Rossa tak henti-hentinya bersyukur karena fasilitas semua gratis dari sekolah. Ibu Murni sudah membicarakan sebelumnya untuk tetap bersyukur jika mendapat penginapan yang murah."Wah, yang penting jalan-jalan, Bu. Mau nginep yang gimana pun, nggak masalah," sahut Rossa penuh semangat.Selama di perjalanan, Ibu Murni dan Pak Bagus juga memaparkan mengenai sejarah dan tempat wisata yang ada di Kota Batik. Siapa tau saat lomba cerdas cermat nanti ada pertanyaan yang bersangkutan dengan itu.Setelah menempuh delapan jam perjalanan dan berhenti di tiga kali rest area, rombongan SMA Angkasa sampai jumpa di sebuah hotel yang disediakan oleh sekolah. Hotel berlantai lima dengan bentuk gedung seperti zaman Belanda itu terpampang di hadapan.Ada dua mobil dari sekolah lain juga sampai di hotel tersebut. Menurut penuturan Ibu Murni, ada dua puluh sekolah berprestasi dari tingkat nasional yang berpartisipasi dalam karya wisata tersebut.Rossa, Mia dan Alina berada di satu kamar yang sama dengan t
Pagi menjelang semua peserta karya wisata telah bersiap di meja makan hotel untuk menikmati santap pagi mereka."Hari ini kita akan mengunjungi pusat pembuatan kain batik yang ada di sini ya," ucap Ibu Murni."Baik, Bu.""Siapkan buku catatan kalian, karena nanti saya akan minta makalah mengenai kegiatan hari ini."Wanita itu membetulkan kaca mata miliknya."Baik, Bu."Rombongan SMA Angkasa itu akhirnya tiba di sebuah museum batik. Sebagai salah satu kota yang terkenal dengan sentra batiknya, Kota Batik memiliki salah satu museum yang terkenal yang banyak dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara.Museum yang memiliki luas sekitar 2.500 meter persegi ini menyimpan banyak koleksi batik tua hingga modern yang berasal dari beberapa daerah di nusantara. Tidak hanya kain batik khas Indonesia, museum tersebut menyimpan beberapa kain jenis batik dari mancanegara. Tidak hanya memamerkan koleksi batiknya, di museum tersebut juga menjadi pusat pelatihan membatik dan pusat pembelajaran tenta
"Enggak tadi aku hanya....""Lihat hantu, ya?" Rossa langsung menerka arah pembicaraan sahabatnya itu."Bukan itu, sudah nggak usah dipikirkan. Catatan kamu sudah sampai mana, sini aku lihat," pinta Alina.Kegiatan membatik itupun berlangsung dengan tertib."Setelah kegiatan di sini, kalian langsung berkumpul di warung makan depan, ya, kita makan siang di sana," ucap Ibu Murni."Baik, Bu." Rombongan tersebut pergi ke warung makan dengan jenis makanan tradisional khas Kota Batik. Mereka menyantap Soto Tauto yang merupakan kuliner khas Kota Batik yang banyak digemari masyarakat sekitar maupun turis lokal dan asing yang datang berkunjung.Rasa soto tersebut unik, yaitu rasa manis yang dipadukan pedas sehingga memberikan sensasi segar. Soto ini hampir sama dengan soto pada umumnya, yang membedakan adalah soto ini dicampuri tauco.Soto ini diolah dengan menggunakan bumbu tauco sebagai resep. Satu porsi soto tauto pada umumnya berisi daging, tambahan telur rebus, emping, kemudian pada bagi
Terlalu banyak hal yang tak bisa dimengerti didunia, bahkan sampai saat kematian pun tak akan ada yang bisa sangat mengerti tentang dunia.Alina masih memikirkan kematian wanita di sumur belakang museum batik tadi. Apa kematian wanita itu karena sosok misterius yang suka datang tiba-tiba mengganggunya? Akan tetapi, ia tak temukan sosok tersebut kala itu. Ia merasa berhalusinasi saat berada toilet dengan korban tadi. "Eh, jangan bengong! Udah sampai tuh!" Rossa menyentak Alina dengan menepuk paha gadis yang duduk di sampingnya itu.Para rombongan sudah sampai di sebuah bazar yang menjajakan aneka jajanan pasar dan juga aksesoris oleh-oleh khas Kota Batik."Lin, beli kue itu, yuk!" ajak Rossa menunjuk ke arah penjual Kue lumpang.Kue Lumpang adalah salah satu jajanan kue basah yang banyak diminati oleh para wisatawan. Bentuk kue lumpang ini seperti mangkok berwarna cokelat dan memiliki rasa gurih. Bahan utama pembuatan kue ini adalah santan yang ditaburi daun bawang di atasnya. Harga
Gadis itu lantas mematikan musik dan melanjutkan nonton film di layar TV. Beberapa menit kemudian, terdengar lagi bunyi ketukan. Pintu pun ia buka kembali. Lagi-lagi kosong. Entah kenapa ada embusan angin dingin dari arah area lorong kamar di luar. Cepat-cepat Alina menutup pintu dan melanjutkan nonton film."Angin dari mana itu tadi ya, apa orang iseng apa sengaja mau mengerjai aku?" gumam Alina yang masih tak mengerti dengan suara pintu yang terketuk itu.Alina kembali merebahkan diri di atas ranjang. Tak terasa gadis itu akhirnya terlelap karena rasa kantuk yang menghadang. Tiba-tiba, sesuatu menarik kaki gadis itu dan membuatnya berteriak.Alina mengubah posisi berbaring dan duduk di atas ranjang. Tubuhnya gemetar ketakutan. "Siapa itu?" Alina berusaha mencari keberadaan yang menarik kakinya tadi.Tiba-tiba, sosok rambut hitam muncul di sudut ranjang. Perlahan-lahan makin terlihat jelas seolah sosok itu sedang bersembunyi di balik tepi ranjang. "Si-siapa, siapa kamu?" tanya Ali
Rossa dan Aldo terus meyakinkan Alina setelah ia tenang untuk lebih berani menghadapi ketakutannya. Bahkan Rossa sampai mengirim pesan pada Indra untuk membantu memberi semangat dan menenangkan gadis itu.Di kursi santai tepi kolam renang, Indra menghubungi Alina melalui ponsel Rossa."Lin, dalam hidup ada saja suatu peristiwa atau kejadian yang membuat kita merasa ragu dan takut. Sebenarnya rasa takut juga merupakan hal yang wajar apabila tidak sampai menguasai pikiran. Namun jika membiarkan rasa takut terus menghantuimu, bisa jadi setiap keputusan dan langkah yang kamu ambil tidak bisa sesuai dengan harapan," ujar Indra dari seberang sana. Ia menghubungi Alina melalui ponsel Rossa.Alina hanya terdiam. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk menyudahi sambungan ponsel tersebut."Nih, hape kamu." Alina menyerahkan telepon genggam itu pada pemiliknya.Aldo menghampiri gadis yang ia suka dengan membawakan jus jambu segar. Di tangan lainnya juga ada majalah kesehatan yang ia temukan di rak
Satu-satunya akses masuk adalah jalan setapak yang berada di antara pagar tembok. Rumputnya tebal dan tegak. Pertanda lokasi itu jarang dijamah manusia. Dinding kolam berwarna biru muda masih utuh. Lengkap dengan tangga untuk turun dan naik layaknya kolam renang pada umumnya.Hanya saja, semua tak terawat. Tangga berbahan besi itu berlapiskan karat tebal. Sementara lingkar kolam jadi tempat tumbuh kayu-kayuan liar. Sebagian akarnya menjulur hingga dasar kolam berlapis lumpur. Tak jauh dari pendopo yang Alina duduki, di sana terdapat sebuah pot bunga yang tampak tergeletak persis di tengah kolam tanpa isi. Hanya ceceran tanah melingkarinya kolam itu. Alina memberanikan diri mendekati kolam tersebut. "Kalau masih ada airnya bagus nih buat tempat foto," gumam Alina.Seseorang menepuk bahu Alina kala itu."Ngapain di sini sendirian?" tanya Mia."Eh, Mia. Aku penasaran sama kolam ini." Di ujung selatan, deretan bangunan tua menambah ngeri suasana. Bentuknya semacam aula. Ada pula kamar m
Hidup memang penuh misteri dimana kita tidak akan pernah tahu bagaimana kehidupan ke depan akan terjadi. Alina berusaha untuk menikmati sisa kehidupannya di tengah trauma akan masa lalunya.Namun, hidup tak pernah lepas dari namanya kesempatan, masalah dan rintangan. Meskipun masih banyak manusia yang mudah menjalan kehidupan tanpa rintangan, atau malah sebaliknya. Begitulah yang selalu ia dengar ketika Indra berusaha untuk memberikannya semangat. Pria itu selalu menegaskan ketika Alina dihadapkan pada masalah dan rintangan, ia akan dituntut untuk bisa melewati tantangan tersebut. Oleh sebab itulah Indra akan selalu ada untuk mencari solusi dan membantu menyelesaikan masalah Alina.Beberapa orang mungkin pernah merasakan fase kehidupan yang berat dan menyakitkan. Perasaan tersebut rasanya seperti membebani dirimu. Namun, semua itu harus bisa kamu jadikan pelajaran agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari. Selain bersyukur dan introspeksi diri, mungkin dengan membac
Bab 140 AfraidTeriakan Nyi Asih nyaring terdengar, rupanya Rossa menusuk bola mata Nyi Asih dengan tusuk konde di tangannya."Rossa!" seketika Alina merasa dapat menggerakkan tubuhnya."Lari, Lin! Cepat lari!" pekik Rossa.Dengan mata berkaca-kaca, Alina masih enggan beranjak. Dia ingin lari bersama Rossa."Kita lari bareng!" ajak Alina."Aaaarrgghh, kalian kurang ajar! Aku akan habisi kalian berdua!" Nyi Asih mencabut tusuk konde di bola matanya. Wanita iblis itu lalu bergerak menghampiri Alina dan Rossa. Ia bersiap menghunuskan tusuk konde tersebut ke Alina. Tetapi Rossa menepisnya. Ia mengorbankan tangan kanannya dan tertusuk tusuk konde tersebut."Rossa!" teriak Alina seraya memegangi tangan Rossa.Darah mengucur dengan deras dari lukanya."Lari, Lin! Kamu harus lari! Selamatkan dirimu!" pinta Rossa."Nggak, aku nggak akan pergi tanpa kamu," lirih Alina.Nyi Asih semakin tertawa puas. Ia beranjak menghampiri dan kini hendak mencekik Alina. Tiba-tiba, sosok pria hadir dan mengha
Bab 139 Afraid"Makhluk jadi-jadian, Do," bisik Indra."Aku juga tahu kalau itu mah. Jelasnya itu makhluk apa? Mana badannya gak lengkap gitu," bisik Aldo ketakutan.Indra dan Aldo yang sama-sama ketakutan akhirnya memutuskan untuk berteriak. Beberapa warga yang mendengar langsung menoleh dan menghampiri. Mereka lantas mengejar Ningsih.Anto terlihat kebingungan. Dia masih tak menyangka kalau yang dia pikirkan selama ini benar. Ningsih adalah makhluk yang meneror warga kampung selama ini. Hatinya sangat kalut. Namun, dia begitu mencintai Ningsih.Tubuh Anto gemetar hebat. Lemas dan tiada berdaya. Namun, lagi-lagi Anto menyerah. Dia tak bisa memburu sang istri. Dia tak akan meninggalkan sang istri, dia tak bisa.Malam itu, Anto menjerit dalam hati. Dia memaksa diri untuk mengejar sang istri. Dia mau melindunginya. Meskipun dia masih tetap ngeri dan ketakutan. Akan tetapi, Anto tetep nekat berlari."Ningsih, ingin rasanya aku pergi malam ini. Aku ingin pergi jauh dari tempat ini. Sung
Bab 138 Afraid"Kita harus segera pergi dari sini, Lin. Tidakkah desa ini mengerikan jika ada kutukan seperti itu?" bisik Rossa pada Alina."Iya, kamu bener, Sa. Aku ingin segera pergi dari sini," sahut Alina."Tolong! Tolong! Tolong! Aaaaaaaaaa!" teriakan seorang wanita terdengar di kebun belakang dekat dengan arah Laras tadi berlari.Beberapa warga langsung datang mendekat. Mereka menemukan hal mengerikan lainnya. Rupanya, Laras yang tengah kerasukan baru saja menarik seorang wanita hamil dan membuatnya melahirkan. Laras merebut paksa bayinya lalu kabur."Apa yang terjadi dengan Laras?" pekik ibunya Laras."Dia pergi, Bu," jawab salah satu warga yang tengah membopong wanita korban yang baru saja kehilangan bayinya."Memangnya apa yang Laras lakukan?!" tanyanya lagi."Bu, dia bukan Laras yang kamu kenal. Dia sudah berubah seperti iblis," ujar kepala desa."Laras ditemukan, Pak Kades! Dekat sungai di sana. Katanya dia lagi makan ari-ari bayi dan menghisap darahnya," ucap salah satu w
Bab 137 AfraidTiba-tiba, saat pencarian tengah berlangsung tadi, terdengar bunyi gemerisik dari daun kering yang terinjak sesuatu. Cepat-cepat salah satu penduduk mengarahkan obor."Suara apa itu?" tanya Tarno."Babi, No!" sahut Andi."Biasa aja ngomong babinya jangan sengaja banget muncrat ke muka aku," sungut Tarno. Sontak saja Indra dan Aldo menahan tawa mereka. Rupanya memang ada seekor babi hutan yang merasa terganggu muncul di sekitar mereka. Dua babi hutan yang induk dan anak itu, melarikan diri karena merasa terancam akan kedatangan manusia."Ahh... hanya babi, biarkan ia pergi. Ayo, kita harus secepatnya membawa Laras ke rumahnya. Soalnya nanti biar Pak Ustaz yang kasih air untuk menenangkan," kata salah satu penduduk. Indra akhirnya mengerti setelah dijelaskan karena memang sudah biasa para penduduk yang kesurupan atau diganggu hal di luar nalar yang mistis, mereka akan minta air kepada Pak Ustaz atau Kyai setempat. Mereka yakin kalau ada yang sakit atau kerasukan roh jah
Bab 136 Afraid"Kamu kenapa, Istri?" tanya Indra cemas."A-aku, aku lihat–"Belum sempat Alina menjawab pertanyaan Indra seutuhnya, bus yang mereka kendarai menabrak sesuatu diikuti jeritan semua penumpang yang ada di dalamnya. Indra dengan sigap memegangi Alina. Ia melihat sekeliling dan mendapati para penumpang lainnya terhenyak di tempat duduknya. Lalu, seorang wanita berteriak ke arah jendela. "Ada yang ditabrak! Ada yang ditabrak!" serunya panik.Dua laki-laki di depan Indra dan Alina tadi segera melangkah turun dari dalam bus guna melihat siapa yang baru saja tertabrak. Beberapa penumpang lainnya mengikuti. Sementara itu, Indra tetap menemani Alina dan berusaha menenangkannya. Di depan bus tersebut langsung dipenuhi kerumunan orang yang penasaran dengan kejadian barusan. Setelah memberanikan diri, Alina mengajak Indra untuk turun. Saat itu lah mereka melihat seorang wanita tersungkur dengan darah tergenang dari tubuhnya. Tulang tangan serta kakinya patah. Perempuan ini pastil
Bab 135 AfraidLastri dirawat di rumah sakit tempat Indra bekerja. Kejadian yang berlangsung di rumah kepala desa, Kakek Anjas, menggemparkan Kampung Hijau. Semua penghuni rumahnya meninggal dunia. Hanya Lastri yang tersisa. Namun sayangnya, wanita itu mengalami gangguan jiwa."Sa, aku kok deg deg an, ya?" tanya Alina pada Rossa saat menemaninya untuk cek ke dokter kandungan."Namanya juga mau liat dedek bayi. Terus Kak Indra mana? Katanya dia mau nyusul, kan?" tanya Rossa. "Harusnya udah dateng."Tak lama kemudian, Indra yang masih mengenakan jas putih seorang dokter, berlari kecil menghampiri Alina. "Nah, berhubung Kak Indra udah datang, aku mau kasih makan siang ke Aldo, ya. Sekali lagi aku ucapkan selamat buat kalian. Yeaaayy bentar lagi ada yang panggil aku aunty cantik hihihi," ucal Rossa lalu pamit menemui Aldo.Alina dan Indra pun masuk ke ruang dokter ginekolog, rekan kerja dari Indra juga di Rumah Sakit Pelita. Indra dan Alina melihat sang jabang bayi yang berusia hampir
Bab 134 AfraidPasca membantu proses melahirkan makhluk halus, kini rumah Alina sering didatangi makhluk halus lainnya untuk meminta tolong. Sampai suatu hari, Indra berpapasan dengan seorang pria paruh baya. Seorang pria tua dengan rambut yang disanggul. Dia tampak begitu gagah meski usianya mulai renta. la berdiri di salah satu rumah yang Indra dan Alina lewati saat sedang lari pagi. Pria itu bersama seorang lelaki tua lainnya yang ada di belakangnya. Dia tersenyum ke arah Alina dan Indra.Selama beberapa saat, Alina dan suaminya melihat si kakek. Ada sesuatu yang membuat Alina tiba-tiba memperhatikannya dengan sorot mata yang tidak biasa. Setelah mata mereka akhirnya bertemu satu sama lain, akhirnya Indra menundukkan kepala sekilas memberi hormat kepada dua orang pria renta itu."Nak Indra, kan? Sini mampir! Ada yang mau saya bicarakan!" seru salah satu kakek.Indra menoleh ke Alina yang mengangguk mengiyakan. Mereka menghampiri si kakek. Namanya Kakek Anjas dan Kakek Mara. Mereka
Bab 133 AfraidSatu bulan berlalu.Pukul satu dini hari, Alina tengah terlelap dalam tidurnya ketika sayup-sayup pintu rumahnya diketuk seseorang. Alina membangunkan Indra setelah membuka mata. Suara ketukan itu makin jelas terdengar. Saat Alina dan Indra keluar kamar, Rossa juga keluar dari kamarnya."Lin, kamu dengar juga ya kalau ada yang ketok-ketok?" tanya Rossa.Alina mengangguk. "Bangunin Aldo aja apa ya. kita suruh bukain," ucap Rossa."Kita aja yang liat." Indra melangkah menuju ke pintu utama."Suami, kalau rampok, gimana?" Alina menahan lengan Indra."Istri, mana ada rampok ketok rumah? Terus mereka ngucap salam, permisi bapak, ibu, mbak, mas, saya mau ngerampok, boleh?" Indra terkekeh."Nggak lucu, Suami! Aku tuh lagi takut gini tau," sahut Alina ketus.Alina dan Rossa lantas mengikuti Indra. Hanya Aldo yang tak tampak batang hidungnya karena sangat terlelap. Indra lantas mengintip dari balik tirai. Dia mendapati seorang pria dan wanita dengan perut buncit menahan sakit m
Bab 132 Afraid"Tuh kan nggak ada siapa-siapa, Kak. Balik ke dalam aja, yuk!" ajak Aldo."Kalau gitu anterin aku ambil buku di mobil!" titah Indra yang sebenarnya agak takut juga setelah tak menemukan apa pun di atap dapur dan halaman belakang rumah.Suara misterius itu pun menghilang dan tam terdengar lagi. Pasalnya Alina dan Rossa yang ketakutan memutuskan untuk membaca Al-Qur’an Surah yasin dan memohon perlindungan pada Allah. Suara misterius itu pun hilang. Mereka pun bisa tertidur lelap dan tenang malam itu. Malah Indra akhirnya memutuskan untuk tidur satu kamar dengan Aldo dikarenakan takut diganggu lagi oleh makhluk halus seperti tadi.***Keesokan harinya, Indra dan Aldo berangkat ke rumah sakit untuk menemui Tuan Dadang dan memulai bekerja di sana. Indra akhirnya berhasil mendapatkan pekerjaan untuk Aldo sebagai tenaga medis yang menangani kamar mayat. Meskipun takut, tetapi demi mendapatkan uang untuk menikahi Rossa, Aldo siap dipekerjakan di kamar mayat. Toh, Indra juga aka