Malam harinya di kamar Arka, terlihat sosok Arka yang sedang termenung di depan jendela kamarnya. Otaknya sekarang di buat bingung dengan hatinya. Lamunannya pudar saat dia mendengar suara ketukan pintu serta suara seseorang yang sedang memanggil namanya.
Tok... tok... tok...
“Bang Arka!” panggil Sinta di depan pintu Arka yang masih tertutup dengan rapat.
“Woy! Bang buka pintunya!” kata Sinta dengan nada suara tak santai.
“Ck, Iya sabar!” balas Arka dengan nada suara kesal.
Ceklek, suara pintu kamar yang di buka oleh sang pemilik.
“Ngapain lu? Ada acara pintu di kunci pula. Jangan-jangan lagi berbuat yang aneh-aneh atau lagi galau ya?” kata Sinta dengan raut wajah jenaka dan tatapan mata yang curiga.
“Apaan dah lu, sok tau lu jadi adek” ucap Arka dengan raut wajah tak suka.
“Wah! Bener ‘kan lu lagi nyembunyiin sesuatu?” kata Sinta dengan nada suara se
Sesampainya di depan kamar abangnya dengan raut wajah malas Sinta menatap ke arah pintu yang sedang tertutup rapat.“Abang?” panggil Sinta sambil membuka pintu kamar Arka dan untung saja pintunya tak di kunci.Saat Sinta memasuki kamar abangnya, dengan tanda tanya besar dia menatap ke arah abangnya yang sedang duduk di meja belajarnya. Dia heran karena raut wajah abangnya yang datar sambil melihat ponselnya.‘Bener ada yang gak beres ini mah’ batin Sinta sambil berjalan ke arah abangnya berada. Tanpa suara Sinta berjalan ke arah abangnya dan berniat untuk mengintip apa yang abangnya lihat saat ini. Saat dia sudah berada di belakangnya abangnya dahinya di buat mengerut saat melihat foto perempuan sedang memasang wajah malasnya. Dengan nafas berat Sinta menatap ke arah arah abangnya.“Abang?” panggil Sinta lagi sambil memegang pundak abangnya.“Apa?” balas Arka dengan raut wajah sedikit terkejut karena
Saat ini Keyra sedang duduk termenung di bangku Cafe. Dia sedang memikirkan tentang masa depannya dan memikirkan tentang Bu Asri dan Dimas yang ada di Solo. Dia merindukan kekonyolan abangnya itu dan kehebohan ibunya. Dia juga merindukan omelan sang ibu kepada Dimas.‘Abang Keyra kangen lihat abang di omeli sama Ibu’ batin Keyra dengan raut wajah sedih.Saat dia sedang fokus dalam pikirannya tiba-tib ada seseorang yang menyenggol bahunya dengan keras. Keyra yang belum siap pun hampir saja terjatuh dari tempat duduknya. Dengan tatapan malas Keyra menatap ke arah sang pelaku.“Sorry gak sengaja” ujar Natasya dengan raut wajah tak peduli.“Ck” decak kesal Keyra dan dengan raut wajah malas dia berdiri dan berjalan meninggalkan Natasya sendiri.Keyra berjalan ke arah dapur Cafe, Natasya yang mendapat respons dari Keyra seperti itu menatap tak suka ke arah Keyra.“Cih!” decih Natasya sambil menatap t
Malam semakin larut dan Cafe baru saja tutup, saat ini di depan pintu Cafe sudah ada Viki, Bara, Natasya dan Keyra..”Pulang sama siapa lu?” tanya Bara dengan raut wajah datar tapi sorot mata yang menunjukkan kelembutan.“Sendiri” balas Keyra seadanya.“Gue anter pakek motor” kata Bara dengan raut wajah datar dan tak menerima penolakan. Belum juga Keyra menjawab sudah ada suara lain yang menjawab ajakan Bara tadi.“Terus Natasya sama siapa bang?” ucap Natasya sambil menatap protes ke arah Bara.“Masih punya kaki ‘kan lu? Guna ‘in kaki lu biar berguna sedikit” kata Bara dengan raut wajah tak peduli.“Tapi ‘kan bang..” sebelum Natasya melanjutkan perkataannya Bara sudah menarik tangan Keyra menuju ke arah motornya berada. Keyra yang belum mencerna kejadian tadi secara menyeluruh hanya menurut dengan patuh.“Abang!” panggil Natasya denga
Esok harinya Keyra sedang sibuk dengan tugas-tugasnya. Saat ini dia sedang mengerjakan tugas yang di berikan oleh sang Dosen. Sudah hampir dua jam dia mengerjakannya dan akhirnya usahanya tak sia-sia, sebentar lagi tugas selesai dan siap untuk di kumpulkan.Keyra terlalu fokus ke dalam tugas hingga tak menghiraukan suara bising dari penghuni kantin. Ya, dia sekarang ada di salah satu bangku kantin.Keyra terus mengetik di laptop milik Ami, untung saja dia memiliki teman seperti Ami. Entah apa yang terjadi padanya jika tak memiliki teman seperti Ami.Keyra terlalu fokus ke satu titik hingga tak menyadari ada bahaya di dekatnya. Tanpa Keyra sadari ada sosok Amerta yang sudah berdiri di belakangnya dengan minuman dingin di tangan kanannya. Dengan senyum sinis Amerta menatap ke arah laptop yang di pakai oleh Keyra.Tanpa aba-aba Amerta menuangkan minuman dingin tadi ke arah laptop Ami. Laptop yang tadinya hidup dengan cahaya yang menyinari layar tiba-tiba men
Tidak jauh dari tempat Keyra berdiri terlihat ada segerombolan mahasiswa yang menyaksikan kejadian tadi. Mereka memasang raut wajah yang berbeda, ada yang kasihan, marah dan geram. Salah satu di antara mereka melangkahkan kakinya menuju ke arah Keyra dan di susul oleh dua orang di belakangnya.“Gue bilang ngomong jangan jadi bisu lu sialan!” kata Amerta sambil menjambak rambut Keyra dengan kasar membuat yang empuh mendongak ke atas.“Lepas ‘in tangan kotor lu” ucap Satria dengan nada suara dingin dan sorot mata tajam.“Gak usah ikut campur lu” kata Amerta sambil menatap tak suka ke arah Satria dan menambah kuat menjambak rambut Keyra. Keyra yang merasakan perih di rambutnya mulai meringis menahan sakit.Satria yang melihat raut wajah kesakitan di wajah Keyra mulai mengambil tindakan. Dengan garang dia menatap ke arah Amerta sambil mencengkeram tangan Amerta yang menjambak rambut Keyra dengan kasar.“G
Di tempat lain. “Lu tuh begonya kebangetan” kata Satria sambil menatap ke arah Keyra dengan raut wajah menahan kesal. “Kenapa lu diem aja waktu di bully? Bales, kalau perlu bawa dia ke rumah sakit buat nginep” ujar Satria dengan raut wajah kesal dan menatap ke arah Keyra. Keyra yang mendengar ocehan dari Satria hanya diam tanpa ada niatan untuk membalas. Dia sedang fokus memperhatikan seseorang yang sedang mengobati kakinya yang sedang terluka. Keyra merasa bingung karena mempertanyakan siapa lelaki yang sedang mengobati lukanya saat ini. ‘Nih orang siapa? Kayak gak asing’ batin Keyra sambil memperhatikan wajah orang yang sedang di bawahnya. “Denger gak lu?” kata Satria dengan nada suara kesal karena tahu jika dirinya di abaikan oleh Keyra. “Hm” balas Keyra dengan malas dengan tatapan yang masih tertuju ke arah Bima. Satria yang melihat itu mulai jengah dan menatap kesal ke arah Keyra dan menatap sinis ke arah Bima. Dengan mala
Di salah satu ruangan ada seorang Mahasiswi yang tertunduk dengan lesu.“Ini surat peringatan pertama untukmu jika kamu ulangi lagi maka beasiswa yang kamu dapat akan di cabut” kata seseorang di depannya dengan raut wajah serius.“Baik pak” kata Keyra dengan lesu.“Sekarang kamu bisa keluar” kata sang dosen dengan raut wajah datar.“Baik pak, sekali lagi saya meminta maaf. Permisi” kata Keyra dengan nada suara lesu dan keluar dari ruangan tadi dengan raut wajah pasrah.“Gimana?” tanya Satria dengan raut wajah khawatir dan penasaran.“Dapet SP” balas Keyra dengan senyum getir.“Yang sabar” kata Satria sambil menepuk punggung Keyra menguatkan.Keyra yang mendengar perkataan Satria tadi hanya menganggukkan kepala lesu dan pasrah. Setelah itu mereka mulai berjalan menjauh dari sana dengan langkah pelan.Di lain tempat.“Mam
Bima melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Walau dia sedang bahagia dan buru-buru tapi dia tak lupa dengan keselamatan dirinya sendiri. Dia tak mau menambah beban orang tuannya, adik kecil yang belum di temukan dan dia yang masuk rumah sakit? Itu konyol baginya.“Natalia kamu sekarang seperti apa? Abang kangen sama kamu” gumang Bima sambil menatap ke arah jalan yang masih ramai akan kendaraan yang lainnya.Di lain tempat.Saat ini Keyra sedang membersihkan meja yang baru saja selesai di pakai oleh pelanggan. Dengan semangat yang sedikit menurun Keyra membersihkan meja.Bara dan Viki yang melihat perbedaan di Keyra menatap satu dengan yang lain dengan raut wajah heran.“Dia kenapa?” tanya Viki dengan raut wajah heran.“Coba lu tanya” kata Bara dengan raut wajah tanpa ekspresi.“Enggak mau, kalau gue yang tanya bukannya di jawab malah dapet semburan akhirat. Lu aja sono" balas Viki d
Beberapa hari setelah hari di mana Keyra pergi ke makan Arka. Belakangan hari ini kondisinya mulai membaik walau perlahan. Tapi itu semua sudah membuat keluarganya bahagia, Bima juga sering menjenguk Keyra walau di sela-sela kesibukannya dengan perusahaan. Saat ini Keyra sedang sendirian di dalam ruang inapnya. Tadi ada Satria bersama Rangga tapi mereka izin pulang saat Satria menerima telepon. Dengan senyum manis Keyra menyuruh mereka pulang. Mereka punya kesibukan masing-masing dan Keyra tak bisa menahan mereka di sini, Keyra tahu itu. Keyra berbaring di atas berangka dengan mata yang mencoba memejamkan matanya. Di saat dia ingin berselancar ke alak mimpinya saat itu pula suara pintu terbuka membuatnya kembali ke dunia nyata. “Lu tidur kak?” tanya orang itu sambil menatap ke sosok Keyra yang menutup matanya. “Enggak gue cuma tutup mata” ucap Keyra berbohong dan dengan pelan dia membuka matanya. “Gue kira kehadiran gue nganggu elu kak” ucapny
Ami hanya diam membisu, bingung ingin membalas seperti apa. Dia merasa kasihan kepada sosok Keyra di depannya.“Mi gue mau ke Arka” ucap Keyra dengan raut wajah tak berdaya.“Gue-“ ucap Ami terpotong oleh suara pintu terbuka.“Mau ke Arka? Mau gue anter?” tanya seseorang yang berada di abang pintu.“Boleh?” tanya Keyra dengan senyum bahagia.“Hm” balasnya dengan senyum kecil. Hatinya terasa teriris melihat kondisi Keyra saat ini.“Tapi Kak” ucap Ami dengan raut wajah tak terima.“Keyra jadi tanggung jawab gue. Kalian pernah mikir gak? Kalau sikap kalian kayak gini bukannya buat Keyra sembuh malah buat Keyra tambah sakit. Lu gak lihat kondisi Keyra yang semakin buruk dari waktu ke waktu?” kata Dika dengan raut wajah datar.“Oke, tapi gue ikut” ujar Ami dengan raut wajah datar.“Hm” balas Dika dan berjalan ke arah Ke
Sudah hampir dua minggu Keyra di rawat dan sudah beberapa kali dia menanyakan keadaan Arka dan kondisinya. Kebanyakan orang langsung bungkam dan memasang raut wajah yang cukup mencurigakan.Dia mencoba menepis semua prasangka-prasangka buruk yang mungkin terjadi kepada Arka. Keyra selalu menanamkan kalimat ‘Dia pasti baik dan sedang dalam masa pemulihan’ dalam benaknya saat mengingat sosok Arka.Saat ini Keyra sedang sendirian, dia berniat jalan-jalan di sekitar rumah sakit. Tapi langkahnya terhenti saat dia mendengar suara seseorang yang dia kenal.“Gimana sekarang?”“Kita jujur aja, kasihan gue lihatnya”“Tapi gimana kalau kondisi Keyra memburuk setelah denger keadaan Arka sekarang?”“Itu udah konsekuensinya, kalau kita nutupin ini lebih lama. Gue gak yakin kalau Keyra bakal sehat-sehat aja. Lu lihat sendiri ‘kan? Gimana dia tiap harinya? Setiap hari dia ngelamun mikirin Arka&rdqu
Sudah 4 hari setelah hari pemakaman Arka dan kondisi Keyra semakin hari semakin baik. Bahkan ada saatnya Keyra merespons jika ada seseorang mengajaknya berbicara terutama Mama dan abangnya.Hari ini cuaca cukup mendung, membuat seorang yang tidur di sofa semakin nyaman melanjutkan tidurnya. Bima masih terlelap di atas sofa dengan nyamannya.Di atas berangka ada sosok yang cantik sedang terlelap dengan tenang. Mata yang tadinya tertutup mulai terbuka dan berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya.Beberapa kali Keyra mengerjapkan matanya dan penciuman pertamanya menangkap bau obat-obatan.Dengan perlahan Keyra menatap ke sekelilingnya dan mendapati sosok Bima yang sedang tertidur di atas sofa. Beberapa saat dia menatap sosok Bima hingga tangannya memegang tenggorokan karena merasa kering.Dengan perlahan Keyra mengambil gelas di sampingnya dan menghabiskannya tanpa sisa.Setelah minum Keyra menerawang kejadian yang menimpanya b
“Arka!!” teriak sang istri menyebut nama anak pertamanya, anak laki-lakinya dan penerus perusahaannya.Di tempat yang tak jauh dari mereka terlihat keluarga Keyra yang berdiri mematung dan menatap ke arah berangka tadi dengan sorot mata kosong. Pikiran mereka tiba-tiba ngeblang seperti tanah yang tandus.“Mas” panggil Mama Keyra sambil menatap ke arah jasad Arka dengan tubuh sedikit bergetar.“Tenang sayang” ucap sang suami sambil membawa sosok istrinya ke dalam dekapannya.“Dia meninggal Mas” ucap sang istri dengan nada suara bergetar.Sang suami hanya diam sambil mengusap lembut sosok istrinya yang rapuh.“Bima, kamu jaga adikmu di dalam” ucap Papanya dengan nada suara tak terbantah.“Baik Pah” balas Bima dan mulai berjalan ke dalam ruang inap adiknya.Saat dia berada di pintu dapat dia lihat sosok rapuh adiknya berada di atas berangka. Dengan perla
Di kantin rumah sakit.“Pah, perasaan Mama gak enak” ucap Mama Arka dengan raut wajah khawatir.“Kenapa Mah?” tanya sang suami dengan raut wajah cemas saat melihat sang istri memegang dadanya dengan raut wajah khawatir.“Mama keinget Arka Pah” ucap sang istri sambil menatap ke arah suaminya dengan raut wajah khawatir dan tanpa sadar air matanya mulai menetes.“Loh? Kok nangis?” tanya sang suami dengan raut wajah cemas.“Mama mau ke Arka Pah” ucap Mama Arka dan mulai bangkit dari duduknya berlari keluar dari kantin.“Mama” panggil Papa Arka sambil menatap sosok istrinya dan tak lama dia mulai bangkit mengejar langkah kaki sang istri.“Ayo Mah” ucap Papa Keyra sambil memegang tangan istrinya. Dengan perlahan dia menuntun tubuh ringkih sang istri. Semenjak kecelakaan Mama Keyra kondisinya semakin menurun jika ingat kondisi putrinya saat ini.Mama A
Arka dan Keyra masih dalam pengawasan para dokter, untuk saat ini kondisi mereka sudah cukup membaik. Walau kadang kondisi Arka tiba-tiba memburuk. Arka dan Keyra di tempatkan dalam satu ruangan atas permintaan dua keluarga.Amerta di nyatakan meninggal saat baru sampai di rumah sakit. Luka yang di alami Amerta sangat parah membuat kondisi tubuhnya semakin memburuk saat dalam perjalanan ke rumah sakit.Mereka membuat perhitungan dengan menghancurkan perusahaan Papa Amerta. Papa Amerta hanya bisa diam, karena ada dua perusahaan besar yang menginginkan kehancurannya. Dia cukup menyesal mengiyakan permintaan Amerta waktu itu. Ingin rasanya dia memutar waktu untuk menyelamatkan putri dan perusahaannya.Sudah terhitung 3 hari semenjak kecelakaan itu tapi belum ada tanda-tanda mereka akan sadar.“Lu berdua reuni di sana atau gimana? Betah amat tidurnya” kata Satria sambil menatap dua sosok yang terbaring lemah di atas berangka.Satria menatap
Mobil yang membawa sosok Keyra dan Arka sudah sampai di rumah sakit.“Suster di sini ada korban kecelakaan!” teriak sang pemilik mobil dengan urat leher terlihat jelas.Mendengar teriakan itu beberapa suster mulai berlari ke arah mereka dengan berangka.Sosok Keyra di bawa dan di taruh di atas berangka dan mulai di giring ke unit gawat darurat. Di belakang berangka Keyra ada berangka Arka.Keyra dan Arka langsung di tangani, luka mereka sudah di bersihkan dan beberapa alat sudah di pasang di tubuh mereka. Antara Arka dan Keyra yang paling banyak luka adalah tubuh Arka. Mungkin karena Arka melindungi sosok keyra dalam dekapannya.Keluarga pasien sudah di beri kabar dan dalam perjalanan. Keyra dan Arka masih di ruang UGD keadaan mereka masih dalam pantauan dokter.Saat dokter yang menangani mereka keluar dari ruangan, sang dokter sudah di sambut beberapa pertanyaan dari keluarga Arka.“Bagaimana kondisi putra saya dok?
Sebagian pengunjung yang melihat kecelakaan beruntuh tadi cukup syok dan menatap ke kecelakaan tadi dengan tubuh menegang.Tubuh Arka dan Keyra sudah di penuhi darah. Dalam kesadaran yang masih ada Arka menatap wajah Keyra dan berkata..“Sehat-sehat Key, aku cinta kamu” ucap Arka dengan lirih dan senyum tipis, sangat tipis.“Sakit Ar” ucap Keyra dengan air mata yang mulai keluar.“Sayangnya Arka yang kuat” ucap Arka dengan suara yang semakin lirih dan tak lama kesadarannya mulai terenggut dan pelukannya semakin mengendur.“Cepat panggil polisi dan ambulans, mereka butuh pertolongan segera!” ujar salah satu pengunjung taman sambil berlari mendekati sosok Arka dan Keyra.“Di sini juga ada beberapa!” ucap yang lainnya dan mendekati pengujung yang lainnya.“Masukkan ke mobil saya, tidak keburu kalau menunggu ambulans!” ucap yang lainnya sambil berlari ke sebuah mobil