Share

Bekas luka

last update Last Updated: 2022-08-09 18:45:11

Netraku membulat sempurna mendengar ucapan Tasya. Hatiku gusar. Aku sungguh berharap Tasya hanya bercanda.

"Sya, aku tahu kamu pasti sakit hati atas pernikahan kami yang mendadak. Tapi aku gak terima kamu bicara seperti itu tentang istriku," ucapku sambil membalas tatapan Tasya dengan tak kalah serius.

Aku memang mengenal Vanya lewat jalan ta'aruf, dan belum ada sebulan dia sah menjadi istriku. Tapi selain dia yang selalu ketakutan ketika aku ingin menyentuhnya, aku tahu dia wanita yang sangat baik. Vanya tidak pernah absen membagunkanku untuk sholat tahajud, dan selalu mengingatkan untuk sholat di tengah waktu kerja melalui chat.

Dia juga mengurus semua keperluanku dengan baik tanpa diminta. Juga sikapnya dalam menjaga Mama yang tubuhnya lemah karena penyakit jantung, aku merasa akan sulit sekali mendapatkan wanita sesempurna itu. Diam-diam aku menyesal sudah bercerita pada Tasya.

"Jadi kamu pikir aku yang bohong?" tanya Tasya dengan nada suara tak terima.

"Tentu saja aku tidak bisa percaya, Sya."

"Baiklah, akan kubuktikan padamu!"

Tasya dengan kesal mengambil gawainya.

"Aku pasti masih menyimpan foto wanita sialan itu," gumannya sambil mengutak-atik layar gawainya.

"Sudahlah, Sya. Aku mau kerja," ucapku sambil memalingkan muka darinya dan membuka laptopku.

"Nah, liat ini!" Sonya menunjukkan layar gawainya padaku.

Awalnya aku tak ingin peduli, tapi akhirnya pandanganku jatuh juga pada foto yang terpampang di layar gawainya. Terlihat di sana seorang gadis berambut panjang berdiri dengan senyum canggung. Wajahnya memang mirip sekali dengan Vanya, tapi usianya jauh lebih muda.

"Siapa itu, Sya?" tanyaku sambil mengerutkan kening.

"Istrimu, Vanya, siapa lagi?" jawab Tasya.

Aku tersenyum miring seketika.

"Gak mungkin lah, Sya. Kamu tahu sendiri Vanya berhijab sempurna. Pasti cuma mirip."

"Wajah mirip dan nama sama. Mana ada kebetulan yang seperti itu, Aldi?"

Aku terdiam mendengar ucapannya. Hatiku mulai bimbang. Apa benar itu Vanya?

"Ini cukup membuktikan kalau aku mengenalnya," ucap Tasya lagi. "Akan kutunjukkan bukti lagi padamu kalau wanita itu tidak sebaik yang kamu pikir!"

"Lalu bagaimana kamu bisa mengenal Vanya, Sya?" tanyaku sambil menatapnya.

Tasya terlihat sedikit kaget mendengar pertanyaanku. Aku mengerutkan kening curiga.

"Itu gak penting, Di. Yang penting kamu tahu kalau sudah dibohongi! Akan kubuktikan, lihat aja nanti."

Tasya berlalu meninggalkan meja kerjaku setelah mengucapkan itu. Aku masih bungkam. Pikiranku kacau. Jika Vanya memang wanita nakal seperti yang Tasya katakan, dia pasti tidak akan ketakutan ketika aku menyentuhnya.

Tidak, aku tak mau percaya begitu saja ucapan Tasya. Aku akan mencari tahu sendiri tentang Vanya, harus membuktikannya sendiri. Harus!

.

.

.

Dengan pikiran yang masih kalut aku memasuki rumah setelah mengucap salam. Terdengar suara Mama dan Vanya yang menjawab. Sampai di ruang tengah, aku tertegun sejenak melihat pemandangan di depanku.

Kulihat Vanya memijat kaki Mama sambil melantunkan sholawat. Suaranya terdengar begitu merdu. Hatiku seketika menjadi damai, dan segala kekalutanku mendadak hilang.

"Kamu sudah pulang, Di," sambut Mama seraya tersenyum cerah.

Aku segera berjongkok dan meraih tangan wanita yang melahirkanku itu, lalu menciumnya. Vanya lalu meraih tanganku, melakukan hal yang sama dengan yang kulakukan pada Mama.

"Bagaimana kabar Mama hari ini?" tanyaku sambil menatap wajah Mama yang terlihat ceria.

"Masyaa Allah, Di. Sejak Vanya hadir di rumah ini, Mama selalu bahagia. Vanya memang bidadari yang turun dari surga."

Aku melirik ke arah Vanya yang tampak tersenyum manis sekilas, lalu mengalihkan pandangan pada Mama lagi. Wajah Mama memang jauh lebih cerah, terlihat sekali perubahannya dari sebelum Vanya merawat Mama. Aku benar-benar bahagia melihat keadaan Mama yang sekarang.

"Akan kusiapkan kopi, Mas," ucap Vanya lembut seraya berdiri dan berjalan ke arah dapur.

"Mama gak sabar kalian bisa punya momongan. Biar lengkap kebahagiaan Mama," ucap Mama lagi.

Aku terdiam mendengar ucapan Mama. Bagaimana bisa memiliki keturunan jika istriku bahkan tak mau kusentuh? pikirku. Aku juga tidak mungkin mengatakan ini pada Mama, karena pasti akan melukai hatinya.

Setelah melepas penat dan menikmati kopi buatan Vanya sambil berbincang dengan Mama, aku meninggalkan ruang tengah dan berjalan menuju kamar.

Aku langsung membuka pintu kamar tanpa pikir panjang, dan di saat yang bersamaan, Vanya keluar dari pintu kamar mandi hanya dengan berbalut handuk, memperlihatkan sebagian tubuhnya. Wajahnya seperti melihat setan ketika melihatku. Tentu saja, selama ini aku belum pernah melihat dia membuka auratnya.

"Astaghfirullah, maafkan aku, Dek," ucapku sambil refleks membalikkan badan membelakanginya.

Terdengar Vanya menutup kembali pintu kamar mandi. Netraku membola, tubuhku gemetar. Bukan karena marah Vanya seperti tak mau aku melihat tubuhnya, padahal sudah halal. Tapi karena sesuatu yang lain. Meskipun hanya sekilas, aku bisa melihat dengan jelas.Itulah kenapa tanpa sadar aku mengucap istighfar.

Tubuh Vanya ... penuh dengan bekas luka.

Related chapters

  • AIB YANG DISEMBUNYIKAN ISTRIKU   Trauma

    Ya Allah, apa yang sebenarnya terjadi pada istriku di masa lalu hingga memiliki bekas luka sebanyak itu? Apa ini salah satu alasan dia begitu ketakutan ketika kucoba menyentuhnya?Aku menelan saliva, lalu menoleh pada pintu kamar mandi yang tertutup. Tak ada suara. Vanya pasti sangat tertekan di dalam sana. Perlahan aku mengetuk pintunya pelan."Aku akan keluar, Dek. Pakailah bajumu dulu," ucapku, lalu melangkah menuju luar kamar.Aku menutup pintu kamar kembali, memberi kesempatan untuk Vanya memakai pakaiannya. Aku sendiri berjalan menuju dapur mengambil air putih, dan menghabiskan segelas penuh dalam beberapa tegukan.Bekas luka mirip cambukan di setiap sudut tubuh Vanya terus memenuhi pikiranku. Tidak, aku sama sekali tidak jijik ketika melihatnya. Justru ada nyeri di dalam dada ini, siapa yang tega menggoreskan begitu banyak luka di tubuh seorang wanita?Cukup lama aku termenung seorang diri di dapur. Setelah kurasa cukup lama, akhirnya aku berjalan kembali menuju dapur. Perlaha

    Last Updated : 2022-08-09
  • AIB YANG DISEMBUNYIKAN ISTRIKU   Petunjuk

    "Kamu mengusirku, Di?" wajah Tasya terlihat memerah karena marah. "Demi wanita murahan ini kamu mengusirku?""Cukup, Tasya!"Kami menoleh. Ternyata Mama yang bicara. Wajah Mama terlihat tidak terima menantu kesayangannya dimaki di depan umum."Siapa yang kamu sebut wanita murahan?" ucapnya lantang. "Vanya jauh lebih baik dibanding denganmu yang bahkan tidak tahu cara bersopan santun.""Tante gak tahu siapa wanita ini!" Tasya tidak mau kalah. "Kalau Tante tahu, aku jamin duduk di sampingnya saja pasti akan jijik!""Sudah jangan diteruskan lagi, Tasya!" aku menarik tangan Tasya, mencoba menjauhkannya dari meja kami, tapi Tasya menghempaskan tanganku dengan kasar.Inilah salah satu penyebab Mama sama sekali tidak menyukai Tasya saat masih bersamaku dulu. Selain menyukai pakaian terbuka, Tasya juga sama sekali tidak bisa bersikap dewasa. Mungkin karena orang tuanya begitu memanjakannya dengan harta sedari kecil."Ada apa ini ribut-ribut?"Seorang wanita seumuran Mama, namun dengan penampi

    Last Updated : 2022-08-09
  • AIB YANG DISEMBUNYIKAN ISTRIKU   Kepercayaan

    Aku seketika menggertakkan rahang. Ternyata Tasya pernah berbuat seperti itu pada Vanya, bahkan di usia mereka yang masih sangat muda. Apa alasan dia berbuat seperti itu?"Mas."Aku tersentak kaget ketika tiba-tiba Vanya berdiri di sampingku. Refleks aku langsung memutar laptop, tak ingin dia melihat apa yang sedang kulihat."Aku bawakan kopi untuk Mas Aldi," ucap Vanya sambil meletakkan secangkir kopi di depanku."Kerjaan Mas banyak sekali, ya? Wajah Mas teelihat begitu tegang." Vanya tersenyum simpul sambil menatapku."I-iya, Dek," jawabku gugup. Kalau Vanya tahu aku diam-diam mencari tahu tentang dirinya, dia pasti akan sangat sakit hati."Minum dulu, Mas," ucap Vanya lagi.Aku mengangguk, lalu menyeruput kopi yang dia buatkan untukku. Rasa hangat langsung mengalir ke tenggorokan yang sejak tadi kering."Kamu belum tidur, Dek?""Iya, Mas. Tadi menengok Mama sebentar. Biasanya Mama ingin pergi ke kamar mandi jam segini."Aku tertegun sejenak sambil melirik ke arah jam kecil di sampi

    Last Updated : 2022-08-09
  • AIB YANG DISEMBUNYIKAN ISTRIKU   Pelecehan

    Aku mempercepat langkahku, bergegas mendekati Vanya. Aku merangkul Vanya, menenangkannya."Dek, kamu gak apa-apa?" tanyaku sambil membantunya berdiri.Vanya langsung bersembunyi di balik punggungku tanpa berucap sesuatu apapun."Kamu kenal wanita ini, Aldi?" tanya Dion sambil menatapku bingung."Dia ... istri saya, Pak," jawabku.Netra Dion membulat sesaat, lalu tersenyum miring."Aneh sekali istrimu ini. Padahal aku cuma bertanya ada keperluan apa, karena pakaiannya terlihat sangat mencolok," ucap Dion sambil menatap aneh pada Vanya. "Eh, dia malah berlari seperti melihat setan."Aku kaget mendengar ucapannya. Vanya pasti mengenal Dion, tapi Dion tidak mengenali Vanya karena dia memakai cadar. Tapi kenapa Vanya begitu ketakutan?"Maaf, Pak. Istri saya memang suka takut pada orang asing," ucapku beralasan.Aku memang mengenal Dion sudah lama, tapi saat di kantor aku harus tetap bicara sopan padanya karena dia atasanku."Seleramu sudah berubah, Aldi," ucap Dion lagi sambil tertawa. "Ja

    Last Updated : 2022-08-09
  • AIB YANG DISEMBUNYIKAN ISTRIKU   Firasat

    "Gila, kamu, Aldi! Kamu sadar apa yang sudah kamu lakukan?" Tasya membantu Kakaknya berdiri.Dion menatap tajam dan penuh amarah padaku."Kamu sadar sudah memukul siapa, Aldi?" tanyanya.Aku membalas tatapan Dion dengan tak kalah tajam."Aku memukul seseorang yang berpendidikan, memiliki jabatan tinggi, namun rendah dalam akhlak!" jawabku lantang."Baiklah, kalau begitu kuberi kamu dua pilihan. Dipecat dengan tidak hormat atau mengundurkan diri tanpa pesangon!" ucap Dion penuh emosi, mungkin tak menyangka aku begitu berani padanya.Aku tahu Dion akan mengatakan hal itu. Entah kenapa aku sudah siap dengan segala resikonya."Kakak!" Tasya terlihat terkejut mendengar ucapan kakaknya. Aku tahu Tasya pasti berusaha membelaku, tapi aku tak peduli."Aku akan mengundurkan diri hari ini juga," ucapku mantap tanpa keraguan sedikitpun."Baiklah, kalau begitu aku mau kamu mengumumkan pengunduran dirimu di depan semua pegawai besok."Aku tertegun mendengar ucapan Dion. Aku tahu Dion ingin aku mel

    Last Updated : 2022-08-09
  • AIB YANG DISEMBUNYIKAN ISTRIKU   Siapa Vanya Sebenarnya?

    "Aldi! Aldi!"Aku tersentak kaget dan terbangun ketika mendengar suara Mama memanggil sambil mengetuk pintu. Ah, rupanya aku tertidur di ruang kerja."Aldi!" panggil Mama lagi sambil mengetuk pintu lebih kencang.Aku segera bangkit, lalu membuka pintu dan langsung disambut oleh Mama yang terlihat panik."Apa yang terjadi, Ma?" tanyaku bingung."Vanya ... Vanya meninggalkan rumah pagi-pagi sekali, Di!"Aku langsung terkejut bukan main ketika mendengar ucapan Mama. Apa ini ada hubungannya dengan permintaan Vanya semalam?"Dia pergi ke mana, Ma?" tanyaku ikut panik."Mama juga gak tahu, Aldi. Padahal subuh tadi dia masih membangunkan Mama untuk sholat. Mama juga lihat dia masih beraktivitas seperti biasa tiap pagi. Tapi ....""Tapi apa, Ma?""Anehnya hari ini dia meminta Mama membangunkanmu untuk sholat subuh. Mama gak langsung menyadari kalau dia akan pergi.""Sudahlah, Mama, tenanglah." aku memegang kedua pundak Mama dengan kedua tangan. "Vanya pasti baik-baik saja. Mungkin dia hanya

    Last Updated : 2022-08-30
  • AIB YANG DISEMBUNYIKAN ISTRIKU   Pengakuan

    "Jangan lancang kamu, Vanya!"Semua orang menoleh. Nyonya Nia berjalan mendekat ke arah kami dengan wajah merah padam karena murka."Papamu sudah menyerahkan semua aset miliknya padaku!"Vanya masih terlihat tenang menghadapi tiga orang di depannya. Aku hanya bisa melongo menyaksikan itu semua. Apa sebenarnya hubungan mereka berempat?"Papa tidak pernah melakukan itu, Tante!" bantah Vanya. "Aku punya bukti surat wasiat asli yang ditinggalkan Papa pada notaris! Secuilpun kalian tidak punya hak atas semua aset milik Papa!"Nyonya Nia melotot, merampas map dari tangan Dion lalu membacanya. Dengan penuh emosi di merobek dan meremas map itu."Ini cuma, sampah!" Nyonya Nia melempar sobekan map itu ke arah Vanya."Sobek saja, Tante! Itu hanya salinannya. Yang asli masih aman di tangan notaris," ucap Vanya lagi."Berani sekali kamu!" Nyonya Nia melayangkan tangannya pada Vanya, tapi segera kutahan tangannya sebelum sempat menyentuh Vanya."Jangan sentuh istriku, Tante," ucapku sambil menghemp

    Last Updated : 2022-08-30
  • AIB YANG DISEMBUNYIKAN ISTRIKU   Malam laknat

    POV VANYA"Vanya, Papa mau menikah lagi."Aku yang sedang menikmati sarapan dengan Papa, urung menyuap ke mulutku. Aku menatap Papa penuh tanda tanya. Kenapa bisa Papa secepat itu mencari pengganti Mama, sedangkan makam Mama saja belum kering?Papa menatapku seraya tersenyum meyakinkan, seolah tahu apa yang kupikirkan."Kamu tenang saja, istri baru Papa itu sangat baik, dan kamu pasti sudah mengenalnya. Dia punya dua orang anak, dan salah satunya seumuran denganmu. Jadi kamu tidak akan kesepian lagi.""Tunggu dulu, Pa," ucapku selembut mungkin, agar Papa tidak tersinggung dengan ucapanku. "Mama baru saja meninggal dua bulan yang lalu, dan Papa sudah mencari pengganti?"Tiba-tiba raut wajah Papa berubah merah padam. Seperti itulah Papa. Dia tidak pernah sedikitpun bisa bersikap lembut, bahkan pada Mama saat masih ada. Sikap yang sampai membuat Mama sakit-sakitan, dan akhirnya meninggal dunia beberapa bulan yang lalu."Tau apa kamu tentang Papa, Vanya? Papa sudah kesepian! Apa kamu mau

    Last Updated : 2022-08-30

Latest chapter

  • AIB YANG DISEMBUNYIKAN ISTRIKU   Akhir

    "Kamu tahu di mana Vanya?" tanyaku tak sabar ketika mendengar ucapan Dion di seberang telepon.Dion mengiyakan, lalu dengan suara gagapnya dia menjelaskan."Kemarin dia datang untuk mengunjungi kami, dan mengabarkan kalau panti asuhan yang dibangunnya telah selesai. Hari ini dia kembali ke kotanya."Netraku seketika membulat. Tubuhku melemas seketika. Kenapa dia tidak menemuiku? Apa dia sudah melupakan aku, suaminya?"Vanya menanyakan kabar kalian. Dia bahagia Tasya hamil," ucap Dion kemudian, seperti tahu apa yang kupikirkan. "Dia bilang tak ingin merusak kebahagiaan kalian."Aku memejamkan mata, menahan perih tak terkira dalam hati. Tak tahukah dia, siang malam aku tak pernah berhenti memikirkannya?"Aku harus mencarinya!" ucapku kemudian pada Dion."Jangan, Aldi. Tasya membutuhkanmu!" sahut Dion lagi. "Biar aku saja!"Aku terdiam sejenak. Benar, Tasya dalam kondisi kritis. Aku tidak mungkin meninggalkannya."Kamu jangan khawatir, Aldi. Aku akan mengejarnya. Semoga belum terlambat."

  • AIB YANG DISEMBUNYIKAN ISTRIKU   Keinginan

    POV ALDI"Aku berangkat dulu, Dek," ucapku sambil membenarkan letak dasi di depan cermin."Hati-hati, Mas. Maaf, tidak bisa mengantarmu ke depan," ucap Tasya sambil tersenyum dengan duduk bersandar dia ranjang, seraya memegangi perutnya yang membesar."Tidak apa-apa, Dek. Istirahatlah," jawabku sambil menarik selimut, menutupi sebagian tubuhnya.Tasya terlihat mengangguk. Aku meraih tas kerjaku dan berjalan keluar kamar."Aldi, nanti pulang cepat, ya? Antar Tasya untuk cek up ke Dokter nanti," ucap Mama saat aku bersiap berangkat kerja."Iya, Ma," jawabku sambil meraih tas kerja dari kursi di meja makan.Aku menatap ke arah kamar tempat Tasya masih istirahat. Sejak hamil kondisi tubuhnya lemah, dan harus beristirahat total.Benar, akhirnya aku melakukan tugas dan tanggung jawabku sebagai suaminya, meskipun sampai sekarang belum bisa mencintainya. Bagaimanapun, dia juga istriku yang sah di mata agama."Kamu sudah menemukan Vanya, Aldi?" Pertanyaan Mama seketika membuatku tersentak.Aku

  • AIB YANG DISEMBUNYIKAN ISTRIKU   Bukan perpisahan - POV Aldi

    POV ALDI"Assalamualaikum ... Assalamualaikum." Aku mengucapkan salam berulang kali di depan gerbang pesantren tempat dulu aku meminang Vanya.Aku sangat cemas ketika dari kemarin Vanya tidak juga pulang, dan dia juga tidak pulang ke rumahnya. Pasti dia menginap di pesantren ini semalam."Waalaikumussalam." beberapa saat kemudian ustadzah Zahra tampak berjalan menuju ke arahku.Beliau membuka pintu gerbang, lalu mempersilahkanku masuk."Apa Vanya ada di sini, ustadzah?" Tanpa basa -basi aku langsung bertanya sambil mengarahkan pandanganku ke sekeliling pesantren."Tenanglah dulu, Nak Aldi. Duduklah dulu," ucap ustadzah Zahra sambil mempersilahkanku duduk di kursi teras."Mau saya bikinkan minum dulu, biar Nak Aldi bisa tenang?""Tidak, tidak perlu, Bu," sahutku.Aku duduk dengan tidak sabar. Aku benar-benar mencemaskan keadaan Vanya. Ustadzah Zahra terlihat membuang napas, lalu menatapku."Saya sudah dengar semuanya dari Vanya tentang hubungan kalian," ucap ustadzah Zahra kemudian.Ak

  • AIB YANG DISEMBUNYIKAN ISTRIKU   Pergi

    POV VANYAAku dan Mas Aldi saling berpandangan sesaat, lalu menatap mereka berdua lagi."Dion itu ... saudara kita, Sya. Kakak laki-laki kita," jawabku kemudian."Kakak? Kenapa Kak Vanya tidak pernah cerita kalau kita punya Kakak?" tanya Tasya lagi sambil mengerutkan kening.Aku tak langsung menjawab, tepatnya tak tahu harus menjawab apa. Bahkan untuk mendengar nama Dion saja sudah cukup berat bagiku, bagaimana aku bisa menjelaskan tentang dia?"Nanti biar aku yang jelaskan, Sya," sahut Mas Aldi, mungkin menyadari kalau wajahku menegang saat itu."Aku berangkat ke kantor dulu, nanti saja kita bicarakan tentang hal ini," lanjutnya.Tasya mengangguk, lalu cepat-cepat mengambil tas kerja milik Mas Aldi dan mengantarnya sampai depan pintu, hal yang selalu aku lakukan selama ini. Aku sengaja membiarkan Tasya yang melakukannya mulai sekarang, meskipun dengan perasaan yang berat. Mulai sekarang aku harus belajar menerima semua itu.Entah apa yang Mas Aldi jelaskan pada Tasya tentang Dion, tap

  • AIB YANG DISEMBUNYIKAN ISTRIKU   Ikhlas - POV Vanya

    POV VANYA"Aku cinta sama Kak Aldi, Kak."Aku membulatkan netra sesaat, lalu menatap ke arah Tasya. Aku tak menyangka dia berani bicara seperti itu padaku. Rupanya setelah ingatannya hilang, perasaannya pada Mas Aldi tidak bisa hilang."Maafkan, aku, Kak. Aku tidak bisa membohongi perasaanku. Entah kenapa dan sejak kapan aku punya perasaan seperti ini. Padahal aku baru beberapa kali bertemu dengannya. Maafkan aku, Kak," isak Tasya.Aku mengatupkan bibir. Ada perasaan nyeri teramat sangat di dalam sana. Apalagi setelah dokter memvonisku menderita kanker rahim beberapa waktu yang lalu. Hatiku sungguh terluka, tanpa aku mampu bercerita."Kamu mau bersama dengan Mas Aldi, Tasya?" tanyaku dengan bibir gemetar.Tasya membulatkan mata, lalu menatapku."Kamu bisa bersama dengan Mas Aldi, tapi dengan syarat yang harus kamu penuhi," ucapku dengan suara yang hampir tercekat."Kakak bercanda, kan?" tanya Tasya dengan senyum getir. "Seorang lelaki tidak boleh menikahi kakak beradik kandung."Aku

  • AIB YANG DISEMBUNYIKAN ISTRIKU   Permintaan

    Aku memegang kedua pundak Vanya."Dek, kumohon jangan seperti ini. Maafkan Mas karena belum bisa menjadi suami yang baik. Mas tidak mau pisah dari kamu, Dek," ucapku.Vanya tersenyum lagi, kali ini dengan bibirnya yang terlihat bergetar."Mas, Mama ingin punya cucu, dan kamu adalah putra beliau satu-satunya. Aku tidak ingin menjadi penghalang bagimu untuk berbakti pada Mama," ucapnya."Pasti ada cara lain, Dek. Jangan pernah berpikir tentang perpisahan," sahutku gusar."Kalian tidak perlu berpisah."Kami berdua seketika menoleh ketika melihat Mama masuk ke dalam ruangan itu sambil menuntun tangan Tasya."Mama, kenapa ke sini?" tanyaku, langsung berdiri dari tempatku."Bicara apa kamu, Aldi! Vanya itu menantu Mama. Mama juga mau melihat keadaannya," jawab Mama, sambil melewatiku dan mendekat ke arah Vanya."Bagaimana keadaanmu, Vanya? Kamu sudah merasa sehat?" tanya Mama sambil memegang tangan Vanya."Aku baik-baik saja, Ma, Alhamdulillah," jawab Vanya, tetap dengan senyumannya."Aldi

  • AIB YANG DISEMBUNYIKAN ISTRIKU   Bimbang

    Aku serta-merta memeluk Vanya erat. Dia terus meraung dan meronta. Aku bisa merasakan kepedihannya."Nggak, Dek. Kamu gak boleh bicara seperti itu. Sekarang yang terpenting adalah kesehatanmu. Kamu harus sembuh, Dek," ucapku, berusaha membuatnya tenang."Aku gak mau operasi, Mas. Apa gunanya seorang wanita tanpa rahim?""Astaghfirullah, istighfar, Dek! Bukan berarti kamu akan cacat tanpa rahim!"Aku tidak tahu lagi bagaimana harus menenangkan Vanya. Aku membiarkannya menangis sebisanya dalam pelukanku, berharap hatinya akan membaik setelah itu."Dek, Ibunda Aisyah RA tidak memiliki keturunan dari Rasulullah, tapi tidak ada yang mempertanyakan kemuliaannya. Ibunda Aisyah tetap menjadi Ibu dari kaum muslimin, sampai kapanpun, walaupun tidak pernah melahirkan," ucapku pelan, seraya membelai lembut kepalanya yang tertutup jilbab.Vanya melepaskan diri dari pelukanku, lalu menatapku dengan bibir bergetar. Sepertinya ucapanku mulai mengena di hatinya."Kamu akan tetap menerimaku walaupun ti

  • AIB YANG DISEMBUNYIKAN ISTRIKU   Sikap Aneh Vanya

    "Dek, maafin Mas. Mas sudah salah," ucapku sambil memegang kedua pundak Vanya."Bukan Maksud Mas berduaan saja dengan Tasya. Kebetulan Tasya tersesat di jalan ketika mau membeli diapers untuk Mama. Jadi sekalian saja Mas mengantarkan dia. Sungguh, Dek, Mas juga cuma makan malam biasa saja sama dia," jelasku panjang lebar."Mas makan malam berdua dengan Tasya?" netra Vanya terlihat membulat.Aku tersentak, dan seketika bingung. Kenapa Vanya terkejut, seolah tidak tahu?"I-iya, Dek. Bukannya kamu tahu?" tanyaku gugup."Aku malah baru saja tahu dari Mas," jawab Vanya. "Bukan apa-apa, Mas. Aku tahu Tasya sudah jadi bagian dari keluarga kita, tapi tidak baik berduaan dengan yang bukan mahram."Aku menatap Vanya, semakin bingung. Tadi bukankah dia yang tiba-tiba bicara agar aku menikah dengan Tasya, tapi kenapa sekarang dia jadi marah seolah cemburu?"Lalu kenapa kamu tiba-tiba bicara seperti itu, Dek?" tanyaku. "Mas pikir kamu bicara begitu karena tahu Mas berdua dengan Tasya."Vanya terli

  • AIB YANG DISEMBUNYIKAN ISTRIKU   Pribadi baru

    "Bagaimana, Mas? Tasya cantik, ya?"Aku tersentak mendengar pertanyaan Vanya, lalu seketika menggaruk kepala yang tidak gatal. Mungkin Mama tidak akan mengenali Tasya dengan penampilannya yang seperti itu."Apa tidak apa-apa menyuruh Tasya berjilbab, Dek?"Aduh, pertanyaan macam apa ini? Kenapa aku jadi salah tingkah begini? Astaghfirullah."Apa maksudmu, Kak?" Tasya terlihat mengernyitkan kening. "Kak Vanya bilang penampilanku memang selalu begini. Benar, kan?"Aku langsung menatap ke arah Vanya, dan dia memberikan isyarat melalui tatapannya agar aku mengiyakan. Aku sebenarnya tidak mengerti, kenapa Vanya harus mengubah Tasya seperti itu? Bagaimana jika suatu saat ingatan Tasya kembali?"Oh, iya, benar," jawabku kemudian. "Ayo kita pulang."Vanya terlihat menggandeng Tasya, dan mereka berdua mengobrol dengan sangat cerianya sepanjang koridor. Aku hanya diam sambil menatap mereka berdua dari belakang. Entah firasat tidak enak apa yang terus kurasakan, dan aku terus berusaha membuangny

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status