Darell melangkahkan kakinya dengan langkah yang sangat terburu-buru. Raut wajahnya kini terlihat tidak bersahabat. Laki-laki itu sedang dalam mode gahar. Jelas saja, dia sudah terlambat satu jam setengah dari jadwal pertemuannya dengan orang yang sangat penting.
“Shei, orangnya di mana?” tanya Darell. Dia baru saja sampai di depan ruangannya.
“Pak, orangnya baru saja pergi. Katanya beliau minta re-schedule aja. Karena beliau ada agenda lain,” jawab Sheila.
Darell langsung berdecak kesal. “Kapan, katanya?” tanya Darell lagi.
“Belum tahu. Tapi katanya akan segera dihubungi.”
“Aish!” Darell mengepalkan tangan kanannya dan kemudian meninju kebawah.
“Bapak kenapa telat? Apa Bapak lupa? Padahal saya sudah mengingatkan sedari malam,” ucap Sheila.
“Tidak. Ya sudah, kamu pantau terus perwakilan dari Tojek. Pokoknya follow up, dan saya juga akan menyampaikan permintaa
Elaine mencoba untuk tenang, dia berusaha untuk mengalihkan pikirannya. Tapi setiap melihat wajah Darell, dia selalu ingat dengan pesan yang dikirimkan perempuan asing bernama Christine. Ingin rasanya bertanya, tapi hatinya tidak siap. Lidahnya pun terasa kelu saat hendak ingin membahas masalah itu.“Len! Kenapa bengong terus? Lo sekarang udah ganti profesi jadi tukang bangunan?” tegur Aya.Sekejap Elaine tersadar, dia langsung mengarahkan pandangannya pada Aya.“Eh? Nggak.” Elaine hanya menggeleng kecil.“Kenapa tukang bangunan?” tanya Celine yang tak mengerti dengan maksud yang diucapkan Aya.“Itu, lihat!” Aya mengedikkan dagunya, matanya melihat ke arah mangkuk milik Elaine. “Sotonya udah kecampur gitu. Terus aja dia aduk, kayak tukang bangunan ngaduk semen,” celoteh Aya.Celine melirik ke arah mangkuk Elaine. Kemudian dia tertawa. “Hahaha, Elaine-Elaine. Lo kenapa, sih? Ad
Kalau perempuan sudah sulit dihubungi, pasti ada sesuatu yang terjadi padanya. Terlebih lagi, akun media sosialnya pun tiba-tiba menghilang. Sudah sangat bisa dipastikan seratus persen, bahwa ada yang terjadi padanya.Elaine memang gadis yang pintar. Dia sampai menonaktifkan akunnya. Karena pasti Darell akan mencarinya ke sana. Jika nomor handphone-nya sulit untuk dihubungi.Tanpa berpikir panjang Darell langsung keluar dan kembali ke basement apartemennya. Mengemudikan mobil miliknya dan segera meluncur ke kosan Elaine. Pikirannya sedikit kalut sekarang, dia khawatir jika terjadi apa-apa dengan Elaine. Alhasil Darell mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi.Sesampainya di depan kosan Elaine, dia segera menekan bel pada gerbang kosan itu. Tak lama kemudian seseorang membuka gerbang dan keluar dari dalam.“Mau ketemu siapa, Mas?” tanya seorang laki-laki berkaus putih.“Sorry ganggu malem-malem. Mas lihat Elaine di kosan nggak
Semalaman Darell memutuskan untuk tidak pulang. Dia ingin menunggu Elaine di depan kosannya. Karena dia sangat yakin, gadis itu ada di dalam kamarnya. Ternyata Darell ketiduran dengan posisi terduduk dan bersandar ke tembok. “Ngapain di sini, sih? Bikin gaduh aja!” Terdengar suara gadis yang sedang Darell tunggu semalaman. Mendengar suaranya membuat Darell membuka kedua kelopak matanya. Menoleh ke arah sumber suara yang ada di samping kanan. Setelah melihat wajah gadis yang dari kemarin malam ingin dilihatnya, akhirnya Darell tersenyum tipis. “Nah, bener, kan. Lo ada di dalam,” ucap Darell dengan suara serak, khas bangun tidur. “Bangun, ah! Ngapain di sini, sih?” Elaine mencoba menarik tangan Darell. Sekesal-kesalnya Elaine, dia masih punya nurani. Mana tega dia melihat orang tidur semalaman di luar begini. Ya Tuhan, Darell itu orang dengan status sosial tinggi. Tapi, malam ini laki-laki itu malah tertidur di luar. Sungguh, Elaine mera
“Jangan pernah sentuh gue!”Ancaman itu ditujukan tentu saja pada Darell. Gadis yang ada di hadapannya itu menatap dirinya dengan tatapan yang menusuk. Darell merasa bingung dan tentu saja tidak terima dengan sikap gadis itu.Memangnya apa salahnya sampai Elaine bersikap demikian pada Darell?“Lo kenapa, sih? Lo ada masalah apa sama gue? Ngomong!”Kesabaran Darell habis, dia akhirnya membentak Elaine sembari mencengkram tangan Elaine. Menahannya agar gadis itu tidak pergi begitu saja.Rahang Elaine terlihat mengetat, tangannya pun mengepal dengan kuat. Dia mencoba melepaskan cengkraman tangan Darell. Namun, kali ini Darell memegang dia dengan cukup kuat.“Lepasin gue!” seru Elaine keras. Sekarang dia sudah tidak peduli dengan keadaan.“Nggak! Sebelum lo ngomong. Len, gue bingung kenapa tiba-tiba lo kayak gini? Tiba-tiba lo ngilang. Lo block WA dan nomor gue, kan?”“Bingung?&
Selingkuh?Darell mengernyitkan keningnya. Dia tidak merasa dirinya selingkuh dengan perempuan lain. Memangnya siapa? Oke, jika dulu saat kuliah dia memiliki pacar tapi dia juga suka jajan di luar. Tapi dengan Elaine berbeda. Dia tidak pernah berniat menduakan Elaine sama sekali.“Terus aja acting, Rell. Emang gue bego apa?! Gue tuh udah paham betul sekarang sama kelakuan cowok tukang selingkuh.” Elaine menatap Darell dengan tatapan jijik sekarang.Darell menggeleng. “Nggak, gue nggak pernah selingkuh. Kapan? Lo pernah lihat gue sama cewek lain? Siapa? Sheila? Dia cuman sekretaris gue, wajar kalau gue terus bareng sama dia. Tapi kita nggak ada apa-apa.”“Udahlah, Rell, nggak ada maling yang mau ngaku. Percuma kalau gue bilang ceweknya siapa. Sampe lebaran monyet lo nggak akan ngaku,” ketus Elaine.“Kalau gue salah, gue bakal iyain. Tapi kalau gue nggak salah, mana mau gue iyain, Len? Sekarang siapa cewek ya
“Elaine dari mana aja? Kok, telat?”Pertanyaan itu seolah menjadi sambutan untuk Elaine yang baru saja sampai di ruang kerjanya. Fathan, rekan setimnya menanyakan alasan keterlambatan Elaine ke kantor.Awalnya Fathan sudah merasa cemas, karena jika tidak ada Elaine, bagaimana nasibnya ketika nanti presentasi? Sedangkan bahan ada pada rekan kerjanya.“Sorry, Mas. Ada trouble,” ucap Elaine singkat. Dia langsung duduk dan menyalakan komputernya dengan tergesa-gesa.Fathan menghela napas. “Untung aja meeting-nya ditunda beberapa jam. Jadi, kamu masih selamat,” kata Fathan. Laki-laki itu bersandar dikubikel Elaine, sembari menyilangkan kedua tangannya di dada.“Serius di tunda?” Elaine langsung mendongak menatap Fathan.Fathan mengangguk. “Tadi bilang ditunda beberapa jam. Jadi, kita bisa prepare dulu,” ujarnya. Lalu Fathan kini dapat melihat dengan jelas wajah Elaine. “Len, matamu
Elaine membasuh wajahnya, kemudian dia menatap pantulan dirinya di depan cermin. Gadis itu baru saja menyelesaikan rapatnya dan bisa dibilang berhasil. Walau dia masih mendapatkan beberapa catatan yang harus diperhatikan lagi.Ada satu pertanyaan dalam diri Elaine selama rapat tadi. Kenapa Darell bisa setenang itu? Jujur saja, laki-laki itu terlihat seperti tidak ada masalah apa-apa, saat berhadapan dengan Elaine di ruang rapat tadi. Bahkan laki-laki itu mengajukan beberapa pertanyaan pun terlihat tenang dan profesional. Berbeda dengan Elaine yang terlihat sangat tidak bisa menyembunyikan perasaannya.Gadis itu menyandarkan tubuhnya pada tembok toilet. Lalu dia merogoh saku celananya dan mengekuarkan benda pipih dari sana. Dia membuka aplikasi WA dan mencari kontak Darell.Haruskah Elaine membuka blokir kontak laki-laki itu? Apa yang tadi Darell katakan itu benar? Saat ini Elaine semakin ragu dengan ucapan para lelaki. Walau sebenarnya Elaine tahu, dalam k
Suara nada dering dari sebuah ponsel berbunyi nyaring. Elaine yang sedang tertidur pun segera bangun, tangannya kini menyasar ke pinggiran kasur. Mencoba mencari ponselnya yang sedari tadi berdering. Setelah mendapatkan benda pipih itu, dia langsung melihat nama kontak yang tertera pada layar.“Ngapain, sih, Elsa tengah malem video call?” erang Elaine. Padahal dia baru saja tidur beberapa jam, tapi sekarang sudah diganggu oleh kakak kandungnya.Mengusap layar ponselnya ke samping dan menerima panggilan dari sang kakak. Sedetik kemudian layar ponselnya menampilkan keadaan sang penelpon. Di sana Elaine bisa melihat cahaya dari beberapa lilin. Di balik lilin tersebut Elaine bisa melihat seorang peri kecil yang dia kenal, Ariella.“Happy birthday to you. Happy birthday to you. Happy birthday. Happy birthday. Happy birtday to you.” Ariella bernyanyi untuk Elaine yang masih berbaring di atas kasurnya. “Mama cepet nyalain lampunya!”
Elaine paham betul dengan maksud dari ucapan Darell. Makanya dia langsung menoleh dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. “Hahaha. Kenapa, Sayang?” Darell terkekeh sampe bahunya bergetar. “Nggak papa,” jawab Elaine sekenanya. Merapatkan bibirnya dan masih enggan untuk menatap Darell. Jujur saja, Elaine merasa malu saat Darell berkata demikian. Dia mengingat kejadian bertahun-tahun silam, ketika dirinya pertama kali bertemu dengan Darell. Elaine memang gila saat itu. “Kamu nyesel nggak, Len?” tanya Darell. “Nyesel apa?” sahut Elaine sambil menoleh. Darell terlihat tersenyum senang, ternyata umpannya ditangkap dengan baik oleh Elaine. Dia sengaja bertanya seperti itu agar bisa melihat wajah istrinya yang sedang memerah karena malu. “Nyesel ngajak aku tidur dan kasih aku sesuatu yang berharga dihidup kamu. Padahal dulu kamu nggak kenal aku sama sekali,” kata Darell. Elaine memejamkan matanya dan langsung mengigit bibir bawahnya
Elaine tersentak, matanya tiba-tiba membulat maksimal, saat dia melihat sosok laki-laki yang sudah lama tak ia lihat. Kenapa dia bisa ada di sini? Mau apa dia ke sini? Pertanyaan itu berkecamuk dalam benak Elaine.“Tenang, di sini gue bukan mau ngacauin acara spesial lo, kok,” ucap laki-laki itu, seolah tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Elaine. Dia adalah Tirta, yang tiba-tiba muncul setelah sekian lama menghilang.Berbeda dengan Elaine yang terkejut. Darell hanya menatap sinis laki-laki itu. Sampai Tirta berani mengacau di hari bahagianya, dia tak akan segan membunuh laki-laki itu di sini, sekarang juga.“Gue ke sini cuman mau ngucapin selamat doang. Ya, walau gue sadar diri gue nggak lo undang, Len. Tapi nggak salah, kan, kalau gue datang ke sini dan kasih selamat sama lo,” ungkapnya.“Padahal lo nggak usah repot-repot ke sini,” sambar Elsa. Dia juga sama terkejutnya dengan Elaine. Khawatir laki-laki itu akan berla
“Kenapa, Len? Kok diem?” tanya Grace. “Jangan kaget tapi,” kata Elaine. Shani dan Grace langsung saling melempar pandang. “Dua minggu lagi,” ucapnya kemudian. “Hah?” Benar saja Grace dan Shani kompak memekik. “Wait, Len. Itu … maksudnya Darell baru ngelamar lo di acara perusahaannya minggu lalu, loh. Kok udah dua minggu lagi?” tanya Grace. “Iya, sorry memang dadakan. Tante Martha pengin cepet. Dia tahu gimana perjuangan gue sama Darell, dan dia nggak mau ada yang ganggu hubungan kita lagi. Makanya minta buat cepet.” Elaine menghela napas. “Bonyok gue juga kaget pas Tante Martha minta percepet. Awalnya Papa minta buat sekitar dua bulan lagi, karena kita belum ada persiapan apa pun. Tapi Tante Martha kekeuh pengin cepet. Sorry, ya,” ucap Elaine. “Parah. Kok ngeduluin Grace, sih? Padahal dia yang dilamar duluan, tapi lo yang nikah duluan,” kata Shani terkekeh. Grace hanya mendelik kesal. Sungguh Elaine adalah perempuan yan
Mata Elaine membulat, saat Darell memanggil namanya dan melontarkan pertanyaan yang membuatnya mematung seketika. Mimpi apa Elaine semalam? Kenapa Darell melamarnya secara tiba-tiba dan di tempat umum seperti ini? Sungguh, tidak ada tanda-tanda bahwa Darell akan melamarnya. Elaine tersentak saat merasakan ada tangan yang merangkulnya. Dia langsung menoleh dan mendapati Martha yang sedang menyadarkan Elaine dari keterkejutannya. Jantung Elaine kini berdetak dengan cepat, semburat merah pun muncul di pipinya. Apalagi saat dia melihat ke arah sekeliling dan mendapati beberapa pasang mata memperhatikan dirinya. Bagaimana ini? Apa yang harus Elaine katakan? Sungguh, ini adalah hal yang tak pernah terbayangkan oleh Elaine. Walau sebelumnya, memang Darell pernah melamarnya. “Elaine, jangan membuat Darell menunggu,” bisik Martha, saat seorang crew datang sembari membawa microphone untuk Elaine. “Ta-tapi, Tante aku—” “Jawab saja,” selanya sambil
“Ngapain ke sini?” tanya Elaine, saat dirinya dan Darell sampai di sebuah butik mewah.“Beli soto. Ya, beli baju, lah. Kenapa masih nanya, sih?” timpal Darell yang langsung menggenggam tangan Elaine dan menariknya ke dalam.Tak bertanya lagi, Elaine hanya mengikuti Darell. Walau dia masih penasaran, kenapa juga Darell membawanya ke butik mewah? Tak banyak pergerakan yang dilakukan Elaine sampai akhirnya Darell langsung menegurnya.“Kenapa diem aja? Pilih bajunya, dong,” kata Darell.Elaine menoleh dengan mata membulat. “Buat apa? Aku harus tahu dulu alasan kamu bawa aku ke sini. Baru aku bisa pilih baju,” balas Elaine.Ya … bagaimana Elaine akan memilih baju, jika dia saja tidak tahu harus menghadiri acara apa? Pasalnya butik tersebut menjual baju formal untuk perempuan; gaun, blazzer dan lain-lain, tentu saja dengan desain dan harga yang wah. Mungkin butuh beberapa bulan bagi Elaine untuk seke
“A-anu, apa kamu sedang sibuk?”Darell mematung beberapa detik, ketika melihat Elaine ada di hadapannya. Kemudian dia menggeleng dengan cepat. “Oh, nggak. Kenapa?” tanya Darell.“Boleh kita bicara sebentar?” tanya Elaine dengan sedikit canggung.“Boleh, kok. Masuk aja,” ajak Darell. Dia mempersilakan Elaine untuk memasuki kamarnya. Di sana mereka berdua duduk bersebelahan di sebuah sofa kecil. Darell melihat gadis itu sedang meremas jarinya, sepertinya dia sedang merasa gugup.“Ada apa?” tanya Darell dengan nada yang sangat lembut. Mencoba memberikan kenyamanan pada Elaine. Walau sebenarnya jantungnya ini sedari tadi berdegup dengan kencang.Jujur saja, Darell ingin memeluk gadis itu sekarang juga, mencurahkan segala kerinduan dan rasa kekhawatirnya selama ini. Namun, melihat kondisi Elaine yang seperti itu, dia mengurungkan niatnya.“Mmm … anu itu ….” Ada
Semua terasa cepat, sampai-sampai Darell masih belum begitu paham dengan situasi yang sedang berkecamuk di ruang keluarga kediaman Bumantara.‘Kenapa Elaine ada di sini? Kenapa Mama terlihat sangat marah? Dan kenapa ada Varell di sini? Apa semua ini rencanyanya?’ Semua pertanyaan itu terus berputar di kepala Darell.Mata Darell melihat ke arah amplop cokelat yang baru saja ditaruh oleh Varell tepat di depan Tio Admar. Merasa penasaran dengan isi amplop itu. Apalagi saat dia melihat ekspresi Tio yang terkejut saat membuka amplop tersebut. Tak hanya Tio, tapi Chelsea dan Clarisa pun merasa terkejut dengan apa yang dilihatnya. Bahkan Chelsea menangis saat melihat isi dari amplop tersebut.Merasa penasaran, Darell langsung menghampiri Tio dan menyambar beberapa lembar kertas yang sedang dipegang oleh laki-laki itu. Tak ada perlawanan dari Tio, mungkin karena saking terkejutnya dia.Darell langsung membaca, membuka lembar demi lembar dokumen yang s
Bagai disambar petir, Pandu benar-benar terkejut dengan kedatangan sosok Elaine di rumahnya. Sontak laki-laki itu berdiri dari sofa yang sedang didudukinya. Matanya membelalak dan mulutnya sedikit menganga, saking terkejutnya. ‘Kenapa gadis itu ada di sini?’ batin Pandu. Melihat Elaine muncul dengan tiba-tiba di kediaman Bumantara, membuat Darell langsung berlari ke arahnya. Ia langsung mengecek kondisi Elaine. “Kamu baik-baik saja?” tanya Darell dengan nada khawatir. Belum juga Elaine menjawab pertanyaan Darell, Martha sudah langsung memberang. “Maksudmu gadis ini, kan?” tanyanya. Keluarga Admar hanya diam saja, mereka menoton pertengkaran antara Martha dan Pandu. Namun, bukan berarti mereka senang dan menikmatinya. Melainkan Tio dan Chelsea terlihat sangat gusar. “Ke-kenapa dia ada di sini?” tanya Pandu dengan terbata-bata. “Seenaknya kamu mengancam anakmu sendiri dengan melibatkan orang lain, yang tidak bersalah sama sekali!
Tidak. Tidak bisa! Elaine tidak ingin sampai Darell menuruti permintaan ayahnya dan menikah dengan Chelsea. Bagaimanapun rasa sayang dan cintanya pada Darell sangat besar. Apalagi saat mengetahui perjuangan Darell untuk mempertahankannya.“Gue nggak bisa diem aja,” gumam Elaine. Dia mencoba memikirkan cara bagaimana dia bisa keluar dari sini, menemui Pandu dan menenatng usahanya.Elaine tidak bisa membiarkan Darell berjuang sendirian. Dia rasa, dirinya juga harus berusaha mempertahankan hubungan mereka berdua. Tapi bagaimana? Elaine medesah saat otaknya terasa tumpul, tak bisa memikirkan apa pun.***Keesokan harinya.Darell terlihat sangat kacau sekali. Kemarin, dia seharian mencari keberadaan Elaine tapi ia tak kunjung menemukannya. Perasaan khawatir semakin mencuat dari dalam diri Darell, ketika dia mengingat bahwa hari ini adalah tenggat waktu untuknya.Tok. Tok. Tok.Darell langsung menoleh