Elaine mencoba untuk tenang, dia berusaha untuk mengalihkan pikirannya. Tapi setiap melihat wajah Darell, dia selalu ingat dengan pesan yang dikirimkan perempuan asing bernama Christine. Ingin rasanya bertanya, tapi hatinya tidak siap. Lidahnya pun terasa kelu saat hendak ingin membahas masalah itu.
“Len! Kenapa bengong terus? Lo sekarang udah ganti profesi jadi tukang bangunan?” tegur Aya.
Sekejap Elaine tersadar, dia langsung mengarahkan pandangannya pada Aya.
“Eh? Nggak.” Elaine hanya menggeleng kecil.
“Kenapa tukang bangunan?” tanya Celine yang tak mengerti dengan maksud yang diucapkan Aya.
“Itu, lihat!” Aya mengedikkan dagunya, matanya melihat ke arah mangkuk milik Elaine. “Sotonya udah kecampur gitu. Terus aja dia aduk, kayak tukang bangunan ngaduk semen,” celoteh Aya.
Celine melirik ke arah mangkuk Elaine. Kemudian dia tertawa. “Hahaha, Elaine-Elaine. Lo kenapa, sih? Ad
Kalau perempuan sudah sulit dihubungi, pasti ada sesuatu yang terjadi padanya. Terlebih lagi, akun media sosialnya pun tiba-tiba menghilang. Sudah sangat bisa dipastikan seratus persen, bahwa ada yang terjadi padanya.Elaine memang gadis yang pintar. Dia sampai menonaktifkan akunnya. Karena pasti Darell akan mencarinya ke sana. Jika nomor handphone-nya sulit untuk dihubungi.Tanpa berpikir panjang Darell langsung keluar dan kembali ke basement apartemennya. Mengemudikan mobil miliknya dan segera meluncur ke kosan Elaine. Pikirannya sedikit kalut sekarang, dia khawatir jika terjadi apa-apa dengan Elaine. Alhasil Darell mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi.Sesampainya di depan kosan Elaine, dia segera menekan bel pada gerbang kosan itu. Tak lama kemudian seseorang membuka gerbang dan keluar dari dalam.“Mau ketemu siapa, Mas?” tanya seorang laki-laki berkaus putih.“Sorry ganggu malem-malem. Mas lihat Elaine di kosan nggak
Semalaman Darell memutuskan untuk tidak pulang. Dia ingin menunggu Elaine di depan kosannya. Karena dia sangat yakin, gadis itu ada di dalam kamarnya. Ternyata Darell ketiduran dengan posisi terduduk dan bersandar ke tembok. “Ngapain di sini, sih? Bikin gaduh aja!” Terdengar suara gadis yang sedang Darell tunggu semalaman. Mendengar suaranya membuat Darell membuka kedua kelopak matanya. Menoleh ke arah sumber suara yang ada di samping kanan. Setelah melihat wajah gadis yang dari kemarin malam ingin dilihatnya, akhirnya Darell tersenyum tipis. “Nah, bener, kan. Lo ada di dalam,” ucap Darell dengan suara serak, khas bangun tidur. “Bangun, ah! Ngapain di sini, sih?” Elaine mencoba menarik tangan Darell. Sekesal-kesalnya Elaine, dia masih punya nurani. Mana tega dia melihat orang tidur semalaman di luar begini. Ya Tuhan, Darell itu orang dengan status sosial tinggi. Tapi, malam ini laki-laki itu malah tertidur di luar. Sungguh, Elaine mera
“Jangan pernah sentuh gue!”Ancaman itu ditujukan tentu saja pada Darell. Gadis yang ada di hadapannya itu menatap dirinya dengan tatapan yang menusuk. Darell merasa bingung dan tentu saja tidak terima dengan sikap gadis itu.Memangnya apa salahnya sampai Elaine bersikap demikian pada Darell?“Lo kenapa, sih? Lo ada masalah apa sama gue? Ngomong!”Kesabaran Darell habis, dia akhirnya membentak Elaine sembari mencengkram tangan Elaine. Menahannya agar gadis itu tidak pergi begitu saja.Rahang Elaine terlihat mengetat, tangannya pun mengepal dengan kuat. Dia mencoba melepaskan cengkraman tangan Darell. Namun, kali ini Darell memegang dia dengan cukup kuat.“Lepasin gue!” seru Elaine keras. Sekarang dia sudah tidak peduli dengan keadaan.“Nggak! Sebelum lo ngomong. Len, gue bingung kenapa tiba-tiba lo kayak gini? Tiba-tiba lo ngilang. Lo block WA dan nomor gue, kan?”“Bingung?&
Selingkuh?Darell mengernyitkan keningnya. Dia tidak merasa dirinya selingkuh dengan perempuan lain. Memangnya siapa? Oke, jika dulu saat kuliah dia memiliki pacar tapi dia juga suka jajan di luar. Tapi dengan Elaine berbeda. Dia tidak pernah berniat menduakan Elaine sama sekali.“Terus aja acting, Rell. Emang gue bego apa?! Gue tuh udah paham betul sekarang sama kelakuan cowok tukang selingkuh.” Elaine menatap Darell dengan tatapan jijik sekarang.Darell menggeleng. “Nggak, gue nggak pernah selingkuh. Kapan? Lo pernah lihat gue sama cewek lain? Siapa? Sheila? Dia cuman sekretaris gue, wajar kalau gue terus bareng sama dia. Tapi kita nggak ada apa-apa.”“Udahlah, Rell, nggak ada maling yang mau ngaku. Percuma kalau gue bilang ceweknya siapa. Sampe lebaran monyet lo nggak akan ngaku,” ketus Elaine.“Kalau gue salah, gue bakal iyain. Tapi kalau gue nggak salah, mana mau gue iyain, Len? Sekarang siapa cewek ya
“Elaine dari mana aja? Kok, telat?”Pertanyaan itu seolah menjadi sambutan untuk Elaine yang baru saja sampai di ruang kerjanya. Fathan, rekan setimnya menanyakan alasan keterlambatan Elaine ke kantor.Awalnya Fathan sudah merasa cemas, karena jika tidak ada Elaine, bagaimana nasibnya ketika nanti presentasi? Sedangkan bahan ada pada rekan kerjanya.“Sorry, Mas. Ada trouble,” ucap Elaine singkat. Dia langsung duduk dan menyalakan komputernya dengan tergesa-gesa.Fathan menghela napas. “Untung aja meeting-nya ditunda beberapa jam. Jadi, kamu masih selamat,” kata Fathan. Laki-laki itu bersandar dikubikel Elaine, sembari menyilangkan kedua tangannya di dada.“Serius di tunda?” Elaine langsung mendongak menatap Fathan.Fathan mengangguk. “Tadi bilang ditunda beberapa jam. Jadi, kita bisa prepare dulu,” ujarnya. Lalu Fathan kini dapat melihat dengan jelas wajah Elaine. “Len, matamu
Elaine membasuh wajahnya, kemudian dia menatap pantulan dirinya di depan cermin. Gadis itu baru saja menyelesaikan rapatnya dan bisa dibilang berhasil. Walau dia masih mendapatkan beberapa catatan yang harus diperhatikan lagi.Ada satu pertanyaan dalam diri Elaine selama rapat tadi. Kenapa Darell bisa setenang itu? Jujur saja, laki-laki itu terlihat seperti tidak ada masalah apa-apa, saat berhadapan dengan Elaine di ruang rapat tadi. Bahkan laki-laki itu mengajukan beberapa pertanyaan pun terlihat tenang dan profesional. Berbeda dengan Elaine yang terlihat sangat tidak bisa menyembunyikan perasaannya.Gadis itu menyandarkan tubuhnya pada tembok toilet. Lalu dia merogoh saku celananya dan mengekuarkan benda pipih dari sana. Dia membuka aplikasi WA dan mencari kontak Darell.Haruskah Elaine membuka blokir kontak laki-laki itu? Apa yang tadi Darell katakan itu benar? Saat ini Elaine semakin ragu dengan ucapan para lelaki. Walau sebenarnya Elaine tahu, dalam k
Suara nada dering dari sebuah ponsel berbunyi nyaring. Elaine yang sedang tertidur pun segera bangun, tangannya kini menyasar ke pinggiran kasur. Mencoba mencari ponselnya yang sedari tadi berdering. Setelah mendapatkan benda pipih itu, dia langsung melihat nama kontak yang tertera pada layar.“Ngapain, sih, Elsa tengah malem video call?” erang Elaine. Padahal dia baru saja tidur beberapa jam, tapi sekarang sudah diganggu oleh kakak kandungnya.Mengusap layar ponselnya ke samping dan menerima panggilan dari sang kakak. Sedetik kemudian layar ponselnya menampilkan keadaan sang penelpon. Di sana Elaine bisa melihat cahaya dari beberapa lilin. Di balik lilin tersebut Elaine bisa melihat seorang peri kecil yang dia kenal, Ariella.“Happy birthday to you. Happy birthday to you. Happy birthday. Happy birthday. Happy birtday to you.” Ariella bernyanyi untuk Elaine yang masih berbaring di atas kasurnya. “Mama cepet nyalain lampunya!”
“Ya ampun, Shan. Ngapain, sih?” tanya Elaine pada sahabatnya.Sudah dari kemarin Shani ada di Jakarta. Memang mereka berencana untuk merayakan ulang tahun Elaine. Padahal Elaine menolak untuk mengadakan acara untuk dirinya. Tapi kedua sahabatnya itu bersikeras untuk merayakannya bersama.“Shan, gue bukan bocah lagi. Nggak usah beginian, deh. Sayang duit,” ucap Elaine.Saat ini Elaine dan Shani sedang berada di salah satu butik pakaian di sebuah mall besar di Jakarta. Shani sedang memilihkan baju untuk dikenakan Elaine malam ini. Karena rencananya mereka bertiga akan mengadakan makan malam spesial.“Emang kita bakal makan-makan di mana, sih? Ngapain pakai dress begini? Udahlah pakai kemejaan aja. Emangnya kita makan malam bakal formal gitu?” cerocos Elaine.Sayang, Shani tak menanggapinya. Dia sibuk memilih dan mencocokkan baju untuk sahabatnya itu.“Shani!” sentak Elaine, karena merasa kesal di