenuhi cengkeraman tangannya. Alih-alih membuang banyak waktu, keluar masuk kamar kost, dia lebih tertarik untuk membuat persediaan selama beberapa hari ke depan. Bahkan, dia juga berencana untuk membeli sebuah kulkas kecil untuk dia letakkan di dalam kamarnya sendiri ketimbang ikut bergabung dengan kulkas bersama yang ada di dapur mengingat bagaimana kesan awal yang dia terima tidaklah baik, dan agak mengerikan.Mungkin, memang begitu, memang menjadi sikap paling terkenal manusia-manusia Jakarta sebenarnya yang cuma mementingkan dirinya sendiri. Jasmine sendiri merasa cukup terkejut dengan kejadian tadi pagi saat dia harus mendapatkan pukulan dari seor

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-03
  • AKU BUKAN SEORANG PELACUR   xxiii. Ketakutan Itu

    Aku duduk di depan meja kecilku dengan sepiring mi goreng pedas. Pemandangan monoton langit malam kelihatan cantik ketika kembali kuingat fakta bahwa aku sungguh telah diterima bekerja di tempat itu. Hanya ada beberapa orang yang melakukan interview bersamaku tadi, namun, aku tidak percaya bahwa mereka mengirimiku pesan sesampainya aku membanting badanku di kamar ini usai membeli sebuah dispenser. Serta kulkas kecil.Senyumku berkembang menjadi sepenggal bintang malam ketika kutuangkan sebotol minuman dingin berwarna hitam ke dalam gelasku. Entah kenapa, rasanya seperti sedang mabuk, padahal, aku sendiri belum pernah mabuk. Perasaan gelisahku melebur bersama gelembung-gelembung kecil yang muncul, dan selanjutnya cuma lenyap ketika kuteguk itu dengan tenggorokanku yang menantang dengan kokoh. Sendirian. Aku kira Lisa akan datang seperti malam kemarin, tetapi, aku bahkan belum mendengar suaranya. Sama sekali. Aku mengejap sembari meremas kain celana, di pahaku. Bibirku berminyak sewakt

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-05

Bab terbaru

  • AKU BUKAN SEORANG PELACUR   xxxviii. Kematian

    Kaleng minumanku sudah kosong.Aku duduk bersandar di pinggiran ranjang dengan kedua kaki yang kembali kutekuk, menghadap ke pintu yang ditutup. Setengah jam telah berlalu, dan jemari kananku sibuk mengetuk punggung tanganku yang melingkari betisku usai kukatakan kepada Adam kalau aku memiliki keputusan yang sulit; sebuah jawaban yang tidak pasti. Aku merasa bahwa pertemanan kami masih cukup jauh untuk sampai pada titik yang harus melibatkan kehadiranku di rumahnya, meskipun, setengah dari isi hatiku yang lain telah semakin meyakininya jika dia mungkin adalah salah satu bagian dari takdir yangTuhan mau untuk hidup baruku saat ini.Aroma harum sampo di rambutnya masih tercium. Adam tersenyum bersama anggukan kecil yang dia layangkan sebagai satu tanda pengertiannya padaku terkait trauma itu lagi dengan tanpa perlu kembali kujelaskan, dan aku melihat dia mengeluarkan lagi ponselnya, mengangkatnya di dalam udara kosong yang menengahi antara bahunya dan bahuku.“Semua hal baik butuh prose

  • AKU BUKAN SEORANG PELACUR   xxxvii. Bercengkerama

    “Untuk seseorang yang tinggal jauh dari keluarga seperti kita, bukankah rasanya sangat menyedihkan jika makan sendirian? Setiap kali aku melakukan itu, aku selalu melamun, memikirkan apa yang sebenarnya terjadi dengan hidupku.” Adam menjilat bibirnya yang berminyak, dan menatap diriku yang spontan tertawa mendengar pernyataannya, menghargai kejujuran demi kejujuran dari mulutnya yang membuatku sesekali bertanya di dalam kepala : kenapa dia harus mengatakan itu semua kepadaku? Sedangkan aku masih menganggap kalau pertemuan kami sejak hari pertama sampai hari ini yang bahkan belum terhitung satu bulan ialah saat-saat di mana sebaiknya kami berdua tidak langsung membuka diri dengan mudah, meskipun, aku sendiri tidak mengerti mengapa aku memberi tahunya tentang trauma yang seharusnya kututupi dengan rapat.Aku tertawa kecil ketika mengangkat sumpitku yang membawa beberapa helai jajangmyeon berpotongan agak tebal. Beberapa tembang lagu telah berganti, dan mataku mulai menyebarkan sorotnya

  • AKU BUKAN SEORANG PELACUR   xxxvi. Malam di Kamarnya

    Senyap. Kegaduhan yang tadi ikut menyinggahi kamarku dari berbagai macam suara kini hanya seakan-akan menghilang. Nyaris binasa dengan sangat amat sempurna di antara tubuhku yang sekarang sudah duduk di atas karpet lantai berwarna cokelat sambil menekukkan kedua lutut, di depan dinding yang memiliki banyak tempelan kertas bergambar lumba-lumba, dan sketsa wajah orang ㅡsebuah terkaan yang tidak meleset dari perkiraanku kalau Adam adalah lelaki yang rapi semenjak aku menyadari bahwa pakaiannya tidak pernah kusut, dan itu cukup mengagumkan ketika bisa kudapati bantal-bantal di ranjangnya yang tersusun demikian apik bersama seprei yang dipasang kencang, tirai jendela yang bersih, dan buku-buku yang ditempatkan dengan tepat.“Aku tahu kau sedang mengagumiku.”Dua cangkir besar berisikan teh hangat agak berasap di nampan menjamuku. Adam menaruh pantatnya di sampingku sementara aku langsung mengatupkan bibir, dan menoleh cepat untuk menemukan wajahnya usai dia memunggungiku selama beberapa m

  • AKU BUKAN SEORANG PELACUR   xxxv. Kerinduan?

    Jakarta yang sangat luas sekarang hanya berubah menjadi kota kecil yang konyol ketika aku bisa mendapati masa laluku lagi di antara banyak manusia serta jalanan yang kulalui untuk menjauhi semua nahasku. Aku mundur beberapa langkah, bersembunyi dengan cepat di balik rak tisu. Tidak menyangka kalau aku tetap akan dipertemukan kembali dengan mantanku yang berengsek setelah seluruh hidupku dihancurkan olehnya, membuat sekelebat pertanyaan itu melintas. Apakah semudah itu untuknya melupakanku? Daniel yang kukira sedang merenungi perbuatan paling kejamnya kepadaku pada kenyataannya terdengar seperti omong kosong yang terlalu kupaksakan seorang diri. Dia tidak begitu. Dia akan tetap sama sampai semua utangnya lunas, bahkan, bila itu harus merayu perempuan yang usianya jauh lebih tua dari dirinya.Aku membungkuk, mencoba mengintip mereka berdua secara hati-hati. Suasana yang tiba-tiba hening membuatku dapat mendengarkan suara Daniel yang lembut ㅡselembut ketika dia merayuku untuk mendapatkan

  • AKU BUKAN SEORANG PELACUR   xxxiv. Salah Menilai

    Hari Minggu datang ke dalam kehidupanku usai rasanya aku sudah melewati ribuan hari, jutaan angin malam, dan miliaran ombak. Sesuai dengan kesepakatan yang kutandatangani di surat kontrak pekerjaan, aku baru diperbolehkan libur jika telah masuk bekerja selama empat belas hari tanpa boleh mangajukan izin sama sekali, dan aku berhasil melewati dua minggu itu dengan baik. Meskipun lelah, walaupun tulang punggungku seolah nyaris patah, aku tidak boleh menyepelekan tanggung jawabku kalau tidak ingin atasanku memecatku, dan membuatku tidak mendapatkan gaji utuh sebelum genap satu bulan yang langsung dihitung dari hari pertama aku mulai masuk bekerja.Aku bersandar di ranjangku, mengamati kuku-kuku tanganku yang catnya sudah jelek. Aku ingin menghapusnya, dan menggantinya dengan warna merah. Terasa akan sangat cocok dengan warna kulitku yang tidak terlampau putih, dan jemariku yang cukup panjang. Juga, sebenarnya, aku sudah menyiapkan beberapa kutek baru yang semalam kubeli dari sebuah toko k

  • AKU BUKAN SEORANG PELACUR   xxxiii. Kejujuran Lisa

    Canggung. Aku kembali berbaring di ranjang, bersama tubuh Lisa yang sekarang berada di sampingku. Parfumnya tak lagi tercium, namun, bau lotion yang dia pakai terasa begitu harum untuk menghambur ke hidungku, seperti aroma bunga yang lembut, bercampur dengan dedaunan. Lisa bilang, dia tidak bisa tidur karena penyakitnya, dan sebenarnya, kebiasaan itu selalu terjadi kepadanya selama nyaris setiap malam yang dia bilang kalau biasanya dia akan mengatasi itu dengan cara menonton film, kemudian membuat matanya akan memejam usai lelah, dan tertidur. Tetapi, tidak kali ini. Dia sudah menonton film, namun, matanya tetap terus terjaga. Tidak bisa tidur.Napasnya yang tadi terdengar di telepon, kini berembus di sampingku. Aku mencoba untuk menahan napasku sendiri sambil memaksa menurunkan jempol kakiku yang berdiri tegak, mendapati Lisa sedang memainkan ponselnya, menghadap ke tubuhku yang hanya telentang, diam menatapi langit-langit kamar. Tidak tahu apa yang seharusnya kulakukan selain berusa

  • AKU BUKAN SEORANG PELACUR   xxxii. Bermimpi

    “Apa yang kaulamunkan di jam kerja, hm?” Oliv memiliki keingintahuannya yang mengejutkanku di atas kursi. Dia datang dengan alis menukiknya bersama sebuah senyum datar yang terbentuk di wajahnya tatkala tangannya menarik satu kursi kosong, dan ikut duduk di sana, di sampingku. Sementara aku hanya menggeleng, dan mengambil sebotol minuman dingin berwarna hitam bersoda yang telah kubuka penutupnya, lalu meninumnya.Hari ini, kami cukup disibukkan dengan sekelompok anak sekolah yang tiba-tiba turun dari bus pariwisata, dan menyerbu toko ini. Sangat melelahkan, namun sebenarnya aku cukup bersyukur karena setidaknya itu dapat mengurangi sedikit kemelut yang melanda pemikiranku.Tidak. Ini bukan soal Lisa lagi.Tadi malam, aku bermimpi sesuatu yang aneh. Di dalam mimpi itu, aku melihat Daniel, setelah sekian lama, dan setelah aku hampir bisa melupakannya. Dia sedang melambaikan tangannya kepadaku, dari kejauhan, dan sebenarnya aku tidak bisa melihat jelas ke wajahnya. Entah apa yang ingin d

  • AKU BUKAN SEORANG PELACUR   xxxi. Cemburu

    Sudah pukul sembilan. Waktu berlalu dengan sangat cepat ㅡseakan-akan bergilir begitu saja, tanpa terasa. Adam, dan aku telah memutuskan untuk pulang meski sebenarnya aku masih ingin berada sedikit lebih lama lagi di sana, menikmati rembulan, dan bertemankan angin malam yang terasa sejuk menciumi kulitku.Jalanan kota yang masih ramai kembali mencuri perhatianku. Entah sejak kapan aku mulai ingin mengagumi, mengesampingkan kesimpulanku yang selalu bilang jika tinggal di kota ini, adalah sebuah kutukan dimana kita harus punya pekerjaan, serta rumah, menjadikan itu sebagai dua hal wajib yang harus dimiliki untuk bisa menetap dengan cukup tenang di kota ini. Jakarta selalu menyala, dan terasa keras untuk orang-orang yang lemah. Tak jarang ada berita bunuh diri yang terjadi setiap harinya, diumumkan di seluruh penjuru melalui televisi, media sosial, maupun surat kabar. Satu hal pun lantas menjadi kejelasan masuk akal yang paling sering terkuak, bahwa, nyaris seluruh penyebabnya, ialah kare

  • AKU BUKAN SEORANG PELACUR   xxx. di Bawah Langit

    “Aku sangat bersyukur kalau kau menikmati tempat ini.” Suaranya diberkati oleh ketulusan ketika dia menggelar selembar karpet berwarna biru tua di depanku yang barusan dia sewa dari pedagang karpet di dekat pintu masuk. Adam sempat ingin membelinya, namun aku mengatakan jika hanya meminjamnya dengan membayar biaya selama beberapa jam, mungkin akan lebih baik. Dia tidak perlu repot untuk membawanya di tangan selama perjalanan pulang kami berdua nanti.Aku kembali tersenyum, menghadapi keasingan itu yang agaknya cuma singgah sebentar ke dalam diriku. Aku telah menjadi seorang Jasmine lagi yang sekarang sedang memejam, menikmati angin segitiga yang menggesek pipiku.Pernyataan yang terlontar dari bibirku kepada lelaki itu memang benar, bahwa, masa laluku ketika aku masih menjadi seorang anak kecil yang polos spontan memang bak ditampilkan lagi di depan mataku. Aku seolah bisa melihat diriku yang masih berbadan kecil dengan rambut kepang tengah berbaring sambil meletakkan kepala di paha M

DMCA.com Protection Status