Altair duduk di ruang makan bersama keluarganya mereka seperti yang dia lihat di lukisan tadi pagi dan sibuk dengan makanan di atas meja masing-masing.
Ayah Altair duduk di meja utama kepala keluarga, di sebelah kanan duduk seorang wanita yang juga dipanggil ibu oleh anak-anak gadis saudari Altair. Mereka semua memiliki paras wajah yang rupawan.
Banyak orang yang berdiri melayani keluarga yang sedang makan itu ada memegang botol minuman anggur dan troli berisi makanan.
Altair duduk di sebelah kiri ayahnya dengan tenang memakan apa yang ada di depannya. Masih berusaha berfikir dengan keras apa yang sedang menimpa dirinya (Claretta) sekarang dan memikirkan bagaimana keadaan ibunya sekarang?
Sehingga membuat makanan enak di hadapan Altair terasa hambar.
“Ibu lihat! Kak Altair menangis.” ucap seorang gadis paling kecil yang tengah memegang segelas susu di tangannya.
Wanita itu tidak terlalu menghiraukan apa yang sedang terjadi dengan Altair dan berkata, “Untuk seseorang yang sebentar lagi mengadakan acara kedewasaan, tidak seharusnya dia menangis,”
“Apalagi dia adalah seorang laki-laki,” jawab wanita yang dipanggil ibu sembari melirik ke arah Altair.
“Kecuali jika dia sudah sadar atas kesalahan dan status yang selama ini diperbuat yang selalu bertingkah kotor seperti ibunya.” imbuhnya lagi.
Ayah Altair hanya mengeluarkan suara berdehem, meletakkan pisau dan meminum segelas anggur. Altair masih tidak mengerti, kenapa orang-orang di sini bersikap seperti itu.
Saat Mary dan kepala pelayan memergoki Altair keadaan telanjang, kepala pelayan mengatakan bahwa Duke mengajaknya untuk sarapan bersama dengan wajah datar.
“Bagaimana persiapanmu untuk upacara kedewasaan?” tanya ayahnya.
Altair yang ditanyakan hal itu, langsung menjawab.
“Semuanya sudah siap, ayah” jawabnya dengan datar.
Aneh rasanya saat Altair yang mengenali sebagai orang asing yang duduk di sampingnya, kini harus di panggil dengan sebutan ayah olehnya.
Bayangan kematian yang menimpa dirinya semalam masih membekas dalam ingatan membuat perut dan kepalanya terasa sakit.
“Lakukan dengan benar demi martabat keluarga dan kekaisaran” imbuh si ayah.
“Bagaimana bisa dia ditakdirkan sebagai penerus keluarga dengan baik, sedangkan dia terlahir dari ibu seorang budak yang menjadi pelayan. Setelah diselamatkan, ibunya bertingkah seperti pelacur.” celetuk gadis tertuanya.
Altair mendengarkan kata-kata yang tidak asing baginya. Saat dirinya masih menjadi Claretta atau sudah menempati sosok orang lain tetap saja, hanya hinaan yang dia dapat.
“Ayah, aku sudah selesai. Bolehkah aku pergi dari sini?” tanya Altair.
“Ya,” jawab singkat ayahnya.
Kursi berdecit dan Altair meninggalkan meja makan, mereka yang masih sibuk dengan makanan mereka tidak tertarik sama sekali dengan kepergian Altair dari sana.
Makanan Altair tidak tersentuh dan dia pergi meninggalkan mereka semua.
Saat akan hendak menuju ke kamarnya Altair menyadari bisa menemukan informasi tentang dunia ini di perpustakaan keluarga miliknya.
Segera Altair membelokkan langkah kakinya dan pergi menemui Mary. Mencari di setiap sudut ruangan mansion yang sangat besar namun, langkahnya seperti tidak asing saat menyusuri mansion yang baru pertama kali dia lihat.
Altair yang tiba di dapur menanyakan ke beberapa pelayan yang ada disana.
“Dimana Mary?” tanya Altair yang tiba-tiba muncul di pintu dapur.
Tidak ada suara atau sambutan unutk Altair. Mereka semua terdiam dan enggan menjawab pertanyaan Altair karena para pelayan khawatir Duchess akan menganiaya mereka jika terlihat berbicara dengan Altair.
Ada satu pelayan laki-laki yang baru saja bekerja di keluarga ini, tidak mengetahui peraturan tersebut.
Siapa saja yang terlihat berbuat baik kepada Altair akan dihukum fisik.
“Dia ada di tempat mencuci, mungkin sekarang dia sedang menjemur kain.” jawab pelayan itu dengan polos.
“Terima kasih.” jawab Altair sembari keluar dengan cepat.
Setelah melihat Altair yang berhambur lari keluar dari dapur seorang pelayan yang lain mendatangi pelayan yang menjawab pertanyaan Altair.
“Celaka kau, jika ada seseorang yang melaporkanmu berbicara dengannya kau pasti akan disiksa,” ucap teman yang berada di sebelahnya.
Pelayan itu menoleh ke semua orang dengan tatapan ketakutan berharap ada yang mau menolongnya namun, mereka bersembunyi melihatnya, ada yang tersenyum menyeringai, bahkan ada yang tidak peduli dengan mengalihkan pandangan mereka.
“Kenapa tidak ada yang memberitahukan?” tanyanya dengan nada bingung.
“Duchess melakukan itu untuk melihat siapa mata-mata yang berani masuk di keluarga Onder de dan berani menyusup atas nama ibu Altair.” jawabnya lagi.
“Berdoa saja semoga kau berada dalam lindungan dewa.” ucap pegawai lain sambil menepuk bahunya.
Altair berlari menelusuri halaman belakang tempat biasa para pelayan menjemur pakaian. Altair yang menemukan sosok dengan rambut pendek sedang membelakanginya. Mary sedang menjemur sebuah selimut tebal dan beberapa baju.
Para pelayan wanita yang berada di sana melihat kedatangan Altair mulai berbisik.
Altair mendekati Mary dan menepuk bahuny Mary yang terkejut menjatuhkan kain tersebut beruntung Altair yang sigap langsung mengambil kain hingga tidak jatuh ke lantai. Mary menoleh dan melihat tuannya yang sudah berdiri di belakangnya.
“A...Ada apa tuan kemari?” tanya Mary dengan suara gugup.
Altair yang mendengar suara Mary yang terdengar gugup merasa heran, intonasi suara Mary berubah setiap kali mereka berada ditempat yang terdapat banyak orang, sedangkan jika hanya ada mereka berdua dia seolah-olah bersikap biasa.
“Tolong bantu aku, aku ingin pergi ke perpustakaan.” ucap Altair yang tidak menghiraukan rasa herannya.
Mary bertanya-tanya kenapa tuannya ingin dia mengantarkan ke perpustakaan. Padahal Altair adalah anak dari keluarga Duke.
“Baiklah tuan.” jawab Mary tanpa menanyakannya lagi karena Mary melihat tatapan semua orang sedang mengawasi mereka.
Mereka akhirnya pergi meninggalkan tempat jemuran. Pandangan semua orang masih tidak lepas sampai kepergian mereka tidak terlihat.
“Maafkan atas sikap saya tadi, izinkan saya memperkenalkan diri. Saya Mary, dan saya berasal dari negeri tempat ibu tuan berasal.”
“Bisakah kau menceritakan dengan jelas keadaan disini?” tanya Altair yang sedang melihat sekeliling.
Mary menceritakan status dan hubungannya dengan ibu Altair yang adalah seorang budak dari negeri miskin.
Raja mereka menggelapkan uang rakyatnya hanya unutk kesenangan mereka sendiri dan keluarga kerajaan. Bukan hanya Raja, para bangsawan disana hidup dengan mewah yang mengandalkan pajak yang tidak bermoral dan merampas. Hidup dengan belas kasihan dari negara dan kekaisaran lain.
Jika ada pengelana yang terlihat kaya datang mengunjungi negara tersebut, mereka dengan senang hati menjilati pendatang-pendatang tersebut, rakyat mereka juga bersikap seperti pengemis yang akan selalu menempel pada kereta-kereta kuda sampai mereka diberi uang.
Ibu Altair diperjualbelikan di pasar lelang ibu kota negara dan mereka dengan terang-terangan melakukan transaksi tersebut di hadapan semua orang yang banyak dilihat oleh para bangsawan atau anak-anak kecil.
Saat itu ayah Altair, yaitu Duke Leon Onder de melakukan tugas perjalanan ke negara tersebut untuk melakukan perjanjian diplomasi antar negara dan mengirimkan penyihir-penyihir utusan ke sana.
Duke Leon mengubah kereta kuda beserta rombongannya menjadi kereta kumuh dan lusuh sebelum memasuki negara tersebut untuk menghindari sikap rakyat negara itu yang tidak nyaman.
Setelah urusan Duke Leon selesai, dia dan rombongan kebetulan melewati tempat pelelangan budak diwaktu yang bersamaan ibu Altair sedang dilelang oleh kepala pelelang.
“Siapa yang ingin membelinya? Akan aku buka dengan harga 13.000 koin emas.” teriak laki-laki botak berbadan besar.
“13.000 koin emas? Apa tidak terlalu mahal untuk seorang wanita biasa?” tanya seorang pembeli lainnya.
“Jika kalian membelinya, aku jamin kalian tidak akan menyesal.” terdengar kepala pelelang yang maju mendekati salah satu pembeli di depannya.
Orang-orang yang berada di sana gaduh dengan ucapan yang keluar dari mulut ketua pelelang itu. Ibu Altair dengan pakaian lusuh dan mulut yang diikat dengan tali kapal terlihat menyedihkan dengan air mata yang terus mengalir dan berusaha unutk meminta tolong.
Karena tidak ada yang membelinya, Duke Leon akhirnya membeli budak tersebut dengan harga yang telah disepakati. Duke membawa ibu Altair ke kerajaan Rhodes dan menjadikannya pelayan di kediaman Duke.
Entah bagaimana Ibu Altair hamil dan dinikahi oleh Duke. Ketika masa kehamilan Altair Ibunya sakit keras. Saintess yang berada di sana melihat firman dewa bahwa dirinya akan memiliki anak laki-laki.
Dari pernikahan Duke Leon dengan istrinya hanya melahirkan 3 anak perempuan. Akan tetapi ibu Altair harus mati, karena tidak bisa menahan kelahiran anaknya.
“Saya adalah keponakan ibu anda, tuan.” jawab Mary
“Saya ada di sini karena saya mendengar, bahwa sepupu saya telah tertidur selama 1 bulan, sehingga saya merasa khawatir dengan anda. Maafkan atas kelancangan saya selama ini.” ucap Mary dengan sopan.
Altair merasa lega paling tidak dia bisa memiliki dan mengenal seseorang yang baik mau membantunya selama berada di keluarga ini. Di Perjalanan mereka menuju perpustakaan. Mereka melewati pasukan ksatria khusus milik Duke Leon sedang berlatih pedang.
Ada yang menggunakan baju besi, kaos latihan bahkan ada yang bertelanjang dada. Lalu terdengar suara teriakan yang keras.
“Oi.” teriak suara seseorang dari pasukan disana.
Altair merasa suara itu berasal dari pasukan ksatria yang tengah berlatih menoleh. Altair yang melihat ke arah bendera dengan lambang keluarga Duke Onder de sedang berkibar di atas benteng yang tinggi terlihat sama dengan yang dia lihat sebelumnya di kamar mandi. Di atas benteng terdapat pos penjaga yang dijaga oleh beberapa orang, lengkap dengan baju zirah dan senjata yang mereka bawa seperti pedang, serta busur dan tombak. Mary dan Altair berusaha tidak mendengarkan teriakan tersebut dan mulai berjalan kembali meninggalkan mereka, lalu terdengar kembali suara itu dari sana. “Setidaknya status seorang anak haram sangat cocok berpasangan dengan seorang pelayan.” ucap seseorang dengan tubuh besar dan kepala plontos terlihat dia komandan pasukan di sana. Orang-orang mulai tertawa terbahak-bahak mendengar komandan mereka berbicara seperti itu. “Tidak disangka s
Pertarungan yang sengit itu berhenti setelah komandan menjatuhkan pedang. Altair menahan luka di leher dengan tangan darah segar mulai mengalir di sela-sela tangan. Altair terduduk tersungkur dengan kedua lututnya menandakan bahwa dirinya sudah kalah dalam pertarungan. Komandan pergi ke pasukan dan mereka meneriaki kedatangannya. Mary lari menghampiri dan melihat luka di leher Altair. “Aku tidak apa-apa. Lukaku hanya tergores.” jawab Altair sebelum Mary menanyakan kondisinya. Mary mengeluarkan sapu tangan miliknya dan memoleskan obat cair di atasnya memberikan sapu tangan itu kepadanya. Altair menerima dan mengikat sapu tangan di lehernya. Altair tau mengapa dirinya sampai jatuh terduduk karena lingkaran sihir Mana menyerap tenaga lebih banyak sehingga membuatnya lemas. Tangan Altair mulai bergetar untuk menghilangkan gemetar diseluruh
Di tanah kerajaan Rhodes sebelum terbentuk, terlihat orang-orang berkumpul untuk berkemah dari beberapa penjuru negara. Mereka beristirahat di tanah itu. Pemimpin pasukan dari masing-masing rombongan juga tengah mempersiapkan kebutuhan untuk menginap. Ada yang sudah menginap dan berkemah di sana, sebelum rombongan yang lain tiba. Salah satunya adalah keluarga Onder de. Dia bersama keluarga dan saudara-saudaranya tengah melakukan persiapan untuk berburu.
Onder de mulai memegang dua belati di tangannya dan sisa belati miliknya melayang menyerang salah satu kepala naga. Belatih yang berterbangan menyerang salah satu kepala naga membuat naga kelelahan dan kebingungan. Belati-belati yang terbang dikendalikan Mana Onder de seperti tali berwarna hijau muda keemasan jika terkena sinar bulan di malam hari. Salah satu belatih yang melayang tergigit oleh naga sisanya berusaha berputar kembali berusaha menusuk kepala naga dan Onder de berusaha lari mendekati sayap naga. Kepakan sayap dari naga mengeluarkan hembusan angin besar membuat pergerakan mereka sedikit terhambat. Setelah diam-diam menyusup di belakang naga terlihat dua sayap yang sibuk mengepakkan untuk membuat hembusan angin yang kuat. Belati yang dipegang dengan kedua tangannya dicengkram dengan kuat. Onder de memusatkan kembali Mana kepada semua belati miliknya. Mana yang melapisi belati-belati membuat ukuran mereka 3x lebih besar dari sebelum
Setelah Altair membaca buku sejarah berdirinya kekaisaran Rhodes dan bagaimana kerajaan ini muncul. Altair merasa takjub dan terpesona dengan kisah heroik, Altair adalah salah satu keturunan dari lima pahlawan yang sangat berjasa. Dalam buku sejarah yang lain 500 tahun yang lalu setelah keluarga Onder de menyegel Mana karena Mana harus disegel setiap 100 tahun sekali sesuai setelah anak laki-laki keturunan sampai puncak kedewasaan. Mereka akan mengembara dan melakukan tugas tersebut. Keturunan Onder de kembali dari misi penyegelan. Ayahnya yang sebagai penerus mutlak membantu penyegelan di altar khusus yang disaksikan oleh Raja mereka dan beberapa orang lainnya. Setelah selesai penyegelan mereka mendengar bahwa pamannya dihukum gantung oleh pihak istana, karena memiliki tanda-tanda akan melakukan kudeta dengan beberapa pengikutnya. Pemuda tersebut lari menemui pamannya dia tidak tahu masalah yang terjadi selama dia meninggalkan kampung halaman dan apa
Setelah melewati banyak tembok, Altair berdiri di pintu masuk hanya terlihat tembok biasa dengan lubang seukuran jari tangan Altair memasukkan jari tangannya namun, tidak ada respon. Altair mencoba cara lain dengan dia mengalirkan Mana yang membalut tubuh dan memusatkan semua di jari tangan. Mana mengalir melewati lubang jari menuju celah-celah dinding batu. Mana biru merambat ke berbagai celah dinding lalu bertemu dan terfokus dalam satu titik di hadapan Altair. Pintu tembok tersebut menghilang perlahan dan terlihat lemari besar dengan rak-rak pembatas, di sana terdapat barang-barang kuno yang sudah ada di zaman awal terbentuknya kerajaan termasuk batu keras milik Onder de kakek ke 1000 tahun. Altair melihat cawan berwarna merah gelap, di sekelilingnya terdapat mata batu berwarna hitam berukuran kecil. Altair bergegas mengambil cawan yang ingin segera keluar sebelum ayahnya kembali masuk kesana yang akan membuatnya terjebak entah sampai berapa lama.
Altair berjalan ke ibu kota Rhodes melihat lingkungan di luar mansion terlihat sangat ramai banyak orang yang berkeliaran. Altair memutuskan untuk keluar dari mansion untuk beberapa hari, setelah mandi Altair bersiap melengkapi barang-barang yang akan dibawa untuk pergi malam itu. Altair memilih untuk keluar kabur dari keluarganya karena jika dia meminta izin terlebih dahulu sangat dipastikan ayahnya tidak akan memberi izin meninggalkan mansion. Altair juga sudah memberikan selembar kertas ke ayahnya jika di akan pergi beberapa hari untuk mengunjungi kota ibunya dulu. Altair berharap jika dirinya terlibat masalah selama diluar ayahnya bisa memakluminya. Meskipun Altair tidak berharap ayahnya tidak dapat membela atau membantunya nanti. Setelah memastikan semua orang tidak terlihat berkeliaran di sekitar mansion Altair pergi melalui jendela di dalam kamarnya. Memakai jubah hitam menutupi wajahnya dan menyandang tas kecil yang berisikan beberapa koin emas
Altair pergi ke suatu tempat di sana terdapat banyak orang sedang berkumpul melihat sesuatu. Matahari sudah mulai menyambut pagi seorang pria paruh baya duduk bersama dengan orang yang sedang melakukan judi jalanan dengan dikelilingi orang yang sedang melihat permainan mereka. “Coba tebak,” ucap si pria yang terlihat seperti pemilik judi. “Kali ini jika kau menang aku pasti akan melipat gandakan taruhan mu,”ucapnya lagi sembari menggigit tusuk gigi. Pria yang berada di hadapannya itu terlihat seperti orang yang cukup kaya lalu dia mengeluarkan beberapa koin emas di dalam kantongnya meletakkan koin di atas kartu yang dipilihnya dengan gugup. “Kali ini kau harus membayarku lebih,” ucapnya sambil meletakkan koin tersebut di sebelah kanan. “Tenang saja,” jawabnya dengan santai. Altair yang sudah berdiri di samping pria yang bertaruh sedang memperhatikan jalannya permainan. Si Bandar membuka kartu pilihan lawannya dengan kartu 3 hat
Pemilik toko langsung mengarahkan tangan terampilnya menarik Altair masuk ke dalam. Dia tidak bisa menolak ajakan yang belum dikenal sebelumnya seakan ikut terpengaruh suasana toko kain semenjak masuk ke dalam. Altair berdiri di atas podium mini beberapa karyawan memasuki ruangan berbaris dengan rapi membawa senjata serta alat untuk menyerangnya. Keahlian mereka bergerak cepat mengukur tubuh Altair setiap inchi. “Tidak bisa begini,” ucap salah satu karyawan yang berada dibelakang Altair sambil menggelengkan kepalanya dengan cepat dan kemudian menarik baju Altair menanggalkan sehingga setengah telanjang. Tangan-tangan mereka semakin liar, lima orang lainnya mencatat apa saja yang diucapkan rekan-rekannya. Pemilik toko melihat dengan puas berkelana menggunakan pikirannya sendiri. Orang-orang dari balik tirai bersembunyi sudah tidak sabar untuk keluar akan tetapi ditahan oleh temannya. Altair layaknya hewan ternak yang patuh untuk diperah tidak melakukan perlawanan. “Silahkan tunggu
Aroma vanila sangat manis untuk dinikmati, bau roti yang baru saja keluar dari panggangan mengepulkan asap, kue-kue kering yang tersusun rapi di ranjang-ranjang anyaman terbuat dari bambu ditutupi taplak meja.Di atas meja dipenuhi oleh bir, kue pie, bouquet, buah-buahan dan tidak lupa vas bunga berisi air digunakan untuk meletakkan bunga matahri sebesar piring. Para pria sedang bersemangat melakukan duel serta taruhan minum bir, perasaan senang mereka merambat ke meja-meja lain.Di malam hari ibukota kembali mengadakan pesta meriah di depan-depan rumah mereka, para wanita menggerakkan tubuhnya yang indah, gaun-gaun mereka melambai-lambai luwes menyeret di atas paving. Sepatu-sepatu yang dihentakkan seirama dengan dentuman musik yang nyaring, terdengar suara siulan menggoda mereka.“Halo tuan muda,” ucap seorang gadis yang sedari tadi melihat ke arah Altair bersama kawan-kawannya dari jauh berteduh di bawah p
Mata gadis tidak lepas memandangi makhluk kecil di pundak Nicon kemudian masuk ke dalam penginapan dan mereka mengikutinya dari belakang. Pandangan mereka seakan bertanya “ada apa dengannya?”. Namun, tidak seorangpun dari mereka memulai terlebih dahulu untuk berbicara hingga keduanya sudah berada di depan kamar masing-masing. “Dia sangat aneh,” kata Zhi merogoh kunci di sakunya terkejut mendengar pintu disebelahnya tiba-tiba terbuka dan kunci yang ada di tangannya terjatuh. Nicon melihat Adir yang keluar dari kamar berlari mendekat, Zhi yang hampir saja meledakkan emosinya ditahan oleh Nicon. “Bagaimana kabarmu?” tanya Nicon khawatir. Adir melihat ke arahnya kemudian melekat begitu lama ke arah lain. “Kami semua mencarimu kemana-mana dan tidak tidur di malam hari,” sambung Zhi. “Hewan peliharaan yang lain juga menghilang, apakah kau tahu dimana keberadaan mereka sekaran
Acara meriah penuh dengan gemerlap lampu berwarna, iringan musik di setiap jalan-jalan, makanan-makanan berjejer rapi di tepi-tepi rumah dan mereka keluar mengenakan pakaian bagus serta berhias. Para pria sibuk bersenda gurau sembari memegangi botol bir besar dari kayu, para wanita menari dengan riang gembira seirama dengan alunan musik yang menggugah jiwa untuk ikut bergabung.Ketiga calon pengendali Mana bergegas menuruni anak tangga, Nicon meninggalkan naga kecil tidur di atas tempat tidur miliknya. Mereka menikmati perjalanan yang sangat menyenangkan ikut meriahkan pesta besar yang diadakan di jalanan ibu kota.Altair berlari mendekati keramaian orang-orang, melihat penduduk yang tadi tertutup dan kurus kekurangan gizi kini nampak seperti manusia pada u
Mereka melaju pesat meninggalkan Adir dan Altair di belakang akan tetapi tidak meninggalkan sosok mereka berdua dan masih bisa melihat keberadaan masing-masing. Mentari pagi sangat menyenangkan untuk menyentuh kulit serta tubuh kekar keduanya sehingga keringat yang muncul terkena angin pacuan kuda yang mereka tunggangi terasa menyejukkan.“Dimana hewan peliharaan agung?” tanya Adir kepada Altair serius mengendarai kuda hitamnya.Altair melirik ke belakang melihat Adir, dia juga sedang mencari sosok makhluk biru di sekitar mereka. Kemudian Pino tiba-tiba keluar dari dalam tubuh Altair melalui kedua tangan yang sedang memengang tali kekang kuda.Kemu
Tidak menunggu waktu lama segerombolan bandit menyerang anak-anak muda yang baru pertama kali menginjakkan kaki tanah di luar Rhodes. Altair dengan cepat membuat tameng di sekitar mereka agar orang-orang tidak masuk lebih dalam.Terkejut dihalangi oleh dinding pertahanan, mereka berusaha memukul-mukulnya dengan keras.“Berapa lama kita bisa bertahan di dalam?” tanya Zhi bersiap menyerang.“Jika kau ingin sampai mereka pergi dari sini tidak masalah,” jawab Altair yang acuh melihat banyaknya kerumunan.“Itu akan sangat lama, kita tidak memiliki banyak waktu hanya untuk menunggu mereka pergi,” ucap Nicon tiba-tiba sudah duduk di atas punggung naga bersiap mengepakkan kedua sayapnya untuk terbang melewati celah di atas dinding.Dia pergi meninggalkan rekan-rekannya dari atas naga meniup semburan api membubarkan pertahanan mereka. Melihat api yang s
Ruang rapat terasa mencekam, para pengendali Mana memutuskan untuk mengirim anak-anak mereka pergi meninggalkan Rhodes dan hewan peliharaan dewa akan menjadi pemandu tempat penyegelan.Keberangkatan kali ini tidak ada upacara pelepas kepergian seperti tahun-tahun sebelumnya hanya ditemani segelintir orang-orang yang saling kenal satu sama lain serta sanak keluarga saja.Bermodalkan perbekalan sederhana dengan berat hati menjalankan kewajiban dan tanggaung jawab sebagai calon pengendali Mana selanjutnya. Altair hanya ditemani bersama ayahnya di pintu gerbang Rhodes sedangkan keluarganya menunggu di dalam kereta. Lily kakak perempuan mengamati dari jauh di balik kaca.
Malam masih panjang dari jendela terlihat orang-orang sedang berlalu lalang, baik itu para ksatria maupun orang-orang yang tidak terjangkit bisa keluar masuk di wilayah tersebut. Nicon dan Zhi masih beradu argumen memperebutkan tempat tidur di tengah.Sisanya memilih untuk membersihkan badan yang penuh dengan keringat serta debu, menyegarkan dalam bak mandi atau berdiri merasakan kenyamanan air yang membasuh tubuh-tubuh indah mereka.Badan Arion penuh dengan luka serta sayatan menandakan betapa kerasnya dia belajar untuk menjadi seperti ayah-ayahnya dulu sekaligus mengemban amanah sebagai penjaga daratan Rhodes yang luas.Adir merendam tubuhnya dengan menggunakan beberapa aroma herbal yang bisa membangkitkan Mana, kabut panas menyelubungi kamar mandi yang luas tanpa sekat membuat mereka bisa memandangi tubuh satu sama lain.Altair juga sedang terduduk di kursi khusus sedang menggosok bagian tubuhnya
Bunga-bunga es menempel erat pada dinding pelindung, entah darimana asalnya namun, itu melekat memberikan efek goresan sedikit demi sedikit. Sayatan demi sayatan akhirnya berubah menjadi retakan besar, Duke Stuart yang tidak memperhatikan usaha Altair untuk keluar dari sana berusaha menyembunyikan alat sihir di belakang punggungnya.Alat yang serupa dengan kaki-kaki gurita terbuat dari besi-besi dan sendi-sendi dari batu keras berisi Mana, dentuman besar dari arah luar menggerakan dinding tersebut dan sekarang cahaya api mulai terlihat jelas.Altair juga menggunakan salah satu tangannya untuk mengendalikan rantai-rantai merusak penghalang yang menyesakkan, memukul retakan yang berpotensi bisa ditembus. Baju besi yang dia gunakan mengeluarkan bunyi yang memeka telinga saat bersegesakan dengan bola perak yang menahan tubuhnya dengan kuat.Jari jemarinya patah saat menahan penolakan Duke Stuart dengan wajah meringis menahan