AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (110)Arya tersenyum puas saat melihat hasil masakan yang sukses dia buat sore ini. Ikan saos pedas manis, ayam bakar kecap, tumis kangkung campur petai dan gorengan spesial yang dari tampilannya sungguh menggoda selera.Sore ini sengaja dia memasak untuk Sri. Dia berniat ingin merayu dan meluluhkan kembali hati istrinya itu dengan sikap dan perlakuan lembut yang akan dia tunjukkan nanti, sesuai anjuran ibunya.Dia juga ingin memberikan servis terbaik pada Sri supaya perempuan itu senang dan luluh hatinya. Kalau sudah luluh, tentu saja apa yang dia minta akan dikabulkan oleh istrinya itu, minimal akan dipertimbangkan, seperti untuk mengurus dan mengelola usaha yang katanya hendak dibuka oleh Sri itu.Jika dia bisa merebut kembali hati Sri, tentu saja usaha tersebut tidak akan diserahkan pada adiknya begitu saja melainkan pada dirinya.Sore ini Sri masih belum pulang dari tempat kerjanya. Meski hubungan mereka akhir akhir ini memburuk usai mereka berseli
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (111)"Tunggu, Sri! Apa kamu bilang? Barusan kamu ngurus gugatan perceraian kita ke pengadilan agama? Kenapa, Sri? Apa yang salah sama rumah tangga kita kok kamu bisa mengambil tindakan seperti ini?" tanya Arya pura pura tak mengerti alasan Sri meminta perceraian dengan nada suara gugup, tak menyangka bila istrinya itu ternyata sudah mendaftarkan gugatan perceraian mereka di pengadilan agama.Meski pun dia tak pernah benar benar berniat ingin memperbaiki perkawinan mereka tapi dia juga tak pernah menyangka bila istrinya itu ternyata benar benar menginginkan perpisahan dengannya.Saat ini rasanya dia tak bisa percaya bila dirinya benar benar akan kehilangan Sri dan itu membuat Arya tiba tiba saja didera rasa takut yang amat sangat akan kehilangan istrinya itu.Sri pun tersenyum miris lalu membuka suaranya."Sudahlah, Mas. Nggak usah banyak basa basi lagi. Aku sudah tahu kalau kamu merencanakan sesuatu yang buruk denganku. Makanya aku tak akan pernah memb
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL MAS! (112)Mendengar itu, lagi lagi Arya hanya mampu menelan ludah yang tersekat di tenggorokan dan rasanya begitu pahit ditelan.Tapi dia tak bisa berbuat apa apa saat usai mandi, Sri buru buru mengeluarkan tas pakaiannya lalu satu per satu mulai memasukkan baju bajunya ke dalam tas pakaian besar itu. Di saat itulah Arya benar benar kehabisan akal. Ya, kalau tadinya dia hanya pura pura ingin memperbaiki perkawinan mereka saja karena dia hanya ingin Sri memberinya kesempatan untuk mengelola usaha milik perempuan itu demi mendapatkan keuntungan untuk dirinya sendiri dan ibunya, sekarang dia benar benar ketakutan dan cemas membayangkan Sri benar benar akan meninggalkan dirinya seorang diri.Arya tahu dia butuh Sri dan masih merasa menyayangi istrinya itu. Apa daya Sri terlanjur marah dan nekad ingin mengakhiri perkawinan mereka. Sungguh di luar dugaan Arya semula."Sri, tolong jangan pergi! Tolong pertimbangkan sekali lagi keputusan kamu. Please Sri, Mas masih
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (113)"Ya, kamu kenapa? Kok wajah kamu manyun gitu?" tanya Bu Hasnah saat melihat Arya menekuk mukanya saat dia datang."Sri, Bu ... ." Arya menyahut gundah sembari menggantung ucapannya."Sri? Kenapa dia?" Bu Hasnah mengernyitkan keningnya."Dia pergi, Bu. Pergi dari rumah ini ... ." jawab Arya lagi dengan nada lesu."Pergi? Pergi ke mana maksud kamu?" tanya Bu Hasnah tak mengerti."Nggak tahu, Bu. Mungkin ke kontrakan adiknya. Tapi bukan itu yang Arya pikirkan melainkan ... Sri bilang sama Arya tadi kalau dia sedang mengurus perceraian kami, Bu hiks hiks ..." Arya terisak.Bu Hasnah membulatkan bibirnya mendengar perkataan putranya itu, merasa terkejut tak kepalang mendengar jawaban dari Arya yang tidak dia sangka sangka itu."Apa? Sri minta cerai? Kenapa? Apa kalian habis bertengkar? Bukankah sudah ibu bilang supaya kamu pandai pandai merayunya agar dia mau menyerahkan semuanya sama kamu? Kok malah jadinya dia minta cerai sih? Kamu ini gimana sih, Ya
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS (114)"Sri! Keluar kamu!" teriak Bu Hasnah dengan nada keras begitu dia sampai di teras rumah kontrakan yang dihuni adiknya Sri dan sekarang Sri juga kelihatannya berada di rumah itu.Diketuknya daun pintu dengan keras sambil terus memanggil nama menantunya itu.Tak lama daun pintu pun terbuka dan memunculkan sosok Sri yang terlihat heran melihat kedatangan ibu mertuanya itu di depan teras kontrakan tersebut."Bu Hasnah? Ngapain Ibu ke sini?" tanya Sri dengan kening mengernyit.Bu Hasnah menyeringai sinis lalu membuka mulutnya."Nggak usah pura pura lugu kamu, Sri! Kamu apakan anakku heh? Kamu minta cerai dari dia? Iya?""Nggak usah gaya gayaan deh kamu, Sri! Kamu itu harusnya bersyukur ya, Arya itu mau menikah sama kamu dan menjadikan kamu istrinya! Eh, ini bukannya banyak banyak bersyukur, malah katanya kamu barusan minta cerai! Apa iya?""Benar itu, Sri? Kalau bener, apa alasan kamu minta cerai dari anak saya heh? Apa sudah kamu pikirkan masak masak se
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (115)"Apa? Arya jatuh di kamar mandi? Kok bisa? Kamu dari mana tahu?" tanya Bu Hasnah dengan nada kaget dan tak percaya."Tadi Mira ke rumah Ibu, tapi Ibu nggak ada jadi Mira ke kontrakan Mas Arya, eh pas masuk lihat Mas Arya sudah terkapar di kamar mandi. Mira cepat cepat minta ambulans datang terus bawa Mas Arya ke rumah sakit.""Ibu cepat ke sini ya, di rumah sakit umum. Mira takut soalnya Mas Arya belum sadar juga dari tadi, Bu," sahut Mira lagi.Bu Hasnah pun mengiyakan lalu setelah itu buru buru menyetop taksi yang kebetulan lewat dan minta diantarkan menuju rumah sakit yang dikatakan oleh Mira, tanpa menyadari kalau di belakangnya, tanpa diketahui oleh Bu Hasnah, diam diam Sri mendengar pembicaraan antara dirinya dengan Mira di telepon dan mengernyit kaget mendengar berita buruk soal Arya tersebut. Arya pingsan dan tak sadarkan diri karena jatuh di kamar mandi lalu sekarang sulit untuk diajak bicara? Ah, apa jangan-jangan ... Arya terkena seran
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS? (116)Setelah turun dari taksi, Bu Hasnah buru buru masuk ke dalam gedung rumah sakit dan menuju ruangan yang dikatakan oleh Mira, yakni ruangan ICU tempat Arya sedang dirawat saat ini.Mendapati kenyataan tu, Bu Hasnah baru sadar kalau keadaan Arya sepertinya memang benar benar mengkhawatirkan.Begitu dia datang, putrinya langsung memeluknya erat-erat dan menangis."Mas Arya, Bu ... kata dokter Mas Arya terkena serangan jantung dan sekarang koma. Gimana ini, Bu? Mbak Sri mana? Apa sudah dihubungi? Mira nggak sempat tadi, Bu," ujar Mira yang tak tahu kalau di antara Sri dan Arya sedang terjadi masalah besar dan kemungkinan akan bercerai. Mendengar pertanyaan Mira tersebut, Bu Hasnah mengibaskan tangannya."Jangan sebut sebut nama perempuan itu lagi! Dia bukan kakak ipar kamu lagi! Dialah yang sudah membuat Arya jadi begini! Gara gara perempuan s*alan itu Arya jadi sedih dan akhirnya mengalami musibah ini! Dasar perempuan nggak punya perasaan! Awas saja
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (117)SESION 3Sri tersenyum saat akhirnya surat cerai dirinya dengan Arya tiba juga di tangan. Senyumnya terkembang. Akhirnya setelah drama mertua yang sempat marah dan mendatangi nya kemarin, perceraian dirinya dengan Arya berlangsung dengan lancar juga.Bukan hanya lancar tetapi akibat musibah yang dialami Arya sekarang ini, laki laki itu tak bisa lagi mendatangi dan merayunya seperti yang sebelumnya dilakukan oleh laki laki itu sehingga sidang gugatan perceraian yang ia mohonkan ke pengadilan agama pun bisa selesai juga tanpa hambatan yang berarti karena Arya tak bisa hadir ke persidangan."Hayo ... Mbak, ada apa dari tadi senyum senyum sendiri? Sudah selesai ya sidang perceraiannya? Udah terima akta cerai nya?" tanya Denny, adiknya yang baru saja masuk ke dalam kontrakan.Sri tersenyum lalu menganggukkan kepalanya."Alhamdulillah, sudah, Den. Ya, mungkin karena Mas Arya nggak bisa hadir di persidangan makanya pengadilan agama tak memerlukan waktu l
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (132)Menyadari dirinya telah keceplosan bicara, Bu Wati pun buru buru meralat ucapannya supaya Bu Hasnah tak sadar jika putrinya sebenarnya memang telah berbadan dua."Eh, maaf ... salah ngomong. Maksudnya bukan hamil tapi biar cepat hamil, Hasnah. Maklum pengantin baru. Makanya harus banyak makan, biar rahimnya subur. Soalnya aku udah nggak sabar lagi pengen gendong cucu. Kamu juga kan, Hasnah?" ujar Bu Wati buru buru meralat ucapannya.Mendengar perkataan besannya itu, Bu Hasnah pun tersenyum lega dan gembira. Syukurlah, ternyata Hamidah bukannya sedang hamil melainkan berharap supaya bisa cepat hamil. Kalau begitu, dia pun tak keberatan karena sudah lama memang dia menginginkan kehadiran seorang cucu lagi dari Arya, sebab sekarang Via, putri Ana, mantan istri pertama Arya sudah sulit ia temui karena kesibukan cucunya tersebut sekolah. Belum lagi dia pun sibuk mengurus Arya yang sedang sakit.Bu Hasnah pun menganggukkan kepalanya dengan rona gembira.
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (131)"Bagaimana anak saya, Dok? Apa masih bisa diselamatkan?" tanya Bu Hasnah dengan perasaan sedih luar biasa saat melihat pria berseragam putih keluar dari ruang operasi di mana Arya beberapa saat yang lalu dibawa masuk untuk ditangani.Sudah sejak malam tadi sejak mendapatkan kabar kalau anak laki lakinya itu masuk rumah sakit akibat tertabrak mobil entah karena sebab apa, Bu Hasnah terus menerus menangis hingga sembab air mukanya.Dia tak bisa menyalahkan Bu Wati dan Hamidah yang telah membiarkan Arya berkeliaran di luar rumah di malam pengantin mereka sebab alasan Bu Wati, Arya tak bisa dilarang dan dicegah meski hari sudah malam saat hendak membeli sesuatu barang keperluannya. Itulah yang telah membuat kecelakaan tersebut bisa sampai terjadi.Dan Bu Hasnah pun terpaksa percaya begitu saja sebab sejauh ini dia memang tak tahu apa yang sebenarnya betul betul terjadi di rumah besannya tersebut malam tadi hingga akhirnya putranya itu harus mengalami t
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (130)Berpikir begitu, Bu Wati pun buru buru masuk kamar mandi dan berbisik di telinga putrinya."Midah, apa ... apa kamu hamil? Apa ... apa kamu dan Afandi sudah melakukan hal terlarang sebelum dia meninggal dunia dan kamu menikah dengan Arya? Kalau iya, kamu harus berdamai dengan Arya, Midah. Kamu nggak boleh menolak kehadirannya karena itu konyol namanya. Kamu butuh suami dan bapak untuk anak kamu, Midah! Ayok ikut Ibu ke kamar sekarang juga. Kita harus membicarakan ini sebelum kamu membuat keputusan yang salah dan membuat Arya pergi meninggalkan kamu!""Sebab kalau itu terjadi maka kemungkinan besar, anak kamu akan lahir tanpa bapak. Apa kamu mau hal Itu terjadi, Midah?" ucap Bu Wati yang tiba tiba merasa takut kalau Arya yang justru tak mau lagi dengan putrinya itu bila tahu putrinya itu ternyata sudah hamil sebelum menikah dengannya.Dia tak mau Hamidah hamil dan melahirkan tanpa suami. Dia tidak mau nama baiknya tercoreng. Itu sebabnya dia harus b
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (129)"Tok! Tok!Tok!"Sedang keduanya bertengkar, dari arah luar kamar terdengar ketukan pintu lumayan keras diiringi suara Bu Wati yang memanggil keras keduanya."Midah ... Arya, ada apa? Buka pintunya!" seru Bu Wati dari luar kamar.Hamidah memandang Arya sejenak seolah meminta pertimbangan, tapi tak lama kemudian karena Arya hanya diam saja tanpa reaksi, Hamidah pun buru buru membuka pintu dengan segera.Segera setelah dia membuka pintu, Bu Wati pun masuk dan menyerbu dengan tanya."Kamu kenapa Midah? Kok teriak teriak tadi? Apa Arya ganggu kamu?""Heh, Arya! Ibu kan sudah bilang, perkawinan kalian hanya sandiwara di atas kertas saja karena Ibu sudah minta tolong sama Ibu kamu untuk bisa menyelamatkan pernikahan putri Ibu yang terancam gagal karena Afandi meninggal dunia dan Ibu kamu sudah setuju!""Lantas sekarang kenapa Hamidah teriak teriak seperti tadi? Apa jangan jangan kamu ganggu dia ya? Kamu kan sudah janji kemarin nggak akan ganggu Hamidah!
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (128)"Lepaskan, Mas! Jangan sentuh aku! Apa kamu lupa perjanjian kita kemarin yang menyatakan kalau pernikahan kita hanya pernikahan pura pura di atas kertas saja dan di antara kita tak akan pernah ada malam pertama karena pernikahan kita bukan pernikahan sungguhan!" ujar Suster Hamidah sembari menepis keras tangan Arya yang berusaha menarik tubuhnya dan membuka pakaiannya.Namun, Arya hanya menyeringai lebar."Pernikahan kita bukan sungguhan? Midah, pernikahan kita tercatat sah di kantor urusan agama! Ijab qobul yang kita lakukan juga sah di mata agama. Kamu sekarang istriku! Sah di mata negara dan agama! Lalu kenapa kamu bilang pernikahan kita tidak sungguhan dan kamu menolak aku sentuh? Kamu mau masuk penjara karena sudah mempermainkan pernikahan? Kamu juga mau masuk neraka dan dilaknat malaikat karena menolak ajakan suami untuk memenuhi kewajiban kamu sebagai seorang istri? Iya?" Arya terlihat tak terima dengan penolakan Hamidah.Hamidah menggeleng
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (127)"Saya terima nikah dan kawinnya Hamidah binti Kusnadi dengan mas kawin seperangkat alat salat dibayar tunai.""Sah.""Sah.""Sah "Semua hadirin yang hadir mengucapkan syukur setelah Arya selesai mengucapkan ijab qobul atas istri barunya, Suster Hamidah.Usai Arya mengucapkan penerimaan nikahnya, Suster Hamidah mengangkat wajahnya lalu dengan gerakan kaku karena tak menyangka bila dirinya akan dinikahkan paksa dengan Arya yang baru saja sembuh dari stroke yang diderita, mengangkat telapak tangan lalu mencium punggung tangan Arya yang sekarang telah menjadi suami sah nya itu dengan gerakan lunglai.Sungguh, meski dia tak membenci Arya, tapi dia sama sekali tak mencintai laki laki yang sekarang menjadi suaminya itu. Dia menganggap Arya hanyalah salah satu pasien yang harus dia terapi supaya segera sembuh dari sakitnya.Tapi ternyata, hari ini laki laki itu telah menghalalkan dirinya sebagai seorang istri. Arya akan mendampingi hidupnya hingga maut m
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (126)"Baiklah, Hasnah ... kalau begitu sesuai dengan rencana kami semula yakni hendak menikahkan Hamidah dengan almarhum Afandi pada tiga hari lagi, itu menjadi tanggal pernikahan Hamidah dengan Arya.""Benar kata kamu, aku harus menyelamatkan keluargaku dengan menikahkan putramu dengan putriku. Selain demi meminimalisir kerugian akibat gagal pesta setelah Afandi meninggal dunia, aku juga ingin menunaikan cita cita kita dulu yang hendak menjodohkan Hamidah dengan putramu.""Jadi tiga hari lagi kita nikahkan mereka ya, Hasnah! Kamu mau ngasih mahar apa untuk putriku? Kemarin rencananya Afandi mau memberi mahar sebuah mobil mewah dan perhiasan sebanyak seratus gram. Kalau kamu apa?" lanjut Bu Wati sembari menatap penuh harap wajah sahabat masa SMA nya itu.Namun, mendengar perkataan Bu Wati, Bu Hasnah melotot lebar. Merasa kaget dan shock ditanya soal mahar, apalagi dibandingkan dengan mahar yang seyogyanya akan diberikan oleh almarhum dokter Afandi pada
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (125)"Wati, apa kamu nggak malu kalau pesta pernikahan putri kamu terpaksa dibatalkan? Kamu bisa rugi besar lho kalau pesta putri kamu benar benar dibatalkan.""Saya aja nggak nyangka kalau Suster Hamidah itu ternyata adalah putri kamu. Aku pikir siapa. Kamu ingat nggak, dulu waktu kita masih SMA, kita pernah bercita cita ingin menjodohkan putra dan putri kita supaya mereka meneruskan persahabatan kita? Tapi apa daya aku kehilangan jejak kamu dan Arya pun kemudian menikah dengan gadis pilihannya, Ana.""Tapi sekarang pernikahan mereka sudah berakhir. Dan status Arya sekarang ini adalah duda. Jadi, tunggu apalagi, Wati? Sekarang lah saatnya kita jodohkan mereka kembali demi memenuhi niat baik kita dulu?""Arya dulu bekerja sebagai seorang ASN, Wati Tapi apa daya sekarang sudah diberhentikan.""Sekarang ini Arya sedang sakit. Tapi dia jadi semangat sembuh kembali setelah bertemu dengan anak kamu, Hamidah. Sayang, Hamidah ternyata hendak menikah hingga me
AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS! (124) "Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un ... ." "Kamu yang sabar ya, Midah. Kami sudah berusaha, tapi Tuhan berkehendak lain. Nyawa calon suami kamu nggak bisa diselamatkan lagi. Kami turut prihatin, Midah ...," ucap rekan rekan sejawatnya yang begitu mendengar kabar kecelakaan calon suaminya, langsung gegas berkumpul di ruang ICU rumah sakit untuk memantau kondisi kesehatannya dan melakukan tindakan penyelamatan terhadap dokter muda yang merupakan calon suami Suster Hamidah tersebut, salah seorang suster di rumah sakit swasta ini. Hamidah mengusap air matanya lalu menatap nanar wajah calon suaminya yang telah terbujur kaku di atas brankar dengan ditutupi kain panjang. "Midah, kamu yang tabah ya, Nak. Semua ini sudah takdir Yang Maha Kuasa ...," tutur Ibunya pula sembari mengelus pelan pundak Hamidah. Sementara di sampingnya, calon mertua tampak meratap pilu menangisi kepergian putra mereka. Hamidah berkali-kali menghembuskan nafasnya demi mengurai s