Hidup memang penuh misteri dimana kita tidak akan pernah tahu bagaimana kehidupan ke depan akan terjadi. Alina berusaha untuk menikmati sisa kehidupannya di tengah trauma akan masa lalunya.Namun, hidup tak pernah lepas dari namanya kesempatan, masalah dan rintangan. Meskipun masih banyak manusia yang mudah menjalan kehidupan tanpa rintangan, atau malah sebaliknya. Begitulah yang selalu ia dengar ketika Indra berusaha untuk memberikannya semangat. Pria itu selalu menegaskan ketika Alina dihadapkan pada masalah dan rintangan, ia akan dituntut untuk bisa melewati tantangan tersebut. Oleh sebab itulah Indra akan selalu ada untuk mencari solusi dan membantu menyelesaikan masalah Alina.Beberapa orang mungkin pernah merasakan fase kehidupan yang berat dan menyakitkan. Perasaan tersebut rasanya seperti membebani dirimu. Namun, semua itu harus bisa kamu jadikan pelajaran agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari. Selain bersyukur dan introspeksi diri, mungkin dengan membac
Biasanya orang indigo terkadang bisa melihat masa depan. Anak indigo dikarunia kemampuan dapat melihat masa depan atau meramal. Sebagian anak indigo tidak bisa meramal dirinya sendiri. Tidak diketahui secara pasti penyebab hal itu.Anak indigo juga memiliki kemampuan telepati. Telepati merupakan kemampuan komunikasi jarak jauh dengan orang lain. Orang indigo bisa mengetahui apa yang ada di benak seseorang yang berada di tempat yang jauh tanpa menggunakan alat.Terkadang juga mereka mampu membaca pikiran. Orang indigo juga memiliki kemampuan membaca pikiran orang yang berada di dekatnya maupun pada jarak jauh.Mereka juga terkadang dapat berkomunikasi dengan alam gaib. Orang indigo juga dapat melihat dan berkomunikasi dengan alam gaib. Mereka dapat melihat alam yang berbeda dengan pandangan manusia biasa.Pemuda bernama Haris itu mendadak tak sadarkan diri di hadapan Alina dan Rossa."Ini kenapa, Sa?" Alina langsung panik berusaha menolong Haris begitu juga dengan Rossa.***Haris masu
Indra menghubungi ponsel Rossa malam itu, ia menanyakan keadaan Alina. Gadis itu sedang bermain game di pendopo yang ada di tepi kolam renang dalam hotel."Kak, gimana kabarnya Haris?" tanya Rossa."Oh, udah diurus sama Om saya yang di sana. Itu anak emang suka begitu," ucap Indra dari seberang sana."Kok bisa, maksudnya dia bisa tau pembunuh mayat tadi?""Entahlah, halusinasi dia aja itu. Oh iya Alina kabarnya bagaimana, kapan kalian pulang?""Cie... kangen ya? Besok kan lomba cerdas cermat terus besoknya kita pulang. Sebentar ya aku cari Alina."Rossa melangkah masuk ke dalam hotel mencari keberadaan Alina. Sementara itu di dalam kamar hotel, Alina meringkuk di dalam selimut. Gadis itu berusaha bersembunyi seperti tempo hari. Ia kembali merasa sangat ketakutan. Lama kelamaan makin jelas. Sosok hantu seorang wanita yang memakai dresd batik yang sama dengan korban yang meninggal di belakang museum tadi hadir kembali menghantui gadis itu."Pergi! Kamu mau apa?" seru Alina.Luka robek
“Siapa itu?”Alina memberanikan diri untuk memanggil salah satu pekerja karena dia berharap ada petugas hotel yang sedang mendorong troli. Akan tetapi, tak ada jawaban terdengar. Beberapa belas detik berlalu, suasana sangat hening. Alina menahan napas, diam tak bersuara, karena sepertinya bukan salah satu pekerja yang sedang di depan kamar.Tiba-tiba, troli berjalan kembali, perlahan bergerak ke arah kiri. Beberapa detik kemudian barulah Alina dapat melihat troli itu secara utuh. Benar saja, troli itu memang berjalan sendiri tanpa ada orang yang mendorongnya dari belakang. Benda itu bergerak perlahan menyusuri lorong kamar."Troli-nya berjalan sendiri, bergerak sendiri, kok bisa?"Memang tak bisa dipungkiri kalau hotel tersebut memang benar seram, ditambah dengan struktur dan desain bangunannya yang sudah tua pula.Alina yang sering menemukan dan merasakan kejadian aneh dan janggal yang pastinya menyeramkan langsung ciut.“Ah, kabur aja."Alina segera berlari menuruni anak tangga kemb
"Eh, sini deh! Aku punya rencana," ucap Raya."Rencana apa?" tanya rekan Raya yang bernama Yana."Aku akan buktikan kalau Alina cuma berbohong soal ketakutannya akan ponsel.""Caranya?""Lihat aja nanti, pokoknya aku punya rencana."Raya mengetuk ujung ponselnya di dagu seraya tersenyum dengan sinis.Ibu Murni mengadakan sesi tanya jawab untuk persiapan cerdas cermat esok hari. Setelah itu, para murid dipersilakan untuk kembali ke kamar dan beristirahat.Raya hampir saja terjatuh karena tak sengaja terantuk ujung karpet. Aldo langsung sigap menolong gadis itu."Duh, sakit banget kaki aku," ucap Raya. Ia berpura-pura melakukan itu untuk mendapatkan perhatian Aldo."Coba sini aku lihat, aku bantu pijat dikit," ucap Aldo."Iya, Kak." Senyum bahagia terpancar di wajah gadis itu.Mia menarik Aldo agar menjauh dari Raya. Rossa dan Alina sempat menyaksikan keadaan tersebut."Biar aku bilangin Ibu Murni supaya panggil pak sopir, dia kan bisa mijit," ucap Mia."Eh, enggak usah, Kak, aku udah m
"Di dekat sini, Kak, soalnya aku kepo mau foto-foto daerah sini," sahut Raya. Lalu, ia menjalankan rencananya. Ia nyalakan mode nada suara ponsel dan mengirimkan pesan pada Yana rekannya untuk menghubunginya. Ponsel Raya berdering kemudian. Alina langsung menoleh ke arah suara tersebut dengan tatapan tajam.Raya dengan sengaja mengangkat ponselnya ke hadapan Alina tanpa menjawab panggilan dari Yana."Matikan, matikan hape kamu, atau dia akan datang!" Alina berseru pada Raya dengan nada ketakutan."Kenapa sih, Kak, kamu takut banget sama suara hape ini sampai Rossa dan Ibu Murni ancam kami untuk membuat mode silent dan itu demi kamu, kenapa coba?" "Raya, matikan ponsel itu atau dia akan datang!" "Siapa yang akan datang? Rossa apa Aldo? Mereka masih asik belanja tau." "Dia akan datang Raya, dia akan membunuh kita," ucap Alina berusaha meraih ponsel di tangan Raya, tetapi gadis itu mengelak."Raya, matikan ponsel itu!" Alina bahkan berteriak dengan kencang.Namun, keanehan terjadi te
Kehilangan seseorang yang disayangi memang hal berat untuk dilewati, apalagi mereka adalah orang yang hidup bersama kita selama ini.Perlu disadari bahwa setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Begitu juga setiap kehidupan, pasti akan ada kematian.Namun, kematian bukanlah akhir dari segalanya karena siapapun orang yang kita sayangi, akan selalu berada di hati kita, meski mereka telah meninggal.Segala kenangan yang pernah dilalui bersama juga tidak akan pernah hilang dan akan tinggal selamanya di hati serta pikiran kita.Alina, Rossa, Aldo dan rombongan sekolah datang di ke rumah Raya. Setelah tiga hari yang lalu jenazah gadis itu dievakuasi oleh pihak kepolisian setempat, jasad itu mendapat tindakan otopsi. Baru hari ini jenazah dikembalikan untuk dimakamkan.Tubuh Raya masih terbaring dengan kondisi tubuh dibungkus menggunakan kafan yang disebut pocong. Beberapa kerabat terlihat melantunkan ayat suci di samping jenazah. Namun, ibu dari
Taman tersebut memiliki berbagai sarana olahraga, seperti untuk bermain futsal dan badminton, trek jogging, taman umum dengan berbagai area untuk bersantai dan duduk-duduk, serta dilengkapi juga dengan daerah sumur resapan dan lahan parkir dengan kapasitas sekitar 200 motor dan dua puluh mobil. Umumnya, taman tersebut akan sangat ramai pada akhir pekan, terutama pada sabtu malam dan minggu pagi. Alina sudah membayangkan keseruan yang dapat ia temukan di taman kota itu. Ia akan melihat beragam aktivitas seru dari para masyarakat, berbagai pelatihan dan sharing session juga umumnya bisa dia temukan di taman kota itu."Bagus banget itu taman, nanti pulang sekolah mau ajak Rossa main ke sana, deh," ucap Alina di dalam mobil sang tante."Tante seneng deh lihat kamu seperti itu, mulai ceria dan makin cantik. Tante juga punya hadiah buat Rossa karena sudah menjadi teman kamu yang baik," ucap Tante Maya."Ah, Tante bisa aja. Tetapi emang bener sih kalau
Bab 140 AfraidTeriakan Nyi Asih nyaring terdengar, rupanya Rossa menusuk bola mata Nyi Asih dengan tusuk konde di tangannya."Rossa!" seketika Alina merasa dapat menggerakkan tubuhnya."Lari, Lin! Cepat lari!" pekik Rossa.Dengan mata berkaca-kaca, Alina masih enggan beranjak. Dia ingin lari bersama Rossa."Kita lari bareng!" ajak Alina."Aaaarrgghh, kalian kurang ajar! Aku akan habisi kalian berdua!" Nyi Asih mencabut tusuk konde di bola matanya. Wanita iblis itu lalu bergerak menghampiri Alina dan Rossa. Ia bersiap menghunuskan tusuk konde tersebut ke Alina. Tetapi Rossa menepisnya. Ia mengorbankan tangan kanannya dan tertusuk tusuk konde tersebut."Rossa!" teriak Alina seraya memegangi tangan Rossa.Darah mengucur dengan deras dari lukanya."Lari, Lin! Kamu harus lari! Selamatkan dirimu!" pinta Rossa."Nggak, aku nggak akan pergi tanpa kamu," lirih Alina.Nyi Asih semakin tertawa puas. Ia beranjak menghampiri dan kini hendak mencekik Alina. Tiba-tiba, sosok pria hadir dan mengha
Bab 139 Afraid"Makhluk jadi-jadian, Do," bisik Indra."Aku juga tahu kalau itu mah. Jelasnya itu makhluk apa? Mana badannya gak lengkap gitu," bisik Aldo ketakutan.Indra dan Aldo yang sama-sama ketakutan akhirnya memutuskan untuk berteriak. Beberapa warga yang mendengar langsung menoleh dan menghampiri. Mereka lantas mengejar Ningsih.Anto terlihat kebingungan. Dia masih tak menyangka kalau yang dia pikirkan selama ini benar. Ningsih adalah makhluk yang meneror warga kampung selama ini. Hatinya sangat kalut. Namun, dia begitu mencintai Ningsih.Tubuh Anto gemetar hebat. Lemas dan tiada berdaya. Namun, lagi-lagi Anto menyerah. Dia tak bisa memburu sang istri. Dia tak akan meninggalkan sang istri, dia tak bisa.Malam itu, Anto menjerit dalam hati. Dia memaksa diri untuk mengejar sang istri. Dia mau melindunginya. Meskipun dia masih tetap ngeri dan ketakutan. Akan tetapi, Anto tetep nekat berlari."Ningsih, ingin rasanya aku pergi malam ini. Aku ingin pergi jauh dari tempat ini. Sung
Bab 138 Afraid"Kita harus segera pergi dari sini, Lin. Tidakkah desa ini mengerikan jika ada kutukan seperti itu?" bisik Rossa pada Alina."Iya, kamu bener, Sa. Aku ingin segera pergi dari sini," sahut Alina."Tolong! Tolong! Tolong! Aaaaaaaaaa!" teriakan seorang wanita terdengar di kebun belakang dekat dengan arah Laras tadi berlari.Beberapa warga langsung datang mendekat. Mereka menemukan hal mengerikan lainnya. Rupanya, Laras yang tengah kerasukan baru saja menarik seorang wanita hamil dan membuatnya melahirkan. Laras merebut paksa bayinya lalu kabur."Apa yang terjadi dengan Laras?" pekik ibunya Laras."Dia pergi, Bu," jawab salah satu warga yang tengah membopong wanita korban yang baru saja kehilangan bayinya."Memangnya apa yang Laras lakukan?!" tanyanya lagi."Bu, dia bukan Laras yang kamu kenal. Dia sudah berubah seperti iblis," ujar kepala desa."Laras ditemukan, Pak Kades! Dekat sungai di sana. Katanya dia lagi makan ari-ari bayi dan menghisap darahnya," ucap salah satu w
Bab 137 AfraidTiba-tiba, saat pencarian tengah berlangsung tadi, terdengar bunyi gemerisik dari daun kering yang terinjak sesuatu. Cepat-cepat salah satu penduduk mengarahkan obor."Suara apa itu?" tanya Tarno."Babi, No!" sahut Andi."Biasa aja ngomong babinya jangan sengaja banget muncrat ke muka aku," sungut Tarno. Sontak saja Indra dan Aldo menahan tawa mereka. Rupanya memang ada seekor babi hutan yang merasa terganggu muncul di sekitar mereka. Dua babi hutan yang induk dan anak itu, melarikan diri karena merasa terancam akan kedatangan manusia."Ahh... hanya babi, biarkan ia pergi. Ayo, kita harus secepatnya membawa Laras ke rumahnya. Soalnya nanti biar Pak Ustaz yang kasih air untuk menenangkan," kata salah satu penduduk. Indra akhirnya mengerti setelah dijelaskan karena memang sudah biasa para penduduk yang kesurupan atau diganggu hal di luar nalar yang mistis, mereka akan minta air kepada Pak Ustaz atau Kyai setempat. Mereka yakin kalau ada yang sakit atau kerasukan roh jah
Bab 136 Afraid"Kamu kenapa, Istri?" tanya Indra cemas."A-aku, aku lihat–"Belum sempat Alina menjawab pertanyaan Indra seutuhnya, bus yang mereka kendarai menabrak sesuatu diikuti jeritan semua penumpang yang ada di dalamnya. Indra dengan sigap memegangi Alina. Ia melihat sekeliling dan mendapati para penumpang lainnya terhenyak di tempat duduknya. Lalu, seorang wanita berteriak ke arah jendela. "Ada yang ditabrak! Ada yang ditabrak!" serunya panik.Dua laki-laki di depan Indra dan Alina tadi segera melangkah turun dari dalam bus guna melihat siapa yang baru saja tertabrak. Beberapa penumpang lainnya mengikuti. Sementara itu, Indra tetap menemani Alina dan berusaha menenangkannya. Di depan bus tersebut langsung dipenuhi kerumunan orang yang penasaran dengan kejadian barusan. Setelah memberanikan diri, Alina mengajak Indra untuk turun. Saat itu lah mereka melihat seorang wanita tersungkur dengan darah tergenang dari tubuhnya. Tulang tangan serta kakinya patah. Perempuan ini pastil
Bab 135 AfraidLastri dirawat di rumah sakit tempat Indra bekerja. Kejadian yang berlangsung di rumah kepala desa, Kakek Anjas, menggemparkan Kampung Hijau. Semua penghuni rumahnya meninggal dunia. Hanya Lastri yang tersisa. Namun sayangnya, wanita itu mengalami gangguan jiwa."Sa, aku kok deg deg an, ya?" tanya Alina pada Rossa saat menemaninya untuk cek ke dokter kandungan."Namanya juga mau liat dedek bayi. Terus Kak Indra mana? Katanya dia mau nyusul, kan?" tanya Rossa. "Harusnya udah dateng."Tak lama kemudian, Indra yang masih mengenakan jas putih seorang dokter, berlari kecil menghampiri Alina. "Nah, berhubung Kak Indra udah datang, aku mau kasih makan siang ke Aldo, ya. Sekali lagi aku ucapkan selamat buat kalian. Yeaaayy bentar lagi ada yang panggil aku aunty cantik hihihi," ucal Rossa lalu pamit menemui Aldo.Alina dan Indra pun masuk ke ruang dokter ginekolog, rekan kerja dari Indra juga di Rumah Sakit Pelita. Indra dan Alina melihat sang jabang bayi yang berusia hampir
Bab 134 AfraidPasca membantu proses melahirkan makhluk halus, kini rumah Alina sering didatangi makhluk halus lainnya untuk meminta tolong. Sampai suatu hari, Indra berpapasan dengan seorang pria paruh baya. Seorang pria tua dengan rambut yang disanggul. Dia tampak begitu gagah meski usianya mulai renta. la berdiri di salah satu rumah yang Indra dan Alina lewati saat sedang lari pagi. Pria itu bersama seorang lelaki tua lainnya yang ada di belakangnya. Dia tersenyum ke arah Alina dan Indra.Selama beberapa saat, Alina dan suaminya melihat si kakek. Ada sesuatu yang membuat Alina tiba-tiba memperhatikannya dengan sorot mata yang tidak biasa. Setelah mata mereka akhirnya bertemu satu sama lain, akhirnya Indra menundukkan kepala sekilas memberi hormat kepada dua orang pria renta itu."Nak Indra, kan? Sini mampir! Ada yang mau saya bicarakan!" seru salah satu kakek.Indra menoleh ke Alina yang mengangguk mengiyakan. Mereka menghampiri si kakek. Namanya Kakek Anjas dan Kakek Mara. Mereka
Bab 133 AfraidSatu bulan berlalu.Pukul satu dini hari, Alina tengah terlelap dalam tidurnya ketika sayup-sayup pintu rumahnya diketuk seseorang. Alina membangunkan Indra setelah membuka mata. Suara ketukan itu makin jelas terdengar. Saat Alina dan Indra keluar kamar, Rossa juga keluar dari kamarnya."Lin, kamu dengar juga ya kalau ada yang ketok-ketok?" tanya Rossa.Alina mengangguk. "Bangunin Aldo aja apa ya. kita suruh bukain," ucap Rossa."Kita aja yang liat." Indra melangkah menuju ke pintu utama."Suami, kalau rampok, gimana?" Alina menahan lengan Indra."Istri, mana ada rampok ketok rumah? Terus mereka ngucap salam, permisi bapak, ibu, mbak, mas, saya mau ngerampok, boleh?" Indra terkekeh."Nggak lucu, Suami! Aku tuh lagi takut gini tau," sahut Alina ketus.Alina dan Rossa lantas mengikuti Indra. Hanya Aldo yang tak tampak batang hidungnya karena sangat terlelap. Indra lantas mengintip dari balik tirai. Dia mendapati seorang pria dan wanita dengan perut buncit menahan sakit m
Bab 132 Afraid"Tuh kan nggak ada siapa-siapa, Kak. Balik ke dalam aja, yuk!" ajak Aldo."Kalau gitu anterin aku ambil buku di mobil!" titah Indra yang sebenarnya agak takut juga setelah tak menemukan apa pun di atap dapur dan halaman belakang rumah.Suara misterius itu pun menghilang dan tam terdengar lagi. Pasalnya Alina dan Rossa yang ketakutan memutuskan untuk membaca Al-Qur’an Surah yasin dan memohon perlindungan pada Allah. Suara misterius itu pun hilang. Mereka pun bisa tertidur lelap dan tenang malam itu. Malah Indra akhirnya memutuskan untuk tidur satu kamar dengan Aldo dikarenakan takut diganggu lagi oleh makhluk halus seperti tadi.***Keesokan harinya, Indra dan Aldo berangkat ke rumah sakit untuk menemui Tuan Dadang dan memulai bekerja di sana. Indra akhirnya berhasil mendapatkan pekerjaan untuk Aldo sebagai tenaga medis yang menangani kamar mayat. Meskipun takut, tetapi demi mendapatkan uang untuk menikahi Rossa, Aldo siap dipekerjakan di kamar mayat. Toh, Indra juga aka