“Makasih, loh, udah mau anter aku belanja,” kata Chelsea.
Tak ada pilihan lain, selain mengikuti apa kata Pandu. Setelah mendapatkan perintah berikut dengan ancaman, Darell akhirnya menuruti permintaan ayahnya. Saat ini mereka sedang berada di salah satu mall besar di daerah Jakarta.
“Cepetan, aku nggak ada waktu,” ketus Darell.
Chelsea hanya menarik kedua sudut bibirnya, tersenyum dengan sabar. Lalu mereka mendatangi sebuah butik baju. Chelsea mulai memilih baju yang akan dikenakannya nanti di pesta pernikahan Varel, kakak Darell.
“Ini bagus, nggak?” Perempuan berambut panjang bergelombang itu meminta pendapat Darell. Dengan malas Darell hanya mengangguk, dia tak peduli dengan apa yang dipilih Chelsea.
Terdengar Chelsea menghela napas. Alhasil dia memilih dengan cepat satu set pakaian yang akan dikenakannya nanti. Kemudian dia membawa semua barang yang sudah dipilihnya ke kasir.
Darell langsun
Tidak terasa sudah jam enam sore, sebenarnya sudah lewat dari waktu jam pulang. Tapi lagi-lagi Elaine harus lembur dan pekerjaannya baru selesai sekarang.Di raihnya benda pipih yang tergeletak di meja kerja Elaine. Kemudian dia mencoba untuk membuka aplikasi berwarna hijau. Mengecek siapa tahu ada pesan penting untuknya. Tapi ternyata tidak ada satu pesan pun yang dikirimkan untuknya. Bahkan Darell belum membalas pesannya.“Len, ayo pulang!” ajak Aya.Elaine langsung menoleh ke arah Aya. “Oh, iya, tunggu sebentar.” Buru-buru Elaine merapikan meja kerjanya, setelah itu dia beserta temannya langsung meninggalkan ruang kerjanya.Seperti biasa, Elaine selalu memesan ojol untuk perjalanan pulangnya dari kantor. Tak lama kemudian sang driver pun datang menjemput Elaine dengan seragam hijaunya.“Ini, Neng pakai helm dulu. Demi keselamatan jiwa dan raga,” goda abang ojol pada Elaine.Gadis itu langsung mengambil
Darell sudah mengantarkan Chelsea ke rumahnya dengan selamat. Sialnya, tadi orang tua Chelsea malah mengajaknya untuk masuk ke rumah. Awalnya Darell menolak, tapi mereka memaksa. Dengan perasaan terpaksa, akhirnya Darell mampir sebentar. Khawatir jika Chelsea nanti akan mengadu pada sang ayah. Who know? Di saat seperti ini Darell harus berhati-hati.Setelah itu Darell memutuskan untuk bertemu dengan Elaine. Dia ingin menetralkan hati dan perasaannya. Elaine sudah seperi obat untuknya di kala dia sedang merasa risau.Saat Darell hendak mengirim gadis itu pesan ternyata ponselnya mati. Darell menghela napas, bisa-bisanya dia tidak sadar kalau ponselnya ini mati. Akhirnya dia memutuskan untuk segera menuju kosan gadis itu.Namun, sebelum itu Darell memastikan bahwa tidak ada satu orang pun yang membuntutinya. Dia khawatir jika ayahnya itu mengirimkan orang untuk mengawasi Darell. Setelah dirasa aman, Darell akhirnya pergi menuju kosan Elaine.Sesampainya di
Elaine mengerutkan keningnya saat mendapatkan pesan dari Darell. Dia masih bingung dengan permintaan Darell yang terlihat aneh baginya. Matanya masih memandang layar gawai berukuran 6,1 inci itu.“Kenapa bengong?” tanya Grace yang melihat sahabatnya itu mematung.“Hah?” Elaine seketika tersedar. Dia langsung menatap ke arah Grace, lalu menggelengkan kepalanya. “Ah, nggak papa,” ucap Elaine. Ia menyimpan gawainya ke dalam tas. Mencoba untuk tidak memikirkan hal itu untuk sementara waktu.“Mikirin bebeb, ya?” goda Grace sambil menyikut sahabatnya.Elaine mendengus dan tersenyum sungging. “Bebeb apaan, dah,” sanggah Elaine.“Btw, Darell tuh bener-bener sibuk?” Bukan Grace kalau tidak banyak tanya seperti seorang reporter.Elaine menganggukkan kepalanya.“Saking sibuknya, dia juga belum ketemu kita, lebih tepatnya gue,” sambar Kale.Ya, malam ini El
“Darell, sakit,” rintih Chelsea. Pergelangan tangannya ini dicengkram dan dirinya ditarik paksa oleh Darell.Namun sayang, Darell tak menggubris rintihan Chelsea sama sekali. Bahkan laki-laki itu semakin mencengkram Chelsea dengan kuat, membuat dia semakin merintih kesakitan.“Aku bilang sakit!” Chelsea menyentak Darell. Seketika Darell menghentikan langkahnya. Mereka kini sudah ada di tempat parkir, lalu Darell menoleh dan menatap Chelsea dengan tatapan yang berapi-api.Chelsea merapatkan bibirnya, dia merasa terintimidasi dengan tatapan Darell. Jadi, seperti ini jika laki-laki itu marah? Selama mereka berhubungan Darell selalu berlaku manis dan tak pernah marah padanya.“Gue udah bilang sama lo. Kalau mau ikut sama gue jangan ngomong apa pun!” tegas Darell.Tadinya Darell hendak meninggalkan Chelsea saat pesta berakhir. Tapi, apa daya perempuan itu terus menempel pada Darell. Akhirnya dengan berat hati Darell m
Elaine menaiki lift sendirian, kebetulan karena ini jam kerja jadi lift tersebut sepi. Saat Elaine hendak menutup pintu lift, tiba-tiba saja dia mendengar seruan dari seseorang. “Mbak, tunggu!” seru seorang perempuan. Elaine mencoba menekan tombol pada lift, agar pintu tersebut kembali terbuka. Kemudian dia melihat dua orang perempuan yang sama-sama karyawan di perusahaan itu. Mereka berdua langsung menaiki lift. “Terima kasih, Mbak,” ucap salah satu peremppuan yang mengenakan kacamata. Elaine hanya mengangguk dan tersenyum padanya. Kini dua orang perempuan itu berdiri tepat di hadapan Elaine. “Nes, jadi gimana tadi, tuh? Serius kalau BA kita yang baru itu dulunya mantan Mas Direktu—” “Ssst!” Perempuan berkacamata itu langusng menempelkan telunjuknya di bibir rekan yang berdiri di sampingnya. “Diem!” bisiknya lagi. Kemudian dia mengedikkan kepalanya ke belakang, memberikan kode pada rekannya. “Ah, sorry. Gue gemes soalnya Vanesa. Kalau
Benda pipih berwarna biru itu Elaine tempelkan pada telinganya. Dengan mengigit jarinya, Elaine mencoba menelepon seseorang. Air matanya kini pecah. Saat sampai ke kosannya, Elaine langsung menangis.“Kenapa nggak diangkat, sih?” gerutunya dengan suara parau.Panggilannya itu tak kunjung diangkat oleh yang bersangkutan. Siapa lagi kalau bukan Darell. Setelah Elaine meluapkan semua emosinya, dia segera menyambar ponselnya dan langsung menelepon laki-laki yang sekarang masih berstatus sebagai pacarnya.Iya, sekarang masih, tapi entahlah beberapa jam atau mungkin hari ke depan. Jujur saja Elaine sangat merasa sakit, saat mengetahui gosip dan fakta itu. Elaine masih menganggap berita Chelsea adalah tunangan Darell itu sebuah gosip. Tapi untuk masalah laki-laki itu membawa sang model cantik ke pesta pernikahan kakaknya, itu cukup membuat Elaine tak bisa megabaikan hal yang dirasa serius ini.“Harus berapa kali lagi gue telfon?” keluh El
“Kenapa diem?” tanya Elaine, melihat Darell mematung dan memasang ekspresi terkejut. “Benar, kan? Kamu memang sedang dekat lagi dengan mantanmu itu?”Darell langsung menggeleng. Dekat lagi? Tentu saja Darell tidak menganggap hubungan dia dan Chelsea itu adalah sebuah hubungan yang dekat. Darell hanya terpaksa.Mendengus dan menarik sudut bibirnya sebelah. Elaine kesal dengan sanggahan dari Darell. “Terus apa?” kata Elaine ngotot.“Kamu salah paham, Len,” timpal Darell. Dia mencoba meraih kedua tangan Elaine, ingin menggenggamnya. Namun, sayang Elaine langsung menepisnya.“Salah paham apa? Aku punya bukti kalau kamu datang dengan Chelsea.” Elaine mendengus, dia masih ingat betul foto yang ditunjukkan oleh Aya tadi. “Dan kalian juga sangat serasi. Seperti sudah direncanakan. Sejak kapan kalian merencanakan itu?” sungut Elaine, kesal. Hatinya lagi-lagi terasa perih.Darell mendesa
Berat? Jujur, iya. Elaine merasa sangat berat saat mengatakan hal itu pada Darell. Apa katanya? Memikirkan lagi tentang hubungan mereka berdua? Elaine mendadak putus asa. Dengan mata sembabnya, Elaine menatap langit-langit kamar. Dia sedikit menyesali perkataannya tadi. Bagaimana jika memang benar Darell diancam oleh ayahnya? Bagaimana jika memang benar hidup Elaine juga sedang terancam? Tiba-tiba saja Elaine merasa goyah, saat dia mengingat sesuatu. Mengingat momen di mana beberapa kali dia merasa sedang dibuntuti dan diawasi oleh seseorang. Namun, saat Elaine mencoba mencari orang yang sedang mengawasinya itu, nihil. Dia tidak mendapati apa pun dan siapa pun. “Ah, gimana kalau Darell bener-bener balik sama Chelsea?” lirihnya. Dia langsung menangis lagi saat membayangkan hubungannya dengan Darell berakhir begitu saja. Bagaimanapun Elaine benar-benar menyayangi Darell. Sangat menyayangi dan mencintai laki-laki itu. Dia bisa menemukan kebahagiaannya be