Setelah menempuh perjalanan udara selama dua jam. Kini mereka akhirnya sampai di bandar udara Changi Singapura. Bandara siang itu cukup ramai. Laras yang sudah berjalan lambat mengikuti Max di belakang, seketika terpukau akan luas nya bandara ini, dan juga fasilitas istimewa di bandara itu. Apalagi kini matanya tertuju pada salah satu fasilitas taman kupu kupu yang berada dalam bandara. Betapa ia sangat senang melihat semua itu. Sampai ia tak menyadari koper yang ia dorong tanpa sengaja menabrak koper turis di depan nya.
“Sorry, Sorry!” seru Laras terkejut, dan berhasil membuat beberapa orang memperhatikannya.
Turis itu mengoceh dengan bahasa yang Laras tidak mengerti. Lalu dengan tergesa turis tersebut meninggalkan Laras begitu saja. Laras menghela nafas lega ketika melihat turis tersebut sudah menghilang dari hadapannya. ia jadi tak perlu khawatir
Malam hari pun tiba. Sambutan untuk pengesahan proyek Max telah usai dan tak memakan waktu yang begitu lama. Kini mereka pun sudah kembali terpesona dengan suasana malam kota Singapura, dan membuat mereka merasa tidak lelah sama sekali..Max, lelaki itu lebih banyak diam fokus melihat sekitarnya. Sampai sesuatu membuat langkahnya berhenti. Saat pandangan matanya kini terpukau pada suatu lampu gemerlap yang menyala sangat indah. Ternyata tanpa Max sadar, dia sudah berada di area taman Garden by The Bay."Max, ayo kesana" ajak Laras yang sedari tadi melangkah mengikuti Max, tersenyum melihat ke arah lampu warna warni yang begitu keren itu. Max pun mengangguk sambil kembali melangkah maju menuju taman tersebut.The Gardens by the Bay sebuah taman alam yang berada di Wilayah Pusat Singapura, bersebelah
Max terdiam dengan raut wajah tanpa ekspresi, ia semakin menatap Laras dengan dalam. Laras yang tak kuat berlama lama membalas tatapan Max. Lantas menurunkan mata dan menunduk kikuk. Max mencondongkan tubuh kedepan dan menatap Laras dengan intens."Apa saya harus beritahu sekarang?" Max bertanya balik.Laras sontak melirik Max melihat tatapan Max yang masih begitu intens, membuat Laras mendadak lupa apa yang harus ia katakan. ia pun hanya mengangguk pelan..Max menyandarkan tubuh pada kursi yang ia duduki. Pandangan nya kini sudah kembali menatap laut malam. "Saya masih ragu." ucap Max. "Tapi, saya sedang coba menyukai kamu,"Laras tersenyum simpul mendengar itu. Ternyata, Max. lelaki itu juga sedang berjuang akan perasaan terhadap
Setelah merasa sudah cukup memandangi wajah tidur wanita itu. Dengan pelan Max beranjak dari atas ranjang. Namun tanpa ia duga Laras menarik pinggangnya tiba tiba. Max yang merasakan itu kembali terjatuh di ranjang. Ia turunkan mata menatap wanita yang kini sudah menjadikan dirinya bantal dan dengan Perlahan mau tak mau ia pun ikut membaringkan tubuhnya. Lalu ia tarik selimut berwarna putih itu. Kemudian ia Laras kedalam dekapannya.Dalam hening nya malam. Lelaki itu masih membuka matani mengelus rambut Laras dengan lembut. Max masih terhanyut dalam pikirannya. Tak disangka senyum Laras yang selalu mengembang sepanjang hari ini, masih memenuhi semua pikirannya, apa lagi dengan kata-kata wanita ini tadi. Max berdecak sejenak. Ternyata,tak perlu kesan istimewa, jika dengan semua kesederhanaan wanita ini mampu membuat Me Merasakan kebahagiaan yang seben
Dalam hembusan angin pantai siang itu. Max masih terdiam tak tahu harus menjawab apa. Perasaan semakin tak karuan bersama dengan lebaran yang terus kembali muncul tiba-tiba. Ia menurunkan matanya, termenung memikirkan bagaimana dulu ia sangat membenci wanita itu dan bagaimana sekarang ia sangat ingin ada akan keberadaannya. Seperti saat ini berdua dengan nya, dengan senyum yang tanpa sadar selalu ada untuk nya membuat Max merasa nyaman.Max kembali menatap Laras dengan tatapan dan raut wajah serius."hei... " panggil Max. Berhasil membuat Laras menoleh menghadapnya. "Ada pertanyaan yang harus saya pastikan untuk kamu"."Apa itu" jawab Laras cepat.Max menghembuskan nafas pelan. Lalu"Apa sebelumnya kamu pernah berhubungan dengan lelaki lain?maksud saya berpacaran de
Setelah matahari sudah tenggelam sempurna. Laras membalikan badan menghadap Max. kedua tangannya kini ia taruh merangkul pinggang Max. Dengar jarak tinggi 3cm dari lelaki itu ia dongakan wajahnya menatap Max dengan senyum di wajahnya."Max.. malam ini boleh untuk ku?" tanya nya dengan mata berbinar.Max menunduk wajah menatap Laras dengan alis berkerut. "memang ada apa dengan malam ini?" Max bertanya balik sambil menyingkirkan anak rambut yang sudah menutupi wajah Laras."Aku mau ngajak kamu ke suatu tempat" jawab Laras.Mendengar itu Max h terdiam, ia pandangi wajah imut Laras dengan tatapan tak biasa."kemana?""Hemm.. ketempat yang manis" ucap Laras malu. "kamu mau
Max tersadar akan lamunannya saat tangan wanita itu menyentuhnya. Ia terlalu terhanyut dengan semua yang dilakukan Laras. Kemudian Max bentangkan senyum ir tipis yang diiringi dengan anggukan wajah membalas ucapan terimakasih wanita itu tadi. Hanya itu yang bisa Max lakukan, Ketika semua alasan Laras tadi selalu berhasil membuat Max terdiam dan tak tau harus membalas apa. Kini ia merasa keadaan semakin menyudutkan dirinya. "Aku seneng liat kamu senyum" ucap Laras dengan wajah berbinar sangat jelas. "berdua kamu di sini, mungkin bakal jadi moment terindah dalam hidup aku" lanjutnya sembari melepaskan sentuhan pada Max. "Max, sekali lagi terimakasih udah buat kesempatan malam ini berjalan lancar" Max mengerutkan kening tatkala kata kata Laras terdengar putus asa.
Laras terbangun bingung ketika melihat Max yang sudah memunculkan raut wajah panik dan gusar. Segera ia dudukan tubuhnya di atas ranjang dengan ekspresi yang sudah ikut memunculkan raut wajah bertanya tanya memandangi lelaki itu."Ada apa?"Laras majukan tubuh nya menyentuh pundak Max saat Max masih terdiam."Max,,kenapa?"Max tersentak dengan sentuhan tangan Laras,ia menolehkan wajah menatap Laras yang ada di samping."kita akan pulang hari ini" jawabnya "cepat berkemas" lanjut Max dengan suara yang terlihat khawatir lalu turun dari ranjang.Mendengar perintah itu Laras hanya menatap heran punggung Max yang sudah menghilang di balik pintu kamar mandi. Sebenarnya ada apa ini?.Apa ada sesuatu yang mendesak sekarang,
Laras melangkah ke lorong koridor rumah sakit termenung menatap dengan pandangan kosong jalan di depanya. Pikirannya resah dengan semua yang ia lihat tadi. ia hembuskan nafas panjang dan berhenti menatap taman di depan sana. ia melangkahkan kakinya menuju kursi besi yang berada di taman tersebut.Suasana sore di taman itu cukup sepi. Hanya ada beberapa suster yang berlalulangan di belakang nya. Ia tatap sinar matahari sore yang sebentar lagi akan tenggelam. lagi, ia hembuskan nafas ia angkat wajah menatap langit berwarna orange sembari menutup mata merasakan angin yang bertiup ke arahnya. Entah mengapa sejak tadi perasaannya tak karuan, bahkan melihat lelaki itu menatap wanita lain saja berhasil membuat ia takut dengan semua peruntungannya akan menjadi sia sia begitu saja selama ini."Laras" panggil seseorang yang sudah menyentuh pundaknya pelan.
Beberapa hari setelah kejadian Laras memundurkan diri. Max menjalankan harinya seperti biasa melakukan aktivitas lain dan tetap bekerja. Namun semua itu tak menutup perubahan sikap yang Max tunjukan, dia lebih sering banyak melamun bahkan kadang ia juga sering menunjukan emosinya sekarang. Dan Cindy yang sadar akan perubahan sikap Max hanya bisa memperhatikannya, sudah beberapa kali ia mendapati Max melamun ketika sedang bersamanya, seperti sekarang ini lelaki itu hanya menatap spaghetti yang ada di depannya tanpa memakannya . "Max... "panggil Cindy pelan berhasil buat Max sadar akan lamunannya. "Apa ada sesuatu yang ganggu pikiran kamu?,aku lihat dari tadi kamu melamun" tanya Cindy khawatir Max a langsung menyinggungkan senyum tipis"maaf... aku mas
Laras berulang kali terus menghelaikan nafas. wanita itu hanya terdiam sambil melihat pemandangan diluar jendela mobil. Alex yang mengerti kondisi Laras hanya membiarkan wanita yang pagi tadi meminta tolong untuk mengantarnya ke kantor Max. Dan hanya ini lah yang bisa Alex lakukan, menemani Laras dalam keterpurukan. Alex tau hubungan Laras dan Max sudah berakhir. Alex juga tahu hari ini Laras mengundurkan diri. Ya.... semua itu sudah menjadi keputusan mereka yang tak bisa diganggu gugat, dan sebagai teman mereka Alex hanya bisa memahami semua itu. Alex melirik Laras dan mencoba membuka suara. "Laras.. apa rencana Lo setelah ini?" tanya Alex perlahan. Laras menegakkan tubuhnya menyinggungkan senyum tipis "Mungkin untuk selanjutnya aku akan menenangkan diri sejenak" ja
Keesokan harinyaWanita yang mengenakan celana coklat susu dan baju sifon putih itu melangkah memasuki gedung, dia datang bukan untuk bekerja melainkan untuk menyerahkan surat pengunduran diri yang semalam dia buat. Laras eratkan jemarinya pada tali tas dan menghirup nafas dalam. Lalu dengan sedikit percaya diri ia pun masuk ke ruangan tersebut.Terlihat lelaki yang membelakangi dirinya menatap luar kaca gedung tanpa menolehkan wajah sama sekali..“akhmm” Seketika pandangan mereka bertemu satu sama lain. Laras lantas bergerak maju ke depan lelaki yang sedang menatapnya dengan datar itu .Laras tatap lelaki di depannya itu dengan pias. Mendadak atmosfer sekitar mereka berubah menjadi canggung.Laras berikan singgungkan senyum kecut dan Sedetik setel
Pandangan pertama yang ia lihat ketika masuk kedalam gedung adalah para pegawai yang tengah berkumpul. Melihat sekitar itu membuat ia tahu tentang hal apa yang membuat para pegawai sudah berbisik bisik. Ternyata bukan hanya dirinya yang menampilkan raut wajah terkejut hingga heran dengan berita yang sedang beredar ini.. Dan Max, lelaki itu berhasil membuat semua orang tau betapa brengseknya dia!Segera ia menemui lelaki yang entah mengapa sudah membuatnya sedikit kesal. Dengan tak sabaran ia melangkah masuk tatkala pintu lift sudah terbuka dengan lebar. Ketika ia akan masuk lift tersebut tak sengaja seseorang menabrak pundak nya hingga berhasil membuat dirinya menjadi sedikit tak seimbang."sorry.. sorry saya gak sengaja" wanita yang sudah memunculkan raut wajah menyesal itu tergugup "anda gapapa kan?" tanyanya kemudian.
“Itu saya taruh karena saya lagi cari dompet mbak! jangan asal nuduh ya” seru Rina dengan penuh emosi"Udah mbak bawa ke kantor polisi aja" teriak seseorang yang ada di kerumunan melihat menyudutkan Rina."iya bener tuh bener" sahut lainnya.Laras yang mendengar itu lantas memajukan tubuh masuk ke dalam kerumunan dan langsung ikut ambil peran dengan kejadian tersebut."Ada apa ya mbak?" tanya Laras meminta penjelasan menatao pegawai toko dan bergantiajn melihat Bu Rina"Laras" Rina membesarkan matanya terkejut."ibu ini ketahuan mau maling obat mbak saya sendiri yang liat ibu ini masukin obat ke dalam tasnya" jelas pegawai sembari menunjuk ke arah Rina.
Laras yang masih terdiam di depan pintu tersebut. Seketika jantung berdebar hebat menunggu jawaban Max akan penawaran yang lelaki tua itu ucapkan tadi. Ia semakin menggenggam erat tangkai pintu seraya menguatkan tubuhnya agar tak jatuh. "Maaf sedikit keluar jalur. Cindy anak saya cerita semenjak … ketemu bapak di rumah sakit dia sudah tertarik dengan pak Max. Saya datang ke sini juga atas permintaan Cindy, ketika dengar saham ayah kamu turun. Dan kami juga rekan bisnis pak Rinto. Mungkin gak ada salahnya saya mengajukan penawaran tadi. Lagi pula kita akan sama sama menguntungkan di sini, jadi bagaimana dengan tawaran ini pak Max? apa bapak bersedia mengikat diri dengan putri saya?" tanya lelaki paruh baya itu. Max belum menjawab sama sekali ucapan lelaki di hadapannya itu, ia masih terdiam, seketika beban pikirannya bertambah banyak. Mendengar tawaran dari le
Laras melangkah ke lorong koridor rumah sakit termenung menatap dengan pandangan kosong jalan di depanya. Pikirannya resah dengan semua yang ia lihat tadi. ia hembuskan nafas panjang dan berhenti menatap taman di depan sana. ia melangkahkan kakinya menuju kursi besi yang berada di taman tersebut.Suasana sore di taman itu cukup sepi. Hanya ada beberapa suster yang berlalulangan di belakang nya. Ia tatap sinar matahari sore yang sebentar lagi akan tenggelam. lagi, ia hembuskan nafas ia angkat wajah menatap langit berwarna orange sembari menutup mata merasakan angin yang bertiup ke arahnya. Entah mengapa sejak tadi perasaannya tak karuan, bahkan melihat lelaki itu menatap wanita lain saja berhasil membuat ia takut dengan semua peruntungannya akan menjadi sia sia begitu saja selama ini."Laras" panggil seseorang yang sudah menyentuh pundaknya pelan.
Laras terbangun bingung ketika melihat Max yang sudah memunculkan raut wajah panik dan gusar. Segera ia dudukan tubuhnya di atas ranjang dengan ekspresi yang sudah ikut memunculkan raut wajah bertanya tanya memandangi lelaki itu."Ada apa?"Laras majukan tubuh nya menyentuh pundak Max saat Max masih terdiam."Max,,kenapa?"Max tersentak dengan sentuhan tangan Laras,ia menolehkan wajah menatap Laras yang ada di samping."kita akan pulang hari ini" jawabnya "cepat berkemas" lanjut Max dengan suara yang terlihat khawatir lalu turun dari ranjang.Mendengar perintah itu Laras hanya menatap heran punggung Max yang sudah menghilang di balik pintu kamar mandi. Sebenarnya ada apa ini?.Apa ada sesuatu yang mendesak sekarang,
Max tersadar akan lamunannya saat tangan wanita itu menyentuhnya. Ia terlalu terhanyut dengan semua yang dilakukan Laras. Kemudian Max bentangkan senyum ir tipis yang diiringi dengan anggukan wajah membalas ucapan terimakasih wanita itu tadi. Hanya itu yang bisa Max lakukan, Ketika semua alasan Laras tadi selalu berhasil membuat Max terdiam dan tak tau harus membalas apa. Kini ia merasa keadaan semakin menyudutkan dirinya. "Aku seneng liat kamu senyum" ucap Laras dengan wajah berbinar sangat jelas. "berdua kamu di sini, mungkin bakal jadi moment terindah dalam hidup aku" lanjutnya sembari melepaskan sentuhan pada Max. "Max, sekali lagi terimakasih udah buat kesempatan malam ini berjalan lancar" Max mengerutkan kening tatkala kata kata Laras terdengar putus asa.