#18#Indah"Kita makan dulu yuk!" ajak Deni setelah aku mendapatkan beberapa helai pakaian yang akan aku gunakan untuk bekerja besok di rumah sakit milik keluarga Deni.Akhirnya aku menyetujui keinginan Deni untuk makan terlebih dahulu. Meskipun waktu masih cukup sore untuk makan malam, tapi kami memang belum sempat makan siang jadi, kami tetap memutuskan untuk pergi ke restoran."Mo makan apa?" tanya Deni."Samain aja lah sama kamu, aku belakangan ini nggak ngerti sama diriku sendiri. Makan masih berasa nggak ada selera gitu Den," jawabku."Ayam bakar disini enak banget, apalagi sambelnya. Kamu harus coba sih, pasti nafsu makan kamu naik deh," ucap Deni antusias.Ia segera memesan makanan yang baru saja ia tawarkan padaku. Masih saja ada rasa kagum pada pria ini, padahal ia sama sekali belum memiliki istri.Namun, dia sangat pandai memperlakukan istri dengan sangat baik. Aku tak mengerti mengapa sampai sekarang ia masih sendiri.Aku yakin banyak wanita yang menyukai dia, tapi ia masi
#19#IndahAku berjalan perlahan, takut jika orang yang tengah menungguku di luar adalah orang yang benar-benar tidak aku harapkan ia berada disini."Yuk aku temenin," ucap Deni seraya berjalan di sebelahku.Entah mengapa, akhir-akhir ini aku merasa ia selalu memberikan aku kekuatan lebih di saat aku benar-benar merasa terjatuh dan membutuhkan semangat lebih.Saat Deni membuka pintu, seorang wanita paruh baya langsung menoleh dan berhambur memeluk tubuhku."Indah ...."Beliau langsung menangis di pelukanku, wanita yang telah melahirkan aku dengan penuh perjuangan itu tiba-tiba ada di depan mataku.Aku bahkan tak percaya, beliau bisa ada disini dan memelukku. Sedangkan ayah kandungku menatapku dengan mata berkaca-kaca.Lima belas menit kami berada dalam posisi yang sama, setelah itu aku melepaskan pelukan dan meminta beliau masuk ke dalam rumah Deni.Bersamaan dengan itu, azan subuh berkumandang sehingga kami melaksanakan salat subuh berjamaah. Deni menjadi imam untuk kami semua, terma
#20Satu bulan telah berlalu semenjak Indah pergi dari rumah. Aku telah benar-benar dekat dengan Nindy dan kami saling menjalin hubungan.Aku tidak menyangka jika gadis secantik dia bahkan mau menjadi pendampingku, dan memikah siri denganku karena pengadilan belum juga memutuskan perceraianku dengan Indah.Karena itu juga, Nindy tidak ingin aku bertemu dengan keluarganya terlebih dahulu. Tak ada yang menjadi saksi pernikahan kami dari pihak Nindy.Apalagi, karena ayah Nindy sudah meninggal jadi wali nikah bisa di serahkan pada wali hakim.Proses memang masih terlalu panjang, tapi hatiku telah berpindah pada Nindy. Aku benar-benar mencintai dia dan ingin menjadikan dia ratu di hatiku.Aku tak ingin ia pergi seperti Indah meninggalkan aku. Sebisa mungkin, aku berusaha untuk memberikan perhatiannya dan yang utama aku jauhkan Nindy dari ibu dan dua adik Perempuanku.Aku benar-benar tidak ingin Nindy mengalami nasib yang sama seperti Indah. Masalalu yang benar-benar menyakitkan untukku.Sa
#21Aku terus membuka satu demi satu foto yang ada di galeri ponsel Nindy. Semua terlihat jelas jika pria yang ia jadikan wallpaper di ponselnya adalah seseorang yang penting.Tak berselang lama, ponsel Nindy berdering. Kontak dengan nama Kevin menghubungi nomor istriku. Nomor yang sama seperti yang mengirimkan pesan pada Nindy tadi."Halo," sapaku."Siapa lu?!" tanya seseorang di ujung panggilan."Kamu siapa?" tanyaku balik."Mana Nindy? Ban*sat banget dia lagi sama cowok!" umpat pria itu dengan nada yang sangat kesal.Aku benar-benar tidak tahu siapa sebenarnya pria ini, mengapa ia berani mengatakan hal kasar pada istriku?"Kamu siapa? Gini deh ya, Nindy kecelakaan dan sekarang lagi di rumah sakit, jadi siapapun elu. Dateng aja kalau memang lu perduli," tegasku lagi.Setelah itu aku langsung menutup panggilan telepon tanpa menunggu pria di seberang sana menjawab. Aku benar-benar kesal dengan ucapan pria tadi.Bahkan ia mengumpat dan berkata kasar kepada istriku. Andai saja saat ini
#22"Maaf Pak harus ada janji dulu sama Pak Deni," tahan seorang wanita yang aku pikir adalah karyawan disini.Aku hanya memandang wanita itu dengan tatapan tajam, kemudian tetap menerobos masuk ke ruangan Deni.Pintu terbuka dan aku benar-benar melihat sahabat lamaku tengah duduk seperti seorang bos besar di perusahaan. Jas hitam yang rapih dan penampilan yang jauh lebih membuatnya terlihat berwibawa."Maaf Pak, sudah saya larang," ucap karyawan wanita tadi."Ok nggak apa-apa," jawab Deni seraya memberikan isyarat pada wanita itu agar pergi dari ruangannya.Deni hanya melirik ke arahku, ia sama sekali tidak merasa bersalah telah mengambil Indah dariku. Bahkan, ia telah menyembunyikan istriku selama ini."Lama nggak ketemu sudah makin sukses sekarang Den? Atau ... memang menyembunyikan kesuksesan?" cetusku.Deni tetap diam, ia sibuk menandatangani berkas yang ada di atas meja di depannya salat ya memang sengaja tidak ingin memperdulikan kehadiranku di sini."Jadi selama ini kamu memil
#23#Indah"Udah jangan nangis terus," ucap Deni berusaha menenangkan aku.Setelah Mas Bayu mengatakan jika aku adalah penyebab meninggalnya putriku. Jujur, aku merasa bersalah dan aku berpikir memang semua adalah salahku."Den, apa emang aku yang salah?" tanyaku.Aku benar-benar tak bisa menahan air mata yang terus saja mengalir tanpa henti."Kamu jangan dengerin dia, dia itu lagi memutar balikkan fakta. Jangan mau kalah, please. Mikayla nggak akan pergi kalau Bayu memperlakukan kalian dengan baik," sentak Deni.Entah apa yang membuatku menjadi lemah, tapi setiap kali aku mengingat putriku. Hatiku memang selalu seperti ini, aku merasa bahwa ini semua tidak adil untuk gadis kecil itu.Meski aku tahu, ini adalah rencana Allah yang pastinya akan membawa kebahagiaan nantinya. Entah untuk aku ataupun untuk Mikhayla di surga Allah."Jadi, kamu kenal istri baru Mas Bayu?" tanyaku.Deni langsung terdiam, ia seolah menyimpan sesuatu di dalam hatinya. Bibirnya memang diam membisu, tapi matanya
#24Setelah beberapa saat pria itu pergi meninggalkan aku dan ruangan tempat Nindy di rawat, aku masih tetap duduk di kursi lorong rumah sakit.Seketika itu pula aku melihat Indah dan Deni berjalan keluar dari lift. Mereka terlihat begitu dekat, aku bahkan tidak menyangka jika ia benar-benar telah berpaling.Dulu, aku mengira cinta Indah padaku begitu besar sehingga aku mampu membuatnya terluka. Aku pikir, ia akan tetap bertahan apapun perlakuanku padanya. Namun, semua salah. Ia benar-benar pergi tanpa pernah mau kembali padaku. Jadi, selama ini istriku tinggal di rumah sahabatku? Padahal aku sempat pergi ke rumah Deni dan bertemu ibunya.Namun, mereka menyembunyikan semuanya. Sekarang aku justru mendapatkan istri siri yang luar biasa menyakiti hatiku.Aku mengambil nafas panjang dan menghembuskannya perlahan, segera aku beranjak ke ruangan dimana Nindy di rawat.Aku lihat ia masih terbaring lemah disana. Entah apa yang terjadi pada wanita ini, aku benar-benar tak tahu. Mengapa ia bi
#25Tok tok tok!Aku mengetuk pintu rumah Deni, rumah yang masih terlihat sama seperti saat terkahir aku berkunjung ke sini.Tak ada yang berubah sedikitpun, bahkan tanaman hias yang aku tanam bersama Deni saat kami SMA pun masih tumbuh subur di pekarangan rumah ini.Jelas, mereka merawatnya dengan sangat baik sehingga tanaman masih hidup sampai saat ini. Tak ada jawaban dari dalam rumah ini, suasana nampak sangat sepi.Aku lirik jam di tanganku yang sudah menunjukan pukul sebelas malam. Andai saja taksi online tadi tidak kehabisan bensin, mungkin aku bisa sampai tiga puluh menit lebih cepat.Sudahlah, yang penting aku sudah ada di depan rumah Deni. Aku hanya perlu menunggu beberapa saat hingga mereka membukakan pintu untukku.Tok tok tok!Aku kembali mengetuk pintu, kali ini dengan suara yang lebih keras. Aku benar-benar tidak ingin menunda untuk menemui Indah.Malam ini juga aku ingin membawanya pergi dari rumah ini. Entah apa yang membuat aku begitu ingin memeluk Indah saat ini.Mu
#40Waktu semakin berlalu, hingga tak terasa dua bulan sudah semua terlewati begitu saja. Setelah ibuku di nyatakan terkena stroke dan harus di rawat di rumah, aku hanya bisa pasrah.Beliau sudah mulai bisa berbicara meskipun terkadang kosa kata beliau sangat tidak jelas dan sulit kami mengerti.Namun, aku tahu beliau masih tidak bisa menerima pernikahanku dengan Nindy. Apalagi pernikahan kami memang belum resmi secara hukum karena Nindy masih berstatus istri sah Kevin di mata hukum.Hanya saja, menurut cerita Nindy. Pernikahan yang terjadi antara ia dan Kevin hanyalah status. Mereka tidak pernah melakukan hubungan selayaknya suami istri.Menurut Nindy, Kevin memiliki kelainan seksual dan ia menikahi Nindy hanya sebagai penutup aibnya sendiri. Agar orangtuanya tidak tahu bahwa selama ini Kevin adalah seorang penyuka sesama jenis.Terlebih, ia juga seorang gembong narkoba yang menjadi incaran polisi. Beruntung, kejadian penyekapan waktu itu mempermudah polisi untuk menangkap Kevin dan
#39Setelah indah pergi dari ruangan tempat Ibu dirawat aku baru mengetahui betapa banyaknya beban yang ia pendam selama ini.Aku tak pernah berusaha untuk mengerti apa yang ia rasakan selama ini Ia memang selalu bersikap baik kepada orang tuaku dan kedua adik perempuanku.Tidak pernah sedikitpun terpikirkan bahwa indah juga seorang anak perempuan di keluarganya yang selalu disanjung dan dimanja.Ya Allah betapa egoisnya aku selama ini. Untuk sekedar mendengar keluhan yang setiap malam pun aku tak pernah melakukan itu.Padahal aku yakin indah hanya membutuhkan sebuah pelukan dan dukungan dari seseorang dan itu adalah aku, suaminya.Penyesalan itu kini sudah tidak ada artinya lagi sudah terlalu jauh tenggelam dalam rasa kecewa. Iya tidak bisa mengiklaskan semua perbuatan keluargaku mungkin karena semua begitu menyakitkan baginya.Aku memang tidak bisa memaksakan seseorang untuk memaafkan perbuatan buruk ibu dan kedua adik perempuanku. Meski begitu aku menganggap semua ini adalah sebuah
#IndahAku masih duduk di lorong rumah sakit, memikirkan tentang bagaimana harus menjawab pertanyaan Deni dan mempertimbangkan keinginannya.Tak ada sesuatu yang mampu membuatku begitu gundah seperti ini. Apakah aku memang memiliki perasaan pada Deni? Namun, aku takut gagal karena rasa trauma di dalam diri?Tuhan, bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Seketika sebuah tangan menyentuh bahuku."Indah ...."Suara lembut memanggilku, aku langsung menoleh dan melihat siapa yang datang menyapaku."Apa kamu baik-baik saja?" tanya Mas Bayu yang ternyata sudah ada di belakangku.Aku mengangguk lemah, "Iya, aku baik-baik saja," jawabku."Boleh aku minta sesuatu dari kamu, mungkin untuk yang terakhir kali," pintanya.Aku mengerutkan kening, kira-kira apa yang membuat ia datang dan meminta Bantuanku? Apakah ada sesuatu yang memang terlalu mendesak?"Kalau aku bisa bantu pasti aku akan bantu," jawabku.Mas Bayu memahamkan kedua matanya, kemudian menghela nafas kasar seraya mengusap wajahnya.
#37"Mas! Kami tega banget sih mau penjarain aku?!" teriak Lintang saat kami sampai di parkiran mobil."Tega? Terus apa yang kamu lakuin sama Nindy itu apa?" Aku benar-benar tidak habis pikir dengan pikiran Lintang. Ia benar-benar tidak merasa bersalah sedikitpun dengan apa yang baru saja ia lakukan."Aku benci sama dia Mas, gara-gara ada dia kamu jadi nggak bisa balikan sama Indah. Please Mas, jangan bawa aku ke kantor polisi," rengek Lintang.Sementara itu, Wulan terus menangis di sebelah kakaknya yang tengah merengek padaku."Ikut aku!" Aku meminta mereka untuk mengikuti langkahku, seketika aku ingin memberikan mereka satu kesempatan. Namun, kali ini jika mereka tidak juga mendengarkan perkataanku.Aku tidak akan segan-segan membawa mereka ke jalur hukum karena apa yang telah mereka lakukan sudah di luar batas dan termasuk tindak pidana.Sampai di sebuah taman di lingkungan rumah sakit, aku berhenti. Mereka masih bergandengan tangan dan berada di belakangku."Duduk!" perintahku s
#36Sampai di rumah sakit, aku langsung membawanya ke ruang UGD agar Nindy bisa segera mendapatkan pertolongan.Saat dokter memeriksanya, aku benar-benar takut jika sesuatu yang buruk terjadi pada wanita ini. Tuhan, apakah salah jika aku ingin memperbaiki diriku dan memberikan yang terbaik?Mengapa cobaan demi cobaan seolah tidak ada habisnya? Setelah permasalahan dengan Indah selesai, kini aku harus menghadapi masalah dengan wanita yang baru saja menerima keadaanku."Bagaimana keadaannya Dok?" tanyaku pada Dokter yang baru saja memeriksa keadaan istriku."Lukanya cukup parah, tapi dia benar-benar kuat hingga bisa bertahan. Jika kondisinya terus seperti ini, ia akan sembuh lebih cepat," ucap dokter tersebut.Setelah itu, ia membiarkan aku masuk untuk menemui Nindy. Aku bersyukur karena Nindy hanya pingsan dan mengalami beberapa luka.Meski luka di sebagian tubuhnya terlihat begitu parah, tapi aku berharap jika ia tidak akan mengalami sesuatu yang lebih buruk. Dan aku akan berjanji aka
#35"Dengan Bapak Bayu?" tanya seorang polisi dengan nada tinggi.Antara gugup dan mengkhawatirkan keadaan Nindy. Entah mana yang akan aku dahulukan. Aku tidak mungkin membiarkan Nindy dalam keadaan bahaya seperti ini.Tega sekali Deni dan Indah melakukan ini padaku. Padahal di ruang rawat inapnya tadi, ia seolah sangat baik padaku. Bodohnya aku percaya begitu saja pada mereka setelah semua kejahatan yang sudah aku lakukan.Memang, tidak seharusnya aku menggantungkan harapan pada seseorang yang sudah jelas-jelas menanggung luka dariku. Aku benar-benar pasrah jika memang ini adalah akhir dari segalanya."Iya Pak, saya Bayu," jawabku lemah.Tak ada lagi semangat, aku bahkan menyerahkan kedua tanganku agar mereka bisa memborgol dan segera membawaku ke dalam jeruji besi.Namun, tiba-tiba polisi itu tersenyum. Aku benar-benar heran, mengapa beliau bisa seperti itu? Padahal, saat ini aku benar-benar telah merasa sedih."Kami ditugaskan oleh Bapak Deni, pemilik rumah sakit ini untuk mendampi
#34Kedua adik perempuanku masuk ke dalam ruangan dimana ibuku di rawat. Aku menatapnya sinis, hingga beberapa menit berlalu aku tidak melihat Nindy ikut masuk bersama mereka.Dengan segera aku keluar untuk mencari Nindy. Rasanya malas jika harus menanyakan kepada dua adik perempuanku perihal keberadaan Nindy.Namun, setelah aku membuka pintu tidak ada siapapun di depan ruang rawat inap, bahkan di sepanjang lorong hanya ada beberapa perawat yang tengah membawa peralatan medis.Saat aku membalikan badan dan berniat menanyakan pada kedua adik perempuanku. Tiba-tiba aku melihat gelang Nindy tergeletak di depan pintu kamar rawat inap ibu.Ada apa ini? Apa yang terjadi ada istriku? Mengapa gelang yang ia pakai ada disini?Gegas aku masuk ke dalam kamar, dan menanyakan pada Lintang dan Wulan."Kemana Nindy?" tanyaku.Mereka berdua hanya melirik sinis, seolah tak ingin mengatakan apapun dan menganggap sepele pertanyaanku."Lintang! Wulan!"Aku benar-benar tak bisa lagi sabar menghadapi kedua
#33"Gimana keadaan ibu saya Dok?" tanya Lintang pada Dokter yang baru saja keluar dari ruang rawat inap ibu.Wajah dokter tersebut nampak sangat lelah, tetapi aku masih saja terus berharap tidak ada hal buruk yang menimpa ibuku.Aku benar-benar takut kehilangan beliau, apapun kesalahan beliau. Bagaimanapun beliau memperlakukan istriku, semua itu hanyalah kesalahan yang mampu aku maafkan."Ibu kalian mengalami koma, entah kenapa. Ada sesuatu yang seolah menghambat untuk bisa menyadarkan beliau, tapi beliau juga tidak bisa lepas begitu saja. Kami akan berusaha semampu kami, dan kami akan terus mengupayakan yang terbaik untuk ibu anda," jelas dokter tersebut.Koma? Astaghfirullah, ibu ... mengapa harus sampai seperti ini? Padahal aku tidak berniat membuat semua sampai seperti ini. Andai aku bisa memutar waktu, aku ingin membuat semuanya baik-baik saja. Aku tidak akan membentak ibuku, aku tidak akan membuat beliau mengalami sakit seperti ini.Namun, semua sudah terlambat. Aku hanya bisa
#32"Pertama, aku pengen banget minta maaf sama kamu. Ya, aku tahu aku udah egois banget selama ini. Aku terlalu mementingkan kedua adikku dan ibuku," ucapku mengawali permintaan maaf.Indah, Deni, Nindy dan Ibunya Deni seakan menatapku penuh selidik. Mungkin mereka tak mengerti apa yang membuat aku seperti ini."Aku belajar dari Deni, hanya saja aku salah menempatkan semuanya. Dulu, Deni selalu berkata bahwa orangtua dan keluarga adalah yang utama. Aku lupa, bahwa Deni belum memiliki tanggung jawab sebagai seorang suami.Bahkan, aku selalu mengutamakan ibu dan kedua adikku hanya karena aku tidak ingin terlihat menjadi anak yang durhaka. Indah, aku benar-benar minta maaf, karena sikap aku itu kita harus kehilangan anak kita.Aku juga nggak pernah nemenin kamu v ibuku selalu bilang kalau wanita itu tidak selalu harus menjadi beban buat suaminya.Namun, aku benar-benar salah mengartikan semuanya. Aku tak tahu kalau manjanya seorang istri adalah sebuah jalan menuju rumah tangga yang baha