Sepeninggalnya Sia dengan raut wajah datar Keyra berjalan menuju ke arah dapur Cafe. Cafe saat ini lumayan ramai, tapi masih bisa di tangani oleh Bara dan Viki.
“Tadi siapa?” tanya Bara saat Keyra baru saja memasuki dapur.
“Senior di kampus” balas Keyra dengan raut wajah tak berminat.
“Ada urusan apa?” tanya Bara sambil mengelap tangannya.
“Cuma mau lihat-lihat tempat kerja gak lebih” ucap Keyra berbohong.
“Sedekat itu?” tanya Bara dengan raut wajah heran.
“Udah jangan bahas itu lagi, kerjaan masih banyakkan?” tanya Keyra sambil meletakkan tas punggungnya.
“Hm, tuh ada pelanggan. Ambil pesanannya dan kasih ke koki” kata Bara dengan tenang dan berjalan menjauh dari tempatnya berdiri tadi.
Mendengar perkataan Bara barusan dengan langkah tenang Keyra berjalan ke arah meja pelanggan tadi. Dengan ramah Keyra mengambil pesanan mereka dan berjala
Saat ini mereka sudah dalam perjalanan menuju ke asrama. Di perjalanan tak ada percakapan di antara mereka. Karena rasa lelah Keyra mulai merasa kantuk menghampirinya. Untung saja Bara mengantarnya dengan mobil bukan motor, sehingga saat ini dia bisa beristirahat sebentar di dalam mobil.Keyra mulai memejamkan matanya, dalam kondisi sunyi itu Bara menatap ke arah Keyra sekilas. Saat mengetahui bahwa Keyra sedang tidur ada lengkungan manis di bibirnya. Bara kembali memfokuskan dirinya ke arah depan.Tak berselang lama, akhirnya mereka sampai di depan pintu gerbang asrama. Ada satpam yang menjaga pintu dengan tenang Bara keluar dari mobil dan berjalan menuju ke arah satpam berada.“Permisi pak” ucap Bara dengan sopan dan ramah.“Iya? Ada yang bisa saya bantu?” tanya sang satpam dari balik gerbang yang masih tertutup dengan rapat.“Bisa tolong bukakan pintu gerbangnya?” tanya Bara dengan nada sopan sambil mena
Pagi harinya Keyra sudah ada di dalam kelas dengan tenang dan membaca novel. Saat dia masih sibuk dalam dunianya tiba-tiba ada sesuatu yang mengalir dari atas kepalanya. Dengan raut wajah datar Keyra menatap sang pelaku sedangkan sang pelaku menatap senang ke arah Keyra.“Yah, kotor” kata Amerta dengan senyum senang.Keyra membalas perkataan Amerta dengan tatapan tajam dan raut wajah datar. Ini untuk pertama baginya di bully oleh seseorang.“Kenapa gak terima?” kata Amerta dengan nada suara merendahkan.Keyra hanya diam sambil menikmati sesuatu yang mulai menjalar di wajahnya, entah itu kelainan atau apa yang pasti sesuatu yang mengalir dari kepalannya itu bisa meredakan amarahnya sedikit. Sesuatu yang Amerta tuangkan tadi berwarna sangat hitam dan berbau cukup aneh.Keyra mulai bangkit dari duduknya dan berjalan keluar dari kelas tanpa memedulikan yang lainnya. Bahkan dia tak peduli dengan tatapan tajam dari Amerta serta ma
Keyra keluar dari kamar mandi dengan kaos putih polos yang melekat di tubuhnya serta rambut yang masih meneteskan air.“Nih pakek” kata Satria sambil menyerahkan jaket miliknya ke arah Keyra.Tanpa suara Keyra mengambil jaket milik Satria dan mengenakannya.“Lu di bully?” tanya Satria dengan raut wajah datar dan sorot mata tajam. Tadi saat dia sedang membeli shampo dan pakaian ganti untuk Keyra tanpa sengaja dia mendengar pembicaraan beberapa Mahasiswi. Mereka membicarakan tentang pembullyan Keyra dan itulah alasan kenapa tadi raut wajah Satria menjadi datar dan tak bersahabat.“Kurang lebih kayak gitu” balas Keyra dengan tenang sambil menatap ke arah Satria.“Sama Amerta?” tanya Satria lagi dengan raut wajah semakin menampakkan guratan tak suka.“Gak tau gue, yang pasti dia cewek” ucap Keyra dengan raut wajah tak peduli.“Gue laper” kata Keyra sambil menata
Jam pertama sudah selesai dan di sinilah Keyra sekarang. Di bawah pohon rindang dengan makanan kesukaannya. Saat sedang menikmati makanan kesukaannya tiba-tiba ada yang tumpah di tempat makanannya.“Ups, sorry gue sengaja” kata Amerta dengan raut wajah di buat-buat bersalah.“Hahaha, kasihan gak bisa makan. Makannya jangan misqueen” kata Amerta dengan senyum meremehkan.Keyra yang mendengar perkataan Amerta barusan sedikit merasa jengah dengan sikap Amerta. Menurutnya dia sangat ke kanak-kanak ‘kan. Keyra bangkit dari duduknya dengan raut wajah datar dan sorot mata malas.“Gue emang miskin harta tapi gue gak miskin otak kayak elu” kata Keyra dengan senyum remehnya. Amerta yang mendapatkan respons seperti itu dari Keyra menatap tak suka dan garang tapi itu hanya di anggap angin lalu oleh Keyra.Setelah mengatakan itu dengan gerakan tenang Keyra berjalan ke arah tong sampah di dekatnya. Amerta masih ber
Keyra terus berjalan hingga ada seseorang menarik tangannya tanpa izin.“Woy! Apaan sih lu” kata Keyra dengan nada suara tak suka.Mendengar suara Keyra bukannya berhenti malah membuat langkah sang pelaku bertambah cepat.Arka membawa Keyra ke kantin, di sana sudah ada teman-temannya yang sedang berbincang ringan dan ada selingan tawa.Arka berjalan ke arah bangku tadi dengan raut wajah datar. Sedangkan parang pengunjung kantin menatap ke arah mereka dengan raut wajah heran, tak percaya, dan iri.“Pesen gih” kata Arka sambil melepaskan tangga Keyra saat sudah sampai di bangku yang teman-temannya pakai.“Apaan sih lu, resek amat jadi manusia” kata Keyra dengan kesal.“Lu gue baik ‘in malah ngajak ribut” ucap Arka dengan raut wajah menahan kesal.“Gue agak curiga kalau lu baik sama gue, ada maksud ‘kan lu? Jawab gak?!” kata Keyra dengan nada suara penuh
Malam harinya di kamar Arka, terlihat sosok Arka yang sedang termenung di depan jendela kamarnya. Otaknya sekarang di buat bingung dengan hatinya. Lamunannya pudar saat dia mendengar suara ketukan pintu serta suara seseorang yang sedang memanggil namanya.Tok... tok... tok...“Bang Arka!” panggil Sinta di depan pintu Arka yang masih tertutup dengan rapat.“Woy! Bang buka pintunya!” kata Sinta dengan nada suara tak santai.“Ck, Iya sabar!” balas Arka dengan nada suara kesal.Ceklek, suara pintu kamar yang di buka oleh sang pemilik.“Ngapain lu? Ada acara pintu di kunci pula. Jangan-jangan lagi berbuat yang aneh-aneh atau lagi galau ya?” kata Sinta dengan raut wajah jenaka dan tatapan mata yang curiga.“Apaan dah lu, sok tau lu jadi adek” ucap Arka dengan raut wajah tak suka.“Wah! Bener ‘kan lu lagi nyembunyiin sesuatu?” kata Sinta dengan nada suara se
Sesampainya di depan kamar abangnya dengan raut wajah malas Sinta menatap ke arah pintu yang sedang tertutup rapat.“Abang?” panggil Sinta sambil membuka pintu kamar Arka dan untung saja pintunya tak di kunci.Saat Sinta memasuki kamar abangnya, dengan tanda tanya besar dia menatap ke arah abangnya yang sedang duduk di meja belajarnya. Dia heran karena raut wajah abangnya yang datar sambil melihat ponselnya.‘Bener ada yang gak beres ini mah’ batin Sinta sambil berjalan ke arah abangnya berada. Tanpa suara Sinta berjalan ke arah abangnya dan berniat untuk mengintip apa yang abangnya lihat saat ini. Saat dia sudah berada di belakangnya abangnya dahinya di buat mengerut saat melihat foto perempuan sedang memasang wajah malasnya. Dengan nafas berat Sinta menatap ke arah arah abangnya.“Abang?” panggil Sinta lagi sambil memegang pundak abangnya.“Apa?” balas Arka dengan raut wajah sedikit terkejut karena
Saat ini Keyra sedang duduk termenung di bangku Cafe. Dia sedang memikirkan tentang masa depannya dan memikirkan tentang Bu Asri dan Dimas yang ada di Solo. Dia merindukan kekonyolan abangnya itu dan kehebohan ibunya. Dia juga merindukan omelan sang ibu kepada Dimas.‘Abang Keyra kangen lihat abang di omeli sama Ibu’ batin Keyra dengan raut wajah sedih.Saat dia sedang fokus dalam pikirannya tiba-tib ada seseorang yang menyenggol bahunya dengan keras. Keyra yang belum siap pun hampir saja terjatuh dari tempat duduknya. Dengan tatapan malas Keyra menatap ke arah sang pelaku.“Sorry gak sengaja” ujar Natasya dengan raut wajah tak peduli.“Ck” decak kesal Keyra dan dengan raut wajah malas dia berdiri dan berjalan meninggalkan Natasya sendiri.Keyra berjalan ke arah dapur Cafe, Natasya yang mendapat respons dari Keyra seperti itu menatap tak suka ke arah Keyra.“Cih!” decih Natasya sambil menatap t
Beberapa hari setelah hari di mana Keyra pergi ke makan Arka. Belakangan hari ini kondisinya mulai membaik walau perlahan. Tapi itu semua sudah membuat keluarganya bahagia, Bima juga sering menjenguk Keyra walau di sela-sela kesibukannya dengan perusahaan. Saat ini Keyra sedang sendirian di dalam ruang inapnya. Tadi ada Satria bersama Rangga tapi mereka izin pulang saat Satria menerima telepon. Dengan senyum manis Keyra menyuruh mereka pulang. Mereka punya kesibukan masing-masing dan Keyra tak bisa menahan mereka di sini, Keyra tahu itu. Keyra berbaring di atas berangka dengan mata yang mencoba memejamkan matanya. Di saat dia ingin berselancar ke alak mimpinya saat itu pula suara pintu terbuka membuatnya kembali ke dunia nyata. “Lu tidur kak?” tanya orang itu sambil menatap ke sosok Keyra yang menutup matanya. “Enggak gue cuma tutup mata” ucap Keyra berbohong dan dengan pelan dia membuka matanya. “Gue kira kehadiran gue nganggu elu kak” ucapny
Ami hanya diam membisu, bingung ingin membalas seperti apa. Dia merasa kasihan kepada sosok Keyra di depannya.“Mi gue mau ke Arka” ucap Keyra dengan raut wajah tak berdaya.“Gue-“ ucap Ami terpotong oleh suara pintu terbuka.“Mau ke Arka? Mau gue anter?” tanya seseorang yang berada di abang pintu.“Boleh?” tanya Keyra dengan senyum bahagia.“Hm” balasnya dengan senyum kecil. Hatinya terasa teriris melihat kondisi Keyra saat ini.“Tapi Kak” ucap Ami dengan raut wajah tak terima.“Keyra jadi tanggung jawab gue. Kalian pernah mikir gak? Kalau sikap kalian kayak gini bukannya buat Keyra sembuh malah buat Keyra tambah sakit. Lu gak lihat kondisi Keyra yang semakin buruk dari waktu ke waktu?” kata Dika dengan raut wajah datar.“Oke, tapi gue ikut” ujar Ami dengan raut wajah datar.“Hm” balas Dika dan berjalan ke arah Ke
Sudah hampir dua minggu Keyra di rawat dan sudah beberapa kali dia menanyakan keadaan Arka dan kondisinya. Kebanyakan orang langsung bungkam dan memasang raut wajah yang cukup mencurigakan.Dia mencoba menepis semua prasangka-prasangka buruk yang mungkin terjadi kepada Arka. Keyra selalu menanamkan kalimat ‘Dia pasti baik dan sedang dalam masa pemulihan’ dalam benaknya saat mengingat sosok Arka.Saat ini Keyra sedang sendirian, dia berniat jalan-jalan di sekitar rumah sakit. Tapi langkahnya terhenti saat dia mendengar suara seseorang yang dia kenal.“Gimana sekarang?”“Kita jujur aja, kasihan gue lihatnya”“Tapi gimana kalau kondisi Keyra memburuk setelah denger keadaan Arka sekarang?”“Itu udah konsekuensinya, kalau kita nutupin ini lebih lama. Gue gak yakin kalau Keyra bakal sehat-sehat aja. Lu lihat sendiri ‘kan? Gimana dia tiap harinya? Setiap hari dia ngelamun mikirin Arka&rdqu
Sudah 4 hari setelah hari pemakaman Arka dan kondisi Keyra semakin hari semakin baik. Bahkan ada saatnya Keyra merespons jika ada seseorang mengajaknya berbicara terutama Mama dan abangnya.Hari ini cuaca cukup mendung, membuat seorang yang tidur di sofa semakin nyaman melanjutkan tidurnya. Bima masih terlelap di atas sofa dengan nyamannya.Di atas berangka ada sosok yang cantik sedang terlelap dengan tenang. Mata yang tadinya tertutup mulai terbuka dan berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya.Beberapa kali Keyra mengerjapkan matanya dan penciuman pertamanya menangkap bau obat-obatan.Dengan perlahan Keyra menatap ke sekelilingnya dan mendapati sosok Bima yang sedang tertidur di atas sofa. Beberapa saat dia menatap sosok Bima hingga tangannya memegang tenggorokan karena merasa kering.Dengan perlahan Keyra mengambil gelas di sampingnya dan menghabiskannya tanpa sisa.Setelah minum Keyra menerawang kejadian yang menimpanya b
“Arka!!” teriak sang istri menyebut nama anak pertamanya, anak laki-lakinya dan penerus perusahaannya.Di tempat yang tak jauh dari mereka terlihat keluarga Keyra yang berdiri mematung dan menatap ke arah berangka tadi dengan sorot mata kosong. Pikiran mereka tiba-tiba ngeblang seperti tanah yang tandus.“Mas” panggil Mama Keyra sambil menatap ke arah jasad Arka dengan tubuh sedikit bergetar.“Tenang sayang” ucap sang suami sambil membawa sosok istrinya ke dalam dekapannya.“Dia meninggal Mas” ucap sang istri dengan nada suara bergetar.Sang suami hanya diam sambil mengusap lembut sosok istrinya yang rapuh.“Bima, kamu jaga adikmu di dalam” ucap Papanya dengan nada suara tak terbantah.“Baik Pah” balas Bima dan mulai berjalan ke dalam ruang inap adiknya.Saat dia berada di pintu dapat dia lihat sosok rapuh adiknya berada di atas berangka. Dengan perla
Di kantin rumah sakit.“Pah, perasaan Mama gak enak” ucap Mama Arka dengan raut wajah khawatir.“Kenapa Mah?” tanya sang suami dengan raut wajah cemas saat melihat sang istri memegang dadanya dengan raut wajah khawatir.“Mama keinget Arka Pah” ucap sang istri sambil menatap ke arah suaminya dengan raut wajah khawatir dan tanpa sadar air matanya mulai menetes.“Loh? Kok nangis?” tanya sang suami dengan raut wajah cemas.“Mama mau ke Arka Pah” ucap Mama Arka dan mulai bangkit dari duduknya berlari keluar dari kantin.“Mama” panggil Papa Arka sambil menatap sosok istrinya dan tak lama dia mulai bangkit mengejar langkah kaki sang istri.“Ayo Mah” ucap Papa Keyra sambil memegang tangan istrinya. Dengan perlahan dia menuntun tubuh ringkih sang istri. Semenjak kecelakaan Mama Keyra kondisinya semakin menurun jika ingat kondisi putrinya saat ini.Mama A
Arka dan Keyra masih dalam pengawasan para dokter, untuk saat ini kondisi mereka sudah cukup membaik. Walau kadang kondisi Arka tiba-tiba memburuk. Arka dan Keyra di tempatkan dalam satu ruangan atas permintaan dua keluarga.Amerta di nyatakan meninggal saat baru sampai di rumah sakit. Luka yang di alami Amerta sangat parah membuat kondisi tubuhnya semakin memburuk saat dalam perjalanan ke rumah sakit.Mereka membuat perhitungan dengan menghancurkan perusahaan Papa Amerta. Papa Amerta hanya bisa diam, karena ada dua perusahaan besar yang menginginkan kehancurannya. Dia cukup menyesal mengiyakan permintaan Amerta waktu itu. Ingin rasanya dia memutar waktu untuk menyelamatkan putri dan perusahaannya.Sudah terhitung 3 hari semenjak kecelakaan itu tapi belum ada tanda-tanda mereka akan sadar.“Lu berdua reuni di sana atau gimana? Betah amat tidurnya” kata Satria sambil menatap dua sosok yang terbaring lemah di atas berangka.Satria menatap
Mobil yang membawa sosok Keyra dan Arka sudah sampai di rumah sakit.“Suster di sini ada korban kecelakaan!” teriak sang pemilik mobil dengan urat leher terlihat jelas.Mendengar teriakan itu beberapa suster mulai berlari ke arah mereka dengan berangka.Sosok Keyra di bawa dan di taruh di atas berangka dan mulai di giring ke unit gawat darurat. Di belakang berangka Keyra ada berangka Arka.Keyra dan Arka langsung di tangani, luka mereka sudah di bersihkan dan beberapa alat sudah di pasang di tubuh mereka. Antara Arka dan Keyra yang paling banyak luka adalah tubuh Arka. Mungkin karena Arka melindungi sosok keyra dalam dekapannya.Keluarga pasien sudah di beri kabar dan dalam perjalanan. Keyra dan Arka masih di ruang UGD keadaan mereka masih dalam pantauan dokter.Saat dokter yang menangani mereka keluar dari ruangan, sang dokter sudah di sambut beberapa pertanyaan dari keluarga Arka.“Bagaimana kondisi putra saya dok?
Sebagian pengunjung yang melihat kecelakaan beruntuh tadi cukup syok dan menatap ke kecelakaan tadi dengan tubuh menegang.Tubuh Arka dan Keyra sudah di penuhi darah. Dalam kesadaran yang masih ada Arka menatap wajah Keyra dan berkata..“Sehat-sehat Key, aku cinta kamu” ucap Arka dengan lirih dan senyum tipis, sangat tipis.“Sakit Ar” ucap Keyra dengan air mata yang mulai keluar.“Sayangnya Arka yang kuat” ucap Arka dengan suara yang semakin lirih dan tak lama kesadarannya mulai terenggut dan pelukannya semakin mengendur.“Cepat panggil polisi dan ambulans, mereka butuh pertolongan segera!” ujar salah satu pengunjung taman sambil berlari mendekati sosok Arka dan Keyra.“Di sini juga ada beberapa!” ucap yang lainnya dan mendekati pengujung yang lainnya.“Masukkan ke mobil saya, tidak keburu kalau menunggu ambulans!” ucap yang lainnya sambil berlari ke sebuah mobil