Maria sedang berada di dapur, sibuk mengayak tepung almond an juga gula halus, disore yang lenggang dan santai itu wanita hamil yang biasanya sangat malas kalau harus berurusan dengan dapur tiba-tiba saja teringin membuat kudapan manis.Macaron.Ingat bahwa Maria selalu melarang anaknya memakan terlalu banyak makanan itu? dan lihat sekarang, ia malah membuat macaron yang sangat Ares sukai, membuat kemungkinan asupan gula Ares akan melambung minggu ini.Wanita berdress biru selutut itu membuka sarung tangan plastic yang ia pakai, mata bulatnya terangkat ketika telinganya dengan jelas mendengar suara Ares memanggilnya dari depan.Maria meninggalkan tepung almond yang sedang ia garap, wanita berkepang satu itu kemudian berjalan mendekat dengan satu senyum kecil."Kerjaan masih banyak, Ras?" tanya Maria ketika sekertaris Edgar yang ditugaskan membawa pulang anak itu terlihat menyusul datang dari pintu depan.Ares memang ikut pergi bersama Edgar hari ini, ka
Malam harinya Maria tidak bisa tidur.Wanita bersurai pirang yang sudah terbaring disamping anak lelakinya itu setia membuka mata meski jam di dinding sudah menunjukan pukul setengah dua belas malam. Bergerak gelisah entah apa yang mendasari, menghembuskan napas kecil lalu merubah posisi tidur lagi.Memeluk putranya sebelum memejamkan mata mencoba tidur.Namun nihil, Maria tetap tidak bisa merem. Wanita cantik berbalut piama panjang itu mengusap wajah lembut, menilik jam lagi, melihat jarum jam yang bergerak memutar, tiba-tiba saja sudah hendak tengah malam.Edgar juga belum pulang. Padahal sudah semalam ini, biasanya lelaki itu pulang selambat-lambatnya pukul setengah sebelas. Dan ini sudah melewati jam biasa.Maria kemudian duduk, meraih ponselnya di atas nakas, mengulak-ulik layar ponselnya, melihat status W******p Edgar, mengintip last seennya. Belum lama sejak terakhir online. Tapi tidak menghubungi Maria sama sekali kalau mau pulang terlambat.Kemana sih itu
Hari-hari berjalan seperti biasa, manis, sebal, dan kadang ada juga marah-marahnya sedikit. Rumah tangga yang selalu Maria takuti sejak dulu itu ternyata tak terlalu buruk setelah dijalani. Benar kata Jane dulu, semuanya indah kalau sudah menikah.Sebagai wanita yang pernah menganut paham ‘Young wild free and single forever,’ Maria tidak menyangka ia bisa menikmati pernikahan sebaik ini, dengan Edgar, bahkan hingga kemarin malam sebelum tidur Maria masih keheranan kenapa ia bisa berakhir dengan mantan pacar sahabatnya itu.Dunia dan semua takdir tak terduga yang ia punya.Kini, usia kandungan Maria sudah memasuki dua belas minggu dan perut wanita pirang itu sudah terbentuk sempurna bagi perut wanita hamil seusianya. Tiga bulan pertama yang selalu Maria takuti akhirnya bisa terlewati, meninggalkan morning sickness dan berganti pada ngidam-ngidam yang tak lumrah, membuat Edgar harus extra sabar menghadapi istrinya ini. Menuruti semua ingin Maria, memburu mak
Jangan lupakan fakta bahwa Maria punya perubahan kondisi tubuh yang cukup rentan ketika wanita itu sedang hamil.Bahkan saat ia dalam kondisi hari yang fit berjalan lancar tanpa ada satu masalah membayang kadang Maria merasa pening menyerang, apalagi jika Maria punya pemikiran berat yang tak seharusnya dikembangkan dalam otak sendirian.Sebelumnya Maria memang selalu curiga pada Edgar, lelaki itu membuat banyak sekali hal mencurigakan, mampu berbohong dengan mulus tanpa terdeteksi, berkata manis hampir setiap hari, dan video yang dilihat Maria kemarin seakan menegaskan kalau kecurigaan Maria benar adanya.Lalu kenapa?Jika memang Edgar mempunyai seseorang yang lain, kenapa lelaki itu begitu menginginkan Maria jadi istrinya? Membuat wanita itu terserang kenyamanan, membuatnya jatuh, dan itu semua kurang ajar. Jadi kenapa? Kalau memang Edgar begitu menginginkan Maria, kenapa lelaki itu membuat affair dengan wanita lain?Untuk apa? Apa alasannya?Mau
“Itu kapan?”Karena diamnya Edgar saat ini, Maria tak perlu menanyakan apakah video yang ia dapat merupakan asli atau hanya rekayasa semata. Sudah jelas, lelaki ini membeku, dalam gurat wajahnya ada setitik bersalah, matanya tak berpendar seperti biasa, hanya menyorot hampa penuh keterkejutan.Yang Maria lihat di video itu memang Edgar.Hati Maria sakit. Kecewa. Tentu. Namun dari pada itu, ia lebih tak mengerti kenapa Edgar bisa melakukan hal setidak bermoral itu, berselingkuh.Maria tak mengerti sama sekali.Lelaki itu muak dengan sikap Maria yang seenaknya dan keras kepala? Harusnya Edgar sudah tau watak Maria seperti apa jauh sebelum mereka menikah, karena Maria tak pernah berpura-pura, fake, munafik dalam bersikap. Jadi kalau Edgar berpaling karena sikap Maria pada lelaki itu sangat tak masuk akal.Lalu kenapa? Maria sangat ingin tau alasannya, sangat, namun ia mempunyai feeling kalau Edgar akan berbohong kembali kalau Maria bertanya demikian. Jadi buat apa
Maria sebenarnya tak terlalu mengerti ketika orang selalu berkoar tentang titik balik kehidupan, sebuah masa dimana hal tak terduga terjadi, yang mana mampu merubah sebagian besar atau bahkan semua dari aspek kehidupan.Maria pikir hal begitu tidak lah ada, bahkan saat kehamilan tak terduga datang padanya, Maria pikir itu hanya takdir tak terduga yang sedikit getir, namun tak mampu mengubah apapun dalam diri Maria. Maria masih menjadi Maria yang dulu bahkan setelah mempunyai anak, taka da yang berubah dari hidupnya karena semua yang ia rasa adalah kebahagiaan.Namun hari ini, rasa-rasanya Maria akhirnya mengerti apa yang disebut titik balik bagi orang-orang.Sebuah pendewasaan, atau mungkin cobaan, boleh jadi juga sebuah pembelajaran. Mungkin, Maria akan mengakui kalau hal yang terjadi padanya saat ini merupakan sebuah pembelajaran, sebuah pendewasaan, beberapa tahun yang akan datang.Tetapi untuk sekarang? Maria tak melihat pembelajaraan apapun, bukan juga sebuah pendew
Maria pergi.Jika dulu ia selalu punya pelarian paling mujarab, berkeliling negara lain untuk membuat otaknya lupa akan masalah, kini Maria tak lagi mampu melakukan itu, karena kondisi tubuhnya tak lagi memungkinkan.Sekarang, hanya waktu yang bisa menyembuhkan.Dan mungkin, akan memakan durasi yang cukup lama.Meskipun sejatinya dalam hati Maria tak ingin berlarut-larut dalam luka hati, teringin langsung lupa jikalau bisa. Namun karena tidak mungkin melupakan dalam waktu singkat yang bisa wanita pirang itu lakukan adalah mencoba beberapa usaha.Dan usaha yang pertama adalah, menjauh.Menjauh dari segalanya tentang Edgar dan wanita barunya. Maria tiba-tiba tersenyum miris mendengar perkataan hatinya sendiri. Wanita baru. Rasanya ini merupakan pertama kalinya Maria mengatakan hal serupa itu.Wanita baru Edgar.Maria menggeleng singkat, menghela napas ketika sadar bahwa ia memikirkan Edgar lagi. Stop it, Maria. Anak lo sakit lagi kalo mikirin itu terus! Segesti
Maria menginjakan kaki di rumahnya setelah sekian lama, terakhir kali mungkin sudah setengah tahun yang lalu, membawa keterkejutan bibi, emba dan juga penjaga rumah yang lain. Karena terkhir mereka ingat nona muda mereka bilang tidak akan pulang kalau tuan besar belum siuman.Dan ketika Maria pulang, dengan Ares di gendongan, perut yang membesar pula, penuh pertanyaan dalam kepala para pekerja, namun seakan sadar kalau bukan wewenang mereka untuk tau, tidak ada yang menanyakan, hanya bibi Sari yang dengan luwes bertanya kabar dan keadaan Maria serta keluarga.Maria pernah bilang bukan? Ia meninggalkan rumah karena terlalu sepi, sisanya masih sama, bibi dan penjaga masih Maria tugaskan untuk menjaga rumah dengan baik, karena tidak mungkin Maria membiarkan rumah ini terbengkalai.Maria menurunkan Ares dari gendongannya, menyeret mainan dan barang-barang kesayangan Ares dalam koper besar yang langsung diambil alih oleh emba, sisanya Maria tak membawa apapun, semua miliknya pen
Aloha, anyonghaseyo yorobun, Esteifa imida~A Modern Fairytale akhirnya tamat juga.Pertama-tama aku mau ngucapin terimakasih banget buat teman-teman semua yang sudah mau membaca kisah dari anak-anakku, mulai dari Jane-Theo dan berlanjut ke Maria-Edgar.Terimakasih karena sudah memberi support untuk author dengan memberi ulasan dan komentar positif, terimakasih juga karena sudah mau mengikuti kisah-kisah buatan author dengan sabar menunggu update-an, terimakasih mau bertahan di cerita yang koinnya mahal ini.Buat kakak-kakak dan teman-teman yang mengikuti aku dari lapak Oren sampe sini khususnya, thank yu so much, aku sayang banget sama kalian. Kakakku Laely sha, Rhicut, Puspa Wulandari, sazaa, You and I, ada Jendeuk, Lee jae Wook, Ruby Jane, banyak lagi tapi aku lupa nama akunnya maaf, pokoknya makasih buat semuanya;)Buat yang punya aplikasi baca tulis Oren (wtpd) boleh banget cari Esteifa biar tau updatean cerita-ceritaku, karena aku sering info
Dua belas tahun kemudian... -- Pagi itu datang seperti hari biasa.Bunyi alarm, kicau burung, dan juga teriakan ibu yang menyuruh anak-anaknya bangun.Seorang wanita berambut hitam pendek seleher sedang sibuk menata piring diatas meja makan. Ia memakai dress floral selutut dengan lengan sampai siku.Lalu terdengar bunyi langkah dari tangga, turunlah laki-laki yang mempunyai wajah rupawan warisan orangtuanya, dia tinggi dan menggunakan seragam SMA.Ares meletakan ransel sekolahnya dikursi, duduk, lalu mengeluarkan ponsel dari saku. Anak laki-laki yang dahinya ditutupi plaster kecil itu mendecak sembari memejamkan mata.“Mommy jangan cium-cium aku ih,” eluh Ares sebal ketika ibunya, wanita bersurai pendek yang cantiknya suka disalahi sebagai kakak Ares itu tak sungkan mengecup dua pipi dan juga kening putranya.Ibu Ares balas mendecak, tak sungkan mengacak pelan rambut hitam lebat milik Ares yang sudah ditata baik-baik.“Haduh, anakk
“Saya dengar kamu sudah menikahi Maria?”Edgar tertendang keluar saat Maria didatangi teman kentalnya.Oleh karena itu, saat ia sedang terduduk didepan ruangan, kemudian berjalan berniat mengunjungi cafetaria Edgar bertemu ibu mertuanya. Mengatakan kalau sang ayah mertua ingin bertemu.Emily sudah tau kalau Maria sudah bangun, Albert Foster juga sudah menemuinya, dan terjadilah reuni mengharukan antara anak dan bapak itu.Edgar sendiri lebih banyak diam saat Albert mendatangi Maria, ia hanya mendengarkan percakapan rindu mereka sebelum keluar dari ruangan memberi keleluasaan untuk berbincang.Dan sekarang. Ayah mertua Edgar memanggilnya.Oke. Bahkan untuk menyematkan sebutan ayah mertua saja terdengar sedikit canggung.Edgar berdehem, lelaki itu menegakan punggung. Mengangguk kepada pria paruh baya yang duduk di brankar itu.“Maaf kalau saya menikahi Maria tanpa menunggu bapak bangun,” jawab Edgar dengan suara yan
“Sini foto dulu,” ujar wanita berambut pendek itu semangat, tangannya mengangkat ponsel tinggi-tinggi, berpose mendempel pada Maria yang memasang wajah sebal dari tadi.Jane memekik semangat melihat hasil foto yang ia dapatkan, wajah pucat Maria dan kusut rambut sultan satu itu amat sulit didapatkan.“Ntar kalo lo ulang tahun jadi ada bahan buat pasang muka aib,” ujar Jane kemudian.“Serah lo!” sahut Maria tak peduli.Ia tau kehadiran Jane di rumah sakit sepagi ini jelas karena sahabatnya itu khawatir akan keadaannya, namun setelah datang, Maria juga tau sekali kenapa Jane tak mengeluarkan raut wajah sedih atau eskpresi simpati, karena jika Jane melakukan hal itu wanita itu tau suasana hati Maria akan kembali buruk, oleh karena itu, tingkah konyol wanita yang hamil besar itu amat dibutuhkan saat ini.“Mana liat,” ujar Maria kemudian, memeriksa hasil jepretan yang Jane ambil. “Awas kalo lo uplod IG t
Tidak ada yang mudah, semua orang pun tau itu dari awal. Dalam hidup manusia selalu diwanti-wanti untuk waspada, karena hidup tak selalu baik-baik saja, banyak haling rintang, dan benar memang kalau itu semua melelahkan. Namun, bukankah karena lelah itu, manusia jadi lebih menghargai kehidupan.Maria sadar betul dengan apa yang dinamakan hubungan timbal balik. Apa yang kamu tanam itulah yang kamu tuai. Keduanya mirip.Sama-sama mengharuskan manusia untuk bercermin. Berkata bahwa, jangan mengharapkan apa yang lebih baik kalau dirimu sendiri saja belum sebaik itu.Dan tentu. Orang-orang mempunyai sifat tersendiri, ada yang terlahir dengan hati hangat dan juga ada yang memang dasarnya memiliki hati yang dingin. Tetapi hidup itu adalah perubahan, sifat manusia tak akan selalu sama.Berdasarkan hal-hal itu, Maria selalu bertanya-tanya, kenapa ia mendapatkan hal sebaik ini dalam hidup. Ia menanam hal sebaik apa hingga menuai keajaiban seperti Ares, suami yang bijaksana
Begitu sampai di rumah sakit, Edgar tak menunda untuk berlari, meninggalkan motornya didepan rumah sakit begitu saja, tak menghiraukan apapun, dengan napasnya yang memburu pria yang badannya basah karena tersiram hujan itu menuju unit gawat darurat.Melihat dengan matanya tiga orang perempuan duduk di kursi tunggu di ruang perawatan gawat darurat itu.Edgar menarik napas dalam-dalam, berlari, ia meneguk ludah sebelum kemudian berdiri didepan pintu UGD.“Ed,” panggil Emily dengan suara bergetar saat Edgar terlihat hendak menerobos pintu itu. “Jangan masuk dulu, nggak boleh.”Emily menarik lengan atas Edgar, menarik mundur menantunya itu, keadaan Maria jauh dari kata baik, apalagi dengan pendarahan yang dialami, Emily tidak yakin Edgar akan bisa melihatnya. Bahkan ia sendiri tak mampu menahan tangis melihat keadaan Maria sedemikian rupa.Edgar mengangkat pandangan, menghembuskan napas berat, hatinya amat sesak, ia tak bisa menunggu lebih lama untuk melihat Maria, ia tak
Edgar baru saja selesai rapat, lelaki tampan yang menggunakan setelan jas tanpa dasi itu melangkah dengan langkah lebar menuju kantornya. Tak ingin pangeran kecilnya menunggu lebih lama, karena Edgar sudah meninggalkan Ares dalam durasi yang cukup untuk memebuat anak itu marah pada Edgar.Saat baru keluar dari lift, Edgar mengembangkan senyum ketika matanya melihat anak empat tahun duduk di kursi kerja Laras dengan gadget ditangan. Sekretaris baru Edgar yang dipasrahi untuk menjaga Ares mungkin sedang ada keperluan hingga meninggalkan anak itu sendirian.Edgar menunduk ketika sudah sampai di depan anaknya, mengalihkan atensi anak itu pada sang ayah sejenak sebelum kembali menunduk pada gadget ditangan.Huft. Sepertinya Maria benar, Ares tidak seharusnya dikasih mainan digital di usia sedini ini. Karena lihat, Ares yang biasanya tidak pernah mengabaikan Edgar kini anak itu malah lebih tertarik dengan cacing pemburu donat dan burger di layar pipih itu. Tidak boleh dibia
-- “Hai guys,” sapa Maria saat baru sampai disana. Berdiri di sisi meja sementara satu pasang orang yang duduk itu mendongak dengan cepat.Mata mereka kompak melebar melihat kehadiran Maria yang menyapa dengan ramah meski tau kalau sejatinya Maria tidak seramah itu.Jane yang baru berhasil sampai di samping Maria langsung menarik lengan sahabatnya, Maria diam saja, menolak diajak pergi, dan saat Jane menatap Sabina serta lelaki yang kemungkinan besar adalah pacarnya ini Jane justru memicing sekilas lalu berubah melebarkan mata,“Eh, anjas, beneran mantan lo,” celetuk Jane tanpa malu, keras pula.Maria tersenyum ramah sekali, tak keberatan dengan perkataan Jane. “Maaf ganggu, ya. Gue pengen nyapa. Gimana kabarnya kalian?”Lelaki yang mempunyai mata kebiruan itu ikut memicing. Berkata dengan Bahasa Indonesia yang lancar. “Maria,”Maria mengangguk. “Hai, Just.”“H-how are you?” tanya Justin kemudian, tak terlalu menyangka dengan kehadiran Maria yang tiba-ti
Mungkin sebagian besar orang akan menganggap kalau Maria adalah wanita paling bodoh yang pernah ada.Dengan menyia-nyiakan lelaki rare yang terbukti baik seperti Edgar, ingin melepas status resmi dan malah teringin berpisah. Meski sadar kalau perasaannya masih berpaut pada lelaki itu. Masih sayang. Tetapi malah membuat derita untuk diri sendiri dengan menambah masalah lain.Benar. Edgar sudah membuktikannya pada Maria.Lelaki itu mengirimkan potongan video pembuktian kalau Edgar tak pernah bersama Sabina dalam artian yang special, Edgar yang selalu pulang sendirian dan juga terpisah dari Sabina, tak pernah membuat gestur atau kontak fisik berlebih, bersentuhan saja tidak. Apalagi dengan fakta bahwa Edgar tak pernah pulang diatas jam sebelas malam. Satu bulan lalu lelaki itu senggang dan hampir tak pernah lembur, selalu pulang kantor tepat waktu.Dan Ardila juga mengatakan kalau usia kandungan Sabina sudah tiga minggu, ibu mertua Maria itu juga ikut mayakinkan kalau apa y