Reinhart masih tertegun di tempatnya. Ia menatap lekat simbol di atas meja kerja sang kaisar yang berada di dalam kamar pria itu. 'Kenapa simbol itu ada di atas meja kerja, Kaisar?' bisik perempuan itu dalam benaknya saat menyadari keberadaan simbol harimau putih tengah berjalan angkuh dikelilingi sembilan pedang dengan sebuah bintang bersinar terang di atasnya. Simbol yang sama dengan milik salah satu penyusup di kamar perempuan itu beberapa saat lalu.Kini ia paham mengapa dirinya merasa asing sekaligus familiar dengan simbol tersebut. Pasti karena ia pernah melihatnya di suatu tempat dalam istana ini.Namun, ia tak bisa serta merta bertanya pada Kaisar Caspian. Ia masih perlu menelaah lebih jauh, simbol milik siapa yang kini tertangkap jelas oleh retina matanya itu.'Tidak mungkin simbol keluarga kekaisaran bukan? Tapi, kalau simbol itu begitu dekat dengan Caspian, apa ada kemungkinan dia yang memerintahkan para penyusup itu?'Ada keragu-raguan dalam benak perempuan itu. Reinhart
Mencari tahu tentang simbol harimau putih adalah salah satu alasan mengapa Reinhart memutuskan untuk tetap tinggal di kamar sang kaisar. Itulah alasannya terkuatnya. Namun, belum juga sempat menjalankan aksinya, kantuk tiba-tiba menyerang dan membuat perempuan itu tak sanggup lagi menahan diri. Tanpa memedulikan rasa canggung di antara dirinya dan Kaisar Caspian, Reinhart lebih dulu naik ke tempat tidur serta membiarkan kelembutan dan kehangatan tempat tidur kaisar membuainya hingga ke alam mimpi. Reinhart benar-benar melupakan tujuan utamanya setelah bersentuhan dengan kain pembungkus tempat tidur yang lebih lembut dibandingkan di kamarnya. Pagi harinya ketika Reinhart membuka mata, barulah ia menyadari kesalahan yang telah diperbuat dan melupakan tujuan awalnya. Kenapa ia justru benar-benar tidur tanpa menjalankan misinya sendiri? "Kau sudah bangun, Rein?" tanya Caspian mengalihkan perhatian perempuan itu. Ia cukup terkejut melihat sang kaisar sudah membuka mata dan tampak men
"Sungguh Yang Mulia, saya ... jadi merasa khawatir pada Anda. Apakah Anda sungguh baik-baik saja?" tanya Reinhart justru mengajukan pertanyaan yang absurd ketika Caspian menawarkan untuk mengajaknya jalan-jalan. "Kenapa kau justru khawatir padaku, Rein? Bukankah kau yang mengatakan kalau kau tidak bahagia akhir-akhir ini?" "Bukan ... bukan itu yang saya maksud, Yang Mulia. Tapi ...." Reinhart menelan kembali kalimat yang hampir terucap di ujung lidahnya. Ia takut sang kaisar tersinggung dan mengubah sikapnya menjadi dingin seperti biasa. Padahal, butuh usaha lebih untuk membuat sang kaisar bersikap seperi sekarang. Reinhart bukannya tidak suka. Dengan perubahan sang kaisar, berarti ia bisa segera menuntaskan misinya. Namun, jika sikap sang kaisar terus seperti ini, entah mengapa justru dirinya yang merasa kelelahan. Padahal mereka tidak melakukan aktivitas apa pun selain mengobrol seperti sekarang. Tapi, Reinhart merasa sikap Caspian membuatnya merasa terbebani. 'Ck, sebenarnya
Wajah Reinhart terlihat sangat antusias begitu menu pesanan mereka datang. Ia tak perlu menjaga image di depan banyak orang sebab mereka langsung diarahkan ke ruang VVIP yang khusus ditempati oleh keduanya, saat menyadari kedatangan sang kaisar. Tentu saja sang penguasa kekaisaran ini akan diperlakukan berbeda. Ia memang memiliki privilege untuk itu dan tidak menyia-nyiakannya begitu saja. Terlebih setelah mendengar keinginan Reinhart untuk memakan makanan manis yang hampir tidak pernah dirasakan ketika berada di istana. Senyum yang membingkai wajah perempuan itu semakin lebar. Berbagai jenis cake yang tampak menggoda membuat Reinhart tak tahan untuk segera mencicipinya.Terlebih setalah ia berhadapan dengan para nyonya bangsawan yang ingin menyapanya. Para nyonya bangsawan itu bergantian memberikan salam hingga membuatnya lelah mempertahankan senyum di wajahnya. Benar kata Kaisar Caspian, berkat keberadaannya para nyonya bangsawan itu hanya sekadar memberikan salam dan tidak mema
Reinhart menahan tangan sang kaisar yang hendak turun dari kereta kuda. Wajah perempuan itu sedikit cemas setelah mendengar kalimat Caspian yang mengatakan bahwa mereka saat ini berada di area terlarang. Perempuan itu memang belum pernah menginjakkan kaki ke bagian area terlarang di ibukota yang berupa kawasan pasar gelap. Meski begitu, bukan berarti Reinhart tidak pernah mendengar tentang kawasan tersebut. Konon di tempat ini semua benda ilegal diperdagangkan secara terang-terangan. Tidak hanya monster, benda sihir hitam, ataupun informasi yang paling sulit diperoleh sekalipun. Di kawasan ini bahkan jual-beli nyawa merupakan sebuah hal yang biasa. Lantas mengapa kaisar membiarkannya dan tak menutup kawasan itu? Itulah yang ditanyakan Reinhart begitu mendengar cerita tersebut dari Madame Marianna setelah menceritakan situasi di ibukota. "Kaisar punya andil besar kawasan itu dibangun dan bertahan hingga sekarang, Tuan Putri. Bagaimana mungkin beliau akan menutup kawasan tersebut?"
Tubuh Reinhart seketika limbung. Beruntung Caspian berdiri di samping perempuan itu dan menangkapnya dengan tepat ketika Reinhart kehilangan keseimbangan. Apakah caranya terlalu berlebihan? Pikir Caspian dalam benaknya. Harusnya dirinya tak menggunakan cara brutal seperti yang ia gunakan sekarang untuk menunjukkan pada Reinhart, apa yang sebenarnya dilakukan pria itu ketika ia berada di kawasan terlarang di pusat Ibukota Demir. Lihat saja akibatnya, Reinhart kehilangan keseimbangan dan hampir pingsan hanya demi melihat sebagian kecil kengerian yang selama ini mengusik Caspian sebagai Kaisar Demir. "Kau ... tak apa-apa, Rein?" Suara Caspian terdengar khawatir saat mengajukan pertanyaan tersebut. Ia mencengkram pundak Reinhart sedikit kencang agar tetap bisa berdiri tegak. Perempuan itu tak juga menemukan kembali suaranya. Ketimbang fokus dengan pertanyaan Caspian, perempuan itu terpaku pada etalase toko yang memajang ... beraneka macam makhluk yang sebelumnya tidak pernah Reinhar
Suara pemilik toko dari balik meja panjang dan tinggi yang berfungsi sebagai tempat pembayaran mulai berseru tak sabar pada Reinhart dan Caspian. Keduanya tak memberikan tanggapan. Hanya bergeser ke tempat lain yang lebih dalam ke bagian ruangan yang berada di toko tersebut. Barulah ketika pandangan sang pemilik toko terhalang oleh etalase dan kerangkeng besi tempat penyimpanan para makhluk magis, Caspian balas berteriak untuk menanggapi ucapan pria bertubuh tambun itu. "Maafkan kami, Tuan. Kami sedang mencari Elf yang cocok sebagai pelayan di kediaman kami!"Drap! Drap! Drap! Bunyi sepatu beradu dengan lantai kayu terdengar mendekat. Tanpa sadar, Reinhart merapatkan tubuhnya ke arah Kaisar Caspian.Perempuan itu bahkan menggenggam erat ujung jubah sang kaisar. Ada perasaan was-was sekaligus gelisah yang menyelimuti perasaan perempuan itu secara tiba-tiba.Terlebih, ia sama sekali tak menguasai situasi yang terjadi saat ini. Tak lama, muncul wajah seorang pria yang tak asing bagi
Dengan kedua tangan, Reinhart membekap mulutnya. Sudahkah ia membuat kesalahan fatal? Ruangan itu seketika mendadak sunyi. Reinhart baru saja menyadari jika ucapannya terlalu kencang hingga membuat sang pemilik toko menoleh ke arah mereka. Pria itu tampak terkejut ketika mendengar ucapan Reinhart yang memanggil Caspian dengan sebutan Yang Mulia. Dengan cepat, pria berperut buncit itu mendekat ke arah keduanya dan menyingkap tudung jubah yang semula menutupi wajah Caspian. "Jadi, kau benar-benar Kaisar?!" seru pria itu tanpa menunjukkan sopan santun ataupun rasa hormatnya di hadapan penguasa Demir. Tindakan yang cukup membuat Reinhart terkejut. Bahwa pria yang dikenal kejam dan tiran itu, dihinakan oleh orang-orang yang menempati kawasan terlarang.Apa ia melewatkan bagian penting dari kawasan terlarang yang terdapat di Ibukota Demir? "Sepertinya aku tak perlu lagi menyembunyikan identitasku!" ucap Caspian sambil melindungi Reinhart di belakang tubuhnya. Perempuan itu terkesiap.
Sepasang mata perempuan itu terasa berat. Perlu tenaga ekstra untuk membuatnya terbuka. Butuh waktu pula untuk membuatnya terbiasa dengan cahaya yang tiba-tiba masuk ke dalam retina matanya. Suara alat-alat yang berdengung serta menempel di tubuhnya, menjadi pemandangan pertama yang tertangkap indra pendengarannya. Gerak tangannya yang lemah tapi intens, cukup menyita perhatian seorang perempuan muda serta pemuda yang terlihat dua atau tiga tahun lebih tua, yang duduk di samping kanan serta kiri tempat tidur pasien. "Nuna!" seru pemuda itu pertama kali saat menyadari gerakan si perempuan. "Eonni! Kamu sudah sadar?" Si perempuan muda ikut berseru. Lantas berlari keluar kamar untuk memanggil dokter. Perempuan itu tak lagi peduli ketika kakak laki-lakinya berusaha menghentikannya. Tak lama kemudian, seorang dokter bersama dua orang perawat kembali masuk ke dalam ruangan dan memeriksa kondisi sang pasien. "Selamat siang, Nona. Apa Anda bisa mendengar suara saya?" tanya dokter itu s
Tujuh tahun kemudian... "Hidup Yang Mulia Kaisar William! Hidup Matahari Agung Kekaisaran Demir!""Hidup, Yang Mulia!""Hidup, Yang Mulia Kaisar!"Sorakan orang-orang terdengar menggema di seluruh Alun-alun Ibukota Demir setelah Pendeta Agung mengucapkan sumpah janji kekaisaran diikuti oleh sang putra mahkota yang kini telah resmi dilantik menjadi kaisar menggantikan ayahnya. Seluruh rakyat Kekaisaran Demir bersuka cita. Mereka memenuhi alun-alun ibukota tanpa peduli golongan dan kasta. Semua membaur tanpa ada sekat untuk merayakan pelantikan sang kaisar. Sementara, pemuda yang baru berusia lima belas tahun itu, tampak tersenyum lepas ketika menyambut sorakan meriah seluruh rakyatnya. Ia sama sekali berbeda dengan sang ayah yang sejak muda sudah menunjukkan sifat arogansinya. Pemuda yang kini mengenakan pakaian kebesaran Kekaisaran Demir itu, terlihat lebih hangat dan disukai oleh semua orang. "Hidup Yang Mulia Kaisar William!" seruan rakyat Demir masih terus berkumandang hingga
Dari semua peristiwa yang terjadi sampai saat ini, tak ada hal yang lebih mengecewakan kecuali pengkhianatan yang dilakukan oleh Putra Duke Aidin. Tuan Muda Alfonso. Sejak kedatangannya ke dunia ini, Reinhart mendengar kabar bahwa putra sang duke berada jauh di luar negeri untuk mengenyam pendidikan. Keluarga itu pun, dikabarkan tak pernah mau terlibat dalam urusan politik keluarga kaisar.Tak ada niat bagi garis keturunan Duke Aidin untuk merebut takhta dari kaisar terdahulu ataupun sekarang. Namun, kemunculan para ksatria dengan lambang harimau putih yang berkeliaran di depan kamar Reinhart pada malam itu, membuatnya terus berpikir sepanjang waktu. Terlebih ketika mengetahui fakta bahwa simbol tersebut adalah milik keluarga Duke Aidin. Sikap Madame Marianna yang begitu baik padanya, juga sikap hangat sang tuan duke, membuat Reinhart hampir terlena. Namun, ia tak bisa menutup mata saat mengetahui kebenaran tersebut. Ia mencari bukti dan dapat menemukannya berkat bantuan Iselt. B
"Marquis Michael, Anda ditangkap karena dianggap telah membelot, mengkhianati kekaisaran, dan merencanakan kudeta pada, Kaisar Caspian!"Dengan ini pula, status kebangsawanan Anda dicopot dan semua harta benda Anda menjadi rampasan!" seru ksatria Kekaisaran Demir saat hendak membekuk Marquis Michael yang mencoba melarikan diri. Pria itu ditangkap saat bersiap kabur ketika ksatria istana Kekaisaran Demir mencapai gerbang kastilnya. Ia sempat berontak dan mencoba melawan. Termasuk berteriak jika penangkapan terhadap dirinya hanyalah salah sasaran. "Kalian tidak bisa menangkapku!" teriak Marquis Michael tidak terima ketika dilumpuhkan. "Apa buktinya jika aku telah melakukan kesalahan?!" seru pria itu tak juga menyadari kesalahannya. "Menghasut Kaisar, bersekongkol dengan Lady Rosemary, merencanakan kudeta, menjebak Permaisuri Ariadne hingga berusaha mencelakai Tuan Putri Reinhart! Itu semua daftar kesalahan yang sudah Anda lakukan, Marquis!""Itu bukan bukti bahwa aku sudah melakukan
Reinhart tampak puas dengan hasil akhir dari peristiwa yang menimpa dirinya akhir-akhir ini. Ia lolos dari hukuman gantung yang sebelumnya diserukan oleh sang kaisar di depan seluruh rakyat Demir. Ia benar-benar merasa lega, saat melihat reaksi sang kaisar ketika Iselt selesai membacakan permintaan terakhir yang sebenarnya wasiat dari permaisuri sebelumnya. Bagaimanapun ia tak memiliki kepercayaan diri penuh ketika mengatakan pada sang kaisar, terkait pesan terakhir yang ingin disampaikan. Perbuatannya terbilang nekat, meski berakhir sesuai harapan. "Terima kasih, Rein," ucap sang kaisar malam itu. Wajah pria itu tak juga membaik meski telah bertemu dengan buah hatinya. Garis penyesalan masih tergurat jelas di wajahnya. "Sebaiknya Anda tak perlu melakukan itu, Yang Mulia. Justru saya yang harusnya mengatakan terima kasih, karena sudah memercayai saya.""Seharusnya aku memang percaya padamu sejak awal," ucap Caspian terdengar sangat menyesal. Ia bahkan tak sanggup mendekati Reinha
"Ya, Yang Mulia. Pelayan Permaisuri Ariadne yang berhasil lolos pada hari penghukuman itu, berhasil melarikan diri bersama putra Anda dan buku catatan di tangan Iselt. "Perlu Anda ketahui Yang Mulia, ibu Iselt lah pelayan Permaisuri Ariadne yang setia itu."Wajah Caspian tampak semakin hancur begitu mendengar ucapan Reinhart. Ia menatap sang perempuan dengan sorot penuh luka. "Berapa lama kamu mengetahui hal ini, Rein?" tanya pria itu dengan getar suara semakin hebat. Ia tak peduli lagi dengan harga dirinya sebagai kaisar sebuah kekaisaran yang besar nan agung. Caspian bahkan mendorong Rosemary menjauh ketika perempuan itu hendak membangunkannya dari posisinya saat ini. "Dua hari lalu. Selama ini, catatan Permaisuri Ariadne dilindungi sihir yang cukup kuat. Saya tidak bisa membacanya sampai bagian terakhir. "Lalu, Tuan Julius Randle menunjukkan salah satu sihir hitam yang bisa digunakan untuk menghancurkan sihir yang paling kuno sekalipun. "Sihir hitam yang sesungguhnya bukan be
Keduanya sama-sama bertahan. Reinhart sama sekali tak menundukkan atau mengalihkan pandangannya dari sang kaisar. Perempuan itu masih berusaha mencari perasaan yang tersisa sebagai manusia dalam diri Kaisar Caspian. Meski hampir mustahil. "Aku tak akan berlama-lama menahan eksekusi matimu, Lady Blanchett. Kau akan segera dieksekusi mati setelah mendengarkan pesan terakhirmu."Dada Reinhart bergemuruh. Bahkan pria itu memanggilnya dengan nama Lady Blanchett. Padahal sebelumnya, dia masih berusaha mengambil hati Reinhart yang sudah terlanjur beku akibat sikap keji sang kaisar. Namun, ia tak akan menunjukkan kelemahannya begitu saja. Justru kesempatan yang diberikan digunakan sebaik mungkin oleh Reinhart. 'Ini waktu yang tepat!' bisik Reinhart dalam hati. "Kalimat terakhirku akan dibacakan oleh sahabatku yang setia. Nona Iselt, dialah yang akan membacakan permintaan terakhirku."Senyum sinis membingkai wajah sang kaisar begitu mendengar ucapan Reinhart. Perempuan itu masih tetap sam
Reinhart tak memercayai pendengarannya sendiri ketika Caspian berseru agar menyeret dirinya ke tiang gantungan.Perempuan itu menatap sang kaisar dengan wajah tercengang. Ia hendak berteriak, tapi suaranya tenggelam dalam lautan manusia yang berada di sekitarnya. "Yang Mulia, Anda harus dengarkan saya dulu!" seru Reinhart di antara ribuan manusia yang memenuhi Area Terlarang. Percuma saja, suaranya tenggelam begitu saja. Justru dengan mendengar seruan perempuan itu, orang-orang semakin beringas. Mereka menyerbu Reinhart dan menjadikan sasaran amukan massa. "Bertahan, Rein. Aku akan melindungimu," ucap Julius Randle yang masih berusaha melindungi Reinhart dari amukan rakyat Kekaisaran Demir. Perempuan itu tampak nelangsa. Padahal ia baru saja menghancurkan perjanjian yang selama ini merugikan rakyat Demir. Tapi, ia justru diperlakukan tak sebagaimana mestinya dan dituduh sebagai penyihir hitam. Apa semudah itu orang-orang terprovokasi dan melupakan kebaikannya?! "Singkirkan! Pisa
Caspian tak juga beranjak dari kamarnya. Seorang pengawal sudah menghadap sejak beberapa jam lalu dan mengatakan bahwa ritual penghancuran akan segera dimulai. Namun, pria itu tak juga beranjak dari kamarnya setelah para pelayan menyiapkan air mandi dan pakaian ganti. Tatapan pria itu menerawang jauh ke depan. Melewati hamparan padang ilalang yang tampak dari jendela kamarnya yang dibiarkan terbuka. Angin sudah terasa dingin. Menjelang akhir bulan November di mana musim dingin sepertinya bakal datang lebih cepat kali ini. Perasaan sang kaisar, sama dinginnya dengan angin yang baru saja berembus menerpa wajahnya. Ucapan Rosemary kembali terngiang. Ucapan yang kemudian membuat Caspian kembali delima dengan perasaannya sendiri. Hingga ketukan di pintu kamarnya kembali terdengar. Kali ini disusul seruan sang penjaga yang mengatakan bahwa kereta kuda menuju Area Terlarang telah siap. Dengan enggan, Caspian beranjak dari tempatnya. Tak mungkin ia tetap berada di tempat itu, sementara