“Tidak ada seorang pun yang ingin terjebak diantara pilihan persahabatan atau perasaan”
Resah yang mendera pikiran dan benak Alana, membuatnya tidak dapat diam dan menunggu kabar dari Alfa. Dia terus mengumpulkan informasi dari teman-temannya. Mengapa seperti ada kejanggalan dan sesuatu yang aneh diantara Alfa dan Arka. Mereka memang satu OSIS dengan Alana, tetapi sepertinya ada hal lain yang disembunyikan oleh mereka dari Alana.
Setelah mengambil beberapa berkas, surat, dan proposal di ruang OSIS SMA Nusantara. Disana terdapat lima orang anak OSIS yang juga teman Alana. Tiba-tiba Alana teringat dan ingin menanyakan hal tersebut kepada mereka
“Kenapa ya Alfa sama Arka itu seperti musuhan? Kalian tahu tentang mereka?” tanya Alana pada teman-teman OSISnya
“Banyak kesamaan di antara mereka” jawab Araya, salah satu teman Alana
“Maksud kamu banyak yang sama apa, Araya?” tanya Alana kembali
“Alfa sama Arka sama-sama anak OSIS, terus mereka juga berasal dari SMP yang sama, SMP Citra Bangsa, lalu mereka juga sama populernya, sama-sama anak sains, dan satu yang pasti mereka tinggal di daerah yang sama, bisa dibilang mereka tetangga” terang Araya pada Alana
“Apa katamu Araya, mereka tetangga?” Alana mencoba memastikan kembali
“Iya, mereka tinggal di daerah dekat Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta. Kamu baru tahu Alana?” Araya merasa heran dengan Alana, karena tidak mengetahui hal sepele seperti ini
“Iya aku baru tahu” Alana diam dengan tatapan kosong, pikirannya mengudara kemana-mana
“Apa lagi yang kalian tahu tentang mereka?” desak Alana
“Semalam ada berita hangat tentang mereka dan ini sudah menyebar seantero SMA Nusantara. Ternyata mereka berdua menyukai cewek yang sama. Hanya saja cewek yang di maksud masih belum tahu siapa, katanya anak sosial. Wah gila, apa mereka mau saingan dengan teman dan tetangga sendiri?” jelas Araya
Belum sempat Alana menanggapi, Araya berbicara lagi
“Aku penasaran siapa cewek yang dimaksud? Dan apa yang akan Alfa dan Arka lalukan? Apa mereka akan taruhan atau salah satu mundur perlahan demi teman?” Araya begitu excited dan tertawa menebak kelanjutan kisah dua cowok paling populer di SMA Nusantara
Mendengar ucapan Araya tersebut, mata Alana terbelalak. Dan Alana berharap cewek yang di maksud bukanlah dia, agar tidak terjadi masalah besar nantinya. Pikiran Alana begitu rumit dan segera pergi keluar ruang OSIS.
“Terima kasih Araya, aku pergi dulu ya, ada urusan penting” Alana berlari sambil mengucapkan kata terima kasih pada Araya yang sudah memberi informasi
Alana berlari kesana kemari mencari Alfa, tetapi tidak kunjung menemukannya. Alih-alih menemukan Alfa, justru yang tiba-tiba muncul di depan Alana adalah Arka. Alana sangat sedih, mengapa seseorang yang dia cari belum ketemu tetapi justru bertemu dengan orang yang tidak ingin dia temui. Semesta sebercanda itu ternyata. Di depan ruang komputer di lantai dua Arka menyapa Alana.
“Hai Alana, kamu besok sabtu sibuk tidak?” tanya Arka
“Aku tidak tahu dan aku sekarang sedang bingung Arka. Kalau mau main-main cari yang lain” balas Alana
“Aku bertanya serius, Alana” Arka melanjutkan
“Aku belum lihat jadwalku, memangnya kenapa?” tanya Alana sambil menoleh kanan kiri mencari Alfa
“Ayo nonton ke bioskop” Arka mengajak dengan spontan
“Ha? Kalau mau bercanda, aku tidak ada waktu, Arka” Alana yang tadi menoleh sana sini sontak menatap Arka yang tiba-tiba sekali mengajaknya ke bioskop di saat weekend
“Dengerkan dan lihat aku dulu, Alana. Aku mau mengajak kamu meononton Film “Surat Cinta Untuk Starla” besok sabtu pagi, dan aku sekarang serius. Kamu mau?” tanya Arka
Dalam hati, Alana ingin pergi ke bioskop. Ini adalah pertama kalinya dia diajak cowok populer di SMA Nusantara untuk menonton bioskop bersama dan selama 18 tahun Alana hidup, dia sama sekali belum pernah pergi ke bioskop. Ketika Alana sedang berpikir di depan ruang komputer di lantai dua, tiba-tiba dari tengah lapangan SMA Nusantara muncul sosok Alfa yang melihat Alana dan Arka, dan menurut Alana itu waktu yang sangat tidak tepat. Alfa muncul ketika mengetahui Alana dan Arka sedang berbicara berdua.
Alana langsung ingin berlari dan menghampiri Alfa, tetapi Arka menarik lengan Alana.
“Kamu mau kemana? Jawab dulu, Alana” Arka menarik lengan Alana tepat di depan mata Alfa
“Aku belum bisa janji, aku mau pergi. Arka lepas. Lepasin tanganku” pinta Alana sambil sedikit memberontak
“Dalam waktu 24 jam kamu tidak memberikan jawaban, aku anggap kamu setuju, Alana” Arka berteriak sambil melepaskan lengan Alana
“Terserah. Aku tidak peduli” Alana langsung berlari dengan cepat mencari Alfa, tetapi sayangnya Alfa telah masuk kelas, karena jam kelas anak sains dan sosial berbeda. Alana geram.
“Ini semua gara-gara, Arka” Alana mendengus kesal
Beberapa hari terakhir, salah satu teman Alana ada yang menyadari tentang perasaannya terhadap Alfa. Bahkan tanpa Alana memberitahu. Mungkin saja gerak gerik Alana yang terlalu nyata. Temannya mencoba membantu dengan berbagai hal. Dan selalu mengatakan bahwa Alana masih memilki harapan. Dia mencoba mendekatkan Alfa dengan Alana lagi. Dan harapan itu harus diperjuangkan.
Alana awalnya ragu dan takut jika mengikuti apa perkataan temannya, tetapi Alana tetapi mencoba mencari cara. Hingga ternyata hasil ekspektasi tidak sesuai realita, yang berujung kecewa. Dia menyarakan untuk kembali membuka ruang hati. Yang berarti kembali mengingat memori. Alana berusaha mencoba mengatakan pada temannya bahwa seharusnya mungkin tidak perlu dicoba. Tetapi, teman Alana tidak dapat diam dan terlihat begitu berusaha. Hal tersebut yang menjadikan tidak enak rasa padanya. Akhirnya dengan perlahan Alana mencoba untuk menghubungi Alfa setelah sekian lama. Dengan catatan
“Jika atmosfer diantara aku dengannya sudah berbeda, aku tak akan memaksa” kata Alana pada temannya
Alana mengumpulkan ribuan niat dan membuang ego untuk memuali percakapan virtual dengan Alfa kembali. Dia pun berusaha memperpanjang topik pembicaraan. Yang bahkan sebelumnya Alana tak pernah melakukan hal tersebut, selalu saja itu adalah peran Alfa. Alana bingung harus apa, bingung harus mulai darimana, dan bingung bagaimana perasaannya.
Dan ternyata dugaannya benar, suasana diantara Alana dengan Alfa sudah tidak lagi sama.
“Aku dan dia selayaknya orang asing yang mencoba untuk bertegur sapa.”
Dia memang membalas sapaan dan pesanku dengan baik, tetapi aku tahu kalimatnya yang digunakannya pun dulu dengan kini tak lagi serupa. Aku takut dan malu. Aku bingung tak tahu. Entah kenapa aku menyesal untuk memulai percakapan tersebut. Dalam benakku berkata,
“Apa seharusnya tak perlu kucoba?” bisik Alana dalam hati
Sebuah hal yang tiba-tiba Alana sesali, padahal awalnya begitu ingin dia lalukan.
Alana sebenarnya adalah orang yang percaya bahawa lebih baik melakukan sesuatu dan tahu akan hasilnya entah bagaimana pun itu, daripada tidak mencoba sama sekali. Karena dengan mencoba kita memiliki dua kemungkinan, berhasil dan gagal. Tetapi dengan kita tidak ingin mencoba kita hanya memiliki satu kemungkinan, yaitu gagal.
Kalimat tersebut seolah terngiang dan mengambang dalam pikiran Alana yang sekarang sedang kacau balau. Seolah dia mengingkari prinsipnya sendiri. Dia tak tahu lagi harus apa sekarang. Semesta begitu curang.
“Apa aku gagal?”
“Lagi?” tanya Alana dalam benak.
Dinding kamar yang terasa dingin, menjalar menyelimuti kulit ari. Padahal di luar tidak hujan. Tidak juga mendung. Saat ini Alana sedang berusaha baik-baik saja. Merasa seperti tidak boleh kalah dengan keadaan. Dia tidak ingin lagi dipermainkan oleh semesta.
Seharusnya dia mengerti sedari awal, kalau suatu hubungan harus diperjuangkan oleh dua orang, dua pihak, dua sisi. Tidak bisa hanya satu saja yang berjuang. Tak dapat satu saja yang berkorban. Karena jika itu terjadi, maka hanya akan ada yang tersakiti.
Temanku bertanya satu hal padaku, “Apa kamu sudah move on?”
Untuk menjawabnya saja Alana bingung harus mengutarakan apa. Bahkan hanya untuk sekadar menjawab perihal sudah atau belum saja seperti harus memikirkan permasalahan negara. Jika saja ada pilihan jawaban “tidak tahu” tentu saja itu akan dipilih Alana untuk menggambarkan suasana hati saat ini. Alana benar-benar tidak tahu kemana hatiku pergi. Rasanya hampa tanpa rasa. Tetapi tetap saja, temannya mendesak untuk menjawab sudah atau belum, yang kemudian kuputuskan untuk menjawab belum. Karena sekuat apapun aku mencoba membohongi orang lain. Hati, mata, dan mulutku selalu bekerja sama dan memiliki cara untuk mengutarakan perasaan aslinya. Seolah-olah hal itu diluar kendaliku.
Memang fase remaja adalah fase dimana kita mulai diombang-ambingkan dengan perasaan. Mulai labil dengan hal-hal yang ada disekitar kita. Dan, memang sejatinya hati seseorang mudah terbolak-balik. Setiap kita bangun tidur dan membuka mata mungkin saja kita perasaan kita juga telah berubah. Kita tak dapat menuntut apapun dan siapapun atas hal tersebut.
Seingkali kita dihancurkan oleh ekspetasi yang kita bangun sendiri. Manusia memang makhluk yang suka berharap. Seharusnya mereka hanya menggantungkan harapan mereka kepada Tuhan, akan tetapi tak sedikit dari mereka yang terkadang lupa dan berharap pada ciptaan Tuhan. Alhasil, yang didapat kecewa. Aku pun pernah merasakan hal tersebut. Maafkan aku Tuhan.
“Aku merapuh. Dia yang kucinta kini semakin jauh, bahkan tak terengkuh. Tak tergapai. Jangan diamkan aku sesukamu, jangan diamkan aku semaumu. Aku butuh kamu”
Apa yang terjadi di masa lalu tidak perlu dipertahankan kalau memang tidak perlu.
Perasaan kita tak lagi sama.
"Seharusnya kita terus melangkah maju, bukan malah memunguti masa lalu."
"Jangan bersimpah darah untuk orang yang salah."
Simpan air mata untuk tawa bahagia kamu dengan dia, yang tentunya terbaik.
“Aku suka angkasa dan aku benci semesta. Angkasa membuatku sukmaku tenang dan damai. Sementara itu, semesta membuatku gundah dan gelisah. Selalu saja semesta bekerja tak sesuai rencana. Dan angkasa yang menjadi tempatku menceritakan semuanya. Angkasa begitu baik memberiku kehangatan di pagi hari, memberiku keteduhan di siang hari, memberiku kelembutan di sore hari, dan memberiku kegelapan di malam hari. Namun, angkasa tahu aku tak suka gelap, jadi angkasa meminta kepada bintang untuk menjaga dan menemaniku dengan sinarnya. Angkasa membiarkan dirinya gelap sementara, agar bintang memiliki kesempatan untuk bisa bersamaku. Sang bintang tak dapat bersinar terang tanpa adanya kegelapan” Alana bergumam dalam hati meratapi nasibnya yang semakin jauh dengan orang yang disukainya, Alfa.
"Aku tidak tahu apakah aku menyukaimu atau tidak, Alfa. Aku merasa, dalam setiap langkahku selalu ada kamu, Alfa. Dalam setiap tawaku, kamu penyebabnya. Dan, alasanku untuk membuka hati hanya kamu yang bisa" Alana tertuduk muram sambil meneteskan air mata.
Sayangnya Alfa belum tahu jika Alana menyukainya.
Dan Alana juga belum mengerti kalau Alfa sejak lama memiliki rasa suka pada Alana, bahkan sebelum Alana menyukainya.
Mereka belum pernah mengungkapkan perasaan satu sama lain. Akan tetapi, mereka berdua terlanjur saling asing dan berjauhan.
Lalu, apa yang akan terjadi pada Alfa dan Alana?
Bagaimana dengan Arga dan Arka?
“Sekecil apapun perhatianmu pada seseorang, jika itu tulus, pasti akan menyentuh bahkan melekat pada hatinya”Konon katanya masa SMA adalah masa-masa yang paling indah. Dahulu, saat Alana yang masih lugu dan polos sangat tidak mempercayai hal itu. Alana menentang keras dan berasumsi bahwa itu hanyalah bualan semata bagi mereka yang menemukan kisah cintanya di masa SMA. Mana mungkin Alana bisa merasakan hal begitu. Keadaan pun menjawab dan membuktikan bahwa hal tersebut benar adanya.Kini, setelah Alana melewati masa tersebut, dia percaya bahwa masa SMA adalah masa yang tak pernah bahkan tak akan dapat dilupakan. Masa dimana dia mengetahui banyak hal dan merasakan naik turunnya emosi jatuh cinta. Hingga jika Alana boleh meminta kepada Tuhan, dia ingin bisa dekat lagi dengan teman-teman SMA dengan perasaan dan sikap yang sama. Tidak hanya untuk sekadar bernostalgia, tetapi juga menjalin romansa. Hanya ego dan harga diri ya
“Salah satu kejujuran yang sulit aku lakukan adalah jujur terhadap perasaanku sendiri, bahkan berpura-pura baik-baik saja tidak sesederhana katanya”Aroma tubuh ternyata dapat memengaruhi mood kita. Aroma tubuh yang fresh membuat mood kita selalu cheerfull, ceria, dan bersemangat sepanjang hari. Namun, aroma tubuh yang terlalu kalem akan membuat kita kurang confident untuk menyambut hari. Terlalu terjebak pada aroma yang membuat nyaman.[POV Alana]Anganku mengudara entah kemana. Hatiku tersesat di labirin yang tidak tahu jalan keluarnya. Senja ini terasa kelabu, meski tak hujan, tidak juga panas, ataupun mendung, jingga tak akan senyum padaku. Suasana terasa sedu. Kepalaku terasa pening. Aku pun tak tahu apa penyebabnya.“Apakah ini karena logikaku melarang untuk merindukannya?” ucap Alana sambil mengamati dirinya di depan cerminHaha lucu. Jika saja benar begitu, tak a
“Sejak kau menyelinap ke hidupku, sejak itulah kau menjelma menjadi bait puisi bagi sang pujangga hati”Ujung masa SMA tinggal menghitung hari. Akan tetapi, jeda di antara Alfa dan Alana semakin tidak terkira. Alana gundah karena sebentar lagi akan berpisah. Berpisah kota bahkan wilayah. Dengan orang-orang yang begitu berarti dalam hidup Alana. Memberi goresan warna yang sangat bermakna.Sebelum wisuda kelulusan masa SMA, Alana pernah mendengar kabar bahwa Alfa yang dulu dekat dengan Alana lalu menjauh, kini sedang dekat dengan teman Alana sendiri, namanya Alma. Awalnya Alana terguncang lalu memilih untuk tidak mempercayai berita yang sedang beredar tersebut. Karena Alana percaya dengan mereka. Alfa dan Alma tidak mungkin mengkhianati kepercayaan yang dia berikan.Alana tetap kokoh berdiri dengan intuisi yang dia pegang selama ini tanpa menghiraukan hiruk pikuk kabar di sekitarnya. Alana telah menyiapkan segalanya yang dia tuangka
“Cinta datang karena terbiasa bersama”Satu bulan berlalu, setelah kelulusan SMA Nusantara, Alfa masih begitu lekat di ingatan. Alana mencoba mengusir secara perlahan, akan tetapi belum juga membuahkan hasil. Sebenarnya Alana mengerti satu cara agar dia bisa segera melupakan cowok tersebut, yaitu dengan mencari pelarian atau pengganti baru. Di satu sisi, hati Alana tidak menuntun untuk melakukan hal tersebut, karena Alana tidak ingin menciptakan luka baru di atas luka lama yang belum juga reda.“Mengapa seolah hatiku hanya terkhususkan untukmu?” tanya Alana sambil duduk di taman kotaOrang secara bertahap akan jatuh cinta dengan seseorang yang menghabiskan banyak waktu bersama orang tersebut. Seperti halnya teman sebaya atau partner semasa SMA. Fenomena ini disebut dengan Exposure Effect. Exposure Effect adalah fenomena psikologi dimana seseorang cenderung tertarik satu sama lain seir
“Hampir - Mampir - Berakhir? Manakah di antara 3 kata tersebut yang paling menyakitkan?”Hari sabtu pun telah tiba. Weekend yang selalu disukai Alana. Angga mengajak Alana untuk menjelajah perpustakaan kota. Alana sangat menyukai aroma khas dari setiap buku. Dia bisa dengan mudah jatuh cinta dengan buku baru yang ditemuinya.“Alana, ayo kota pergi ke perpustakaan kota” ajak Angga dengan tersenyum tulus“Aku mau, ayo Angga kita kesana” jawab Alana dengan riang gembira“Disana kamu akan bisa sepuasnya membaca dan mengetahui banyak hal yang kamu inginkan, Alana” balas Angga“Iya, apa perpustakaannya jauh dari sini?” tanya Alana“Tidak begitu jauh kok Alana, mari kita berangkat” kata Angga“Ayo, aku sudah penasaran ingin kesana” balas Alana dengan tersenyum manisAngga dan Alana berboncengan naik motor dengan kecepatan rata-ra
“Yang patah, tumbuh. Yang hilang, berganti. Yang hancur lebur, akan terobati. Yang sia-sia, akan jadi makna. Yang terus berulang suatu saat nanti. Ternyata memang begitu alurnya”[POV Alana]Ada satu hal yang ingin aku beritahu padanya. Aku ingin memberitahu bahwa dia sejak awal sudah berhasil menyembuhkan hatiku dari luka yang begitu pilu. Angga adalah sosok yang sanggup mengembalikan kepercayaanku terhadap semua cowok yang semula aku telah menyerah pada rasa kecewa. Aku bahagia ketika ada yang bisa menemukan kembali sebagian jiwaku yang pernah hilang. Semesta mempertemukanku dengan seseorang yang dengan senang hati membersamai langkahku, menerima kekurangan, dan selalu mendukung dalam kondisi apapun.“Alana, liburan besok ayo kita travelling” ajak Angga ketika bertemu dengan Alana di persimpangan jalan“Travelling kemana?” tanya Alana“Indonesia” jawab Angga dengan na
“Hubungan yang baik akan mendorongmu menjadi jauh lebih baik, sedangkan hubungan yang tidak baik akan membuatmu merasa tercekik”Sesampainya di rumah, Alana ingin segera memasuki kamarnya perlahan dan meletakkan koper serta tas sling bag yang selama perjalanan selalu dia kalungkan di pundaknya sebelah kiri. Akan tetapi, ketika baru selangkah memasuki pintu rumah ayah dan bunda memanggilnya dan memnita Alana duduk disebalah mereka.“Bagaimana perjalananmu Alana?” tanya ayah Alana ketika melihat Alana melangkah memasuki rumah“Seru yah, Alana pergi ke berbagai destinasi yang luar biasa” jawab Alana dengan nada bersemangat“Wah sepertinya menyenangkan” ucap bunda“Tentu bunda, bunda tahu Alana diajak kemana saja sama Angga?” tanya Alana pada bunda“Kamu suka bunga, pasti diajak ke taman?” tebak bunda“Benar bunda” jawab Alana
“Kita dekat karena kepercayaan dan saling memahami, tetapi sedikit kesalahpahaman dapat membunuh semua perasaan dihati, dan aku benci kalimat ini”Jum’at pagi yang cerah dengan awan biru yang yang terasa membentang luas dan angin yang membuat sejuk hati. Angga dengan cepat menghampiri Alana yang baru saja memasuki koridor kelas dengan membawa tas ransel berwarna biru.“Pagi, Alana” sapa Angga pada Alana“Hai, Angga” balas Alana dengan senyuman“Kenapa ponselku sepi ya sejak kita pulang travelling” Angga memberi kode yang langsung ditangkap oleh Alana“Astaga, kamu menunggu pesan dariku?” tanya Alana sambil menahan tawa“Tidak juga” balas Angga dengan muka datar“Ya sudah kalau begitu” balas Alana sambil melangkah memasuki kelas“Benar ya kata cowok-cowok SMA Nusantara, kamu itu tidak peka” goda Angga agar
“Dalam kamus hidupku, aku hanya mengenal tiga kata : kamu, aku, dan waktu yang akan membentuk kita yang dulu menjadi kita yang baru” Kali ini, dibawah langit bertabur gemerlap bintang malam, aku ingin mengutarakan segala resah dan gelisah yang berada di benakku selama ini. Kamu tidak akan menemukannya di kamus manapun, karena beberapa definisi ini hanya berdasar dari lubuk hati. Definisi kata hati yang tiada henti mengudara dalam intuisi Kamu, adalah seseorang yang dikirim Tuhan untuk mengusir kelabu dan menyembuhkan lukaku dari patah hati sebelumnya, yang memberi banyak arti dalam hidup, serta memberi warna lebih dari yang pelangi punya Aku Siap Melepasmu Tidak banyak yang aku tahu, termasuk juga perasaanmu, hingga aku terluka, mereda, dan siap melepasnya Purnama demi purnama silih berganti Sosok yang ku damba dalam hati, kini tak lagi berarti Sang surya kini
“Selalu ada yang berkorban dalam suatu hubungan, layaknya demi melihat pelangi berseri, maka mentari rela pergi dan sembunyi” Mentari dan Pelangi Dua hal yang berbeda, tetapi hampir setiap orang mencintainya. Terkadang aku kerapkali menjodohkan dan mengaitkan mentari dengan senja di cerita-ceritaku sebelumnya Karena bagiku, senja telah pergi dan tidak kembali. Aku menemukan pelangi. Pelangi hadir mewarnai hari. Aku tahu senja dan pelangi sama-sama hanya sesaat. Bahkan pelangi mungkin juga tidak setiap hari ada. Meski begitu, setidaknya pelangi tidak sekejam dan sejahat senja yang menampakkan sewarna jingga memmpesona tetapi, datang dan pergi tanpa pamit Untuk bertemu indahnya pelangi, bukan hal yang mudah. Kita perlu mengunggu dengan sabar walau langit mendung semakin menjalar. Belum lagi ditambah dengan hujan deras yang mengguyur dan membasahi bumi. Barulah kita baru bisa berjumpa dengan pelangi Lalu, bagaimana jika hujan turun
“Seringkali aku menerka bagaimana akhir kisah kita, seperti dalam hubungan tetapi tidak ada kejelasan, dibilang pacaran tetapi tidak ada ikatan. Dan kini aku telah diserang ketidakpastian” Tiga sasi sudah kita berpisah. Menerka akhir cerita tidak tahu arah. Aku begitu bingung dengan segala rasa dan keadaan yang terjadi saat ini. Mengapa jalanku untuk melupamu seakan sulit tiada henti? Di setiap langkah yang ku ambil, selalu ada celah untuk menemukanmu kembali. Di sejengkal jeda yang aku raih, acapkali muncul sesuatu yang menarik ingatanku padamu lagi Lagi dan lagi, bahkan berulang kembali. Layaknya sebuah siklus alami yang tiada pernah henti Membuat jarak saat ini adalah keputusan yang benar, untuk kita agar saling belajar. Tidak melulu hidup kita dipenatkan untuk mengejar orang yang kurang ajar. Memainkan dan mematahkan banyak hati, meski itu akan membawa dampak pada dirinya sendiri Tidak ada yang salah dari melangkah mundur daripada m
“Beberapa orang berubah menjadi sibuk hanya karena pikiran mereka berkecamuk, dan cara ampuh untuk melupakan sosok yang tidak dapat dipeluk” Alana mulai menulis cerita yang pernah dialaminya selama ini, pengalaman adalah guru terbaik dalam hidup seorang cewek bernama Alana Ayunda. Tidak peduli, seberapa banyak dia telah jatuh dan seberapa sering dia dikecewakan. Satu-satunya pilihan saat ini adalah mencoba untuk produktif dan berkarya Kesibukanku adalah cara melupakan kamu Setiap kali aku menuliskan kalimat tersebut aku tersenyum miris. Deretan kata yang cukup sederhana untuk dicerna logika, tetapi cukup membuat hati tersayat luka. Di dalam kesibukan yang aku jalani saat ini, ternyata terselip perasaan untuk melupakan seseorang. Tidak hanya aku, mungkin juga perempuan lain di dunia mengatakan hal yang sama. Tidak perlu berucap, dalam hati mereka aku juga yakin meraka akan membenarkan dan menyutujuinya jika mereka merasakan hal yang sama
“Waktu yang akan mengobati setiap goresan luka dan menjawab bahwa hatimu telah reda dari luka yang lama” [POV Alana] Malam yang sepi dan suntuk, seakan menggerogoti suasana untuk teringat akan masa lalu. Sekeras apapun kita mencoba melupa, masa tersebut akan memiliki tempat khusus di pikiran kita. Hingga saat ini pun, kita berada dalam kondisi seperti ini karena jatuh bangun dan laju terjal yang telah kita lalui. Terkadang banyak orang yang berusaha dengan kuat untuk melupakan masa lalu, tetapi ada pula yang memilih menyimpan rapat-rapat Apapun pilihan seseorang, kedua hal tersebut memberitahu bahwa pada setiap pilihan yang diambil akan membuat seseorang menjadi lebih tangguh. Walau dalam perjalanannya dia harus terseok, tersandung, mungkin juga jatuh. Tetapi, apapun yang menyangkut masa lalu memang sebaiknya dibiarkan berlalu. Meskipun pada kenyatannya, ini adalah kebohongan besar. Kebohongan besar yang baru saja aku tulis, ba
Hanya ada dua pilihan ketika berteman dengan lawan jenis, yaitu menjadi pengalaman hidup atau teman hidup, dan kau harus siap dan menerima apapun realitanya” “Cita-cita atau cinta?” tulis Alana Alana terdiam sejenak, dan lantas termenung berpikir “Aku bingung, tetapi sepertinya cita-cita saat ini jauh lebih penting dari pada cinta” ujar Alana Sepertinya perlu memikirkan hal ini lebih dalam, apa yang sebenarnya sedang aku cari dan aku butuhkan. Yang lebih dahulu layak diprioritaskan Alana pergi ke lapangan basket untuk beristirahat dari kejenuhan di depan layar gadget sebentar “Wah, ada bola basket, main kayaknya seru” ucap Alana Alana segera meraih bola itu dan memantulkan bolanya ke atas beberapa kali dan berusaha memasukkannya ke dalam ring basket, akan tetapi sesekali masuk, terkadang keluar “Ternyata ada cewek yang suka main basket disini juga” ucap seorang cowok dari sudut lapangan basket da
“Seseorang akan menyadari betapa berharga seseorang ketika mereka merasakan kehilangan dan terlambat menyadari jika waktu tidak dapat diputar kembali” [POV Alana] Satu hal yang baru aku sadari, dan karena aku baru saja menyadarinya, aku berandai jika waktu bisa diulang kembali, aku ingin memperbaiki setiap kesalahan yang terjadi di masa lalu. Berteman dengan sunyi sungguh membuat hati ini lelah tidak bertepi Satu hal yang telat aku sadari adalah apapun yang telah berubah, akan sulit untuk dikembalikan lagi, walaupun sekuat tenaga kita berusaha, mungkin tidak akan serupa hasilnya. Tidak hanya sifat seseorang, kepercayaan, perasaan, tetapi juga hal-hal lain yang belum pernah terduga sebelumnya Seberapa keras kita mencoba melupakan masa lalu, entah kapan tetapi pasti kita akan teringat nuansa di masa itu, baik disengaja atau tidak. Jatuh cinta di usia 17 tahun adalah bahagia sekaligus bencana, bahagia karena akan teringat untuk waktu yang
“Setangguh apapun perempuan di mata dunia, tentu saja dia butuh seseorang yang mengerti, memahami, melindungi, dan membersamai menggampai mimpi” Hujan deras perlahan mereda dan menyisakan rintik hujan di luar jendela. Tidak terasa Alana telah tidur selama kurang lebih satu jam, ketika dia terbangun, ternyata dia tidaklah sendiri, masih terdapat Alfa disampingnya, yang setia menemaninya Alana bangun dan meregangkan kedua tangannya, lalu melihat pada jam tangan cream di tangan kirinya “Ha? Jam tiga sore?” ucap Alana dengan terkejut dan seolah tidak percaya “Mau kemana?” tanya Alfa sambil menutup buku yang dibacanya Alana tidak menjawab dan segera merapikan barangnya dengan sesekali mengucek matanya agar benar-benar tersadar dari bunga tidurnya tadi. Alfa turut bergegas mengambil ponsel dan kunci motornya. Alana dengan langkah cepat menuruni tanggaperpustakaan Langkahnya terhenti tiba-tiba ke
“Resah, gundah, gelisah masa remaja adalah hal yang akan kita rindukan ketika beranjak dewasa” Hidup itu tidak murni hitam, tidak juga sepenuhnya putih. Hampir semuanya berwarna abu-abu. Gradasi itulah yang membedakannya Alana tidak sedang menggenggam dan digenggam siapapun, tidak sedang menjaga dan dijaga hati manapun. Hanya saja, dia punya satu nama yang tidak pernah lupa untuk dirapal dalam doa-doa sebelum tidur [POV Alana] Memang berada di situasi hati seperti ini bukanlah perkara yang mudah dipahami dan di mengerti Seperti tidak terikat, tetapi memilki satu nama yang dipegang begitu kuat Seperti tidak berjuang, tetapi tidak pula terbuang Karena, ketidakpastian adalah teman lama Aku pernah mempertanyakan dalam hati, sebenarnya kita sedang memperthanakan hubungan atau sedang menunda perpisahan? Dan sekarang, hati yang dulu pernah kau sembuhkan kembali kau patahkan Ternyat