34. Bukti Kejahatan di Club Biologi
Ken dan Jane yang baru datang ke rumah sakit menghampiri Aland dan Romeo yang duduk di kursi tunggu, usai beberapa saat mencari keberadaan mereka.
“Maaf, kami baru bisa datang karena latihan baru saja selesai. Bagaimana keadaan mereka?” Tanpa basa-basi, Ken langsung bertanya begitu mereka sudah ada di hadapan Romeo dan Aland. Kedua laki-laki itu lalu berdiri saat melihat teman-temannya datang.
“Keadaan mereka sudah lebih baik sekarang, hanya saja mereka masih harus beristirahat karena mereka cukup lemah. Kata dokter, mereka mengonsumsi obat-obatan dalam dosis yang cukup membuat kaget untuk pemula. Sementara mereka tidak pernah mengonsumsi obat-obatan sebelumnya.”
Jane dan Ken sama terkejutnya dengan penjelasan Romeo. “Maksudmu … obat-obatan terlarang?” tanya Jane. Romeo mengangguk.
“Mereka harus dirawat agar tak terjadi ketergantungan,” jawab Aland.
&l
Bukti yang direnggut di Bilik Toilet“Tidak apa-apa. Kita masih punya formula itu.” Romeo mengingatkan. Sedetik kemudian, matanya melebar begitu mengingat alat perekam Joo ang mati dan ia menduga karena Lili memakai jammer. “Formula itu, di mana formula itu?”“Jane yang menimpannya,” jawab Aland. Melihat Romeo yang bergegas pergi, Aland tampak bingung. “Kau mau ke mana?”“Mencari Jane.” Romeo telah berlari, lalu diikuti oleh Aland, Kate dan Joo yang sebelumnya saling menatap heran karena kegelisahan Romeo.“Rome, tunggu!” Joo berteriak memanggil Romeo yang berlari di koridor yang sepi. Joo berusaha menggapai laki-laki itu meski ia cepat sekali, akhirnya Joo berhasil menarik kemeja Romeo membuatnya berhenti.“Ada apa? Mengapa kau terlihat khawatir?” tanya Joo yang telah berhasil mencapai Romeo. Aland dan Kate yang tertinggal di belaka
Percakapan di Depan Ruang Kesehatan“Apa yang kalian lakukan pada temanku?!” Kate berlari k earah Ken, bertepatan dengan orang-orang bertopeng itu berhasil merenggut botol formula dari Ken. Mereka kemudian berlari membawa satu-satunya bukti yang mereka miliki.Kate hendak mengajar para orang itu, tetapi saat dia ingin menghadang mereka, Kate justru jatuh tersungkur di lantai karena mereka mendorongnya dengan kuat. Kate terkejut untuk beberapa saat, ia tak bisa melihat wajah orang itu saat pergi.Kate menoleh pada Ken segera bangun untuk menolong laki-laki itu. Kate khawatir melihat Ken yang telah menangis ketakutan. “Ken.” Begitu Kate membantunya untuk membangunkannya, Ken langsung memeluk gadis itu dan menangis di pundak Kate. Kate sempat terkejut karena Ken memeluknya. Gadis itu bisa merasakan Ken benar-benar ketakuan karena kejadian yang barusan menimpanya.“Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Me
Kemarahan KateBegitu kelas selesai, Aland, Joo, Romeo beserta Jane langsung menuju ke ruang kesehatan begitu membaca pesan grup yang dikirimkan oleh Kate, yang berisi kejadian yang menimpa Ken siang tadi.“Kate!” Kate yang tengah duduk di ruang tunggu dengan bersandar di dinding langsung menegakkan tubuhnya begitu teman-temannya datang dengan wajah khawatir mereka.“Di mana Ken? Bagaimana keadaannya sekarang?” tanya Aland tanpa basa-basi.“Dia di dalam, sedang tidur,” jawab Kate lemah. Hari ini ia mengeluarkan cukup banyak air mata karena melihat keadaan Ken.“Aku ingin melihatnya.” Jane yang hendak masuk ke dalam dihentikan oleh Kate.“Jangan dulu. Biarkan dia isirahat. Ken baru saja tidur setelah diberi obat oleh dokter. Karena sejak kejadian itu dia menjadi sangat pendiam dan tatapannya kosong,” ucap Kate melarang Jane masuk ke dalam. Jane mencoba mengert
Kau menyukainya?Ketika akan pulang, Joo melihat Kate duduk di atas kursi panjang yang ada di taman kampus. Laki-laki itu menghela napas pelan, memutar arahnya tak jadi pulang—menghampiri Kate yang tengah duduk termenung sendirian.“Belum pulang?” tanya Joo. Kate yang semula termenung, tersentak saat Joo duduk di sampingnya. Gadis berambut pendek itu menoleh padanya sesaat, lantas menjatuhkan pandangannya pada banyak hal di depannya kembali.“Belum,” jawab Kate singkat. Helaan napas terdengar dari bibir Joo mendengar Kate begitu malas-malasan menjawab pertanyaannya.“Kau juga marah padaku?” Pertanyaan Joo tak dihiraukan Kate, gadis itu diam. Sunyi menghinggapi mereka selama beberapa saat. Joo tak bisa jika mereka berdua saling diam seperti ini. Ia dan Kate terbiasa saling bercanda dan mengejek satu sama lain.Joo berdecak, laki-laki itu kemudian menatap wajah Kate dengan serius. &ldq
Usaha Untuk Menyakinkan RektorAndro keluar dari ruangan rektor seraya berkata pada Aland yang sejak tadi menunggu di depan ruangan. “Sebelum bertemu dengan rektor, rapikan pakaianmu terlebih dahulu,” ucap Andro kepada Aland, usai ia menjadi perantara sebelum para mahasiswa bisa bertemu dengan rektor.Aland segera merapikan tatanan kemeja serta rambutnya. Holland university memang memberi peraturan agar di hari senin dan selasa, para mahasiswanya wajib memakai kemeja putih serta bawahan hitam. Celana hitam untuk laki-laki, sedangkan untuk perempuan rok berwarna hitam. Tas yang semula hanya dirangkulnya di sebelah pundaknya, kini Aland merangkul tasnya di kedua pundaknya.“Silakan.” Andro membukakan pintu, mempersilakan Aland untuk masuk ke dalam.“Baik, terima kasih banyak,” ucap Aland pada Andro yang telah membantunya untuk mendapatkan izin pertemuan dengan rektor.“Sama-sama.&rdquo
Ken Tidak Hadir di KelasJane mengaduk minumannya yang sebenarnya tak perlu diaduk lagi. “Aku merasa bersalah pada Ken,” ucapnya tiba-tiba. Romeo serta Joo yang tengah sibuk dengan makanan mereka, mendongak pada gadis itu sesaat.“Ken terpukul sampai dia tidak masuk kuliah hari ini dan kita masih makan di sini, apa itu tidak jahat?”Mie yang masuk ke dalam mulut Joo terlalu banyak sehingga saat Jane mengaakan itu, ia merespons dengan mulut penuh. “Mengapa? Makan itu kan bukan sebuah kejahatan.”“Tapi … tetap saja, aku merasa bersalah pada Ken. Jika saat itu aku tidak menitipkan formula itu karena aku harus menghadiri kelas, mungkin kejadian itu tidak akan terjadi padanya.”“Lalu bagaimana jika kejadian itu justru terjadi padamu?” tanya Romeo membalikkan pertanyaan Jane.Jane sukses terdiam sesaat. “Bukan begitu. Maksudku jika kejadian
Buktikan Dengan Menontonnya Bersamaku “Kalian pikir kalian bisa pergi dengan mudah?” tantang Fluke. “Ayolah, jangan banyak bicara,” ucap Joo tanpa sadar. Sejurus kemudian laki-laki itu tersadar dan segera menutup mulutnya. Gara-gara cara bicara Romeo yang cukup berani, Joo sampai lupa untuk beberapa saat kalau yang ada di hadapannya itu Fluke keponakan rektor yang angkuh. Fluke seketika bereaksi karena ucapan Joo. “Siapa yang banyak bicara?” tanya Fluke pada Joo, nada bicaranya mulai meninggi. Joo seketika melotot, laki-laki itu cepat-cepat menggelengkan kepalanya. “Tidak-tidak. Maksudku …,” ucapan Joo menggantung karena kehabisan akal untuk mencari alasan, matanya lalu melirik Jane yang berada di sampingnya. “Maksudku temanku ini, Jane, dia banyak bicara.” Jane sontak menoleh pada Joo, melotot padanya. Joo mengerjapkan matanya dengan cepat. “Diamlah Jane, jangan banyak bicara,” ulang Joo seolah-olah sedang menegur J
Kate sukses dibuat mematung mendengar kalimat terakhir Ken.“A—apa maksudmu?” Kate sampai terbata karena sikap Ken yang tiba-tiba berbeda dari biasanya.Ken tak menjawab. Tatapan laki-laki itu begitu dalam menatap mata Kate. Ken semakin mendekatkan tubuhnya pada Kate, membuat tatapan gadis itu melebar. Kate sontak mundur higga ke jung sofa, tetapi Ken masih mendekat padanya. Kali ini Kate tak melihat sisi kemayu Ken sama sekali, yang ia lihat hanya sisi lain Ken yang belum pernah dilihatnya. Ken yang lebih terlihat seperti seorang pria.Ken begitu dekat dengan tubuhnya, ini adalah peringatan besar bagi Kate kala ia mengingat genre fil Ken yang temukan sebelumnya. Kate selah dipaksa untuk sadar sepenuhnya dari alam bawah sadarnya, bahwa Ken berbeda dengan laki-laki pada umumnya.Kate sontak mendorong tubuh Ken menjauh darinya. Gadis itu sudah panik sejak Ken tiba-tiba bersikap aneh padanya seper
Fluke menyusup ke ruang belakang panggung. Ia melihat seorang pria yang bertugas mengatur lighting serta pergantian background layar sesuai berjalannya penampilan. Fluke diam-diam mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya. Dan membungkam mulut petugas itu dengan sapu tangan yang sudah dilumurinya dengan obat bius. Petugas yang terkejut karena tiba-tiba seseorang membekap mulutnya, sempat merona. Namun, tak butuh waktu lama, keadaannya menjadi lemas dan akhirnya tak sadarkan diri. Dua orang kemudian datang menghampir Fluke, dan seolah sudah mengerti atas perintah Fluke, mereka membawa petugas itu ke tempat yang aman.Fluke kemudian menggantikan petugas itu dengan duduk dan memakai topi dan masker untuk menyamar sebagai petugas di belakang panggung. Ia yang kemudian menatap layar yang menampilkan tampilan drama dansa yang sudah direkam oleh kamera di depan panggung. Sehingga ia dapat melihat jalannya penampilan.Ken sudah memasuki area panggung, sesuai alu
Romeo membawa laptopnya ke balkon gedung tua yang lebarnya hanya satu x satu meter itu. Ia menunggu sinyal Aland yang tak kunjung muncul, di satu sisi saat malam hari seperti ini jaringan internet di gedung lama itu cukup lambat mengakibatkan pekerjaannya jadi terhambat. Padahal ia juga harus melacak digit nomor peneror Tor, karena sejak hari masih sore pun ia belum berhasil melakukannya.“Bagaimana ini, posisi Aland bisa berbahaya jika aku tidak kunjung menyelesaikan pekerjaanku.”Meski tak mengerti betul maksud Aland menyuruhnya melakukan pekerjaan ini karena Aland bercerita apa pun padanya, tetapi Romeo yakin semua pekerjaan yang diserahkan padanya saling berhubungan dengan keselamatan Aland di sana. Maka dari itu ia mengerahkan semua kemampuannya, ia tak ingin pengorbanan temannya itu berakhir sia-sia begitu saja. Usai berpikir berulang kali, akhirnya Romeo memutuskan untuk pergi dari gedung tua itu untuk menyusup ke dalam gedung utama kampus. Tempat pe
“Jane? Bukankah itu kau?” seorang gadis yang merupakan anggota club dansa itu menghampiri Jane dengan tatapan tak percayanya. Jane yang kebingungan dan merasa begitu terkejut dengan apa yang terjadi tak tahu harus berbuat apa.“Aku tidak menyangka sekali Jane kau berbuat seperti itu. Kau face of campus Jane.” Tambah yang lain.Jane merasa semakin bingung dan tertekan kala suara penonton mulai membicarakannya yang tidak-tidak, menyorakinya dengan hal-hal buruk pada hal yang tidak sama sekali ia lakukan. Jane menoleh kembali pada layar besar di belakangnya, berharap mimpi buruk tentang fotonya yang dipertontonkan kepada semua orang itu tidak pernah erjadi. Namun, Jane melihat dengan jelas foto yang menampilkan dirinya itu.Jane menutup telinganya dan memejamkan mata. Merasa frustasi dengan kejadian yang tak pernah diduganya ini. jelas-jelas itu adalah foto Fluke, tetapi wajah laki-laki itu buram. Jane semakin frustasi memikirkan dan m
Orang itu dibuka dan ternyata dia Willy. Willy dirawat di rumah sakit Karen luka parah. The protagonist selebrasi secara diam-diam atas kemengangan mereka, mereka menganggap penderitaan sudah berakhir. Mereka bertemu Jane tetapi tidak ada yang mengajaknya bicara.Tapi ternyata salah, terror masih terjadi di mana-mana dan semakin menjadi di kampus.Poster buronan para protagonist diganti dengan poster gambar Jane yang sangat besar. Makian dan bulyyan terhadap jane dan Ken, usai foto mesra mereka beredar. Mereka diminta untuk turun dari jabata mereka sebagai face of campus. King dan queen kampus.Di kondominiumnya, Jane berdiri di atap dan ingin mengakhiri hidupnya. Fluke datang tepat waktu dan meminta maaf padanya. Menjelaskan bahwa semua yang dia lakukan bukanlah rencananya.tetapi karrena ia di terror oleh GTH untuk menghancurkan persahabatan mereka sampai tak berkumpul lagi..Fluke lalu menemui teman-te
Aland, Joo dan Romeo sudah sampai di bawah untuk melihat siapa sebenarnya pemimpin geng topeng hitam itu. Joo melirik ke sekelilingnya untuk memastikan bahwa tidak ada penjaga yang mengejar mereka. Romeo dan Aland duduk di dekat orang yang diduga kaisar itu. Aland melirik Romeo sesaat, laki-laki itu mengangguk serta mengerti maksud Aland. Aland meraih topeng hitam-puih dan membukanya.Mereka bertiga terkejut melihat wajah sebenarnya pemimpin geng topeng hitam itu.“Willy?” ucap Joo terkejut dan ikut duduk dengan kedua temannya. Mereka benar-benar tak percaya bahwa Will-lah yang sebenarnya selama ini menciptakan kerusuhan secara misterius di dalam kampus.“Dasar munafik.” Umpat Joo tepat saat melihat wajah Willy yang kini bersimpah darah di dahinya. “Dia bersikap sebagai mahasiswa teladan di kampus tetapi dia memiliki hati yang sangat busuk.”Romeo dan Aland kompak melirik Joo ketika laki-laki itu mengatakan itu. Mereka
“Aku juga tidak menyangka.” Joo tersenyum geli membayangkan kedua temannya yang memeiliki sifat unik jika mereka bersama akan seperti apa? Pasti lucu sekali. “Aku tidak bisa membayangkan ghadis tomboy itu rupanya menyukai laki-laki kemayu seperti Ken.”Romeo merasa geli melihat wajah Joo ang sedang membayangkan sesuatu. “Apa yang kau pikirkan? Berhenti berhayal.”Joo mendengus pada Romeo. “Kau tidak pernah tahu rasanya senang melihat temanmu jatuh cinta. Lebih baik cari pasangan sana, supaya kau tahu rasanya jatuh cinta!” ejek Joo pada Romeo.Romeo mendelik pada Joo karena laki-laki itu tiba-tiba menyinggung tentang pasangan. “Apa yang kau maksud? Bercermin dulu sebelum mengolok orang lain. Kau sendiri belum memiliki kekasih.”Joo langsung terdiam mendengarnya. Sementara Aland yang tengah duduk di antara mereka berdua melirik Romeo dan Joo dengan heran. “teman-teman, pertunjukkannya sudah a
"Bagaimana kinerjamu itu, Irene? Sebagai pemimpin club-mu kau mendapatkan tanggung jawab untuk mengatur kostum kami, tapi apa yang terjadi? Bukankah anggotamu sudah banyak? Ini kostum pemeran utama padahal."Jane menarik tangan Ken, mengingatkan laki-laki itu untuk tidak menyuarai Irene seperti itu melalui tatapan matanya. Jane merasa tidak enak sendiri melihat Irene yang mendapat omelan dari Ken, ia merasa Irene tidak sengaja melupakan kostumnya karena begitu banyak pekerjaan yang dia lakukan."Maafkan aku, aku benar-benar menyesal. Ayo, kemarilah. Duduklah dulu di sini. Aku akan akan kembali lagi membawa kostumnya untukmu."Irene buru-buru pergi mencari kostum pemeran utama wanita. Sementara Jane dan Ken mau tak mau menunggunya di sana. Ken melirik jam di pergelangan tangannya, acara tinggal sepuluh menit lagi."Jangan berbicara seperti itu padanya, mungkin saja dia tidak sengaja melupakan kostumku karena terlalu banyak pekerjaan yang ia kerjakan." Jane
"Bagaimana kinerjamu itu, Irene? Sebagai pemimpin club-mu kau mendapatkan tanggung jawab untuk mengatur kostum kami, tapi apa yang terjadi? Bukankah anggotamu sudah banyak? Ini kostum pemeran utama padahal."Jane menarik tangan Ken, mengingatkan laki-laki itu untuk tidak menyuarai Irene seperti itu melalui tatapan matanya. Jane merasa tidak enak sendiri melihat Irene yang mendapat omelan dari Ken, ia merasa Irene tidak sengaja melupakan kostumnya karena begitu banyak pekerjaan yang dia lakukan."Maafkan aku, aku benar-benar menyesal. Ayo, kemarilah. Duduklah dulu di sini. Aku akan akan kembali lagi membawa kostumnya untukmu."Irene buru-buru pergi mencari kostum pemeran utama wanita. Sementara Jane dan Ken mau tak mau menunggunya di sana. Ken melirik jam di pergelangan tangannya, acara tinggal sepuluh menit lagi."Jangan berbicara seperti itu padanya, mungkin saja dia tidak sengaja melupakan kostumku karena terlalu banyak pekerjaan yang ia kerjakan." Jane
“Terserah kau saja!” Jane yang mulanya berteriak karena kekesalannya pada Fluke, terkejut karena reaksi Fluke. “terserah apa yang ingin kau katakan. Karena jika aku menceritakannya pun, kau juga tidak akan memahami mengapa aku melakukan hal ini! Aku sudah tidak peduli apa pun yang kau nilai tentang diriku lagi!” Jane terkejut dengan pernyataan Fluke yang didengarnya. “Apa maksudmu?” tanya Jane dengan heran. Namun, Fluke tampak tak ingin menjawab pertanyaan gadis itu. Laki-laki itu membalikkan badannya dan memerintahkan Jane untuk pergi dari hadapannya. “Pergi dari sini.” “Apa? Kau mengusirku?” tanya Jane tak percaya. “Pergi, Jane. Atau akan menyesal seumur hidup jika kau masih tetap di sini.” Jane yang hendak membalas langsung terdiam dengan perkataan laki-laki itu. Mau tak mau dengan ancaman itu, Jane meninggalkan ruangan Fluke dengan amarah dan pertanyaan yang kini bersarang di kepalanya. Hari perayaan kampus telah tiba. Semua