Toni sang bendahara sedang menghitung lembar demi lembar uang,matanya sampai melotot takut jika dia salah hitung uangnya.
"Gimana?"tanya Anggara yang sama sekali tidak mendapat respon dari sang empu.
Toni masih komat-kamit membolak-balik kan selembar demi lembar uangnya,mungkin ini sudah ke 5 kalinya.
"Meskipun Lo hitung sampai sejuta kali nggak akan berubah ogeb!!"timpal Tasya menyeruput Americano yang berada di depannya.
Anggara,Safira,Toni dan juga Tasya kini berada di sebuah cafe.Keempatnya benar-benar sibuk akhir-akhir ini,bukan hanya empat orang ini sih tapi seluruh anggota OSIS juga,karena sebentar lagi adalah ulang tahun Stride Highschool yang ke-21.
"Kok uangnya gak lebih sih,"kata Toni sembari menaruh uangnya di meja.Ia memijit-mijit tangannya yang sedikit pegal.
"Gak usah ngarep dapat uang lebih dari hasil iuran ini,"timpal Anggara memasukkan uangnya kedalam amplop berwarna coklat.
"Tau tuh padahal uang orangtuanya aja udah banyak masa mau korupsi uang iuran,"ujar Safira ikut bersuara.
"Biasalah namanya juga orang serakah,"sahut Tasya sambil diiringi kekehan kecil.
Toni hanya mampu berdecak,sungguh seharusnya para OSIS mendapatkan bagian atau uang dari sekolahan,tapi kenapa malah hanya menjadi babu di sekolah.
Tasya berdiri yang otomatis langsung ditatap oleh ketiga temannya.
"Gue cabut dulu ya,"ujarnya membereskan barang-barang dan memasukkannya ke dalam tas.
"Cepet banget sih,mau kemana emangnya?"tanya Safira heran.
Tasya melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 16.00
"Udah sore banget nih,kalian nggak mau pulang juga emangnya?"Toni menepuk jidatnya,benar juga padahal tadi dia hanya berpamitan sebentar kok malah sampai sore gini.
"Gue juga kalau gitu,"timpal Toni memakai tasnya di pundak.
Anggara berdiri."Lo nggak pulang juga?"tanyanya yang melihat Safira masih duduk manis dengan santai.
Safira menggeleng pelan."kalian duluan aja,gue masih mau disini,"jawab Safira.
Toni memegang pundak Safira,membuat gadis itu tercekat dan menatap heran kearah Toni.
"Gue harap masih bisa lihat Lo besok pagi."Ketiganya dibuat bingung oleh ucapan Toni barusan,tapi detik selanjutnya mereka paham.
"Untuk mu Safira,jika sudah sampai di perempatan akhirat bilang-bilang padaku ya...ku pastikan tempat peristirahatan terakhir mu bagus dan aman,"kata Tasya tersenyum mengangguk-angguk sembari memejamkan matanya sejenak.
"Eh nggak boleh gitu sama teman sendiri kok malah bilang yang enggak-enggak,nanti kalau kejadian beneran kalian yang malah nangis karena kehilangan..."Anggara menepuk pundak kiri Safira."Kuburan mu nanti mau ditaburi apa?"lanjut Anggara.
Safira menatap ketiga datar, bisa-bisanya ngomong kayak gitu dengan mudahnya,biasanya omongan kan doa kalau terkabul beneran gimana?
"Gue nggak peduli...kalau bisa bawa sini psikopatnya biar gue gorok sekalian lehernya,"tantang Safira membuat Toni geleng-geleng kepala.
"Bagus...kalau udah dapet psikopatnya telpon gue ya,nanti biar gue vidioin biar rame dan dapet cuan,"ujar Toni mengacungkan jempol.
Safira mengibas-ngibaskan tangannya."udah pulang aja sana,lagian jalan ke apartemen gue pasti masih ramai,"usir gadis itu jengah menatap teman-teman nya yang masih berdiam di sini.
"Gue pulang dulu ya,gue tunggu nasi kotak nya,"pamit Toni melambai-lambai dan keluar dari cafe tersebut.
"Gue juga,"ucap serempak Tasya dan Anggara.
Kini tersisa Safira dan pelanggan lainnya.
"5 menit lagi,"gumam Safira memandang jam di dinding.
***
Pukul 21.00,tepatnya di club bernama DIONYSIUS (club terbaik ke-dua yang terkenal di kota Jakarta)
Fitri tengah meringkuk di ranjang berukuran king size,air matanya tak henti-henti jatuh dan hal itu menyebabkan makeup nya luntur.jika tau bakalan begini pasti dia tak akan datang.
Fitri mengeratkan selimutnya menutupi tubuhnya yang tak memakai sehelai benang pun.
Pintu kamar itu terbuka menampakkan tiga gadis yang melemparkan senyum pada Fitri.Mereka adalah Ega,Nabila dan Ratna.
Nabila menatap penuh kegembiraan saat mendapati uang banyak di atas nakas.Tangannya terulur mengambil segepok uang itu.
"Kalau tau begini pasti gue bakal ngelakuinnya dari dulu,"gumam Nabila menyeringai.
Ega berjalan dan duduk di tepi ranjang,matanya beralih menatap kearah gadis yang telah ia jual untuk dijadikan pelacur.Tenang hanya 3 malam kok,nggak lebih.Berarti Fitri harus melayani pria lagi dalam 2 hari belakangan ini.
"Kenapa kalian melakukan ini padaku?"tanya Fitri mengusap pelan air matanya.
"Maaf lagian gue lagi butuh banget uang sekarang ini,"jawab Ega.
"Terus kenapa harus aku yang jadi korbannya?"bentak Fitri langsung mendapat jambakan dari Ratna.
"Turunkan nada bicaranya ogeb,Lo pikir lagi bicara sama siapa hah!!!"Ratna menarik rambut Fitri sampai gadis itu terbangun dari posisinya.
Fitri berusaha keras melepas tangan Ratna,sakit plus cenut-cenut yang ia rasakan.
"Lepaskan bodoh,"ketus Ega melerai keduanya.
Ega beralih mengelus pipi Fitri."terima saja takdir mu,jangan banyak tanya dan bicara...lagian Lo kan babu gue,gue nggak salah dong ngelakuin apapun yang bersangkutan dengan Lo,"kata Ega mendapat tamparan keras dari Fitri.
"Memangnya aku pernah ngelakuin kesalahan apa sama kalian,kalian boleh-boleh saja merundungku tapi ingat batasannya,"bentak Fitri kembali menangis.
"Eh Lo nggak apa-apa kan?"tanya Ratna khawatir,tangannya mengelus area pipi Ega yang baru saja mendapat tamparan dari Fitri.
"Dasar si*lan"Nabila menendang perut Fitri,dan membuat gadis itu terpental menabrak punggung sandaran kasur.
Fitri mengerang kesakitan,di area punggung,kepala beserta bagian bawahnya benar-benar sakit.
Byurrrr.
Ega menyiram segelas air kewajah Fitri.Ia ikut naik keatas ranjang.
"Kayaknya kita harus pesta malam ini,kalian udah tutup pintunya kan?"tanya Ega menatap kedua temannya.
"Tenang aja udah kok,"jawab Ratna.
Fitri meremas tangannya kuat-kuat.Apa yang bakalan dilakukan oleh Ega sekarang?apakah akan membunuhnya?kalau begitu bunuh saja,lagian dia sudah tak suci lagi.
Tanpa aba-aba Ega langsung menendang tubuh Fitri berkali-kali.Tamparan-tamparan juga Fitri dapatkan.Ega benar-benar membabi buta menghajar wanita di depannya.
Sedangkan Ratna asik merekam keduanya,ia tertawa senang melihatnya.
Dan untuk Nabila lebih memilih menontonnya dari jarak jauh.
"Memangnya lo siapa berani-beraninya nampar gue,"ujar Ega kini beralih menjotos wajah Fitri.
"Lo tuh cuman orang miskin yang gak sepatutnya hidup,mati aja sana,"lanjutnya.
Fitri pasrah saja dengan apa yang dilakukan oleh Ega,ia tak mampu lagi menangkis seperti di awal tadi,tangannya yang dibuat menangkis rasanya seperti sudah mati rasa.
Nabila bangkit dan menarik Ega untuk menjauh,sepertinya Ega sudah keterlaluan bagaimanapun Fitri juga manusia yang merasakan sakit.
Ega merontak-ronta,sayangnya Nabila segera menariknya kembali menjauh dari Fitri.
"Udahlah jangan keterlaluan,lagian Lo nggak mau di penjara kan sebab membunuhnya,"Kata Nabila berhasil membuat Ega sedikit tenang.
Ega menetralkan nafasnya yang sedikit memburu.Ia mengelus-elus dadanya agar bersabar.
Fitri terbatuk-batuk mengeluarkan darah dari mulutnya,matanya sedikit berat dan lengket,penglihatannya sedikit mengabur tak jelas.
"Hari ini mungkin Lo selamat,tapi lain kali jangan harap bakalan bisa menghirup udara lagi,"kata Ega menatap tajam Fitri.
Ketiganya berjalan pergi tapi perkataan Fitri membuat mereka berhenti.
"Mungkin hari ini aku yang tersiksa tapi kalian harus ingat roda terus berputar,bisa saja kalian yang nantinya bakalan di siksa habis-habisan...ingat tak ada yang tau masa depan,"ujar Fitri diiringi tawa.
"Bisa saja kalian kalah dalam permainan ini,"lanjutnya lagi.
"Jangan mimpi,disini yang jadi pemeran utamanya adalah gue...jadi gue bakalan menang apapun yang terjadi,"ujar Ega yang mendapat tawa renyah dari Fitri.
"Benarkah?padahal kita sedang berada di cerita yang tak ada pemenangnya..."sahut cepat Fitri membuat ketiga gadis itu memandangnya heran.
"Kayaknya Lo udah kangen sama pukulan gue kan."Nabila segera mencekal tangan Ega yang hendak melangkah lagi menuju Fitri.
Nabila menggeleng."gausah diladeni,dia itu cuman mau bikin kita emosi...dan nantinya kita yang bakalan kena rugi karena memukulnya lagi sampai mati,"bisik Nabila pelan.
Nabila membawa pergi Ega keluar diikuti oleh Ratna di belakang,pintunya ditutup dengan keras oleh Ratna.
"Aku diam aja bukan karena takut,aku hanya ngikut alur permainan ini saja kok..."Fitri menyeringai,ruangan itu benar-benar berisi tawa mengerikan milik Fitri.
Safira berjalan menyusuri jalan setapak demi setapak,ditelinga nya tersumpal sebuah earphone dan tangannya membawa sebuah kantong plastik,sepertinya dia baru saja berbelanja.Untungnya ada minimarket yang buka di jam 1 malam,alhasil perutnya yang lapar tak mendemo lagi. Angin malam terasa seperti menusuk-nusuk setiap inci tubuhnya.Helaian rambutnya berterbangan kemana-mana. Jalanan terasa begitu sepi.Hanya terdengar derap kaki Safira dan suara siulan. Tunggu siulan? Tenang yang bersiul kali ini adalah Safira sendiri. Langkahnya seketika terhenti begitu bayangan orang berdiri tak jauh dari tempatnya berdiri,sepertinya orang yang dilihat oleh Safira tak menyadari keberadaan nya. Tangannya melepas earphone,dan dengan perlahan menghampiri orang itu. Tubuhnya tercekat begitu mendapati pakaian orang itu dilumuri darah.Rasa kagetnya belum berhenti,saat orang itu memutar tubuhnya Safira langsung terlonjak kaget. "Apa yang kau la
Deburan ombak besar menghantam setiap batu karang.Rambutnya berterbangan kemana-mana mengikuti alunan angin yang berhembus sedikit kencang.Ia merasakan gesekan antara kaki dan juga pasir pantai. Matanya terpejam rapat menikmati euforia yang menyerangnya saat ini.Rasanya ia seperti diculik dan dibawa ke Utopia,tempat indah yang benar-benar sempurna. "Enggak capek berdiri terus?"tanya Safira datang dengan membawa 2 kelapa muda,yang satunya untuk ia minum dan satu lagi untuk perempuan yang sedari tadi diam membeku menatap pantai,siapa lagi kalau bukan Fitri. "Terimakasih"Alis Safira terangkat keatas."untuk apa?"tanyanya. "Terimakasih sudah membawa Fitri ke sini,"ujar Fitri tersenyum manis.Safira hanya berdehem. Keduanya menyeruput kelapa mudanya dengan sangat antusias.Untungnya sekarang sudah pukul 3 sore otomatis rasa panas mataharinya tak terlalu menyengat kulit. Fitri menatap kearah gadis di sampingnya.Safira yang peka pun langsung men
Ega,Nabila,dan Ratna seketika berdiri dari tempat duduknya setelah melihat orang yang mereka tunggu akhirnya datang juga ke sekolah.Ketiganya langsung mencegat Fitri yang hendak masuk ke kelas. "Kenapa tak pernah masuk sekolah?"tanya Ega melipat kedua tangannya di depan dada dan bersandar di dinding. "Sejujurnya gue nggak peduli sih mau Lo sekolah atau enggak...gue cuman mau tanya dari mana uang untuk menebus diri Lo sendiri."Fitri menggerutkan keningnya tak mengerti dengan apa yang Ega katakan.Menebus dirinya sendiri? Benar juga Fitri kan sudah dijual oleh mereka selama 3 hari.Tapi Fitri tak pernah datang lagi ke club DIONYSIUS.Alasannya karena belakangan ini Safira terus mengajaknya jalan-jalan.Dia juga sudah lupa dengan permasalahan ini. "Lo cari om-om yang lebih kaya kan?"tuduh Nabila yang mendapatkan gelengan dari sang empunya. "Jika bukan,Lo pasti nyuri kan?"Lagi-lagi Fitri menggeleng cepat menampik tuduhan yang diberikan oleh Ratna.
Dafa menunduk kebawah begitu para teman-teman sekelasnya melontarkan kata-kata menyakitkan untuknya. 'Sudah bodoh sering bolos dijam pelajaran lagi' 'Kalau tak niat sekolah mending keluar saja dari STRIDE HIGHSCHOOL' 'Otak bodohmu itu bisa menular pada kita' 'Kenapa diam saja?tidak hanya bodoh kau juga sudah bisu ya?' 'Mati saja sana...' Dan masih banyak lagi.Dafa mendongak menatap kearah gurunya yang memilih diam tak peduli. "Pak Arga"serunya membuat wali kelasnya itu menatap kearah nya. "Pergilah,aku tak menerima murid yang otaknya saja tak ada." "Eh?!!"Dafa mundur perlahan ke belakang,kenapa gurunya justru ikut-ikutan mengatakan hal itu.Bukannya menengahi malah memusuhinya. "Tapi kenapa?saya hanya bolos jam pelajaran dua kali kan,itu pun karena saya ingin menghirup udara segar."Dafa tentunya tak terima dengan keputusan yang diberikan oleh gurunya.Sekolah disini saja bayar banyak,masa dengan mudahnya n
Beberapa polisi ditugaskan untuk kerumah Dafa dan berniat untuk mengintrogasi anak remaja itu.Sayangnya orangtua Dafa bilang kalau Dafa tak pulang setelah memberikan secarik kertas.Setelah membuka kertas tersebut orangtuanya benar-benar terpukul,menangis dimalam itu juga.Isi dari secarik itu terbilang cukup menyedihkan jika dibaca oleh keduanya yang menyandang sebagai ayah dan ibu.Kira-kira begini isi dari secarik kertas itu:--Untuk mu laki-laki kuat dan perempuan terhebat, terimakasih banyak sudah membesarkan ku hingga kini.Aku senang kalian yang menjadi orangtua ku.Jika aku tak lagi membuka mataku besok pagi,anakmu ini tak akan pernah menyesal.Hidup menjadi anak kalian adalah sebuah keindahan.Jangan mencari ku karena aku sudah bahagia disini.Pastikan kalian bahagia juga ya,maaf jika Dafa pernah melakukan kesalahan.Dafa benar-benar mencintai kalian--Orangtua mana yang tak menangis saat membacanya coba.Polisi akhirnya memilih menutup kasus ini
Ega dan Nabila terlihat berseteru mempermasalahkan sesuatu.Keduanya saling beradu argumen dan ngotot tidak mau mengalah. "Udah dong jangan berantem lagi,"ujar Ratna menengahi mereka. "Ngaku aja deh,gue juga nggak buta kok...gue ngeliat Lo jalan sama pacar gue kemarin di mall,"kata Ega sembari mendorong tubuh Nabila ke tembok. "Ngaku apaan sih,kan udah gue bilang kalau itu bukan gue,"kilah Nabila membela diri sendiri. "Kalau Lo mau pacar gue bilang aja,bakal gue kasih kok.Tapi tolong jujur aja sama gue,kalau itu emang Lo,"ujar Ega mencari kebenaran dari Nabila.Pacar tak berarti untuknya,ia hanya ingin kejujuran dari mulut temannya itu. "Gue kan udah bilang kalau itu bukan gue,kenapa Lo ngeyel banget sih,"bentak Nabila membuat gadis didepannya sedikit terkejut.Pasalnya baru kali ini Nabila meninggikan suaranya saat berhadapan dengan nya langsung.Ini kah sifat asli sahabatnya? "Nabila,"seru Ega tak percaya. "Kenapa?Lo kaget
Kaca yang tertutupi oleh titik-titik air(uap)diusap pelan oleh seorang pria.Wajahnya memperlihatkan senyum menyeringai begitu kacanya bersih dari embun.Tawa-tawa renyah begitu menggema ke seisi ruangan bernuansa hitam dan putih.Dia yang diprediksi mati oleh semua orang ternyata masih hidup hingga kini.Bahkan masih sehat wal Afiat."Gue suka darah loh,"monolognya tersenyum menatap ke bayangannya yang dipantulkan oleh cermin.Dia Dafa Nelson,mantan murid Stride Highschool yang digadang-gadang sebagai pelaku pembunuh Pak Arka."Ah!!akhirnya gue bisa melakukan apapun tanpa berpikir panjang lagi...GUE BEBAS"teriaknya diakhir kalimat."Dafa,"seru Leo si ketua devisa pertama.Dafa pun menoleh menatap kearah lelaki yang sudah memanggil namanya."Ada apa?"ketus Dafa kesal karena sudah diganggu.Leo sedikit meyingkir ke samping,di belakangnya ternyata sudah ada gadis cantik yang memakai dress hitam dengan rambut dicepol.Dafa seketika te
Demi keamanan murid-murid Stride Highschool akhirnya pelajaran mulai di lakukan secara daring.Tidak ada yang diizinkan keluar rumah kecuali hanya ada kepentingan saja.Safira yang mengetahui hal itu malah tak memperdulikan nya,toh kematian pasti akan menjemput semua makhluk hidup.Mati ya mati aja,lagian udah takdir.Gadis itu sekarang sedang jalan-jalan dengan Anggara menyusuri jalanan dengan sepeda."Gue haus nih,"keluh Safira mengadu pada Anggara.Alhasil membuat pria itu segera mengerem sepedanya."Biar gue beliin minum,Lo tunggu aja di kursi itu,"ujar Anggara menunjuk kursi kosong yang tak jauh dari mereka."Yaudah tapi jangan lama-lama ya."Anggara mengangguk dan mengacak-acak rambut Safira sebelum akhirnya dia pergi.Tapi ini sepertinya akan menjadi pertemuan terakhir mereka.Karena DIA mulai melancarkan aksinya.***Anggara mengucap syukur begitu melihat minimarket.Ia langsung memarkirkan sepedanya.Lak
Safira dan Daniel berada di satu ruangan.Gadis memainkan game di ponselnya,sedangkan sang ayah sedang berkutat dengan beberapa berkas.Tanpa ketukan,pintu ruangan itu terbuka dengan tiba-tiba.Kesal bercampur marah,Daniel menatap nyalang kearah pintu tersebut.Tetapi pandangannya berubah drastis begitu mengetahui siapa gerangan yang telah masuk itu.Martin.Anak kandungannya tengah berjalan sambil menodongkan sebuah pistol.Daniel mengecek keadaan diluar mansion dan didalam mansion dengan komputer.Sungguh mengejutkan para penjaga pada terkapar di lantai."Kenapa?kaget? bukankah seharusnya ini tempat tinggalku juga?""Kemana saja kau selama ini,kenapa tak pernah menemui ku.Jika sudah tak cinta dengan ibuku,seharusnya kau datang ke pemakaman nya.Aku tak butuh cinta maupun kata maaf mu,aku hanya ingin kau mengunjungi ibuku di pemakaman"cerocos Martin yang dianggap angin lalu oleh sang ayah."Apa maksudmu?pergilah dari rumahku,dan jangan pe
Si pemimpin dari pihak lawan nampak begitu emosi,ternyata ruang CCTV kosong.Artinya mereka sia-sia saja lewat jalan khusus,dan beberapa pelurunya terbuang begitu saja."B*j*ngan kecil itu"umpatnya."Ayo kita cek diruangan lain"Mereka berbalik,melainkan belum keluar dari ruangan itu orang yang dicari-cari keluar tanpa menimbulkan suara.Safira dibantu oleh Theo menembaki orang-orang itu.Tentunya karena belum siap,mereka mati karena luka tembakan.Tak hanya didalam ruangan,keduanya menghabisi beberapa nyawa yang berdiri untuk berjaga didepan ruang CCTV.Selesai.Tak ada satu orang yang tersisa."Apakah orang tadi pemimpinnya?kenapa dia terlalu gegabah"kata Safira."Mungkin ada beberapa pemimpin lain"ucap Theo."Mungkin"Safira mengisi pelurunya lagi, berjaga-jaga jika ada beberapa orang yang mengincar dirinya.Dilain tempat.Azka mengelap keringat yang membasahi keningnya.Tangannya memegang erat sebuah pedang.Beberapa lawan s
"Kau mau langsung pulang?"Semua ketua GIGATAS menatap Safira lekat-lekat,menunggu sebuah jawaban yang diberikan oleh sang ketua GIGATAS kedua-MARTIN-.Gadis itu mengangguk,"aku titip susuku ya, tolong jangan diminum"pesanya yang membuat semua remaja dihadapannya mendengus kesal."Sudah sana pergilah"Bayu mengibas-ngibas kan tangannya,dia sudah jengah dengan kelakuan wanita itu.Adik dan kakak pokoknya sama aja, sama-sama bikin kesel."Jangan mampir-mampir,ini udah malem banget "Leo memasangkan jaket ke tubuh kecil Safira.Sungguh Safira disini sebenarnya bukan dianggap sebagai komandan,pembunuh,ataupun orang gila yang haus darah.Melainkan hanya anak kecil yang menurut saja ketika diberi perintah."Aku pulang, sampai bertemu besok"Sebelum mengendarai motornya,Safira sempat melambaikan tangan ke mereka.Dan motor sport berwarna merah itupun melaju menjauh dari area markas GIGATAS.Nando meregangkan otot-otot tubuhnya.Rasanya capek banget ngangkatin kard
Flashback on"Benda apa itu?"tanya Safira sambil menunjuk kesebuah benda asing baginya.Tapi tidak dengan laki-laki berumur 12 tahunan,pria itu mengerem sepedanya dan sedikit menoleh ke adiknya."Itu namanya perahu,"jelas Martin."Bentuknya kok aneh.Perahu milik ayah warnanya putih bersih,ini kok kayak mau carnival."Safira turun dari boncengan sepeda.Kaki gadis itu perlahan mendekati perahu."Gimana gak beda coba,perahu milik ayahmu saja kapal pesiar,kalau ini memang perahu,perahu asli yang untuk para nelayan di pantai,"ujar Martin sembari mengayuh sepedanya mendekat ke Safira."Maksudmu untuk mencari ikan?"Martin mengangguk dan turun dari sepedanya.Matanya mengamati setiap bentuk perahu dihadapannya.Sangat bagus menurutnya."Perahu ayah untuk mencari ikan bukan seperti ini.Sangat besar bahkan perahu ini bisa saja terlindas oleh perahu ayah."Safira mulai naik keatas.Gadis kecil itu penasaran dengan dalam perahunya.Nyatanya perahu itu tak puny
"lari goblok bukannya diam aja,"teriak Bayu memecah lamunan mereka semua.Bahkan suara-suara gedubrakan dari dalam mobil bisa terdengar hingga luar.Mobilnya terguncang hebat.Para petinggi GIGATAS keluar dengan tergesa-gesa pasalnya nih waktunya itu tinggal 2 menitan.Mereka sedikit berlari untuk menjauh dari mobil yang terdapat peledak waktu.Jika tak melakukannya,pasti mereka akan terkena puing-puing mobilnya.Duar.Selang beberapa waktu kemudian,suara yang amat besar nan menakutkan terdengar dan berhasil membuat mereka menutup telinga dengan tangannya sendiri-sendiri.6 remaja itu menoleh kearah belakang,dimana disana sudah ada mobil yang terbakar hebat.Puing-puing mobilnya bertebaran kemana-mana.Lebih parahnya lagi mobil itu bukan milik mereka,melainkan milik 'Si Macan Tidur' GIGATAS.Sebenarnya mereka ingin memakai mobil milik anggota lain,tapi mobil itu ternyata malah dipakai untuk kepentingan organisasi.Ada yang membeli pistol,ada yang
"sepi banget kayak kuburan,"ucap Nando memecah keheningan di dalam mobil yang ditumpangi oleh 6 orang.Leo sebagai sopirnya.Dibangku tengah ada Safira,Martin,dan Nando.Sedangkan di kursi belakang ada Azka dan Bayu yang asik bermain game online."Bakar aja biar rame,"ketus Martin masih memejamkan matanya."Hukumnya makan mie gelas dalam mangkok apa ya?"celetuk Nando membuat laki-laki disampingnya mendengus kesal."Jangan buat gue darah tinggi ya.Udah mending diam aja,nanti diusilin malah nangis,"ejek Martin mengelus-elus kepala Safira yang tengah bersandar di bahunya.Gadis yang menjabat sebagai komandan GIGATAS itu ternyata sudah terlelap sejak mereka berangkat dari markas,mangkanya Leo tak menyalakan musik yang bisa-bisa menganggu ketenangan gadis itu."Apakah haram?"Seolah budeg,Nando malah tak mendengarkan ucapan dari Martin.Pria itu masih kekeh untuk menanyakan hukum makan mie dalam mangkok."Tulisannya mie gelas,jadi kalau makannya di mangkok hu
"Bay,tau dimana susu ku gak?"Bayu yang asik bermain game di ponselnya pun berbalik.Dan ia sudah mendapati Safira yang terduduk di pinggiran kasurnya."Mana ku tahu...memangnya di kulkas tak ada?"Bayu berbalik bertanya."Tak ada loh,bahkan sudah ku cek 5 kali,tetep aja gak ada,"jawab Safira apa adanya."Di lemari?"Safira menggeleng."Mungkin habis susunya,"ujar Bayu sambil memulai kembali bermain game online di ponselnya."Terus gimana dong?""Ya gak gimana-gimana lah,coba tanyakan ke Martin sama Nando,mereka kan biang keroknya di markas,palingan mereka punya simpanan susu kotak"Tanpa berkata-kata lagi,Safira segera ngacir mencari keberadaan Martin dan juga Nando.***"Tin,"seru Nando yang hanya dijawab deheman oleh sang empu."Y/n tuh siapa sih?kok gue baca cerita,tapi yang keluar namanya malah y/n terus."Nando menyenggol lengan Martin beberapa kali,dan laki-laki itupun memperlihatkan sebuah c
14 Oktober 2019,pukul 03.00Dafa Nelson,pria tampan yang pernah menjadi murid di Stride Highschool itu kini malah mondar-mandir tak jelas di sebuah gang sempit nan kecil.Mimik wajahnya jelas menyiratkan sebuah ketakutan,ditambah dengan dirinya yang menggigiti ibu jari.Suara-suara dentuman keras yang dibuat oleh Dafa menggema keseluruh gang kecil.Laki-laki itu tengah meninju dinding yang mengapitnya.Gumaman-gumaman tak jelas ia keluarkan."ini bukan salahku...benar ini bukan salahku kan...ini bukan salahku...pokoknya ini bukan salahku.""Ini salahmu."Entah sejak kapan Safira berada disana.Gadis itu dengan santai bersandar di dinding dengan asap yang mengepul dari mulutnya.Dafa dengan cemas mulai menjauh dan mundur kebelakang.Pria itu tentunya kaget."Dafa Nelson...itu kan namamu?"kata Safira tanpa menoleh ke Dafa,gadis itu membuang rokoknya ke tanah dan langsung menginjaknya dengan kaki."Sepertinya kita akan sering bertemu,"uj
13 Oktober 2019Malam ini adalah malam yang sangat indah bagi anak-anak Stride Highschool,dimana mereka bisa bebas memperlihatkan bakat-bakat yang mereka pendam.Dari mulai tari,menyanyi, teater,sulap,melawak,dan yang terakhir tentunya pantomim,mereka dengan senang hati menampilkan kehebatannya diatas panggung.Satu persatu mereka naik keatas panggung sesuai dengan nomor yang sudah ditentukan.Pastinya setelah mereka turun dari atas panggung akan dihadiahi tepuk tangan dari anak-anak Stride Highschool yang memilih menjadi penonton.Hingga tinggallah satu anak yang akan menampilkan pantomim diatas panggung,dia adalah bendaharanya OSIS STRIDE.Siapa lagi kalau bukan Toni.Laki-laki itu dengan sangat pedenya naik keatas panggung,wajahnya sudah dihiasi oleh make up berwarna putih dan ia memakai baju bergaris-garis layaknya pantomim pada umumnya.Diiringi musik laki-laki itu dengan sangat baik melakukan berbagai gerakan.Bahkan ada adegan yang membuat penon