"Apa?" Belicia mendekatkan indra pendengarannya pada wajah sarat frustasi asisten Tuan Aroon tersebut. Morgan tak terlihat menggubris apapun ucapan yang keluar dari pita suara Belicia. Pemuda itu hanyut merasakan sensasi kepalanya berputar-putar. Malam ini ia terlalu banyak mengonsumsi alkohol. "Hahaha asisten yang katanya orang kepercayaan dan andalan Tuan Aroon terancam kehilangan pekerjaan? Terdengar indah sekali!" Belicia kembali menarik wajahnya dari jarak yang sebelumnya hanya beberapa senti dari wajah tampan Morgan. Wanita berbibir sensual itu menolak tidak senang mendengar kalimat Morgan yang terdengar menyedihkan. Mengingat ia sebelumnya mengalami kejadian tak menyenangkan dengan pemuda beriris cokelat tersebut. Kala itu Morgan dengan emosinya mempermalukan Belicia di depan karyawan Aroon's Company. Menjadikan model di bawah naungan Top Stories tersebut menjadi bahan tertawaan.Belicia nyaris saja berdiri dari tempat duduknya sekarang, meninggalkan Morgan meratapi kemalan
"Jika tidak ada iktikad baik dari Aroon's Company, secepatnya aku akan mengambil tindakan tegas memutus kontrakmu dengan perusahaan itu." Bos dari puluhan model itu terdengar berkata serius. "Ini sudah empat hari dari hari kau tanda tangan kontrak, tapi kau masih belum melakukan pemotretan. Perusahaan itu akan dikenakan denda penalti.""Jangan, Bos. Setelah dari sini aku sendiri yang akan ke perusahaan itu untuk menuntut iktikad baik mereka. Lagi pula masih ada satu hari lagi. Mereka terbilang tak melanggar aturan."Pagi ini Belicia sedang berada di ruangan kerja si bos, memenuhi panggilan pria tua beruban itu untuk mendiskusikan terkait kerjasamanya dengan Aroon's Company yang tak kunjung mengalami pergerakan. Biasanya, pemotretan dilaksanakan sehari setelah tanda tangan kontrak, atau paling lambat lima hari setelah itu. Sesuai peraturan yang sedari dulu berlaku di Top Stories. "Ini semua gara-gara mantan anak emas Anda itu, Bos. Beberapa waktu lalu perusahaan itu memfokuskan juga m
"Hei, kau memerintahku?" Alessandra menusukkan pandangan tajam pada manik pria di hadapannya. "Untuk jaga-jaga. Demi keselamatan Anda, Nona."Benak Alessandra mengatakan 'benar juga'. Tangan Alessandra menjulur, mengambil alat komunikasi gelombang radio tersebut. "Good boy ...." Alessandra menepuk bahu kokoh Mervile dua kali. "Etos kerjamu patut diapresiasi." Alessandra kemudian meninggalkan parkiran melangkah menuju gedung besar. Tujuannya kali ini bukan ke ruang kerja pemilik perusahaan, namun ruang khusus tim kreator. Pasalnya, kedatangannya kali ini dalam rangka campaign produk. Membuat konten, merepresentasikan Bianco Skin supaya semakin dekat dengan customer juga semakin dikenal calon konsumen pun customer. "Terima kasih untuk kerja keras hari ini. Kalian hebat. Semoga secepatnya Bianco Skin memimpin pasar industri," kata ketua tim pada seluruh tim yang terlibat dalam pembuatan konten. Lima jam sudah mereka bekerja keras, mendedikasikan waktu, tenaga, juga pikiran untuk me
Tuan Aroon kembali menelan ludah. Ia ditampar fakta getir. Formal. Wajib terselip alasan formal. Dia lupa Alessandra bukan lagi wanitanya. Tuan Aroon kemudian berdeham, berupaya mengondisikan kepayahannya. "Tentu. Ini penting. Kau kupanggil ke sini bukan untuk pepesan kosong," ucapnya kemudian tanpa ekspresi. "Bianco Skin diundang O-Media2 besok. Ini kesempatan Bianco Skin memancarkan sinarnya. Gunakan kesempatan ini baik-baik."O-Media2 merupakan salah satu anak perusahaan di bidang media yang berada di bawah naungan O-Media. O-Media sendiri merupakan perusahaan televisi swasta terbesar di Italia. O-Media menaungi tiga perusahaan TV yang beroperasi di bidangnya masing-masing, di antaranya, O-Media1 yang memfokuskan pebisnis sebagai sasaran pangsa pasarnya, menyiarkan tayangan informatif seputar inspirasi bisnis, informasi pergerakan dan perkembangan ekonomi negeri dan internasional, program sport, dan lain sebagainya. Kemudian ada O-Media2 yang berfokus menyajikan tayangan posit
Belicia baru saja memarkirkan kendaraannya di parkiran Aroon's Company. Wanita itu kemudian berjalan menghampiri seorang pemuda yang sedang berdiri menyandar pada body kendaraan roda empat dengan satu kaki agak ditekuk, kepala menunduk, mata berfokus pada ponsel yang berada di tangannya. "Hai ...," sapanya tiba-tiba membuat si pemuda sedikit berjingkat karenanya. "Alessandra di dalam?" lanjutnya berbasa-basi. Mervile mengalihkan atensinya, menepikan sebentar urusannya. "Ya ...," jawabnya datar lalu kembali menundukkan kepala. 'Sombong sekali,' batin Belicia mencibir. "Ada kegiatan Alessandra di dalam?" tanyanya lagi. "Hmm ... campaign," jawab Mervile tanpa memalingkan pandang dari pusat perhatiannya sedari tadi, di mana ia mendapat informasi mencengangkan dari orangnya. 'Oh, God ... aku benar-benar menurunkan harga diriku seolah mengemis perhatian dari bodyguard ini.' batin Belicia kesal.Belicia tak menyukai kesombongan yang terhampar di depannya ini. Bukannya merasa tersanjung
Belicia berbalik, menoleh padanya. "Maksudmu ... dia belum datang?" tanyanya dengan alis nyaris bersatu. "Benar, Nona," sahut karyawan berkemeja gading tersebut membenarkan lantas berlalu begitu saja. Belicia tiba-tiba mengulik memorinya, dan tepat berhenti pada memori semalam. "Payah sekali dia," cibirnya. "Kalau saja kutahu kehadirannya kubutuhkan saat ini, semalam akan kuantar dia ke tempatnya sampai selamat tak kurang satu apapun."Belicia masih membeku di depan ruangan tak berpenghuni itu. "Sebentar ... memang aku tahu di mana pria sok penting itu tinggal?" ucapnya heran sendiri kala teringat kalimat terakhirnya beberapa detik lalu. Belicia lantas berlalu, mengayunkan tungkainya menuju ruangan lainnya. Ruangan yang lebih besar, megah dan tentu saja eksklusif.Wanita itu berjalan, berlenggak-lenggok dengan percaya diri, meskipun beberapa kali mengalami insiden memalukan dan tak menyenangkan di gedung ini. "Ups!" Belicia menabrak seseorang sehingga orang tersebut nyaris hilan
Telinga Tuan Aroon terasa panas, sudut bibirnya berkedut, rahangnya mengeras, darahnya mendidih ia rasakan, amarahnya ingin meledak-ledak, namun tampilan luarnya tampak tenang. Wanita kurang ajar ini harus diberi pelajaran. "Katakan saja di mana malam ini kau ingin menunjukkan kepiawaianmu. Caramu membuatku senang wajib diseleksi. Akan kutentukan kau masuk kualifikasi atau tidak," kata Tuan Aroon, masih dengan tatapan lurus ke depan, tanpa memandang wanita yang menawarkan diri padanya. Tuan Aroon kemudian menarik pergelangan tangan kanan Belicia, membawa wanita itu berada di pangkuannya. Ia kemudian berbisik di telinga Belicia, "Di mana kita akan bercinta nanti malam?"Mata Belicia terbelalak, ia mengira salah dengar, namun ia tak ingin menampik keberuntungan ini. Tidak. Telinganya baik-baik saja, dia tidak salah dengar. Belicia nyaris tak percaya, meski respons ini yang memang ia inginkan. Namun, ini benar-benar mengejutkan. Belicia menoleh padanya. "Be-benarkah?" tanyanya mema
Meski dalam pencahayaan amat temaram sebab sumber pencahayaan ruangan hanya mengandalkan beberapa lilin kecil, Belicia hanya dapat melihat lengkungan lebar pria di ujung sana, di depan pintu yang sudah tertutup sempurna. Lampu ruangan memang dimatikan beberapa detik lalu ketika ia sudah siap menunggu kedatangan sang calon rekan bercinta dengan duduk manis di ujung ranjang. Belicia kini mulai beringsut turun dari singgasana bertakhtakan birahi yang akan menjadi saksi bisu malam panasnya. Gerakannya melangkah begitu sensual, menggoda, menggairahkan. Tepat sampai di depan sang pria, Belicia berjinjit, lalu mengalungkan tangan pada leher pria berbalut pakaian formal tersebut. Sang pria menyambut hangat, melingkarkan tangan pada pinggang Belicia. Dapat pria itu rasakan, kembar kenyal Belicia menekan kuat dadanya. Tangan pria itu kemudian meremas bokong padat Belicia hingga beberapa detik lamanya. Napas keduanya saling menerpa, menyapu kulit satu sama lainnya. Tak ada suara yang turut se