“Mampus” ucap Rendy sambil menyekat darah yang keluar dari sudut bibirnya. Dia sudah lama tak melihat pemandangan ini. Jujur saja Rendy sangat senang saat kedua temannya dalam mode iblis, menurutnya mereka sangat keren jika sadis.
Dengan gerakan tenang Rangga berjalan ke arah orang tadi dan Arka yang secara brutal memukul lawannya, dia tak mengizinkan lawannya mendapatkan kesempatan untuk melawan. Arka memukul seperti orang kesetanan, lawanya di babat habis olehnya. Bukan hanya satu atau dua orang tapi sudah lima orang yang tumbang atas pukulannya. Masih ada 10 orang lagi yang siap untuk Arka dan teman-temannya lawan.
Sedangkan Rangga sudah di depan sang lawan dengan senyum manis tapi sangat berbahaya. Sang lawan menatap takut ke arah Rangga dan mulai berjalan mundur hingga membuatnya jatuh karena terhalang oleh batu.
“Kenapa hm?” tanya Rangga dengan suara serak, menambah kesan menakutkan di mata lawan. Sang lawan hanya bisa diam membisu
Hari semakin sore dan Arka masih di markas. Bahkan dia masih dengan posisi tidurnya tadi seperti tak ada niatan untuk bangun dan lupa akan hari pentingnya ini.“Ric banguni gih si bos” ucap Rendy sambil menyenggol tubuh Rico.“Hm” balas Rico dengan malas dan mulai berjalan ke arah tempat Arka tidur.“Bangun” ucap Rico dengan santai sambil menendang kaki Arka pelan. Tapi tak ada tanda-tanda dari Arka akan bangun dari mimpinya.“Buset, kagak ada halus-halusnya lu Ric” ucap Rendy dengan raut wajah tak percaya.“Terus gue harus gimana? Elus pipinya?” kata Rico sambil menatap ke arah Rendy dengan raut wajah malas.“Ya gak gitu juga” ucap Rendy dengan raut wajah bingung dan menggaruk kepalanya yang tak gatal.“Bangun lu, sebelum Mama lu dateng” ucap Rangga dengan malas sambil melempari Arka dengan kulit kacang.“Ckckck, gak ada kalem-kalemnya&rd
Teman-teman Arka baru saja selesai bersiap dan sudah tak menemukan sosok Arka di rumah.“Sialan tuh orang” ucap Irvan dengan datar.“Buruan susul sebelum telat” ucap Rico dengan datar. Dengan sopan Rico meminta salah satu kunci mobil kepada sopir, untuk mereka kendarai ke pesta. Setelah mendapatkan mobil, mereka mulai mengendarai ke arah tempat pesta. Yang mengendarai mobil itu Rendy, dia yang meminta sendiri.Di lain sisi.Arka mengendarai mobilnya dengan kecepatan sesuai dengan pengendara lainnya. Saat ini jalan cukup macet, dengan sumpah serapan Arka memaki jalanan Jakarta yang macet di jam-jam segini. Arka terus menatap ke arah jam, sudah 10 menit dia di jalan tapi tak ada kemajuan.“Tau gini gue bawa motor” ucap Arka dengan kesal. Di tengah-tengah kekesalannya tiba-tiba ponselnya berdering menandakan panggilan masuk. Sekilas Arka menatap ke arah layar ponselnya dan terlihat nama Mamanya tertera di sana. Deng
Beberapa menit kemudian Keyra sudah selesai mengobati lebam Arka dan sibuk mengemasi semua obat-obatan ke dalam kotak. Sedangkan Arka masih diam membisu dengan mata yang menatap ke arah Keyra dengan raut wajah rumit.“Kenapa?” tanya Keyra dengan tangan yang masih sibuk mengemasi beberapa obat.“Gak apa-apa” balas Arka sambil mengalihkan pandangannya dari Keyra dengan senyum simpul.Tak berselang lama kegiatan Keyra sudah selesai. Dengan sorot mata tenang Keyra menatap ke arah Arka.“Ayo” kata Keyra sambil menatap ke arah Arka.“Hm” balas Arka sambil menggandeng tangan Keyra dan tangan yang satunya masuk ke dalam kantong celana. Keyra hanya diam dan mengikuti langkah Arka.Sesampainya mereka di depan keluarga, dengan senyum hangat mereka di sambut.“Wih! Udah gandengan aja kek truk gandeng” ucap Rendy dengan nada bercanda sambil memukul pundak Didi pelan.“Kek pas
Arka mulai berbincang dengan beberapa kolega Papanya. Dengan mata yang sesekali menatap ke arah Keyra.“Pasangannya tidak akan kabur, jika kamu mengalihkan pandanganmu darinya untuk beberapa menit” ucap salah satu rekan bisnis Papanya. Mendengar perkataan dari orang tadi Arka hanya membalasnya dengan senyum canggung dan meminum jus jeruknya. Yah di sini memang ada beberapa jenis Wine tapi Arka tak terlalu suka oleh Wine kecuali saat dia dalam keadaan buruk.“Maklum pak pasangan baru, seperti kau tak pernah merasakan saja” ucap yang lainnya menimpali.“Hahaha, kau benar Wan. Pasangan baru yang di mabuk kasmaran jaman sekarang memang sangat aneh di mata orang tua seperti kita” balas orang tadi dengan tawa berwibawa.“Kau saja yang berpandangan seperti itu” balas temannya dengan sorot mata malas.Arka hanya diam sambil menyimak pembicaraan para orang tua dan sesekali meminum jusnya.Di lain
Sepeninggallah Keyra, Natasya terus menatap gerak-gerik Keyra dari jauh. Dengan sorot mata tajam Natasya memperhatikan Keyra. Sedangkan orang yang di perhatikan sibuk bertegur sapa dengan beberapa orang, terkadang juga menikmati beberapa makanan yang di sediakan oleh pihak gedung. Saat Natasya fokus memperhatikan sosok Keyra tiba-tiba dirinya mendapatkan ide licik. Dengan liciknya Natasya berjalan ke arah Keyra berada dengan minuman di tangannya.Seseorang yang tak jauh dari tempat Keyra berada menatap ke arah Natasya dengan sorot mata waspada. Dia cukup curiga dengan gerak-gerik Natasya dan prasangkanya semakin kuat saat melihat senyum sinis di bibir Natasya. Dengan gerakan cepat dia berlari ke arah Keyra. Dengan sengaja orang tadi menabrak tubuh Natasya membuat tubuh itu limbung dan terjatuh di atas lantai dengan suara yang memekikkan telinga karena suara gelas yang pecah.‘Prank!’ Suara gelas pecah membuat para tamu menatap ke arah sumber suara dan mulai
Keyra duduk di salah satu kursi yang ada di pesta, dengan Arka di sampingnya dengan raut wajah datar.“Pegi sono lu, risi gue” ucap Keyra tanpa memedulikan perasaan Arka. Arka hanya diam menanggapi ucapan Keyra barusan. Dia masih duduk di tempatnya sambil menyamankan posisi duduknya. Keyra yang melihat itu mulai merasa jengah dan berniat ingin pergi dari sana tapi tangannya di cekat oleh Arka dengan cepat.“Mau ke mana?” tanya Arka dengan datar.“Ngambil makanan, laper gue lihat wajah lu terus” ucap Keyra dengan raut wajah malas dan sorot mata kesal.“Oh” balas Arka tanpa melepas tangan Keyra.“Lepas tangan lu ogep” ucap Keyra dengan kesal. Tapi sang pelaku hanya diam dengan tangan yang satu sibuk mengetikkan sesuatu di ponselnya.“Entar makanan dateng, duduk” ucap Arka dengan tenang sambil meletakkan ponselnya di saku celana.“Emang siapa yang mau nganter?&
Dengan perlahan Keyra melepaskan pelukannya dan menatap ke arah Dimas dengan senyum manisnya.“Sejak kapan abang di sini?” tanya Keyra penasaran.“Baru sampai abang, di jemput sopir Papamu. Ibu juga ada tapi lagi ngobrol sama keluarga baru mu” ucap Dimas sambil mengacak gemas rambut adiknya. Keyra yang di perlakukan seperti itu hanya menatap malas Dimas.“Cie yang udah punya gandengan” ucap Dimas mencoba menggoda adiknya.“Iya lah, emang abang masih sendiri. Cari pasangan bang, gak malu sama sepatu? Sepatu aja punya pasangan masak abang enggak” ucap Keyra sangat menusuk. Keyra menatap kemenangan ke arah Dimas dan Dimas menatap tak percaya ke arah Keyra.“Sadis lu” ucap Dimas dengan raut wajah tak suka.“Biarin” ucap Keyra dengan enteng dan mengejek Dimas.Dari arah belakang Dimas terlihat sosok Bu Asri dengan kesederhanaannya. Dengan senyum bahagia Keyra menatap k
Di lain Sisi, lebih tepatnya di tempat Natasya. Saat ini dia heran dengan Mamanya. Bagaimana tidak, saat dia terjatuh di kolam renang Mamanya hanya menatapnya dengan raut wajah datar. “Ma” panggil Natasya saat melihat Mamanya duduk sendiri di pinggir pesta. “Hm?” balas Mamanya dengan raut wajah datar. “Mama kenapa?” tanya Natasya dengan raut wajah sedih. Yah, bagaimana dia tak sedih, jika Mamanya sudah tak menyayanginya maka habislah dia. “Kamu yang kenapa Nat?” tanya Mamanya balik dengan raut wajah frustrasi. “Mama yang aneh, kenapa tanya aku?” ucap Natasya dengan raut wajah heran. “Sendari awal kamu ketemu sama Keyra kenapa kamu tak suka kepadanya? Dia gadis baik kenapa kamu berniat buruk kepadanya?” tanya Mamanya dengan raut wajah kecewa. “Apa maksud Mama?” tanya Natasya pura-pura tak tahu. “Jangan menghindar Nat, tadi kamu berniat jahat ‘kan kepada Keyra?” tanya Mamanya dengan raut wajah datar. “Aku...” ucap
Beberapa hari setelah hari di mana Keyra pergi ke makan Arka. Belakangan hari ini kondisinya mulai membaik walau perlahan. Tapi itu semua sudah membuat keluarganya bahagia, Bima juga sering menjenguk Keyra walau di sela-sela kesibukannya dengan perusahaan. Saat ini Keyra sedang sendirian di dalam ruang inapnya. Tadi ada Satria bersama Rangga tapi mereka izin pulang saat Satria menerima telepon. Dengan senyum manis Keyra menyuruh mereka pulang. Mereka punya kesibukan masing-masing dan Keyra tak bisa menahan mereka di sini, Keyra tahu itu. Keyra berbaring di atas berangka dengan mata yang mencoba memejamkan matanya. Di saat dia ingin berselancar ke alak mimpinya saat itu pula suara pintu terbuka membuatnya kembali ke dunia nyata. “Lu tidur kak?” tanya orang itu sambil menatap ke sosok Keyra yang menutup matanya. “Enggak gue cuma tutup mata” ucap Keyra berbohong dan dengan pelan dia membuka matanya. “Gue kira kehadiran gue nganggu elu kak” ucapny
Ami hanya diam membisu, bingung ingin membalas seperti apa. Dia merasa kasihan kepada sosok Keyra di depannya.“Mi gue mau ke Arka” ucap Keyra dengan raut wajah tak berdaya.“Gue-“ ucap Ami terpotong oleh suara pintu terbuka.“Mau ke Arka? Mau gue anter?” tanya seseorang yang berada di abang pintu.“Boleh?” tanya Keyra dengan senyum bahagia.“Hm” balasnya dengan senyum kecil. Hatinya terasa teriris melihat kondisi Keyra saat ini.“Tapi Kak” ucap Ami dengan raut wajah tak terima.“Keyra jadi tanggung jawab gue. Kalian pernah mikir gak? Kalau sikap kalian kayak gini bukannya buat Keyra sembuh malah buat Keyra tambah sakit. Lu gak lihat kondisi Keyra yang semakin buruk dari waktu ke waktu?” kata Dika dengan raut wajah datar.“Oke, tapi gue ikut” ujar Ami dengan raut wajah datar.“Hm” balas Dika dan berjalan ke arah Ke
Sudah hampir dua minggu Keyra di rawat dan sudah beberapa kali dia menanyakan keadaan Arka dan kondisinya. Kebanyakan orang langsung bungkam dan memasang raut wajah yang cukup mencurigakan.Dia mencoba menepis semua prasangka-prasangka buruk yang mungkin terjadi kepada Arka. Keyra selalu menanamkan kalimat ‘Dia pasti baik dan sedang dalam masa pemulihan’ dalam benaknya saat mengingat sosok Arka.Saat ini Keyra sedang sendirian, dia berniat jalan-jalan di sekitar rumah sakit. Tapi langkahnya terhenti saat dia mendengar suara seseorang yang dia kenal.“Gimana sekarang?”“Kita jujur aja, kasihan gue lihatnya”“Tapi gimana kalau kondisi Keyra memburuk setelah denger keadaan Arka sekarang?”“Itu udah konsekuensinya, kalau kita nutupin ini lebih lama. Gue gak yakin kalau Keyra bakal sehat-sehat aja. Lu lihat sendiri ‘kan? Gimana dia tiap harinya? Setiap hari dia ngelamun mikirin Arka&rdqu
Sudah 4 hari setelah hari pemakaman Arka dan kondisi Keyra semakin hari semakin baik. Bahkan ada saatnya Keyra merespons jika ada seseorang mengajaknya berbicara terutama Mama dan abangnya.Hari ini cuaca cukup mendung, membuat seorang yang tidur di sofa semakin nyaman melanjutkan tidurnya. Bima masih terlelap di atas sofa dengan nyamannya.Di atas berangka ada sosok yang cantik sedang terlelap dengan tenang. Mata yang tadinya tertutup mulai terbuka dan berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya.Beberapa kali Keyra mengerjapkan matanya dan penciuman pertamanya menangkap bau obat-obatan.Dengan perlahan Keyra menatap ke sekelilingnya dan mendapati sosok Bima yang sedang tertidur di atas sofa. Beberapa saat dia menatap sosok Bima hingga tangannya memegang tenggorokan karena merasa kering.Dengan perlahan Keyra mengambil gelas di sampingnya dan menghabiskannya tanpa sisa.Setelah minum Keyra menerawang kejadian yang menimpanya b
“Arka!!” teriak sang istri menyebut nama anak pertamanya, anak laki-lakinya dan penerus perusahaannya.Di tempat yang tak jauh dari mereka terlihat keluarga Keyra yang berdiri mematung dan menatap ke arah berangka tadi dengan sorot mata kosong. Pikiran mereka tiba-tiba ngeblang seperti tanah yang tandus.“Mas” panggil Mama Keyra sambil menatap ke arah jasad Arka dengan tubuh sedikit bergetar.“Tenang sayang” ucap sang suami sambil membawa sosok istrinya ke dalam dekapannya.“Dia meninggal Mas” ucap sang istri dengan nada suara bergetar.Sang suami hanya diam sambil mengusap lembut sosok istrinya yang rapuh.“Bima, kamu jaga adikmu di dalam” ucap Papanya dengan nada suara tak terbantah.“Baik Pah” balas Bima dan mulai berjalan ke dalam ruang inap adiknya.Saat dia berada di pintu dapat dia lihat sosok rapuh adiknya berada di atas berangka. Dengan perla
Di kantin rumah sakit.“Pah, perasaan Mama gak enak” ucap Mama Arka dengan raut wajah khawatir.“Kenapa Mah?” tanya sang suami dengan raut wajah cemas saat melihat sang istri memegang dadanya dengan raut wajah khawatir.“Mama keinget Arka Pah” ucap sang istri sambil menatap ke arah suaminya dengan raut wajah khawatir dan tanpa sadar air matanya mulai menetes.“Loh? Kok nangis?” tanya sang suami dengan raut wajah cemas.“Mama mau ke Arka Pah” ucap Mama Arka dan mulai bangkit dari duduknya berlari keluar dari kantin.“Mama” panggil Papa Arka sambil menatap sosok istrinya dan tak lama dia mulai bangkit mengejar langkah kaki sang istri.“Ayo Mah” ucap Papa Keyra sambil memegang tangan istrinya. Dengan perlahan dia menuntun tubuh ringkih sang istri. Semenjak kecelakaan Mama Keyra kondisinya semakin menurun jika ingat kondisi putrinya saat ini.Mama A
Arka dan Keyra masih dalam pengawasan para dokter, untuk saat ini kondisi mereka sudah cukup membaik. Walau kadang kondisi Arka tiba-tiba memburuk. Arka dan Keyra di tempatkan dalam satu ruangan atas permintaan dua keluarga.Amerta di nyatakan meninggal saat baru sampai di rumah sakit. Luka yang di alami Amerta sangat parah membuat kondisi tubuhnya semakin memburuk saat dalam perjalanan ke rumah sakit.Mereka membuat perhitungan dengan menghancurkan perusahaan Papa Amerta. Papa Amerta hanya bisa diam, karena ada dua perusahaan besar yang menginginkan kehancurannya. Dia cukup menyesal mengiyakan permintaan Amerta waktu itu. Ingin rasanya dia memutar waktu untuk menyelamatkan putri dan perusahaannya.Sudah terhitung 3 hari semenjak kecelakaan itu tapi belum ada tanda-tanda mereka akan sadar.“Lu berdua reuni di sana atau gimana? Betah amat tidurnya” kata Satria sambil menatap dua sosok yang terbaring lemah di atas berangka.Satria menatap
Mobil yang membawa sosok Keyra dan Arka sudah sampai di rumah sakit.“Suster di sini ada korban kecelakaan!” teriak sang pemilik mobil dengan urat leher terlihat jelas.Mendengar teriakan itu beberapa suster mulai berlari ke arah mereka dengan berangka.Sosok Keyra di bawa dan di taruh di atas berangka dan mulai di giring ke unit gawat darurat. Di belakang berangka Keyra ada berangka Arka.Keyra dan Arka langsung di tangani, luka mereka sudah di bersihkan dan beberapa alat sudah di pasang di tubuh mereka. Antara Arka dan Keyra yang paling banyak luka adalah tubuh Arka. Mungkin karena Arka melindungi sosok keyra dalam dekapannya.Keluarga pasien sudah di beri kabar dan dalam perjalanan. Keyra dan Arka masih di ruang UGD keadaan mereka masih dalam pantauan dokter.Saat dokter yang menangani mereka keluar dari ruangan, sang dokter sudah di sambut beberapa pertanyaan dari keluarga Arka.“Bagaimana kondisi putra saya dok?
Sebagian pengunjung yang melihat kecelakaan beruntuh tadi cukup syok dan menatap ke kecelakaan tadi dengan tubuh menegang.Tubuh Arka dan Keyra sudah di penuhi darah. Dalam kesadaran yang masih ada Arka menatap wajah Keyra dan berkata..“Sehat-sehat Key, aku cinta kamu” ucap Arka dengan lirih dan senyum tipis, sangat tipis.“Sakit Ar” ucap Keyra dengan air mata yang mulai keluar.“Sayangnya Arka yang kuat” ucap Arka dengan suara yang semakin lirih dan tak lama kesadarannya mulai terenggut dan pelukannya semakin mengendur.“Cepat panggil polisi dan ambulans, mereka butuh pertolongan segera!” ujar salah satu pengunjung taman sambil berlari mendekati sosok Arka dan Keyra.“Di sini juga ada beberapa!” ucap yang lainnya dan mendekati pengujung yang lainnya.“Masukkan ke mobil saya, tidak keburu kalau menunggu ambulans!” ucap yang lainnya sambil berlari ke sebuah mobil