Beranda / Romansa / (A)Gus Nazril / Bab 15 : Berjuang Bersama

Share

Bab 15 : Berjuang Bersama

Penulis: Aryani15
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-15 02:42:11

Ralin Point Of View

"Lin satu pasien lagi ya!" 

Aku mengangguk lemas, ini hari apa ya? Perasaan pagi sampai siang ini kok pasien banyak banget. Apotek ini berada di pinggiran kota jadi cocok banget buat alternative periksa daripada ke rumah sakit.

"Keluhannya?" Tanyaku pada Mbak Menik perawat yang membantu di apotek ini. Mbak Menik masih keluargaku. Simbah kami bersaudara.

"Katanya meriang! Suruh masuk ya?"

"Okay!"

Mbak Menik memanggil pasiennya sementara aku melirik hp sebentar, tadi sepertinya Mas Nazril telepon tapi enggak sempat aku angkat.

"Tanteeeeee!!!"

Aku menoleh dan cukup surprise dengan kedatangan dua pria yang cukup menawan ini.

"Loh ini pasiennya Mbak?" Tanyaku pada Mbak Menik sambil mendekati Ilyas lalu aku gendong.

"Iya Lin, kenal?"

Mau tidak mau aku tertawa sambil mengangguk pada Mbak Menik karena kenal banget sama pasiennya."

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • (A)Gus Nazril   Bab 16 : Menuju Halal

    Nazril Point Of View. Gue masih di restoran abang bersama Ralin dan Ilyas, ini misi pertama gue mengenalkan Ralin ke keluarga. Maunya ya pertama kali bawa ke umi dan abi tapi takut dia enggak nyaman makannya gue bawa saja ke abang dulu dengan alibi makan siang. Ilyas saat ini sedang sibuk makan ikan kesukaannya dan dengan telaten Ralin menghilangkan duri ikannya agar Ilyas tidak kesulitan. Kan! Kan! bayangan gue jadi kemana-mana. Bayangan tentang keluarga kecil bahagia, dimana gue sedang memandangi istri gue yang sedang menyuapi anak gue. Abang dan Mbak Cut pamit karena harus pergi ke rumah sakit untuk periksa kehamilan Mbak Cut yang sudah masuk minggu ke 28 itu. Gue sudah mau nambah keponakan lagi, si abang rajin banget, Sean dan Alfa di kirim ke pesantren sedangkan mereka jadi pengantin baru lagi. Sungguh menyiksa batin gue! Kembali ke Ralin! Gue sebenarnya agak enggak percaya Ralin mau kasih kesempatan. Gue p

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-16
  • (A)Gus Nazril   Bab 17 : Kunci Mobil

    Ralin Point Of View. "Ma Ralin jadi pergi ya?" "Sama Gisel kan?" "Iya Ma, Ralin jemput ke rumahnya." "Pulangnya jangan kesorean Lin! Nanti kamu jaga malam kan?" "InggihMama sayang!!" Aku segera mencium tangan dan pipi mama lalu bergegas ke rumah Gisel. Seneng banget sekarang Gisel sudah selesai segala urusannya di Australia dan sudah dapat kerjaan di sini, makanya aku todong dia nih buat traktir. Hari ini aku janjian ke Mall Paragon dengannya, aku minta ditemani beli kado untuk anak Mas Edo yang baru lahir. "Si Agus belum pulang Lin?" Tanya Gisel begitu kita sampai di parkiran Mall dia memang suka sekali memanggil Mas Nazril dengan nama Agus setelah aku ceritain kejadian waktu pertama kali ketemu di rumah sakit. "Katanya sudah tadi malam!" Mas Nazril baru saja pulang dari Jepang, suka ngeri sendiri kalau lihat jadwalnya terkadang bisa santai hanya

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-17
  • (A)Gus Nazril   Bab 18 : Pencuri Hati

    BAB 18 PENCURI HATI Nazril Point Of View. Gue masih dapat dispensasi libur sampai besok karena baru saja pulang dinas luar. Kemarin gue baru saja ikut Prof Danu ke Jepang dan setelahnya pun belum bisa istirahat karena harus lanjut ikut pertemuan dengan kolega Prof Danu yang terlibat dalam kerjaan beliau. Kalau bisa berteriak mungkin tulang-tulang di tubuh gue ini sudah pada histeris karena kecapekan tapi otak gue selalu memberi komando agar selalu bersyukur atas semua pemberian Allah termasuk kesibukan gue yang kadang-kadang enggak ada ampunnya ini. Malam ini di rumah abang sedang diadakan acara 7bulanan kehamilan Mbak Cut, semua keluarga berkumpul dan sudah pasti selalu gue yang jadi artisnya. Adakan artis yang hidupnya hanya penuh hujatan? Nah, itu ibaratnya gue. Apalagi Mbak Naya yang enggak berhenti bully gue waktu tahu gue bawa mobil

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-18
  • (A)Gus Nazril   Bab 19 : Kode Keras

    Ralin Point Of View Hari ini aku dan teman-teman mengunjungi kediaman Mas Edo untuk melihat bayi lucu nan menggemaskan. Sesuai kesepakatan kita langsung berangkat setelah turun jaga malam, aku, Putri dan petugas Laboratorium pergi dengan mobilku. Sedangkan Teguh, Mas Budi dan Bang Roma dengan mobil Mas Nazril. "Ini jam tangan siapa Dok? Kok kaya jam cowok?" Tanya Putri. Ya Tuhan, itu jam nya Mas Nazril ketinggal di mobilku. "Kaya pernah lihat enggak sih?" Sahut Diah, petugas laboratorium. "Iya kaya enggak asing!!' Ujar Putri sambil terus mengamati jam itu. Aku memilih diam, biarlah mereka berspekulasi sendiri saat ditanya kembali aku hanya tersenyum. Aku tidak mau bohong juga tak mau memancing kehebohan. Tidak butuh waktu lama untuk sampai ke rumah Mas Edo karena tempat tinggalnya masih satu kecamatan dengan rumah sakit. Mas Edo asli Malang tapi sekarang menetap di sini bersama anak d

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-19
  • (A)Gus Nazril   Bab 20 : Assalamualaikum Bulan

    Aku mengambil cuti karena hari ini adalah hari spesial untukku. Tidak ada yang berubah setiap tahunnya, aku hanya selalu mendapat pelukan cinta dari mama sekaligus doa tulus darinya. "Selamat ulang tahun bintangnya Mama, sehat dan bahagia selalu ya Sayang!" "Amiin, terimakasih Ma!" "Ralintangku, happy birthdaybebebku Sayang!" Kali ini sedikit berbeda karena kehadiran Gisel, aku membalas pelukannya dan mengucapkan terimakasih. Aku hanya bertiga dengan mama dan Gisel, aku memang enggak pernah merayakan ulangtahun dengan keramaian. Aku hanya ingat dulu selalu menunggu papa di setiap ulangtahunku tapi tak pernah hadir sejak kematian Rembulan. "Ini hadiah dariku, gaji pertama loh ini!" Ujar Gisel sambil menyerahkan kotak bermotif bunga. Aku langsung membukanya dan langsung tersenyum bahagia melihat sebuah stetoskop cantik perpaduan warna putih dan emas. "Cantik Gis! Terimakasih ya!" "Sama-sama!" "Mama ka

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-21
  • (A)Gus Nazril   Bab 21 : She Said Yes

    Nazril Point of view. Malam ini gue harus segera bertolak ke Bandung, rekor baru hidup gue dalam sehari menempuh perjalanan Jakarta-Semarang-Bandung. Tadi pagi gue ngerayu Prof. Danu untuk mengijinkan gue pulang ke Semarang sebentar. Entah kenapa rasanya pengen banget pulang di hari ulang tahun Ralin. Workshop di Jakarta sudah selesai kemarin tapi masih ada pertemuan kedua di ITB besok pagi jadi sebenarnya jadwal gue pulang masih dua hari lagi. Ada waktu luang satu hari sebelum lanjut Bandung dan gue manfaatin hari itu untuk pulang bertemu dengan Ralin. Dari bandara gue langsung menemui Ralin lalu setelah maghrib gue langsung berangkat lagi. Badan gue yang remuk redam seakan enggak ada rasanya dibandingkan dengan apa yang gue dapat hari ini. Alhamdulillah enggak sia-sia harus pulang pergi Semarang-Jakarta. Tadi waktu dirumah gue sekilas sudah bilang sama abi dan umi, beliau berdua menyuruh gue segera menemui orangtua R

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-22
  • (A)Gus Nazril   Bab 22 : Masa Lalu

    Begitu kerjaan gue selesai gue langsung pamit sama Prof Danu pulang, sebenarnya masih ada acara makan malam tapi gue sudah enggak bisa tinggal lagi. Sejak kemarin gue beneran enggak bisa tenang karena Ralin enggak balas chat gue, telepon gue juga enggak pernah dia angkat. Gue hubungi Edo dan kata dia Ralin ngajuin cuti 3 hari, gue hubungi Tante Rani dan beliau hanya menangis tapi belum mau cerita nunggu gue datang. Begitu sampai di Semarang tujuan pertama gue adalah rumah, gue enggak bisa kalau enggak cerita sama umi atau abi. Setelahnya baru gue ke rumah Ralin. Di rumah Ralin ada beberapa orang. Gisel dan mamanya serta seorang lelaki yang tante kenalkan sebagai suami, namanya Om Yuda. Ternyata ini dia suaminya Tante Rani. Pernikahan itu terjadi karena amanah dari kakeknya Ralin. Beliau merasa bersalah karena menjodohkan Tante Rani dengan papanya Ralin tapi akhirnya harus bercerai. Om Yuda adalah pegawai kakeknya Ralin, Om Yuda orang kepercayaan kakek

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-23
  • (A)Gus Nazril   Bab 23 : Kamu Punya Allah

    Ralin Point Of View.Aku masih menunggu Mas Nazril mengangkat teleponku."Ralin?""Mas Nazril sudah pulang dari Bandung?""Sudah, kamu di mana?""Boleh aku tanya sesuatu Mas?""Boleh tapi jawab dulu kamu di mana Lin!""Kamu enggak tahu kan Mas tentang pernikahan mama?""Jawab dulu Ralin kamu dimana?""Jawab aku Mas kalau kamu enggak tau!"Aku sudah tidak bisa lagi menahan air mata, hanya dia orang yang saat ini aku harapkan tidak menghianatiku."Kamu enggak tahu kan Mas? Iya kan? Aku tahu kamu enggak akan pernah bohong sama aku!"Demi Allah, aku hanya ingin dengar dia bilang tidak tahu tentang pernikahan mama."Maafin aku Lin!"Jawabnya lirih.Dan hancur sudah hatiku, lengkap sekarang! Orang-orang yang aku sayangi dan aku percaya semuanya menghianatiku."Ralin! Katakan kamu di mana! Kita

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-23

Bab terbaru

  • (A)Gus Nazril   Bab 54 : Khatam

    Siang ini kesibukan pesantren lebih terasa karena malam nanti adalah malam inti dari acara wisuda santri. Jika biasanya acara santri putri diadakan di siang hari, tahun ini abi dan seluruh keluarga juga pengurus pesantren sepakat untuk mengadakannya dimalam hari dimulai sehabis maghrib. Banyak wali santri yang sudah berdatangan dari berbagai daerah, penginapan-penginapan yang sengaja disiapkan oleh para santri sudah banyak yang penuh. Kebahagiaan santri salah satunya ya saat-saat seperti ini, jadi kangennyantri.Padahal dari semua saudara, gue yang paling bandel. Gue hanya nyantri dari MI sampai Mts selebihnya gue dirumah ini, ngaji sama simbah dan abi. "Yang ikut wisuda banyak juga ya Mas, berarti habis ini berkurang banyak ya?" Tanya Ralin. "Ya enggak mesti langsung pada pamit Lin, biasanya kalau yang enggak kuliah atau nikah masih pada disini nerusin ngaji, itu kemarin juga santri baru alhamdulillah sudah masuk banyak cuma kan b

  • (A)Gus Nazril   Bab 53 : Sawi Goreng

    Nazril Point Of View. “Lin, lapar!” Ucap gue dengan ekspresi yang semenyedihkan mungkin karena gue tahu istri gue yang cantik ini bakalan ngomel-ngomel kalau gue makan selarut ini. Dan benar saja, Ralin malah merapatkan selimutnya. Gue yakin bukan karena dia enggak mau melayani gue, tapi karena dia sayang sama gue. Sekarang sudah hampir jam satu, tadi gue dan Ralin habis ngobrol banyak. Kita memang punya satu waktu khusus untuk ngobrol berdua yang biasa kita sebut dengan sesi kejujuran dan itu harus kita lakukan. Gue kenal Ralin, dia adalah tipe orang yang susah untuk cerita tentang kesedihannya, memilih memendamnya sendiri. Makanya gue sengaja membuat acara sesi kejujuran itu, awalnya hanya iseng tapi semakin lama menjadi sebuah keharusan karena dari situ gue bisa tahu banyak hal tentang perasaan Ralin. Intinya dibuat nyaman dulu baru dia mau cerita. “Masakin nasi goreng dong Lin!” Gue masih berusaha ke

  • (A)Gus Nazril   Bab 52 : Sesi Kejujuran

    Ralin Point Of View “Terimakasih kesempatan yang diberikan kepada saya untuk berbicara. Yang pertama saya ingin mengucapkan syukur pada Allah karena begitu banyak hal baik dan berkesan dalam hidup saya hingga detik ini. Yang kedua terimakasih pada pihak rumah sakit yang telah memberikan kesempatan pada saya untuk bisa bergabung dalam operasi ini, suatu kehormatan dan ilmu berharga bagi saya.” “Selanjutnya saya sangat ingin berterimakasih pada seseorang yang telah memberikan kebahagiaan terbesar dalam hidup saya selain keluarga, seseorang yang menjadi alasan saya untuk terus menjadi pribadi yang lebih baik, seseorang yang menjadi alasan saya untuk segera pulang ke rumah, dan seseorang yang menjadi alasan saya untuk tetap kuat. Maaf jika masih belum bisa menjadi yang terbik, maaf jika masih terus membuatmu bersedih, terimakasih karena tetap bertahan di sampingku, terimakasih karena te

  • (A)Gus Nazril   Bab 51 : Duplikat Papa

    Nazril Point Of View Benar kata istri gue kalau setiap harinya kita lalui dengan perasaan syukur dan bahagia, waktu akan terasa cepat. Itulah yang gue rasakan, lima hari dalam seminggu gue kerja dirumah sakit kadang juga bisa keluar kota atau bahkan sesekali ke luar negeri dan setiap gue sampai rumah ada anak dan istri gue yang sudah menyambut. Melihat senyum mereka membuat capek gue seketika hilang, pelukan mereka membuat gue kembali semangat berjuang mencari nafkah buat mereka. Dan itu semua membuat waktu begitu cepat berlalu tanpa terasa Rey sudah berumur dua tahun. Sudah aktif banget lari kesana kemari. Kata umi Rey itu fotocopyan gue banget pas waktu kecil, anaknya enggak bisa diem apa-apa pengen dipegang, kalau bahasa jawanyaglidikbanget, kata umi dulu waktu gue kecil pernah minum air bekas cucian piring, mungkin itu kali ya rahasia ganteng gue?? Ha ha Gue sangat bersyukur Rey tumbuh sehat dan

  • (A)Gus Nazril   Bab 51 : Duplikat Papa

    Nazril Point Of View Benar kata istri gue kalau setiap harinya kita lalui dengan perasaan syukur dan bahagia, waktu akan terasa cepat. Itulah yang gue rasakan, lima hari dalam seminggu gue kerja dirumah sakit kadang juga bisa keluar kota atau bahkan sesekali ke luar negeri dan setiap gue sampai rumah ada anak dan istri gue yang sudah menyambut. Melihat senyum mereka membuat capek gue seketika hilang, pelukan mereka membuat gue kembali semangat berjuang mencari nafkah buat mereka. Dan itu semua membuat waktu begitu cepat berlalu tanpa terasa Rey sudah berumur dua tahun. Sudah aktif banget lari kesana kemari. Kata umi Rey itu fotocopyan gue banget pas waktu kecil, anaknya enggak bisa diem apa-apa pengen dipegang, kalau bahasa jawanyaglidikbanget, kata umi dulu waktu gue kecil pernah minum air bekas cucian piring, mungkin itu kali ya rahasia ganteng gue?? Ha ha Gue sangat bersyukur Rey tumbuh sehat dan

  • (A)Gus Nazril   Bab 50 : Bukti

    "Lin! Mama duluan ya! Enggak enak sama Tante Sinta dan keluarga!" "Ya sudah deh Ma, duluan saja sama Om Yuda nanti Ralin nyusul!" "Jangan lama-lama enggak enak kalau datangnya belakangan!" "Iya Ma!" Aku masih sibuk menyiapkan segala keperluan Reyshaka dan Mas Nazril. Hari ini adalah hari resepsi pernikahan Gisel dan Mahesa. Mama dan Om Yuda sudah pamit duluan, tadi di grup keluarga Bang Arkan bilang sudah mau jalan. Tapi lihatlah dua jagoanku, masih asyik bermain air di kamar mandi! "Mas!! Sudah belum mandinya? Yang lain sudah pada berangkat!" Teriakku dari luar kamar mandi. "Sebentar!!" "Dari 10 menit yang lalu kamu juga bilang sebentar!" Dia tidak menghiraukanku, malah asyik bermain dengan Reyshaka di kamar mandi, anaknya juga terdengar senang sekali bermain air, dia teriak-teriak dan tertawa. Kalau seperti ini sudah pasti akan terlambat, untung kemarin kita hadir di acara pemberkatan Gisel dan Mahesa jadinya kalau ha

  • (A)Gus Nazril   Bab 49 : Aqiqah

    Hari ini di pesantren diadakan acara aqiqah anakku, tepat di hari ketujuh kelahirannya, Mas Nazril tetap menyembelih dua kambing walaupun anak kita masih di rumah sakit. Dua hari yang lalu alhamdulillah aku sudah boleh pulang dan setiap pagi aku selalu pergi ke rumah sakit mengantar ASI sekalian menjenguk Reyshaka. Acaranya hanya syukuran biasa dengan mengundang warga sekitar pesantren untuk ikut mendoakan anakku dan juga membagikan masakan aqiqahnya pada warga setempat. Karena hanya dua ekor kambing dan itu tidak mencukupi untuk warga pesantren, Mas Nazril membeli satu ekor sapi untuk disembelih dan dimasak untuk keluarga dan para santri. Sekali-kali menyenangkan hati para santri katanya, sebagai ucapan terimakasih juga karena selama ini para santri banyak membantu keluarga kita. "Lin, besok aku ada kerjaan ke Jakarta selama tiga hari." Kata Mas Nazril yang sibuk dengan laptopnya. "Berangkatnya hari ini Mas?" "Aaaaaa." Sebelum menjawab dia membuka mu

  • (A)Gus Nazril   Bab 48 : Pertemuan

    Ralin Point Of View Malam ini aku masih harus menahan diri untuk melihat anakku karena keadaan kami belum memungkinkan. Sejak dia lahir aku sama sekali belum bisa mennyentuhnya dan melihat wajahnya. Saat ini aku hanya tinggal berdua dengan Mas Nazril, dia masih tertidur. Kasihan sekali pasti capek banget sejak kemarin harus kesana kemari mengurusi aku. Mama, umi dan yang lainnya sudah pamit sejak tadi. Sebenarnya mama ingin tinggal tapi aku larang, beliau sejak kemarin juga banyak begadang menemani aku, mama orangnya enggak kuat kalau kurang tidur. Jika dipaksakan malah akan meriang berhari-hari. "Lin!" Aku menoleh ke arahnya, dia tersenyum lalu ke kamar mandi. "Aku sholat isya dulu ya!" Katanya setelah keluar dari kamar mandi. Sementara dia sholat aku sibuk membalas chat dari teman-teman yang mengucapkan selamat atas kelahiran anakku. Dan chat terbanyak datang dari Gisel, sejak kemarin dia terus

  • (A)Gus Nazril   Bab 47 : Perjuangan

    Gue masih mondar-mandir di depan ruang operasi, 5 menit yang lalu gue diusir sama dr. Alfaina keluar ruang operasi. Sejak Ralin mulai masuk gue sudah ikut sama dia, kasih dia dukungan tapi lama-kelamaan gue banyak omong jadilah gue diusir keluar dari kamar operasi. Ternyata bukan cuma Ralin yang jadi banyak omong kalau gugup, gue pun sama. Tadi gue gugup dan khawatir banget alhasil mulut gue enggak bisa diem. Rencana operasinya mundur jadi sore hari karena harus menaikkan hb Ralin dulu dan sejak semalam dia harus berjuang melawan rasa sakit. Alhamdulillah selain Bude Nilna masih ada dua lagi pendonor dariKangMadi dan saudara Mama Rani, jadi Ralin punya persedian 6 kantong darah. "Ril, duduklah! Tambah pusing Umi lihatnya!" Tegur Umi. "Iya Umi, gugup! Maaf!" "Ya semua juga gugup dan khawatir, kamu jangan bikin tambah puyeng!" Gue hanya nyengir, merasa bersalah. Saat ini gue ditemani mama dan umi, selain itu ada

DMCA.com Protection Status