Beranda / Romansa / A Modern Fairytale / 7. Cewek one plus one

Share

7. Cewek one plus one

Penulis: Esteifa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

2 years later.

--

Menjadi dewasa amat indah.

Tak seperti orang lain yang mengerutu karena merasa dewasa datang terlalu cepat dan bahkan banyak yang berangan-angan agar bisa kembali pada masa kecil, Maria justru amat menikmati waktu yang ia lewati sampai usianya menginjak angka dua puluh delapan tahun ini.

Menjadi dewasa. Memiliki tanggung jawab baru. Melewati semua tetek bengek drama remaja dan berubah menjadi seorang wanita yang tak terlalu memikirkan setiap hal yang ada.

Dan yang paling penting.

Menjadi seorang ibu.

Benar. Putri tunggal dari keluarga Foster itu telah melahirkan seorang anak laki-laki sekitar satu tahun lalu.

Tidak mudah. Tentu, tidak mudah sama sekali.

Namun, Maria dapat melewatinya dengan baik. Menjalani kehamilan pertama yang sembunyi-sembunyi amat sulit, melahirkan, kemarahan ayah, kekecewaan ibu, semua harus Maria hadapi seorang diri. Tetapi berkat kuatnya wanita itu satu nyawa berbentuk buntalan lucu dengan pipi bulat itu berhasil hadir ke dunia.

Antares James Foster.

Satu-satunya pilar dalam hidup Maria, lentera paling terang dalam kehidupan ibu tunggal itu.

Sejak hadirnya Ares di dunia ini, prioritas Maria seketika berubah, ia bukan lagi wanita yang hobby kesana kemari untuk mencari kesenangan semata, bukan lagi wanita yang mau sibuk memikirkan lelaki apalagi cinta.

Pusat hidup seorang ibu memang ada pada anaknya. Dan begitu juga dengan Maria. Ares adalah segalanya bagi wanita bersurai pirang itu.

“Apa hari ini kamu juga main dengan teman-temanmu lagi?” suara laki-laki paruh baya yang terdengar penuh wibawa itu mengudara. Pada ruang makan yang luas bernuansa Eropa dengan langit-langit tinggi dikelilingi lukisan-lukisan abad lalu.

Maria seketika menoleh, membuat surai panjang miliknya bergerak dan berubah arah. Menengok pada ayahnya yang baru saja memasuki ruang makan dan duduk di kursi paling ujung.

Satu pelayan langsung melayani Tuan Foster, mengambilkan bacon serta marmalade menjadi pilihan untuk sapuan roti sebagai sarapan pagi pengusaha real estate itu.

Maria kembali menaruh atensi pada Ares yang terduduk di troller bayi berwarna hitam metalic miliknya. Menjawab sembari menyuapi bayi laki-laki gemas itu dengan bubur tim.

“Hm. Ares perlu jalan-jalan,” jawab Maria sembari menaikan lengan panjang Alexander wang yang ia pakai. Mengangguk-angguk pada Ares lalu tersenyum ceria. “Iya nggak baby? Hm? Iya ya? Makannya enak ya? He-em?”

Sementara sang bayi hanya menatap penuh dengan matanya yang bulat, mencoba meraih-raih wajah Maria menggunakan tangannya kecilnya, mengerjap sambil sesekali tertawa melihat hiburan yang disajikankan sang ibu.

Maria lanjut menyuapi Ares, lalu salah satu pengasuh Ares datang membawa perlengkapan bayi yang akan Maria bawa pergi keluar.

Setelah mengucapkan terima kasih Maria kembali melanjutkan kegiatannya.

“Kamu sudah harus mulai berangkat ke perusahaan pusat besok, tidak lupa kan?”

Gerakan tangan Maria terhenti. Menegakan punggung sebelum melirik pada ayahnya yang mulai memotong sandwich dipiring, menusuk potongan roti menggunakan garpu dan memakan roti isi itu dalam potongan kecil.

Yang satu itu juga merupakan salah satu bagian penting dalam menjadi dewasa.

Maria mulai mempelajari bisnis yang sudah digeluti keluarganya turun temurun. Dan katanya, Maria harus bersyukur baru diminta menyentuh pekerjaan di usianya sekarang. Karena jika Maria adalah seorang laki-laki, mungkin ayah akan membuatnya memperlajari pekerjaan dan juga saham lebih awal.

“Enggak, Pa,” balas Maria. “Maria inget kok.”

Maria memang baru menangani cabang perusahaan di kota ini sejak tiga bulan yang lalu. Dan siapa yang sangka tuan besar Foster yang selalu meragukan kinerja anak badungnya ini tiba-tiba mengutus Maria untuk datang ke pusat.

Tangan ramping Maria meraih sapu tangan Louis Vuitton berbahan kain yang amat lembut untuk mengelap sekitaran mulut Ares.

“Minggu depan ada acara di rumah om, kamu kosongin jadwal,” ujar wanita paruh baya yang sedari tadi diam tanpa suara.

Ibunya memang sudah tidak bisa diajak kompromi kalau sudah bermain ponsel. Dan dari tadi, ibu Maria itu tak henti-hentinya menscroll layar ponselnya.

Maria menoleh dengan kening mengerut. “Mau ada apaan?”

“Kamal lamaran,” balas Emily, ibu Maria.

Tarikan napas kencang terdengar. Maria menutup bibir berbalur lipstick merah muda miliknya. Tak percaya. “Wih. Seriusan? Si cicak mau kawin? Sama siapa?”

Orang tua Maria sendiri sudah tak tau harus bagaimana mengubah tingkah dan tata Bahasa anak mereka yang berantakan.

Sudah dua puluh delapan tahun, tidak bisa diubah, sudah mendarah daging bobroknya.

Maria memicing julid. Tidak percaya kalau sepupunya akan segera sold out. “Seekor Kamal? OMG! Kok ada yang mau, sih.”

“Kamal kan ganteng, tinggi, pinter, telent, tajir lagi.” Emily merespon kalimat jahat Maria dengan fakta. “Cewek-cewek banyak yang ngantri.”

“Tinggi, pinter, tajir kalo hobinya sepik cewek sana-sini mah buat apa,” sahut Maria lagi, tak berhenti nyinyir. “Muka pas-pasan aja belagu, sok-sokan jadi playboy!”

Tuan Foster hanya menghembuskan napas sembari lanjut memakan sarapannya, sementara ibu Maria tak menunda untuk mendelik kesal.

Dua kakak sepupu itu memang terkenal tak pernah akur.

Dan memangnya siapa yang mau meributkan tentang Kamal yang katanya seekor cicak tetapi ada yang mau. Lihat siapa yang bicara. Maria saja belum pernah menggandeng satu laki-laki pun ke rumah. Kecuali Ares tentu saja.

Seorang single seperti Maria tidak berhak menghakimi pasal tentang laku atau tidak lakunya orang lain.

“Kamu tau tante Indira?” tanya Emily setelah beberapa saat. Maria tak melirik sama sekali. “Yang punya penyiaran. Yang anaknya cumlaud Harvard, tau kan?”

Ibu Maria memperlihatkan potret laki-laki, Maria melihatnya, laki-laki itu berbadan besar dan berdiri diatas yatch dengan kemeja putih terbuka.

Maria membuka mulut, ia mengangguk dengan mata memicing. “Oo, hot juga tuh.”

Yang jadi Siti Nurbaya di dunia ini bukan Jane saja. Maria juga sama. Mungkin semua anak perempuan lajang seusia mereka mengalami hal serupa. Namun berbeda dengan Jane yang selalu bercerita dengan kesebalan nyata, Maria lebih memilih mengabaikan seakan tawaran perkenalan yang datang padanya tidak pernah ada.

“Jangan mulai,” wanti-wanti Maria dengan nada santai, senyum silly diwajahnya tak luntur.

Dengan begitu, decak keras pun muncul dari belah bibir Emily. Memekik frustasi. “Kenapa sih, dia punya anak cowok mapan dan mateng. Indira mau anaknya dikenalin sama kamu. Jangan jual mahal.”

Maria menaikan satu alisnya. “Emang si Cumlaud Harvard itu mau sama cewek one plus one?”

Maria bukannya bermain hard to get. Tetapi ia memang tidak tertarik dengan pernikahan sama sekali. Maira ulangi satu kali lagi, Ares sudah cukup.

Dan faktanya, status Maria sebagai seorang ibu tunggal tanpa pernikahan menjadi trigger para pria yang berniat mempersunting wanita itu.

Kalau soal penampilan Maria memang tidak kalah dari pada gadis-gadis metropolitan, wajahnya ayu, kulitnya putih bersih dan selalu wangi, tinggi ramping dan yang terpenting fashion wanita itu tak pernah mengecewakan, menampilkan keanggunan dan juga kesan mahal.

Emily mendecak. Ia meletakan ponselnya diatas meja. “Orang cantiknya kayak kamu siapa yang nggak mau. Nggak tau ya? Kata Jeje tuh; Janda… semakin di depan!”

Membujuk. Kalau di jaman ini, seorang janda juga amat diminati dan berharap Maria untuk tidak insecure pada dirinya sendiri.

Nyatanya. Maria tidak insecure sama sekali. Dia hanya tidak ingin. Tak berhasrat. Itu saja.

“Nggak ah, thanks,” tolak Maria dengan senyum tanpa dosa.

Mendengar itu dengan frustasi Emily mengambil dua lembar roti, kemudian ibu Maria itu langsung menggigitnya kosong.

Punya anak perempuan satu tapi tingkah dan keras kepalanya luar biasa.

Entah sudah yang keberapa kali Maria menolak para laki-laki yang menaruh minat padanya, banyak dari mereka yang bahkan terang-terangan bilang kalau tidak keberatan dengan status Maria yang single parent. Semuanya dari keluarga terpandang, mapan dan tentu saja tidak memalukan kalau mau dibawa kondangan.

Akar masalahnya memang pada putri semata wayang keluarga Foster itu.

Sedangkan Maria kembali menyuapi Ares dengan bubur di mangkuk kecil berwarna biru langit ditangannya.

Ketika itu. Emily tidak tahan untuk tidak berteriak. “Lagian kamu nolak mulu! Kenapa sih! Nggak ngiri sama Jane? Liat temanmu itu udah nikah, suaminya mapan betul. Tangkepan bagus, CEO Permata. Nggak ingiri?”

Maria mengedip lambat. Mendengarkan penuturan ibunya yang menggebu. “Mama mau suruh Maria buat tikung Theo?”

Gendeng!

Bercanda, elah.

Maria hanya tidak suka ibunya yang sedang seperti ini. Namun melihat pelototan tak main-main dari dua mata milik ibunya Maria segera meringis sembari berkata.

Young, wild and free,” celetuk Maria dengan cengiran tengil.

Young-young mulu!” selak Emily. “Kamu udah perlu krim anti aging, Marry. Hampir tiga puluh! Masih bisa mikir kalo kamu masih muda?”

Mungkin ibunya tidak tau, namun Maria sudah memakai krim anti aging sejak usia dua puluh lima, karena apa yang dipelajarinya adalah, mencegah penuaan sejak dini lebih baik dari pada menanam botox dikemudian hari.

“Gimana nama keluarga bisa bertahan kalo gini,” gerutu Emily lagi yang entah kapan akan berhenti.

Maria sendiri tak terlalu mendengarkan, wanita itu sibuk menyuapi dan juga mengajak bicara putranya menggunakan Bahasa bayi.

“Pah, ngomong dong,” akhirnya Emily mengusik ketenangan kepala keluarga yang tengah menyesap kopi dengan koran di tangan. “Bilangin tuh anaknya, kamu mau selamanya nggak punya mantu, besan?”

Ayah Maria hanya melirik sekilas, akhir pekan di pagi hari selalu saja dimulai dengan gerutuan istrinya karena khawatir anak mereka tidak akan punya kesempatan berdiri di depan altar.

Tuan besar Foster sendiri tidak terlalu mempermasalahkan, bahkan sejak jaman ia hidup di Inggris hal-hal seperti ini sudah lumrah.

“Dia udah dewasa, terserah aja mau bagaimana,” sahut tuan Foster sembari membaca berita pada lembaran kertas ditangannya. “Maria nggak bikin masalah aja sudah seharusnya Mamah bersyukur.”

Maria hanya mengangkat bahu tak terlalu perduli.

Ayahnya berbicara seolah Maria ini biang kerok yang diamnya harus diberi sujud syukur.

“Nggak liat Antares yang tampan ini?” Maria meletakan mangkuk makan Ares yang masih sisa beberapa sendok, namun Maria tidak menyuapkannya lagi karena takut Ares kekenyangan dan berakhir gumoh. Maria menoleh pada dua orang tuanya. Berkata dengan suara amat meyakinkan. “Maria sama Ares aja udah cukup.”

Dan ketika itu hela napas terdengar amat pelan berhembus, menandakan sesuatu yang tertahan, lebih dari sekedar risau.

Ini tentang perasaan mengena dari orang tua kepada anaknya.

Dulu Maria baru mau terbuka mengatakan perihal kehamilannya saat usia kandungan wanita itu sudah memasuki bulan ke lima. Pulang ke rumah dengan perut yang membesar. Disambut dengan berbagai ekspresi berbeda dari anggota keluarga.

Namun diantara semua keterkejutan itu adalah, dengan siapa Maria berhubungan. Lelaki macam apa yang berani menghamili putri keluarga mereka tanpa mau bertanggung jawab. Hingga sekarang, pertanyaan itu masih bertengger dalam relung hati orang tua Maria.

“Kamu belum mau kasih tau identitas ayah Ares?” tanya Emily tiba-tiba.

Dan seketika, suasana disana berubah. Lebih hening dari sebelumnya, senyap tak ada siapapun yang berani bersuara kecuali kikikan bayi yang dikeluarkan Ares.

Selain perjodohan. Maria juga bosan ditanyai hal ini.

Ia tidak ingin mengatakannya, Maria keberatan memberitahu, apa itu sulit dimengerti?

Maria mengulas senyum kecil, beranjak dari duduk tanpa memakan sarapan untuk dirinya sendiri. Mengambil tas berisi peralatan bayi milik Ares sebelum kemudian menyaut tas tangannya sendiri.

“Udah selesai makan.”

“Mar—.”

Maria beralih mendorong troli bayi Ares agar bisa segera pergi dari ruang makan, tanpa menjawab pertanyaan ibunya barusan Maria berpamitan. “Bye-bye kakek, nenek, Ares hangout dulu.”

Melakukan hal seperti yang biasa ia lakukan.

Menghindar.

Bab terkait

  • A Modern Fairytale   8. The kiss thief!

    -- “Woi, pemeran utama! Ngaret banget, ditungguin juga.” Seruan itu menjadi sambutan bagi wanita tinggi yang baru melewati pintu kaca, bayi laki-laki berumur satu tahun terlihat stylish digendongannya, Ares sudah dipakaikan beret dan juga sepatu coklat, tak ketinggalan juga ada empeng terselip di mulutnya. Maria lekas mendekat ke meja dimana ada dua wanita hamil disana. Melambai-lambai semangat. “Tanggerang traffic is so wonderful, u know?” balas Maria sembari duduk salah satu kursi yang kosong, kemudian mengatakan terima kasih pada supirnya yang membawakan tas milik Ares. Dua tante-tante itu langsung jejeritan tak tahan, menggeser kursi mereka agar bisa lebih dekat pada bintang utama, menjawil-jawil pipi baby Ares yang dari tadi diam dan hanya memandang dengan tatapan polosnya. Hingga kemudian, Jane mengambil alih bayi kece itu, didudu

  • A Modern Fairytale   9. Girls talk

    -- “Darksky bukannya club Edgar ya? Katanya mau buka cabang? Katanya juga dia buka di salah satu hotel lo? Beneran? Sumpah, hah?” Rentetan pertanyaan itu datang dari mulut Jane yang masih membaca sesuatu di layar ponselnya. Mungkin Jane sedang membaca postingan seseorang di group alumni SMA. Maria tidak terlalu ingin tau, namun yang jelas Maria hanya tak suka dengan fakta bahwa nama Edgar kembali didengarnya setelah ia susah payah kabur dari pria itu tadi. Oke. Biar Maria jelaskan situasinya. Jane dan Lili ternyata masih ada di café yang sama karena ibu hamil itu tak membaca pesan yang Maria kirimkan, bahkan tidak berinisiatif menghubungi Maria saat mereka sadar kalau Maria menghilang lebih lama dari seharusnya. Teman macam apa! Saat Maria kembai kemari, dua ibu hamil itu tengah asyik memakan potongan cake, dan Ares juga disuapi sedikit-sedikit.

  • A Modern Fairytale   10. No...

    Kadang manusia dihadapkan pada sebuah pilihan.Dan kadang, memilih untuk tidak memilih pilihan juga dilakukan. -- Hari ini setelah pulang dari kantor Maria menyempatkan waktu untuk pergi ke duty free membawa putranya jalan-jalan sore. Mengingat setiap selesai bekerja Maria hanya akan ada di rumah dan tak kemanapun lagi, ia pikir tak ada salahnya sesekali pergi. Maria tentu tak sendirian, ia bersama satu pengasuh Ares sementara supir yang mengantar telah pergi membawa barang belanjaan mereka ke mobil terlebih dahulu. Sebagai wanita single yang bahagia Maria dengan senang hati melakukan hal-hal semanis ini disela kesibukannya, mentitah Ares yang sedang aktif-aktifnya berjalan sembari menunggu pengasuh Ares kembali dari kamar kecil. Dan tentu saja.

  • A Modern Fairytale   11. Fear

    Edgar menghempaskan Maria tanpa kelembutan, bahkan ketika melihat Maria yang terang-terangan mengusap tangannya yang memerah perih Edgar tak peduli. Lelaki itu kalap, ramahnya hilang, sabarnya telah tiada. “Jelasin,” geram Edgar, mencoba menanam sabar satu kali lagi. Maria membalas tatapan Edgar tak kalah tajam. “Enggak ada.” Deru napasnya memburu, emosi.Decihan dikeluarkan dari mulut Edgar. Mungkin memang Maria tidak punya sedikitpun pengalaman menenangkan seseorang yang tengah tenggelam dalam amarah hingga wanita itu bisa dengan ketus menjawab pertanyaan Edgar dengan kata-kata seperti tadi. Namun Edgar juga tak pernah berhadapan dengan wanita seperti ini sebelumnya, atau lebih tepatnya Edgar tak pernah seemosi ini sebelumnya. Bayangkan jika kalian yang ada di posisi Edgar. Betapa bingungnya lelaki itu dibuatnya. Edgar menghembuskan napas, tatapan matanya belum melunak. “Kalo begitu Ares akan gue bawa.” Perih di pe

  • A Modern Fairytale   12. Titik balik kehidupan

    “Saya akan menikahi Maria.” Hak. Dan juga keinginan yang Edgar ancamkan waktu itu benar-benar berbeda dengan makna ancaman yang ada dalam pikiran Maria. Dasar sinting! Lelaki ini yang sudah menyebut Maria brengsek. Lelaki ini juga sudah mengatakan berbagai sumpah serapah, mengancam, dan bahkan meninggalkan kenangan berupa lebam kebiruan di pergelangan tangan Maria. Menakut-nakuti Maria dengan berkata bahwa dia akan membawa Ares, meski pada akhirnya ibu Edgar tidak menyetujui ide putranya itu dan menyerahkan Ares kembali pada Maria. Tetapi lihat apa yang terjadi hari ini? Edgar datang bersama ibunya dan berniat melamarnya? “Edgar!” pekik Maria tak terima sekaligus tak menyangka dengan apa yang Edgar katakan barusan. Lamaran? Oke. Egdar memang mengakui kalau ia menyukai Maria, dan Edgar juga tau kalau Maria adalah ibu dari anaknya, tetapi apa hanya karena dua hal itu Edagr itu bisa memutuskan untuk menikahi Ma

  • A Modern Fairytale   13. Worse

    -Ketika semua mimpi buruk yang selama ini kamu benci ternyata bukan yang terburuk dan masih ada hal yang lebih buruk menanti, hati manusia yang pada dasarnya tercipta rapuh dengan keteguhan semudah angin berubah pun akan mendayu nelangsa dibuatnya.Seperti yang dialami Maria saat ini.Ia pikir hamil di luar nikah menjadi mimpi paling menyakitkan yang merupakan sebuah fakta yang harus diterima, namun ternyata ia terlalu dini menyimpulkan, fakta bahwa sang ayah terbaring lemah dengan berbagai peralatan medis penopang hidup disana membuat Maria menyadari apa arti mimpi buruk yang sebenarnya.Melihat bagaimana ibunya tak bernafsu makan dan setia menangis sama menyayatnya.Belum selesai dengan itu, statusnya sebagai seorang putri tunggal keluarga Foster yang merupakan pewaris tahta dan harta keluarga itu mengharuskan Maria untuk tetap menginjakan kaki di perusahaan meski pikirannya kacau balau.Pakaian formal yang dikenakan Maria berwarna cream

  • A Modern Fairytale   14. Edgar side

    “Ed, mikirin apa?”Lamunan Edgar seketika terpecah ketika gendang telinganya mendengar kalimat itu, tubuhnya juga didorong kecil sebagai usaha agar ia sadar.Edgar mengedip cepat, langsung menoleh pada wanita berhoodie coklat yang duduk dikursi sampingnya.Oh tuhan. Ia bahkan bisa melamun saat keadaan café yang dikunjungi seramai ini. Sebegitu besarkah dampak Maria dan semua masalahnya di diri Edgar?Semua perlakuan buruk yang tuan Foster berikan pada Edgar membuat lelaki itu belumjuga menghubungi Maria hingga sekarang, tidak menemuinya untuk mengemis atau melempar marah lagi, karena sebagian besar ego Edgar yang berhasil disentil malam itu tak mengijinkan. Edgar cuma rutin mengecek ponsel untuk melihat snap dan juga unggahan foto dan video Ares di social media Maria.Edgar menatap Sabina sembari tersenyum, menggeleng. “Enggak.”Sabina pun hanya mengangguk mengiyakan, kedati dalam hati ia tau apa yang men

  • A Modern Fairytale   15. Bye from now

    Langkah kaki beralaskan sandal rumah itu melaju dengan santai menuruni tangga, mendesah menyesal kenapa juga ia harus mempunyai rumah sebesar ini, Maria tidak menyadari ini sebelumnya karena bahkan selama hidup ia tidak pernah pergi ke dapur.Dan sekarang? Maria mengerti penderitaan yang para asisten rumah tangganya rasakan, harus mengitari rumah yang luas dan menggunakan lift, berjalan lagi menuju pintu belakang sebelum menuruni tangga menuju pavilliun dimana tempat laundry berada.Maria meletakan keranjang cucian yang semula digendongnya ke lantai.“Okay. Let’s nyuci.”Tunggu dulu,Oke. Ya. Kalian tidak salah mendengar atau membaca, Maria yang barusaja melebeli dirinya tidak pernah menyentuh dapur rumah sama sekali ini tiba-tiba datang ke ruang laundry dan mengatakan akan mencuci pakaian?Yup. Wanita berusia dua puluh delapan tahun itu benar-benar berniat mencuci untuk pertama kali dalam hidup. Karena berdasarkan apa yang

Bab terbaru

  • A Modern Fairytale   Cuap-cuap author

    Aloha, anyonghaseyo yorobun, Esteifa imida~A Modern Fairytale akhirnya tamat juga.Pertama-tama aku mau ngucapin terimakasih banget buat teman-teman semua yang sudah mau membaca kisah dari anak-anakku, mulai dari Jane-Theo dan berlanjut ke Maria-Edgar.Terimakasih karena sudah memberi support untuk author dengan memberi ulasan dan komentar positif, terimakasih juga karena sudah mau mengikuti kisah-kisah buatan author dengan sabar menunggu update-an, terimakasih mau bertahan di cerita yang koinnya mahal ini.Buat kakak-kakak dan teman-teman yang mengikuti aku dari lapak Oren sampe sini khususnya, thank yu so much, aku sayang banget sama kalian. Kakakku Laely sha, Rhicut, Puspa Wulandari, sazaa, You and I, ada Jendeuk, Lee jae Wook, Ruby Jane, banyak lagi tapi aku lupa nama akunnya maaf, pokoknya makasih buat semuanya;)Buat yang punya aplikasi baca tulis Oren (wtpd) boleh banget cari Esteifa biar tau updatean cerita-ceritaku, karena aku sering info

  • A Modern Fairytale   71. Keluarga

    Dua belas tahun kemudian... -- Pagi itu datang seperti hari biasa.Bunyi alarm, kicau burung, dan juga teriakan ibu yang menyuruh anak-anaknya bangun.Seorang wanita berambut hitam pendek seleher sedang sibuk menata piring diatas meja makan. Ia memakai dress floral selutut dengan lengan sampai siku.Lalu terdengar bunyi langkah dari tangga, turunlah laki-laki yang mempunyai wajah rupawan warisan orangtuanya, dia tinggi dan menggunakan seragam SMA.Ares meletakan ransel sekolahnya dikursi, duduk, lalu mengeluarkan ponsel dari saku. Anak laki-laki yang dahinya ditutupi plaster kecil itu mendecak sembari memejamkan mata.“Mommy jangan cium-cium aku ih,” eluh Ares sebal ketika ibunya, wanita bersurai pendek yang cantiknya suka disalahi sebagai kakak Ares itu tak sungkan mengecup dua pipi dan juga kening putranya.Ibu Ares balas mendecak, tak sungkan mengacak pelan rambut hitam lebat milik Ares yang sudah ditata baik-baik.“Haduh, anakk

  • A Modern Fairytale   70. Dari ayah untuk ayah

    “Saya dengar kamu sudah menikahi Maria?”Edgar tertendang keluar saat Maria didatangi teman kentalnya.Oleh karena itu, saat ia sedang terduduk didepan ruangan, kemudian berjalan berniat mengunjungi cafetaria Edgar bertemu ibu mertuanya. Mengatakan kalau sang ayah mertua ingin bertemu.Emily sudah tau kalau Maria sudah bangun, Albert Foster juga sudah menemuinya, dan terjadilah reuni mengharukan antara anak dan bapak itu.Edgar sendiri lebih banyak diam saat Albert mendatangi Maria, ia hanya mendengarkan percakapan rindu mereka sebelum keluar dari ruangan memberi keleluasaan untuk berbincang.Dan sekarang. Ayah mertua Edgar memanggilnya.Oke. Bahkan untuk menyematkan sebutan ayah mertua saja terdengar sedikit canggung.Edgar berdehem, lelaki itu menegakan punggung. Mengangguk kepada pria paruh baya yang duduk di brankar itu.“Maaf kalau saya menikahi Maria tanpa menunggu bapak bangun,” jawab Edgar dengan suara yan

  • A Modern Fairytale   69. Dia yang tertunda lahirnya

    “Sini foto dulu,” ujar wanita berambut pendek itu semangat, tangannya mengangkat ponsel tinggi-tinggi, berpose mendempel pada Maria yang memasang wajah sebal dari tadi.Jane memekik semangat melihat hasil foto yang ia dapatkan, wajah pucat Maria dan kusut rambut sultan satu itu amat sulit didapatkan.“Ntar kalo lo ulang tahun jadi ada bahan buat pasang muka aib,” ujar Jane kemudian.“Serah lo!” sahut Maria tak peduli.Ia tau kehadiran Jane di rumah sakit sepagi ini jelas karena sahabatnya itu khawatir akan keadaannya, namun setelah datang, Maria juga tau sekali kenapa Jane tak mengeluarkan raut wajah sedih atau eskpresi simpati, karena jika Jane melakukan hal itu wanita itu tau suasana hati Maria akan kembali buruk, oleh karena itu, tingkah konyol wanita yang hamil besar itu amat dibutuhkan saat ini.“Mana liat,” ujar Maria kemudian, memeriksa hasil jepretan yang Jane ambil. “Awas kalo lo uplod IG t

  • A Modern Fairytale   68. Aku

    Tidak ada yang mudah, semua orang pun tau itu dari awal. Dalam hidup manusia selalu diwanti-wanti untuk waspada, karena hidup tak selalu baik-baik saja, banyak haling rintang, dan benar memang kalau itu semua melelahkan. Namun, bukankah karena lelah itu, manusia jadi lebih menghargai kehidupan.Maria sadar betul dengan apa yang dinamakan hubungan timbal balik. Apa yang kamu tanam itulah yang kamu tuai. Keduanya mirip.Sama-sama mengharuskan manusia untuk bercermin. Berkata bahwa, jangan mengharapkan apa yang lebih baik kalau dirimu sendiri saja belum sebaik itu.Dan tentu. Orang-orang mempunyai sifat tersendiri, ada yang terlahir dengan hati hangat dan juga ada yang memang dasarnya memiliki hati yang dingin. Tetapi hidup itu adalah perubahan, sifat manusia tak akan selalu sama.Berdasarkan hal-hal itu, Maria selalu bertanya-tanya, kenapa ia mendapatkan hal sebaik ini dalam hidup. Ia menanam hal sebaik apa hingga menuai keajaiban seperti Ares, suami yang bijaksana

  • A Modern Fairytale   67. Semua akan baik-baik saja

    Begitu sampai di rumah sakit, Edgar tak menunda untuk berlari, meninggalkan motornya didepan rumah sakit begitu saja, tak menghiraukan apapun, dengan napasnya yang memburu pria yang badannya basah karena tersiram hujan itu menuju unit gawat darurat.Melihat dengan matanya tiga orang perempuan duduk di kursi tunggu di ruang perawatan gawat darurat itu.Edgar menarik napas dalam-dalam, berlari, ia meneguk ludah sebelum kemudian berdiri didepan pintu UGD.“Ed,” panggil Emily dengan suara bergetar saat Edgar terlihat hendak menerobos pintu itu. “Jangan masuk dulu, nggak boleh.”Emily menarik lengan atas Edgar, menarik mundur menantunya itu, keadaan Maria jauh dari kata baik, apalagi dengan pendarahan yang dialami, Emily tidak yakin Edgar akan bisa melihatnya. Bahkan ia sendiri tak mampu menahan tangis melihat keadaan Maria sedemikian rupa.Edgar mengangkat pandangan, menghembuskan napas berat, hatinya amat sesak, ia tak bisa menunggu lebih lama untuk melihat Maria, ia tak

  • A Modern Fairytale   66. Edgar feel

    Edgar baru saja selesai rapat, lelaki tampan yang menggunakan setelan jas tanpa dasi itu melangkah dengan langkah lebar menuju kantornya. Tak ingin pangeran kecilnya menunggu lebih lama, karena Edgar sudah meninggalkan Ares dalam durasi yang cukup untuk memebuat anak itu marah pada Edgar.Saat baru keluar dari lift, Edgar mengembangkan senyum ketika matanya melihat anak empat tahun duduk di kursi kerja Laras dengan gadget ditangan. Sekretaris baru Edgar yang dipasrahi untuk menjaga Ares mungkin sedang ada keperluan hingga meninggalkan anak itu sendirian.Edgar menunduk ketika sudah sampai di depan anaknya, mengalihkan atensi anak itu pada sang ayah sejenak sebelum kembali menunduk pada gadget ditangan.Huft. Sepertinya Maria benar, Ares tidak seharusnya dikasih mainan digital di usia sedini ini. Karena lihat, Ares yang biasanya tidak pernah mengabaikan Edgar kini anak itu malah lebih tertarik dengan cacing pemburu donat dan burger di layar pipih itu. Tidak boleh dibia

  • A Modern Fairytale   65. Maaf

    -- “Hai guys,” sapa Maria saat baru sampai disana. Berdiri di sisi meja sementara satu pasang orang yang duduk itu mendongak dengan cepat.Mata mereka kompak melebar melihat kehadiran Maria yang menyapa dengan ramah meski tau kalau sejatinya Maria tidak seramah itu.Jane yang baru berhasil sampai di samping Maria langsung menarik lengan sahabatnya, Maria diam saja, menolak diajak pergi, dan saat Jane menatap Sabina serta lelaki yang kemungkinan besar adalah pacarnya ini Jane justru memicing sekilas lalu berubah melebarkan mata,“Eh, anjas, beneran mantan lo,” celetuk Jane tanpa malu, keras pula.Maria tersenyum ramah sekali, tak keberatan dengan perkataan Jane. “Maaf ganggu, ya. Gue pengen nyapa. Gimana kabarnya kalian?”Lelaki yang mempunyai mata kebiruan itu ikut memicing. Berkata dengan Bahasa Indonesia yang lancar. “Maria,”Maria mengangguk. “Hai, Just.”“H-how are you?” tanya Justin kemudian, tak terlalu menyangka dengan kehadiran Maria yang tiba-ti

  • A Modern Fairytale   64. Titik terang

    Mungkin sebagian besar orang akan menganggap kalau Maria adalah wanita paling bodoh yang pernah ada.Dengan menyia-nyiakan lelaki rare yang terbukti baik seperti Edgar, ingin melepas status resmi dan malah teringin berpisah. Meski sadar kalau perasaannya masih berpaut pada lelaki itu. Masih sayang. Tetapi malah membuat derita untuk diri sendiri dengan menambah masalah lain.Benar. Edgar sudah membuktikannya pada Maria.Lelaki itu mengirimkan potongan video pembuktian kalau Edgar tak pernah bersama Sabina dalam artian yang special, Edgar yang selalu pulang sendirian dan juga terpisah dari Sabina, tak pernah membuat gestur atau kontak fisik berlebih, bersentuhan saja tidak. Apalagi dengan fakta bahwa Edgar tak pernah pulang diatas jam sebelas malam. Satu bulan lalu lelaki itu senggang dan hampir tak pernah lembur, selalu pulang kantor tepat waktu.Dan Ardila juga mengatakan kalau usia kandungan Sabina sudah tiga minggu, ibu mertua Maria itu juga ikut mayakinkan kalau apa y

DMCA.com Protection Status