POV RENODengan tanganku ku bongkar puing-puing rumahnya. Tubuhku penuh keringat, mataku bercucuran air mata. Bibirku bergetar sambil memanggil manggil nama Rini.Rini ... Di mana kamu Rini ...Rini ....Mataku bercucuran air mata di antara puing-puing rumahnya yang berusaha aku bongkar dengan tanganku.Tiba-tiba tubuhku di pegang beberapa petugas menghentikan apa yang sedang kulakukan."Pak, Reno. Sabar Pak! Sabar. Nanti kita akan membongkarnya setelah air surut, Pak," ucap beberapa petugas yang berusaha memegangi tubuhku agar aku menghentikan kegilaanku membongkar puing-puing rumah di bawah longsoran tanah dan batu.Aku meronta, berusaha melepaskan diri dari pegangan mereka. Agar aku bisa melanjutkan kembali membongkar puing-puing rumah Rini."Lepaskan pak! lepaskan! Bapak lihat, Rini ada di dalam, kasihan dia! Pasti dia terjepit di dalam. Tidak bisa berbuat apa-apa! Saya harus menyelamatkannya, Pak! Biarkan saya yang membongkar sendirian jika Bapak-bapak tidak mau membantu! Lepaska
POV DONASore itu aku di ajak ketemuan sama si bule Andrean Jhon. Ah, mumpung papa ada rapat dengan perusahaan Jepang. Aku gunakan saja kesempatan itu.Akhirnya kami ketemuan di kafe ternama di Jakarta. Disampingku tempatnya yang santai suasananya juga menyenangkan.Ketika aku sampai, tampak Andrean sudah menungguku. Duh! Gantengnya mirip Brad Pitt. Hidungnya mancung, bibirnya merah, rambutnya ikal kecoklatan, matanya sedikit biru.Ah! Beruntung sekali yang jadi istrinya. Sayangnya aku sudah punya suami. Coba kalau enggak udah pasti aku minta dilamar terus.Ia terlihat senyum-senyum ketika melihat kehadiranku. "Hai, Andrean, sudah lama menunggu?" Sapaku ketika sudah di hadapannya."Oh, not yet honey, just a few minutes ago. You really look so beautiful, honey," ucapnya sambil merenggangkan kursi yang akan aku duduki."Thank you, sayang, kamu juga begitu tampan mempesona," jawabku."So, kamu mau makan apa sekarang, honey?" tanya Andrean dengan logat bahasa Indonesia kaku nya."Apa aja
Di tahanan Polsek Cimanintin aku hanya beberapa hari. Karena kasusku kelas berat akhirnya aku di pindahkan ke Rumah Tahanan khusus perempuan dibawah naungan Kemenkumham.Rumah Tahanan disingkat Rutan adalah tempat para tersangka atau terdakwa ditahan selama proses penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan. Rumah Tahanan Negara merupakan unit pelaksana teknis di bawah Kementerian Hukum dan HAM. Rutan didirikan pada setiap ibukota kabupaten atau kota.Rutan baru yang saya tempati memang khusus untuk tahanan wanita. Di dalamnya, bercampur para tahanan dengan berbagai jenis kasus. Dari narkotika, pencurian, pembunuhan, penipuan hingga korupsi.Berbagai kasus tapi dalam satu nasib. Rasanya tentu begitu terkekang kebebasannya oleh tembok menjulang tinggi dan jeruji besi. Dalam ruangan yang sempit, mungkin faktor over kapasitas. Aku mau tidak mau harus berdesakan dengan penghuni rutan yang lain. Tidur pun beralaskan tikar atau terkadang langsung bersentuhan dengan lanta
"Kami catat keterangan keberatan versi penasehat hukum. Selanjutnya saya bertanya kepada jaksa penuntut umum. Apakah keberatan dengan apa yang disampaikan oleh penasehat hukum terdakwa? Jika keberatan maka silahkan berilah sanggahan," tanya hakim ketua kepada Jaksa penuntut umum."Kami keberatan yang mulia hakim," jawab ketua Jaksa penuntut umum."Silahkan paparkan kenapa JPU keberatan," ucap majelis hakim."Maaf, yang mulia. Kami menolak akan pemaparan penasehat hukum saudara Rini Amanda Tyas bahwa pengadilan tidak berwenang mengadili karena saudara Rini Amanda Tyas. Karena dalam penyelidikan dan penyidikan jelas terbukti bahwa terdakwa sah telah menghilangkan nyawa seseorang akibat di tusuk sebilah pisau di area perutnya dalam hal ini dijerat dengan pasal 338 KUHP. Kami juga tidak sepakat dengan penasehat hukum saudara Rini Amanda Tyas yang mengatakan pasal 340 KUHP tidak berlaku bagi terdakwa. Karena terdakwa terbukti membawa sebilah pisau dari rumah. Itu artinya ia memang sudah me
POV RENOSetelah satu bulan lebih mencari dengan memasang iklan. Akhirnya aku mendapat pengasuh Naomi. Seorang ibu setengah baya. Namanya Bu Rokayah. Aku sengaja memilih umur setengah baya. Karena dengan umur segitu pasti sabar menghadapi kenakalan dan kerewelan anak kecil. Jika sudah ada pengasuh yang merawat aku jadi tidak khawatir lagi jika aku harus bepergian urusan bisnis. Aku hanya bisa meluangkan waktuku paling Sabtu Minggu saja selebihnya sibuk bekerja.Umur Bu Rokayah juga matang, penuh pengalaman dalam mengasuh dan menjaga anak. Aku khawatir jika tidak ada yang menjaga. Naomi akan sering jatuh yang mengakibatkan wajah dan tubuh Naomi sering lebam merah membiru. Karena tidak ada yang menjaganya. Sedangkan Dona sepertinya tidak perduli dengan Naomi. Kasihan dia jika harus sering seperti ini. Karena akan mempengaruhi mental dan fisiknya.Satu bulan lebih Naomi tingal dirumahku. Namun Naomi makin terlihat murung tidak seceria dulu, jarang berbicara. Ditambah lagi kulihat waja
Setelah sholat Maghrib dan membaca beberapa ayat Alquran, aku langsung gabung bersama teman-teman didepan televisi yang ada di ruangan tempat kumpul para tahanan wanita.Rencananya aku mau menonton siaran langsung Bu Donita di News TV. Sebab ingin melihat gambaran perkembangan kasus aku kedepannya.Ketika mulai gabung, tampak teman-teman satu sel juga sudah banyak yang ngumpul. Alhamdulillah, mereka juga ikut mensuport dan penasaran dengan perkembangan kasus aku."Waah, nama Mbak Rini masuk trending topik di televisi tuh, Mbak," ucap Kak Rere rekan satu sel, ia ditahan karena kasus pembobolan ATM bersama suaminya."Iya, tuh, langsung terkenal mbak Rini," sela si Yuyun terdakwa kasus peredaran uang palsu, sambil melihat ke arahku."Semoga bisa lekas selesai ya, Mbak kasusnya biar cepat bebas. Pengen deh ada yang bantuin aku juga, kayak mbak Rini biar kasusku lancar. Tapi kasusku berat. Kurir ganja! He he he," ucap si cantik Lena, wanita cantik, masih sangat muda tapi karena terlibat ku
Tak berapa lama, aku melihat dua orang laki-laki dan perempuan, satu anak kecil dituntun oleh mereka.Aku perhatikan dengan seksama hingga mendekat.Semakin dekat semakin jelas wajah mereka.Bu Donita?Siapa laki-laki itu?Tunggu-tunggu, Reno? Bocah itu ... Na-na-Naomi ...?Melihat sosok Naomi aku lalu berdiri dari bangku. Kemudian aku berlari ke arah Naomi. Air mataku luruh tak terbendung lagi rasanya."Naomi ....." teriakku.Kulihat Naomi juga berlari, begitu menatapku dan mengenali."Mama ...." Teriak Naomi.Begitu Naomi semakin dekat. Langsung menghambur ke pelukanku di mana tanganku aku buka lebar-lebarn. Kupeluk erat sekali tubuh Naomi. Tubuh yang selama ini aku rindukan.Rasanya tak ingin aku melepaskannya. Naomi mulai terisak, mataku juga memanas."Naomi .... Maafkan Mama, kamu baik-bail saja kan Naak?" tanyaku dengan mata berkaca-kaca."Baik, Ma ... Mama kemana aja? Kok gak mau menemui Nomi, hu hu hu hu ...," ucap Naomi sambil menangis hingga bajukupun basah."Maafkan, Mama s
POV RENODonita mengajakku masuk dalam gedung tersebut.Ia kemudian berbincang-bincang sebentar dengan petugas yang ada dibelakang meja resepsionis.Setelah itu ia memberi kode kepadaku agar mengikuti langkahnya.Aku kemudian mendekat ke arah Donita dan mengikuti langkahnya. Kami mampir dulu di meja resepsionis, mengisi buku tamu. Bawaan kami juga digeledah oleh petugas berseragam cokelat tua.Setelah menurut mereka bawaan kami aman. Akhirnya kami dipersilahkan untuk memasuki sebuah lorong.Kuiringi saja langkah Donita menelusuri lorong tersebut. Lorong menuju sebuah pintu berjeruji besi.Di depan pintu itu, kembali kami diperiksa dan dimintai kartu pengenal sebagai tamu.Setelah berbincang-bincang sedikit dan bertanya jawab. Akhirnya kami memasuki sebuah ruangan di sana kami juga mendapati sebuah pintu gerbang berjeruji besi kembali dan diperiksa oleh para petugas berseragam cokelat tua.Sungguh, pengamanan yang sangat ketat dan berlapis. Akan amat sulit tembus untuk melarikan diri
Bab 63POV DONA"Dona, hari ini Papa mau ngajak kamu ke rumah Pak Heryawan," ucap papa pagi itu."Siapa pak Heryawan, Pa?" tanyaku."Papanya Reyhan, papa mau memperkenalkan kamu dengan mereka. Sebelum kamu mendekati Reyhan kamu harus mendekati orang tuanya dulu terutama mamanya ibu Mardiyanti," ucap Papa."Wah, ide bagus tuh, Pa," ucapku."Tenang, nanti papa yang bicara. Kamu cukup diam saja. Kamu harus menunjukkan pribadi kamu yang kalem, baik dan sopan," ucap Papa."Siap Pa, ucapku bergembira.Bagus! Aku harus bisa mengambil hatinya Bu Mardiyanti. "Nanti kita berangkat agak selepas siang jadi sampai Bandung sudah menjelang malam biar kita menginap dirumahnya. Saat menginap itulah. Kamu tunjukkan bahwa kamu calon menantu idaman," ucap Papa."Soal itu gampang, Pa," ucapku."Bagus, ya sudah kamu siap-siap sana, dandan yang cantik agar orang tua Reyhan terkesima dengan calon menantunya," ucap Papa penuh semangat.Sore itu kami akhirnya melajukan mobil ke Bandung. Memang Reyhan asli p
Bab 62"Mas, tidur di kamar ini yah sama Andika. Rini biar tidur sama Rena, Maafkan, Mas, jika rumah Rini seperti ini. Jauh berbeda dengan rumah mas," ucapku ketika mengantarkan mas Reyhan yang membopong Andika ke dalam kamar setelah terlihat tertidur di pangkuanku. Mungkin kelelahan."Tidak, apa-apa, loh, Dek. Mas bahagia tak terkira akhirnya kamu mau memperkenalkan Mas kepada keluargamu," ucap Mas Reyhan setelah membaringkan Andika."Terima kasih banyak, Mas," ucapku."Loh, terima kasih buat apaan. Justru mas yang terima kasih bisa bertemu dengan ibu dan adik kamu," ucap Mas Reyhan."Iya, Mas, kalau begitu, Mas istirahat jika sudah cape. Rini mau ngobrol dulu dengan Biyung dan Rena. Kangen banget sama mereka, Mas," ucapku."Ya, sudah, tapi kamu perlu istirahat juga. Yah," ucap Mas Reyhan."Iya, Mas, Rini tinggal dulu, Mas," ucapku."Iya, Dek," ucap Mas Reyhan. Aku kemudian meninggalkan Mas Reyhan dalam kamar Rena. Sedangkan aku ngobrol di kamar Biyung bersama Rena. Kami tidur berti
Bab 61Apa? Dia ....? Dia ada di sini?Gawat! Bisa kacau!Bergegas aku menuju kamar atas dimana aku tinggal.Wah, aku dikamar saja lah dari pada panjang urusanya jika ketemu orang itu.Yah, ternyata Dona yang datang bersama ayahnya kemungkinan.Bergegas aku menuju kamar, aku harus menghindari masalah dulu sekarang. Terlalu banyak masalah yang sudah aku hadapi. Lebih baik aku menghindar. Bukan takut menghadapi Dona, tapi ini di rumah orang, gak enak ada keributan. Aku paham betul watak Dona. Ia kadang berbicara tidak lihat tempat.Dikamar aku coba pejamkan mata.Tidak berapa lama aku terlelap. tiba-tiba sayup-sayup aku mendengar pintu diketuk beberapa kali. Aku yang baru bangun mendengar ketukan tidak langsung menyahut. Tak berapa lama aku bangun untuk membuka pintu. Namun ternyata Mas Reyhan. Namun ia sudah turun menuruni tangga.Ada apa ia mengetuk pintu? Apakah mungkin ia memanggilku untuk bertemu Dona? Duh! Bagaimana ini.Aku kemudian masuk kembali ke kamar. Ingin tidur lagi tapi
Bab 60POV REYHAN"Oh, ya ini berhubung sudah malam jadi kami mau permisi kepada bapak dan ibu. Boleh tidak jika kami menginap di sini. Pak?" tanya pak Agus kepada Papa.Papa memandang aku dan mama untuk meminta pendapat. Mama malah memandangiku minta pendapat.Aku hanya melebarkan kedua tanganku sebagai tanda terserah karena yang tuan rumah adalah Mama dan Papa."Duh, Bagaimana ya, Pak, kamar terisi semua. Kamar yang kosong tinggal satu itupun kamar bagian luar samping garasi mobil," ucap Mama."Oh, begitu ya, Bu. Bagaimana jika saya yang menempati kamar luar. Nanti anak saya ini dikamar calonnya Pak Reyhan. Sebab mereka kan belum resmi pasti ia tidur sendiri di kamarnya. Ya, hitung-hitung buat nemenin calonnya pak Reyhan dikamar," ucap Pak Agus."Tapi dia udah tidur kayaknya, Pak, kasihan kalau di ganggu," ucapku menimpali."Ya, sudah, biar putri saya yang tidur kamar luar samping garasi. Kalau saya biar tidur di hotel dekat sini, saja, maksudnya nanti putri saya pulang ke Jakarta i
Bab 59POV ReyhanSungguh tidak ada kebahagiaan tak terkira sebelumnya kecuali Rini mau aku ajak ke rumah Mama dan Papa untuk aku kenalkan sebagai calon istri.Tersirat di wajah Andika juga sangat begitu senang ketika mendengar Rini mau ke rumah eyangnya.Seperti yang sudah disepakati, weekend itu aku menjemput Rini untuk aku ajak ke Bandung tentunya bersama Andika, anak kesayanganku.Sesampainya di rumah mama aku bawa Rini langsung kehadapan Mama. Ternyata mama menanggapinya dengan sangat positif. Bahkan Rini langsung ditest untuk membuat kue dan camilan.Mama ternyata langsung menyukai Rini begitu ia melihat sosok Rini dengan senyumannya yang menawan.Mama malah langsung menanyakan kapan akan menikahi Rini. Padahal perjanjian dengan Rini ingin melihat respon kedua orang tuaku. Jika orang tuaku menerima Rini maka ia bersedia menjadi istriku.Ternyata mama menerima Rini, meski sudah aku sampaikan bahwa Rini bukan dari keluarga berada. Bersyukur, Mama bukan tipe wanita yang memandang
Bab 58Antara Aku, Majikanku dan Anaknya"Ma, Pa, inilah yang kemarin Reyhan bicarakan sama mama dan papa. Kenalkan namanya Rini Amanda Tyas," ucap Mas Reyhan begitu kami berada dihadapan mereka berdua. Jantungku semakin berdegup tak karuan. Kira-kira apa penilaian mereka kepadaku?Haduh! Kok jadi nervous gini yah!Aku lalu menyalami seorang perempuan berumur namun masih keliatan cantik dan berpenampilan elegant. Aku cium punggung tangan kanannya sambil sedikit menunduk."Perkenalkan Bu, nama saya Rini," ucapku dengan grogi. "Oh, ini, Reyhan, yang kamu ceritakan kemarin. Duh, cantiknya. Kalau begini ya, mama mau lah kalau dijadikan menantu," ucap Mamanya Reyhan sambil memegang pundakku. Terlihat Reyhan hanya senyum-senyum saja menatap mamanya. Sungguh jantungku hampir copot tadi, tapi akhirnya lega juga setelah mendengar tanggapan hingga akhir."Biasa saja kok, Bu, saya hanya wanita kampung, Bu," ucapku."Baru menjadi wanita kampung saja cantik. Apalagi jadi wanita modern, ya, tamba
Bab 57Antara Aku, Majikanku dan AnaknyaKring kring kringTertulis Mas Reyhan di ponselku"Assalamu'alaikum, Mas ...." sapaku."Wa'alaikumussalam, maaf, sibuk gak Dek?" tanya Mas Reyhan."Enggak, mas, ada apa, Mas,?" tanyaku."Nanti malam, Mas mau ngajak jalan, dek, free gak?" tanya Mas Reyhan."Boleh, Mas, jam berapa?" jawabku."Jam tujuh malam Mas jemput," ucap Mas Reyhan."Iya, Mas, mau makan dimana?" tanyaku."Di tempat yang romantis," ucapannya."Andika?""Andika tetap ikut, dia malah yang mengajak," ucap Mas Reyhan."Baik, Mas," jawabku."Sampai nanti, yah, Dek. Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumussalam, Mas."KlikKumatikan sambungan telepon. Karena sudah tidak ada lagi ketemu klien, bergegas sore itu langsung pulang. Seperti yang dijanjikan. Mas Reyhan datang tepat waktu. Mobilnya terlihat terparkir di pinggir jalan.Setelah itu Andika dan Mas Reyhan menuju ke kostanku dimana aku juga mulai bergegas mengunci rumah kost."Nte, wah, cantik sekali Nte. Kita langsung berangkat Nte,"
Bab 56POV RENOHari ini aku menghadiri sidang perceraianku dengan Dona dengan sebelumnya pihak pengadilan agama melayangkan surat undangan sidang kepadaku.Aku langsung sendiri menghadiri sidang gugatan perceraian yang sudah aku layangkan ke pengadilan agama.Pukul 09.00 WIB, aku sudah memasuki ruang sidang begitu juga dengan Dona.Sidang mulai dibuka.Panitera membacakan protokol."Assalamu’alaikum, wr.wb Sidang dengan no. perkara 256 /JKT. akan dimulai, majelis hakim memasuki ruang sidang para hadirin dimohon untuk berdiri," Kami semua berdiri ketika majelisnya hakim memasuki ruangan dan duduk di depan meja sidang."hadirin mohon untuk duduk kembali.""Assalamu’alaikum, wr.wb sidang dengan no. perkara 256/JKT sidang terbuka untuk umum," ucap hakim ketua."Penggugat atas nama Reno Adian dan tergugat Dona Manohara dipersilahkan duduk di tempat masing-masing," ucap Panitera"Saudara penggugat, benar nama anda adalah Reno Adian?" tanya hakim ketua."Benar, yang mulia hakim," ucapku.
Bab 55POV DonitaDuh, kok bisa aku harus bertemu dengan wanita semacam Dona? Gak habis pikir aku, ada juga wanita seperti itu. Tidak melihat situasi jika berbicara seolah-olah dunia miliknya saja.Karena inseden tersebut akhirnya aku dan Mas Reno memilih menyingkir saja. Jika diladeni bisa-bisa sampai malam.Akhirnya aku memilih minta diantar pulang oleh Reno. Dengan berat hati Reno mengantarku pulang.Setelah Reno pergi dari rumah, akhirnya aku mengeluarkan mobilku dari garasi dan memilih jalan sendiri saja. Sekalian mau mutar-mutar ibu kota. Rencananya iseng sambil mencari Rini yang setelah bebas langsung hilang bak ditelan bumi.Setahuku ia tinggal di rumah pak Pramono. Namun ternyata tidak ada juga bahkan Naomi seperti ditinggal begitu saja. Padahal setahuku Rini begitu menyayangi Naomi. Namun, aneh kok bisa-bisanya ia meninggalkan Naomi. Sepertinya ada sesuatu yang menyebabkan ia harus melakukan itu.Setelah mutar-mutar di ibu kota tak juga aku menemukannya. Apakah ia tidak ting