Aku Bukan Menantu ImpianPart 27. Novi mulai unjuk gigi.Setelah mengambil cuti tiga hari, Novi kembali bekerja. Katanya bos nya sudah WA beberapa kali.Di rumah sakit besar itu, kini Novi bekerja bukan hanya sebagai penjaga apotek. Sekarang Novi sebagai tenaga Apoteker. Kalau kemarin gajinya hanya cukup untuk makan dan sedikit membantu bayar kuliah, kali ini gajinya sudah lumayan besar.Hampir empat juta, lumayan besar untuk Novi yang baru lulus kuliah."Gajiku nanti buat nebus sawah yang di sewakan, supaya kita bisa olah sendiri dan panen banyak. Tidak lagi membeli beras. Kasian Bibi Ipah yang anaknya banyak," kata Novi."Tidak di tebus juga tidak apa, kita tunggu sampai jatuh temponya datang. Nggak nyampe satu tahun lagi sawah akan kembali ke kita," kata Mas Ridwan."Tapi kasian Bi Ipah, Yah. Nanti sawah kita serahkan ke Pak Nur lagi untuk di garap,""Terserah baiknya menurut kamu saja. yang penting tidak memberatkan mu,""Tentu tidak dong yah,,,"Begitulah Novi, dengan semangat d
Aku Bukan Menantu Impian.Part 28. Mas Anton yang pailit.Sebagai menantu, seorang yang cukup berada, Sofi selama ini sudah cukup bergelimang kesenangan. Setelah lulus kuliah Sarjana Perbankkan, ia tidak pernah bekerja. Ia langsung menerima lamaran kekasihnya. Iwan putra seorang Kepsek Sebuah SMA Negeri dan ibunya seorang pegawai negri di kantor Kecamatan, telah berhasil memikat hatinya. Walau pada saat itu sebenarnya Sofi ingin bekerja dulu, mempraktekkan ilmu yang sudah di pelajari di bangku kuliah. Tapi ayahnya menolak keinginan Sofi untuk langsung bekerja. Anton ingin anaknya kawin saja dengan seorang yang cukup terpandang di mata Anton."Iwan itu anak orang kaya Sof, sayang kalau kamu menolak dia. Bapak ibunya pegawai negeri, kontrakannya banyak. Buat apa kamu capek-capek kerja?" kata Anton waktu itu. "Memangnya Fara, anaknya Ridwan. Lulus SMK langsung kerja. dia juga nggak bakal mampu untuk kuliah. Memang kuliah bayarannya dikit, mana mampu dia cuma buruh kandang ayam.""Ayah.
Aku Bukan Menantu ImpianPart 29. Perusahaan Anton bangkrut.Sejak di rumahkan, kini secara otomatis, Anton nganggur di rumah. Tak ada lagi mata pencarian.Terpaksa menggunakan uang pesangonnya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Sedianya uang itu untuk persiapan Clara masuk kuliah. Tapi nyatanya, sulit bagi Anton yang sudah berumur untuk mendapatkan pekerjaan lagi. Akhirnya dengan terpaksa uang persiapan untuk Clara di gunakan dulu untuk keperluan sehari hari. Clara mundur satu tahun untuk daftar kuliah sambil menunggu ayahnya bekerja lagi.Keuangan semakin menipis, dan bahkan hampir habis. Akhirnya mereka hanya bisa mengandalkan bantuan Sofi yang bersuamikan orang kaya.'Rugilah punya menantu orang kaya, kalau tidak bisa membantu orang tua. Walau selama ini Sofi selalu menolak kalau dikatakan suaminya orang kaya, hanya karena suaminya bekerja sebagai guru pelatihan bahasa Inggris. Gajinya juga sama dengan karyawan biasa lainnya. Tapi, setiap bulan Sofi menabung lebih dari sepuluh
Aku Bukan Menantu ImpianPart 30. Sofi bekerja.Sore harinya, Iwan mendatangi rumah mertuanya lagi sepulang kerja. Jam lima sore, Bayu masih di gendong sang nenek. Nampaknya ia rewel. Iwan segera memeluk putranya. Dan Bayu pun terdiam dalam gendongan sang ayah."Sofi belum pulang, Ma?" Iwan bertanya."Belum," Rani menjawab dengan agak kawatir.Pada saat yang bersamaan, motor matik yang di kendarai Clara dan Sofi memasuki halaman. Sofi terkejut, tak menyangka suaminya akan menyusul. Apalagi, ia dan Clara mengenakan setelan hitam putih, khas anak yang sedang melamar kerja.Iwan sendiri tak kalah terkejutnya. Walau tadi mertuanya mengatakan kalau Sofi hanya mengantar Clara, tapi Iwan yakin kalau Sofi juga sedang melamar kerja. Atau bahkan sudah bekerja, mengingat mereka pulang menjelang magrib jamnya para pekerja pulang."Kamu dari mana Dek?" tak sabar Iwan bertanya."Aku, aku,,,dari ,,,, pulang kerja," jawabnya gugup dan tak bisa bohong lagi.Iwan lemas mendengar jawaban istri nya. Tak
Aku Bukan Menantu ImpianPart 31. Kembalinya Sofi.Iwan tertegun menatap dua wanita yang berjalan cepat ke arahnya. Nampaknya Sofi dan Clara.Setelah terima gaji di akhir jam kerja, mereka pulang dengan gembira sambil mengaktifkan ponselnya. Ada beberapa panggilan tak terjawab dan sebuah pesan masuk yang mengabarkan Bayu masuk rumah sakit, dari Mama. Mereka segera pulang, menuju rumah sakit. Ingin terbang saja rasanya. Perjalanan yang agak macet di awal bulan, bukanlah pemandangan yang aneh. Keduanya nampak takut-takut mendekati Iwan yang duduk di kursi tunggu."Mas,,,,"Sofi menyapa suaminya dengan ragu."Masuklah, temui Bayu," perintah Iwan tanpa menoleh. Susah payah Ia menahan emosi agar tak mengeluarkan ucapan kasar, karena tak ingin melukai hati Sofi, wanita yang telah melahirkan anaknya, yang sebenarnya telah membuatnya benar-benar kecewa.Sofi dan Clara masuk. Melihat kedatangan Sofi, pecah kembali tangis Bayu. "Mamaaaaa,"Sofi memeluk erat tubuh putranya. Air matanya luruh."M
Aku Bukan Menantu ImpianPart 32. Keluarga Iwan jatuh bangkrut.Iwan menghampiri, seseorang yang berseragam sebuah bank. "Ada apa ini Pak?" Iwan bertanya."Anda siapa?" tanya seorang berpakaian polisi yang ada di samping petugas bank itu."Saya Iwan, anak pemilik rumah ini,""Oh ya, maaf Pak Iwan, rumah ini sudah di sita bank. Anda tidak di ijinkan masuk,""Ada apa ini Pak? Kenapa harus di sita?""Ada tindakan korupsi yang di lakukan ibu Wahyuni. Ibu Wahyuni sudah di tangkap, dan sekarang ada di kantor polisi. Silahkan bapak datang ke kantor polisi untuk menemui ibu anda."Iwan terkejut. "Korupsi? Tidak mungkin Ibu saya melakukan itu pak,""untuk lebih jelasnya, silakan bapak mendatangi kantor polisi di mana ibu Wahyuni di tahan."Sofi ketakutan, sementara Bayu menangis karena takut melihat banyak orang yang berkerumun."Ini bagaimana, Mas?" Sofi panik.Walau agak panik juga, Iwan segera mengambil keputusan. Ia segera menggamit dua orang tukang ojek yang kebetulan ikut berkerumun. S
Aku Bukan Menantu ImpianPart 33, Fara jatuh cinta.Kabar tentang Mas Anton yang sekarang sudah tak bekerja hinggap di telinga keluargaku. Bahkan keadaan keluarga Sofi yang ayah mertuanya meninggal, dan ibu mertuanya di penjara karena menjadi calo CPNS bodong, sudah beredar juga di telingaku. Mas Heru yang menceritakan pada mas Ridwan dan aku kebetulan mendengar kabar itu langsung saat aku mencuri dengar obrolan Mas Ridwan dan Mas Heru lewat telfon."Bagus tuh, Mas Anton nggak bisa sombong lagi membanggakan menantunya yang kaya. Sekarang hidup Sofi sudah sangat sederhana. Biasa aja kayak kita nggak bisa ngasih duit banyak pada bapaknya yang sombong itu!" sahutku bersemangat ketika Mas Ridwan dan Mas Heru mengakhiri sambungan telfonnya."Nggak baik, Dek, bahagia di atas kesusahan orang," Mas Ridwan mengingatkanku." Ya, Mas maaf, aku masih sakit hati mendengar hinaannya waktu kita mau pinjam uang buat Novi bayar semesteran, Mas. Dia bilang kita nggak akan mampu biayai Novi kuliah,
Aku Bukan Menantu ImpianPart 34. Fara menikah.Fara tidak bekerja lagi di pabrik konveksi.Setelah kursus menjahitnya selesai, Fara membuka usaha tailor di rumah. Sebuah mesin jahit, mesin obras dan sebuah mesin neci di belinya. Novi dan Andi calon suami Fara, yang katanya membeli semua itu. Andi juga belum sempat melamar Fara, karena kata Fara, ia ingin di lamar dan langsung menikah. Kini usaha Fara sudah terwujud. Walau belum besar seperti pengusaha lainnya, Fara sudah terima satu dua pesanan. Tak kam akhirnya, Fara pun menerima lamaran Andi.Sebulan setelah Andi dan keluarganya datang untuk melamar, hajatan pernikahan di laksanakan. Acara yang sederhana yang begitu terkesan buat ku dan keluarga, terlebih Fara sendiri.Oh ya, kami mengundang Mas Anton dan keluarganya, keluarga Mas Bayu juga kami undang. Tapi yang datang hanya Sofi beserta suami dan anaknya. Kata Sofi ayah ibu dan adiknya tak bisa hadir, begitu juga Bayu karena sedang sibuk.Tak apalah, aku juga sudah bahagia
Aku Bukan Menantu Impian part71. Anton pulang kampung.Mama Yani dan ayah Ridwan juga Fara menyambut kedatangan sang tamu.Tpi mereka sempat heran. Bawaan keluarga ini banyak sekali."Begini, Ridwan dan Yani, sebelumnya saya minta maaf," ucap Anton ketika mereka sudah duduk di ruang tamu. "Sebenarnya saya akan pindah kekampung ini lagi. Sejak saya kena PHK, saya sudah tidak bekerja lagi. Rumah saya sudah di jual. Jadi saya membawa keluarga saya untuk tinggal di sini."Mereka semua terkejut dengan keputusan Anton. Mereka dulu yang ngotot menjual rumah dan sawah milik orangtuanya untuk biaya kuliah anaknya dan untuk membeli mobil. Sekarang mereka sudah tak punya apa-apa lagi di kampung. Tapi malah mau tinggal di kampung. Mobil mereka juga sudah terjual."Ya, sudah. Enggak papa. Untuk sementara waktu, kalian tinggal di sini," ucap ayah Ridwan."Tapi, gimana ya. Kita nggak ada kamar lagi," tutur mama Yani ragu.Meskipun kamar Fara dan Novi akan sering kosong karena kemungkinan juga merek
Aku Bukan Menantu Impian part 70, Novi menikah.Menyadari perubahan sifat mertuanya, hati Fara makin berbunga. Wanita itu kini memang berubah lebih perhatian pada Fara dan kedua anaknya. Seminggu sekali Bu Manda pasti datang dengan berbagai alasan. Membawa segala macam makanan untuk Galih dan Gania. Fara juga dapat jatah. Bu Manda sering membawakan Fara berbagai macam olahan ikan gurame. Kadang di asama manis, kadang di goreng, kadang juga di bakar. Bahkan sekarang, pak Angga sudah membuat kolam ikan di belakang rumah. Supaya tidak perlu membeli jika ingin masak ikan.Walau begitu memang perhatian Bu Manda lebih cenderung ke Gania. Maklumlah, Bu Manda tak punya anak perempuan. Jadi kasih sayangnya di tumpahkan untuk cucu perempuan nya. Setiap datang selalu saja membawa baju yang cantik buat Gania. Katanya modelnya lucu lucu. Sedang untuk galih, hanya sesekali Bu Manda memberikannya. Kata Bu Manda modelnya bikin bosan. Itu itu saja. Ya, memang itu adanya. Tapi sudahlah. Tak apa. Ba
Aku Bukan Menantu Impian part 69. Dua hari di rumah mertua.Besok hari Minggu. Jadi hari ini mereka akan menginap. Dari pagi hingga siang hari rumah pak Angga memang ramai. Dua orang cucunya sudah membuat kedua kakek nenek itu heboh.Galih begitu senang bisa berlarian dengan riang. Sedang Gania lebih banyak tidur. Bik Sumi uplek saja di dapur. Banyak sekali yg akan di masaknya hari ini. Gurame asam manis, goreng ayam. Soto juga sudah di siapkan bumbunya untuk besok. Semua adalah masakan kesukaan Andi dan Fara. Hari ini mereka di jadikan tamu istimewa atas perintah Bu Manda. Bu Manda juga tak pernah jauh dari Gania. Di dekapnya sepanjang hari. Hanya akan di serahkan pada Fara jika sedang ingin menyusu saja.Fara juga tidak boleh mengerjakan apapun. Setelah menoyusui Gania ia hanya boleh menonton tv dan tiduran. Kalau terlihat membantu bik Sumi, maka Bu Manda akan ngomelin bik Sumi. Pokoknya kontras dengan sikap Bu Manda beberapa waktu yang lalu.Sedang pak Angga juga sibuk dengan Gali
Aku Bukan Menantu Impian part 68. Bersatunya menantu dan mertua.Silih berganti hari hari datang dan pergi. Kehidupan Fara berlalu dan mengalir begitu saja. Dua bulan kini usia Gania.Dua bulan juga lamanya Bu Manda tak menampakkan diri di hadapan Fara. Sedangkan mama Yani, ayah Ridwan juga Novi hampir setiap minggu mereka menjenguk Galih dan Gania. Keduanya tumbuh dengan lucu.Suatu pagi, di mana Andi sedang menikmati hari bersama istri dan kedua anaknya.Ponsel Andi berbunyi nyaring."Asalamualaikum ayah," sapa Andi melihat nama ayah nya di layar handphone."Waalaikum salam. Andi, bisakah kamu datang dengan istri dan anak anakmu, ibumu sedang sakit. Tapi nggak mau di bawa kerumah sakit. Dia hanya ingin di tengok kamu,""Yah, maaf ya. Ibu hanya menginginkan Andi. Sementara Andi sekarang sudah beristri dan punya anak. Kalo ibu tak menginginkan keluarga Andi, berarti ibu tak perlu berharap kedatangan Andi. Andi nggak bisa ninggalin mereka, Yah. Mereka tanggung jawab Andi,""Makanya
Aku Bukan Menantu Impian part 67. Gania Putri Anggara Beberapa menit yang lalu, ponsel Andi yang di silent itu bergetar. Tapi saat itu masih jam kerja. Andi mengacuhkannya.Sekarang sudah jam istirahat. Andi sudah duduk di kantin untuk makan siang. Ia juga sudah pesan makanan yang di inginkan. Hari ini hari pertama masuk kerja sejak pulang dari rumah sakit. Kondisinya juga sudah cukup baik. Biaya rumah sakit kemarin menguras seluruh uangnya. Untung ayah Ridwan dan ayahnya ikut membantu. Kalau tidak, mungkin uangnya sendiri tidak akan cukup untuk membiayai biaya mereka berdua. Untuk saat ini, Andi memang belum mau menggunakan uang istrinya. Walau ia tau tabungan Fara juga cukup lumayan karena usahanya maju akhir akhir ini.Mengingat sekarang sudah tambah anak berarti tambah pula biaya hidupnya. Semangat kerja Andi pulih berkali lipat. Walau baru kemarin pulang dari rumah sakit ia juga tak mau berlama-lama libur.Andi mengambil ponselnya dan membukanya. Sebuah pesan wa masuk dari
Aku Bukan Menantu Impian part 66. Pulang.Novi mengambil Galih dari gendongan Andi."Kak Fara sudah siuman ya?" tanya Novi."Iya. Sudah. Tau dari mana?""Ayah yang telpon,""Apa nggak papa Galih kita bawa masuk keruang ibunya?""Nggak papa kak. Sebentar saja. Kasian dia kangen ayah ibunya. Galih nanyain kalian terus. Tapi untung dia nggak rewel, pintar lho dia. Sepertinya ngerti ayah ibunya dalam kesusahan,""Oh iya. Kamu pintar ya nak? pinter lah. Kan sudah punya adik. Itu adik nak,"Andi menunjukkan pada Galih kalau di dalam sana ada adiknya. Lucunya anak itu malah tak merespon, membuat Andi gemas sendiri. Di ciumnya kembali anak sulungnya itu. Tak percaya sudah punya anak dua. Sepasang lagi. Siapa yang tak bahagia cobak?"Kita jenguk kak Fara," usul Novi."Ayok,"Di depan ruang rawat Fara mama Yani, ayah Ridwan dan pak Angga sudah ada di sana. Sepertinya mereka baru keluar dari ruangan rawat Fara."Sudah tengok kak Fara?" tanya Novi."Sudah, tapi tak boleh lama lama. Waktunya di
Aku Bukan Menantu Impian part 65. Cucu perempuan.Mendengar kabar itu, semua bisa meloloskan napas. Sedikit lega. "Alhamdulilah," ucap mereka serempak."Bagaimana dengan ibunya dokter?" tanya Andi."Maaf, untuk saat ini ibu Fara belum sadarkan diri, karena pendarahan. Bayinya bisa di jenguk di ruang inkubator, sementara Bu Fara masih di UGD,"Bagai di sambar petir rasanya. Tubuh Andi luruh, duduk lemas di kursi roda. Ia menggeleng beberapa kali. Berusaha menolak kebenaran. Tapi kejadian ini benar-benar nyata adanya. Begitu juga mama Yani yang nampak tak setegar ayah Ridwan."Tolong siapkan juga pendonor darah, karena kemungkinan persediaan darah di rumah sakit tidak cukup.""Baik, dokter," ayah Ridwan yang menjawab.Andi sudah lemah lunglai. Menangis pun ia sudah tak malu lagi. "Kamu harus sabar," pak Angga memeluk putranya mencoba memberi kekuatan.Begitu juga Bu Manda mengelus punggung Andi. Mama Yani terduduk di lantai. Seluruh persendiannya rasa lepas. Airmatanya sudah tumpah
Aku Bukan Menantu Impian part 64. Melahirkan anak perempuan Tok, tok, tok.Mama Yani sambil mengucek matanya yang sangat mengantuk membuka pintu kamarnya. Ia sangat terkejut melihat Fara yang nampak kacau dengan berurai airmata."Fara, ada apa? Galih rewel?"karena memang sejak tadi Galih yang rewel, maka di pikiran mama Yani hanya Galih."Galih enggak papa, ma. Kak Andi kecelakaan,""Hah, apa?!""Kak Andi kecelakaan ma,""Kecelakaan? di mana?""Sekarang di rumah sakit sehat mulia, tolong ayah antar aku kesana ya, ma,""Iya, iya. Kamu siap siap biar di antar ayah. Biar mama yang jaga Galih,"Sementara, Fara bersiap mengambil kerudung bergo dan memakai jaket tebal, mama Yani membangunkan suami nya.Rumah sakit sehat mulia memang agak jauh. Jika di tempuh menggunakan motor dan keadaan sepi begini memakan waktu sekitar dua puluh menit.Tanpa banyak bertanya ayah Ridwan mengeluarkan motornya. Sambil memakai jaket dan mengenakan helm. Sepanjang jalan Fara menangis. Tak henti hentinya
Aku Bukan Menantu Impian part 63. Lukanya Fara.Perih, itu yang di rasakan Fara. Kenapa wanita itu selalu memojokkan dan menyalahkan. Siapa yang ingin buru buru hamil. Tak ada juga yang mau.Fara hanya menghapus airmatanya. Andi pun hanya bisa terdiam."Maaf," hanya itu kata kata yang ia ucapkan. Sudah terlalu sering. Ia takut Fara bosan dengan itu semua. Ibunya tak pernah berubah. Selalu membuat suasana menjadi runyam.Bagi Fara, lukanya sudah membekas begitu dalam. Bahkan sudah meninggalkan trauma. Sedangkan Andi juga sebanarnya sudah tak kuat dan ingin melawan tapi tetap takut di sebut anak durhaka."Sudah kak. Nggak papa kok," bahkan Fara yang sudah terluka, yang kini menghiburnya."Iya dek. Makasih,"Galih sudah terdiam tak lagi menangis sejak neneknya keluar rumah. Harusnya seorang nenek itu menyayangi cucunya. Bukan menakuti. Apa mungkin galih akan menganggapnya seorang nenek? Mungkin saat ini anggapan itu tak penting. Tapi manusia ada masanya. Masa di mana seseorang akan me