Panah Mana melesat dengan cepat suara gemericik rantai ikut membuat kegaduhan, Altair melihat ke arah Adir memastikan kondisinya baik-baik saja dan belatih mendarat di atas atap merentangkan lima kerangkanya agar tertahan dengan kuat.
Krencing...
Krencing..
Duke Elrica yang sedang duduk di tempat kerjanya melihat kedatangan Altair sedang memapah Adir yang sedang tertidur. Raut wajahnya terkejut melihat mereka berdua tiba-tiba muncul dari sana.
“Hufth..” desah Duke Elrica memegangi kepalanya.
“Ada apa?” tanya Duke Elrica seolah-olah tidak tahu.
Altair hanya mengernyitkan dahinya dan berjalan meninggalkan ruang kerja Duke Elrica sendirian. Altair mencari kepala pelayan yang baru saja akan masuk ke ruang kerja.
Sikap kepala pelayan terlihat panik melihat kondisi Adir yang sedang di gendong, dengan cepat kepala pelayan mengantarkan
“Altair kau harus segera kembali ke Rhodes,” kata ayahnya.Duke Leon menghubungi Altair saat dia masih berbicara dengan Zhi di perpustakaan mereka. Alat komunikasi yang dia bawa tiba-tiba merespon sebuah panggilan percakapan. Altair yang berharap dia bisa menemukan sesuatu di kediaman Bedros harus menahan keras keinginannya itu.Rhodes diserang wabah penyakit, penyakit itu mengeluarkan Mana abu-abu pekat yang mengakibatkan mata mereka berwarna merah, badan berbintik serta mengeluarkan nanah yang berbau busuk. Rata-rata penyakit tersebut menyerang warga sekitar Rhodes, dimana awal mereka mengetahui gejala tersebut saat ada seorang pemburu liar masuk ke daerah tengah hutan.Disana masih wilayah kekuasaan Bedros, Zhi yang duduk menghadap ke arah Altair terkejut dan gelisah. Raut wajahnya berubah saat mendengar pembicaraan mereka berdua.“Kenapa kau menyuruhku pulang ayah?”
Badai salju menerpa wilayah Bedros. Kedua tunggangan mereka menderu dan memacu diri dengan lincah. Zhi berada di depan memandu mereka berdua untuk kembali ke ibu kota, sang serigala membawa sebuah pedang besar terikat melintang di salah satu sisi kaki depannya.Pedang itu tidak bisa membuat pergerakannya terhalangi sedikitpun untuk berlari kencang.“Apa kau baik-baik saja?” tanya Altair kepada Adir, melihat sosoknya kembali bisa duduk dengan tegap.“Ya dan terima kasih,” jawab Adir dengan malu.“Sebentar lagi kita akan kembali ke kota,” masih mengendalikan kudanya dengan benar.“Keadaan di kota sangat kacau,” sambung Altair lagi.“Begitukah?” ucap Adir memastikan.Badai salju dengan angin yang sangat deras membuat pohon-pohon pinus bergerak hebat, menghalangi pergerakan mereka ba
Ledakan besar tepat berada ditengah, sengatan listrik merusak sarang baik bentuknya kecil atau besar. Mereka bahkan tidak sempat untuk membantu yang lain karena diri sendiri juga terkena serangan, mengehempaskan semua benda di sekitar dan makhluk-makhluk itu lenyap seperti abu.Altair perlahan menurunkan air danau, gemericik rantai terdengar saat dia menariknya dalam lingkaran sihir. Zhi mendekati serigala putih di beberapa tubuhnya dipenuhi luka dan nafas yang tersengal-sengal.“Bangunlah kawan,” ucap Zhi lirih menggendong serigala yang sedang sekarat itu.Adir mengalihkan wajahnya tidak tega melihat keadaan mereka berdua, badai salju masih berhembus dengan kencang tidak peduli bahkan bila ada yang sedang bersedih hati. Kuda hitam Altair terduduk di atas salju dan Yeti menyeka air matanya lalu pergi meninggalkan mereka semua kembali ke hutan.Altair yang berdiri di sebalah Zhi tidak kuas
Suara menggelegar terdengar dari atas langit, wajah-wajah mereka mendongak ke atas mencari asal suara namun, mereka tidak menemukan apapun di sana. Zhi yang menghentikan pelariannya juga melihat ke arah sekitar, perasaannya mulai kembali tidak tenang karena merasakan sesuatu.Berulang kali Adir melihat keadaan Altair, dia tidak tahu apa yang sudah Altair lakukan untuk bisa membuat serigala di depan mereka sekarang bisa dalam keadaan baik-baik saja dan apa yang sudah dilewatkan pada saat itu.“Apakah masih jauh?” tanya Adir melihat ke arah Zhi yang sedang memperhatikan keadaan sekitar.Dia terlihat panik dengan keadaan sekitar dan kembali memimpin perjalanan. Altair tidak menunggu waktu lama juga ikut menyamakan kecepatan kudanya. Dalam perjalanan mereka merasakan perasaan udara hangat dan perlahan salju di sekitar yang mereka lalui mencair, Zhi kembali menghentikan serigalanya.Beberapa d
Zhi menceritakan seluruh apa yang terjadi saat mengantarkan Adir dan Altair kembali ke kota. Mereka yang bertemu dengan para makhluk Baela, bagaimana caranya dia bisa membunuh makhluk-makhluk itu dan menceritakan Altair yang bisa menyembuhkan serigala putih miliknya.“Benarkah apa yang kau katakan itu?” tanya Duke Elrica memastikan, dia tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengarkan. Zhi menganggukkan kepala dengan mata tajam melihat mereka satu per satu.Para Pengendali Mana juga terkejut dengan cerita yang Zhi sampaikan kepada mereka sekarang. Dari wajah-wajah mereka terlihat tidak percaya, ada juga yang khawatir dengan keberadaan anak tersebut serta menaruh rasa curiga.
Langkah kaki Arion berhenti pandangannya teralihkan saat Altair yang baru saja masuk ke dalam ruangan pertemuan. Niat untuk memarahi ayahnya sirna dia berharap banyak kepada pemuda yang sebaya dengan dirinya.“Jurang itu memang terhubung dengan danau tempat sarang Baela,” suara Altair menggelegar dalam ruangan besar.“Aku tahu ayah dan tanpa perintah seperti itu aku akan tetap kesana tanpa Zhi sekalipun,” kata Arion kepada ay
Para ksatria turun memeriksa jurang yang melintang di daerah wilayah kekuasaan Bedros dengan dibantu alat-alat buatan keluarga Onder de serta besi-besi dari keluarga Catwijck, semua orang berlomba-lomba turun ke bawah.Jurang itu sangat lebar dan dalam, tidak terlihat adanya cahaya yang bisa mereka pakai untuk melihat seberapa jauh permukaan dengan dasar jurang, salah seorang ksatria mengambil obor api dan menjatuhkannya ke bawah.Orang-orang yang berada di sekitarnya melakukan hal serupa, seperti bintang berkilau akhirnya mereka menyentuh dasar jurang.“Fyuh... ternyata lumayan jauh,” pekik salah seorang pembantu pria yang dikirim oleh Nicon.Seorang komandan pasukan memerintahkan untuk mengambil banyak obor api untuk di lemparkan ke dasar guna menerangi tempat-tempat gelap serta memastikan tidak ada hal berbahaya disana.Setelah cukup untuk pencahayaan orang-orang m
Badan-badan mereka basah baju zirah mulai terasa berat terisi air, percikan mengenai muka dengan sekuat tenaga menahan kaca tebal seberat gajah dewasa. Semakin Altair menggerakkan rantai-rantai miliknya semakin besar tekanan air memaksa untuk keluar.Angin dingin masuk melalui celah-celah lubang membuat kaki bergetar kedinginan dimana air danau juga mulai kembali akan membeku. Gigi bergemeretak tidak karuan, hawa dingin kediaman Bedros menusuk tulang sangat kejam.Dari belakang terdengar suara merangsek kaki mendekat, orang-orang yang berjaga melihat beberapa bayangan maju di depan mereka. Cahaya mata bersinar merah dari balik kegelapan, perasaan tidak enak menyeruak dalam hati-hati mereka.Bayangan hitam semakin terlihat jelas, mereka hanya bisa memicingkan mata karena air mulai mendesak masuk.“Tuan!” pekik salah seorang kepada Altair.“Aku tahu,”&
Pemilik toko langsung mengarahkan tangan terampilnya menarik Altair masuk ke dalam. Dia tidak bisa menolak ajakan yang belum dikenal sebelumnya seakan ikut terpengaruh suasana toko kain semenjak masuk ke dalam. Altair berdiri di atas podium mini beberapa karyawan memasuki ruangan berbaris dengan rapi membawa senjata serta alat untuk menyerangnya. Keahlian mereka bergerak cepat mengukur tubuh Altair setiap inchi. “Tidak bisa begini,” ucap salah satu karyawan yang berada dibelakang Altair sambil menggelengkan kepalanya dengan cepat dan kemudian menarik baju Altair menanggalkan sehingga setengah telanjang. Tangan-tangan mereka semakin liar, lima orang lainnya mencatat apa saja yang diucapkan rekan-rekannya. Pemilik toko melihat dengan puas berkelana menggunakan pikirannya sendiri. Orang-orang dari balik tirai bersembunyi sudah tidak sabar untuk keluar akan tetapi ditahan oleh temannya. Altair layaknya hewan ternak yang patuh untuk diperah tidak melakukan perlawanan. “Silahkan tunggu
Aroma vanila sangat manis untuk dinikmati, bau roti yang baru saja keluar dari panggangan mengepulkan asap, kue-kue kering yang tersusun rapi di ranjang-ranjang anyaman terbuat dari bambu ditutupi taplak meja.Di atas meja dipenuhi oleh bir, kue pie, bouquet, buah-buahan dan tidak lupa vas bunga berisi air digunakan untuk meletakkan bunga matahri sebesar piring. Para pria sedang bersemangat melakukan duel serta taruhan minum bir, perasaan senang mereka merambat ke meja-meja lain.Di malam hari ibukota kembali mengadakan pesta meriah di depan-depan rumah mereka, para wanita menggerakkan tubuhnya yang indah, gaun-gaun mereka melambai-lambai luwes menyeret di atas paving. Sepatu-sepatu yang dihentakkan seirama dengan dentuman musik yang nyaring, terdengar suara siulan menggoda mereka.“Halo tuan muda,” ucap seorang gadis yang sedari tadi melihat ke arah Altair bersama kawan-kawannya dari jauh berteduh di bawah p
Mata gadis tidak lepas memandangi makhluk kecil di pundak Nicon kemudian masuk ke dalam penginapan dan mereka mengikutinya dari belakang. Pandangan mereka seakan bertanya “ada apa dengannya?”. Namun, tidak seorangpun dari mereka memulai terlebih dahulu untuk berbicara hingga keduanya sudah berada di depan kamar masing-masing. “Dia sangat aneh,” kata Zhi merogoh kunci di sakunya terkejut mendengar pintu disebelahnya tiba-tiba terbuka dan kunci yang ada di tangannya terjatuh. Nicon melihat Adir yang keluar dari kamar berlari mendekat, Zhi yang hampir saja meledakkan emosinya ditahan oleh Nicon. “Bagaimana kabarmu?” tanya Nicon khawatir. Adir melihat ke arahnya kemudian melekat begitu lama ke arah lain. “Kami semua mencarimu kemana-mana dan tidak tidur di malam hari,” sambung Zhi. “Hewan peliharaan yang lain juga menghilang, apakah kau tahu dimana keberadaan mereka sekaran
Acara meriah penuh dengan gemerlap lampu berwarna, iringan musik di setiap jalan-jalan, makanan-makanan berjejer rapi di tepi-tepi rumah dan mereka keluar mengenakan pakaian bagus serta berhias. Para pria sibuk bersenda gurau sembari memegangi botol bir besar dari kayu, para wanita menari dengan riang gembira seirama dengan alunan musik yang menggugah jiwa untuk ikut bergabung.Ketiga calon pengendali Mana bergegas menuruni anak tangga, Nicon meninggalkan naga kecil tidur di atas tempat tidur miliknya. Mereka menikmati perjalanan yang sangat menyenangkan ikut meriahkan pesta besar yang diadakan di jalanan ibu kota.Altair berlari mendekati keramaian orang-orang, melihat penduduk yang tadi tertutup dan kurus kekurangan gizi kini nampak seperti manusia pada u
Mereka melaju pesat meninggalkan Adir dan Altair di belakang akan tetapi tidak meninggalkan sosok mereka berdua dan masih bisa melihat keberadaan masing-masing. Mentari pagi sangat menyenangkan untuk menyentuh kulit serta tubuh kekar keduanya sehingga keringat yang muncul terkena angin pacuan kuda yang mereka tunggangi terasa menyejukkan.“Dimana hewan peliharaan agung?” tanya Adir kepada Altair serius mengendarai kuda hitamnya.Altair melirik ke belakang melihat Adir, dia juga sedang mencari sosok makhluk biru di sekitar mereka. Kemudian Pino tiba-tiba keluar dari dalam tubuh Altair melalui kedua tangan yang sedang memengang tali kekang kuda.Kemu
Tidak menunggu waktu lama segerombolan bandit menyerang anak-anak muda yang baru pertama kali menginjakkan kaki tanah di luar Rhodes. Altair dengan cepat membuat tameng di sekitar mereka agar orang-orang tidak masuk lebih dalam.Terkejut dihalangi oleh dinding pertahanan, mereka berusaha memukul-mukulnya dengan keras.“Berapa lama kita bisa bertahan di dalam?” tanya Zhi bersiap menyerang.“Jika kau ingin sampai mereka pergi dari sini tidak masalah,” jawab Altair yang acuh melihat banyaknya kerumunan.“Itu akan sangat lama, kita tidak memiliki banyak waktu hanya untuk menunggu mereka pergi,” ucap Nicon tiba-tiba sudah duduk di atas punggung naga bersiap mengepakkan kedua sayapnya untuk terbang melewati celah di atas dinding.Dia pergi meninggalkan rekan-rekannya dari atas naga meniup semburan api membubarkan pertahanan mereka. Melihat api yang s
Ruang rapat terasa mencekam, para pengendali Mana memutuskan untuk mengirim anak-anak mereka pergi meninggalkan Rhodes dan hewan peliharaan dewa akan menjadi pemandu tempat penyegelan.Keberangkatan kali ini tidak ada upacara pelepas kepergian seperti tahun-tahun sebelumnya hanya ditemani segelintir orang-orang yang saling kenal satu sama lain serta sanak keluarga saja.Bermodalkan perbekalan sederhana dengan berat hati menjalankan kewajiban dan tanggaung jawab sebagai calon pengendali Mana selanjutnya. Altair hanya ditemani bersama ayahnya di pintu gerbang Rhodes sedangkan keluarganya menunggu di dalam kereta. Lily kakak perempuan mengamati dari jauh di balik kaca.
Malam masih panjang dari jendela terlihat orang-orang sedang berlalu lalang, baik itu para ksatria maupun orang-orang yang tidak terjangkit bisa keluar masuk di wilayah tersebut. Nicon dan Zhi masih beradu argumen memperebutkan tempat tidur di tengah.Sisanya memilih untuk membersihkan badan yang penuh dengan keringat serta debu, menyegarkan dalam bak mandi atau berdiri merasakan kenyamanan air yang membasuh tubuh-tubuh indah mereka.Badan Arion penuh dengan luka serta sayatan menandakan betapa kerasnya dia belajar untuk menjadi seperti ayah-ayahnya dulu sekaligus mengemban amanah sebagai penjaga daratan Rhodes yang luas.Adir merendam tubuhnya dengan menggunakan beberapa aroma herbal yang bisa membangkitkan Mana, kabut panas menyelubungi kamar mandi yang luas tanpa sekat membuat mereka bisa memandangi tubuh satu sama lain.Altair juga sedang terduduk di kursi khusus sedang menggosok bagian tubuhnya
Bunga-bunga es menempel erat pada dinding pelindung, entah darimana asalnya namun, itu melekat memberikan efek goresan sedikit demi sedikit. Sayatan demi sayatan akhirnya berubah menjadi retakan besar, Duke Stuart yang tidak memperhatikan usaha Altair untuk keluar dari sana berusaha menyembunyikan alat sihir di belakang punggungnya.Alat yang serupa dengan kaki-kaki gurita terbuat dari besi-besi dan sendi-sendi dari batu keras berisi Mana, dentuman besar dari arah luar menggerakan dinding tersebut dan sekarang cahaya api mulai terlihat jelas.Altair juga menggunakan salah satu tangannya untuk mengendalikan rantai-rantai merusak penghalang yang menyesakkan, memukul retakan yang berpotensi bisa ditembus. Baju besi yang dia gunakan mengeluarkan bunyi yang memeka telinga saat bersegesakan dengan bola perak yang menahan tubuhnya dengan kuat.Jari jemarinya patah saat menahan penolakan Duke Stuart dengan wajah meringis menahan