Pantas saja selama Altair berada di kuil bersama Pino untuk mencari Saintess dia tidak menemukan benang Mana milik Voor’t kemanapun dia mencari karena benang Mana hanya diperuntukkan bagi Pengendali Mana yang sudah memasuki tahap upacara kedewasaan.
Rumah Saintess terhubung kuil dan altar untuk berdoa dengan dewa di saat Altair memegang benang Mana tersebut, Altair merasakan semilir angin berhembus dari depan dan disusul terdengar suara pintu yang di tutup.
Altair menoleh ke arah belakang tidak ada terjadi apapun di sana hanya lorong kosong yang sama Mana sihir milik Altair menghilang dan saat menyentuh benang Mana Altair sudah berada di lorong, berdiri dinding pembatas yang menghalangi Altair untuk kembali ke sana dinding besar seperti kaca tebal menjulang tinggi.
Satu-satunya cara untuk bisa keluar adalah menyelesaikan apa yang dibutuhkan di sana setelah melihat ke belakang Altair berjalan lurus ke depan tidak butuh waktu yang lama Altair sudah berada masuk
Dalam benak Adir, dirinya ada keraguan apakah dia bisa mengemban tugas seperti ayahnya yang berani dan penuh kasih sayang, semenjak Adir mendengarkan pembicaraan ayahnya dengan dewa dimana akan ada seseorang yang akan membuat perubahan dimensi ruang dan waktu apakah juga berdampak membahayakan rakyat Rhodes atau tidak. Sampai saat ini Adir masih tidak tahu siapa orang yang menjadi pelintas dimensi yang dewa maksud. Sedangkan tanggung jawab sebagai satu-satunya penerus yang bisa berbicara dengan dewa hanyalah dia yang dari keluarga Voor’t keluarga Voor’t harus berani mengambil tindakan tegas jika ada yang mengancam kehidupan nyawa manusia. Kini di pundak Adir terdapat tanggung jawab besar yang harus bisa dia terima dan jalankan rasa gelisah Adir juga ada saat di pertarungan untuk melindungi rakyat Rhodes dari serangan asap naga dimana tugas utamanya adalah melindungi nyawa namun, saat itu Adir bahkan tidak bisa menghalau seekor monster masuk ke dalam lap
Altair mengalirkan sebagian kecil Mana miliknya ke tangan menyentuhkannya di atas tangan Adir dan Adir menjadi salah tingkah namun, berusaha untuk menutupi ketidak nyamanan di hatinya. Mana milik Altair masuk ke dalam perpustakaan, permata berwarna hijau yang terpasang di sekitar menyala menandakan ada pemilik Mana lain diizinkan untuk masuk ke dalam. Pintu masuk terbuka lebar, jika dari luar terlihat seperti rumah kaca yang dipenuhi dengan pohon dan bunga-bunga yang indah namun, di dalam hanya terlihat buku-buku yang sangat banyak tersusun rapi di rak buku besar. Disambut dengan berbagai macam warna buku yang sama usangnya milik keluarga Onder de perpustakan berbentuk melingkar dengan rak-rak lemari yang banyak dan juga aroma buku membuat perasaan Altair tenang muncul gairah untuk membaca di sana. Di atas terdapat sekat lantai dua di mana terdapat meja dan kursi yang tertata rapi ada tangga penghubung antara buku-buku lantai satu dan lantai dua di at
Membenarkan posisi duduk di tempat tidur Adir merasa aneh dan bertanya-tanya bagaimana bisa dia berpindah ke sana sedangkan dirinya tertidur di atas meja perpustakaan semalam. Adir melihat ke arah meja dan Altair tidak ada berada di sana sedangkan semua buku-bukunya sudah tertata dengan rapi, dengan cepat Adir membuka selimut dan meloncat untuk mencari Altair melihat ke arah bawah lantai, tidak menemukan sosok yang dia cari dengan tergesa-gesa Adir berlari menuruni tangga mencari Altair di sela dan sudut ruangan, sehingga Adir membuka pintu perpustakaan. Altair yang mendengarkan suara pintu terbuka akhirnya keluar dengan nampan yang berisikan makanan. “Kau ingin kembali?”tanya Altair dengan polos yang baru saja muncul dari ruangan lain. Adir melihat ke arah belakang di dalam perpustakaan terlihat Altair berdiri dengan membawa nampan berisi sarapan roti dan susu hangat Adir berlari mendekati Altair dengan penuh emosi. “Apa yang kau lakukan?” ta
Altair berjalan mengendarai kuda hitam dengan cepat, perjalanan mereka dari ibu kota paling tidak butuh 3 hari untuk segera tiba di kediaman Bedros yang terletak di gunung salju dan tambang batu keras. Jalan yang mereka lalui juga sangat sulit dan berbahaya. Keluarga Bedros dikenal sebagai satu-satunya keluarga penghasil batu keras di kerajaan Rhodes, mereka lebih suka memilih untuk tinggal di tempat yang sangat jauh dari keramaian Rhodes. Keluarga Bedros adalah keluarga yang menduduki peringkat pertama dalam kekayaan di antara semua Pengendali Mana di kerajaan Rhodes, saat pertama kali mereka memiliki kekuatan Mana setelah berhasil mengalahkan naga saat deklarasi berdirinya kerajaan Rhodes, Bedros dan keluarganya langsung mencari tempat yang sangat jauh dari ibu kota secara kebetulan di saat itu mereka menemukan tambang serta gunung batu keras di wilayah Rhodes, dengan cepat keluarga Bedros langsung menancapkan area kekuasaan mereka sebelum istana raja berdiri
Melihat tempat yang akan digunakan untuk menginap terasa nyaman, Altair turun dari atas kuda disusul dengan Adir yang juga ikut turun dari sana lalu menuntun kuda dan mengikat kuda di sebelah pohon. “Apa kau pernah tidur di alam bebas?” tanya Altair meledek Adir sambil membereskan dan merapikan tempat untuk mereka tidur. “Tentu saja!” ucap Adir dengan nada kesal yang tiba-tiba berteriak. Altair hanya tersenyum melihat Adir yang bertingkah aneh dari awal mereka berangkat dari ibu kota dalam benaknya, Altair sangat senang dengan sifat Adir yang sangat mudah diajak bekerja sama. Altair berjalan di sekitar tempat untuk mereka beristirahat untuk mencari kayu bakar sekaligus melihat sekitar berjaga-jaga. “Tidak usah marah,” jawab Altair sambil mengambil batang dan ranting kayu yang kering. “Aku menanyakan hal itu karena kau adalah calon Saintess, bisa-bisa aku dituntut oleh keluargamu karena telah membiarkan seorang calon yang agung ti
Altair tetap fokus dengan buruan ikan di depannya, sudah ada dua ikan yang cukup besar menggantung di pinggang Altair dengan berat hati Adir ikut menyingsingkan kain celana dan bajunya. Mengambil kayu di sekitar sungai untuk di jadikan tombak berburu dan Adir ikut turun masuk ke dalam air dingin nya air menyentuh kulit Adir sempat membuatnya mengigil kedinginan namun, karena rasa kesal di dalam benaknya Adir tidak bisa melupakan perlakuan Altair selama ini dengan cepat Adir berjalan menyusul Altair yang sudah berada di tengah sungai, Altair yang mendengar suara langkah orang mendekatinya secara refleks menoleh ke belakang. “Kau juga ingin ikut berburu?” tanya Altair sambil melihat ke arah Adir dengan waspada. “Ya.” jawab Adir dengan ketus. “Dimana peri air?” tanya Altair penasaran yang mulai mengalihkan perhatiannya ke dalam air. “Aku meninggalkannya di sana,” jawab Adir dengan cuek sambil melihat ke arah peri air yang sibuk bermai
Hari hampir siang, mereka masih berada di dalam hutan belum memasuki gunung es yang bersalju lebat Adir sudah mulai terbiasa dengan cara mengendarai kuda milik Altair yang serampangan. Tiba-tiba kuda Altair berhenti Adir yang merasa mereka tidak melaju kembali melihat ke arah depan dan bertanya, “Ada apa?” tanya Adir sambil menjulurkan kepalanya. Terlihat jurang yang membentang menghalangi perjalanan mereka dari satu ujung ke ujung yang lain tidak dan terlihat ada dataran atau jembatan untuk mereka seberangi. “Ada jurang besar disini, sebelumnya tidak tertulis ada jurang di peta,” jawab Altair dengan cemas. Altair turun dari kuda melihat keadaan di sekitar, Adir yang masih berada di atas kuda juga ikut turun untuk melihat sekitar. “Aku yakin ini mungkin karena serangan asap naga waktu itu,” ujar Altair sambil menyelidiki. “Bagaimana bisa? Padahal hanya satu monster yang berhasil masuk ke dalam, itupun berada di kediaman keluarga Onder
Anak panah yang melaju melesat tepat mengenai sasaran langsung memotong lepas kepala dari lehernya. Sejenak rusa tersebut berdiri mematung di posisi yang sama lalu kepalanya jatuh diikuti dengan darah yang mengalir tidak menunggu waktu yang lama badan menyusul jatuh ke tanah. Altair berjalan menggendong rusa yang baru saja ditangkap di tengah hutan, dengan kepala yang sudah terpenggal dan darah yang menetes deras jatuh mengenai tanah. Tempat berburu Altair sedikit jauh dari tempat mereka berkemah. Hari sudah mulai gelap, kunang-kunang berkelap kelip menerangi hutan agar bercahaya. Altair senang karena malam ini dia bisa makan daging setelah beberapa hari hanya memakan buah-buahan dan makanan kering di hutan. Saat Altair tiba di sana dia tidak melihat bara api di tempat kemah mereka. Setelah melewati sebuah semak yang tinggi dan menyibak Altair tidak menemukan Adir sedang menyalakan api unggun. Kuda tunggangan mereka juga tidak terlihat. Altair
Pemilik toko langsung mengarahkan tangan terampilnya menarik Altair masuk ke dalam. Dia tidak bisa menolak ajakan yang belum dikenal sebelumnya seakan ikut terpengaruh suasana toko kain semenjak masuk ke dalam. Altair berdiri di atas podium mini beberapa karyawan memasuki ruangan berbaris dengan rapi membawa senjata serta alat untuk menyerangnya. Keahlian mereka bergerak cepat mengukur tubuh Altair setiap inchi. “Tidak bisa begini,” ucap salah satu karyawan yang berada dibelakang Altair sambil menggelengkan kepalanya dengan cepat dan kemudian menarik baju Altair menanggalkan sehingga setengah telanjang. Tangan-tangan mereka semakin liar, lima orang lainnya mencatat apa saja yang diucapkan rekan-rekannya. Pemilik toko melihat dengan puas berkelana menggunakan pikirannya sendiri. Orang-orang dari balik tirai bersembunyi sudah tidak sabar untuk keluar akan tetapi ditahan oleh temannya. Altair layaknya hewan ternak yang patuh untuk diperah tidak melakukan perlawanan. “Silahkan tunggu
Aroma vanila sangat manis untuk dinikmati, bau roti yang baru saja keluar dari panggangan mengepulkan asap, kue-kue kering yang tersusun rapi di ranjang-ranjang anyaman terbuat dari bambu ditutupi taplak meja.Di atas meja dipenuhi oleh bir, kue pie, bouquet, buah-buahan dan tidak lupa vas bunga berisi air digunakan untuk meletakkan bunga matahri sebesar piring. Para pria sedang bersemangat melakukan duel serta taruhan minum bir, perasaan senang mereka merambat ke meja-meja lain.Di malam hari ibukota kembali mengadakan pesta meriah di depan-depan rumah mereka, para wanita menggerakkan tubuhnya yang indah, gaun-gaun mereka melambai-lambai luwes menyeret di atas paving. Sepatu-sepatu yang dihentakkan seirama dengan dentuman musik yang nyaring, terdengar suara siulan menggoda mereka.“Halo tuan muda,” ucap seorang gadis yang sedari tadi melihat ke arah Altair bersama kawan-kawannya dari jauh berteduh di bawah p
Mata gadis tidak lepas memandangi makhluk kecil di pundak Nicon kemudian masuk ke dalam penginapan dan mereka mengikutinya dari belakang. Pandangan mereka seakan bertanya “ada apa dengannya?”. Namun, tidak seorangpun dari mereka memulai terlebih dahulu untuk berbicara hingga keduanya sudah berada di depan kamar masing-masing. “Dia sangat aneh,” kata Zhi merogoh kunci di sakunya terkejut mendengar pintu disebelahnya tiba-tiba terbuka dan kunci yang ada di tangannya terjatuh. Nicon melihat Adir yang keluar dari kamar berlari mendekat, Zhi yang hampir saja meledakkan emosinya ditahan oleh Nicon. “Bagaimana kabarmu?” tanya Nicon khawatir. Adir melihat ke arahnya kemudian melekat begitu lama ke arah lain. “Kami semua mencarimu kemana-mana dan tidak tidur di malam hari,” sambung Zhi. “Hewan peliharaan yang lain juga menghilang, apakah kau tahu dimana keberadaan mereka sekaran
Acara meriah penuh dengan gemerlap lampu berwarna, iringan musik di setiap jalan-jalan, makanan-makanan berjejer rapi di tepi-tepi rumah dan mereka keluar mengenakan pakaian bagus serta berhias. Para pria sibuk bersenda gurau sembari memegangi botol bir besar dari kayu, para wanita menari dengan riang gembira seirama dengan alunan musik yang menggugah jiwa untuk ikut bergabung.Ketiga calon pengendali Mana bergegas menuruni anak tangga, Nicon meninggalkan naga kecil tidur di atas tempat tidur miliknya. Mereka menikmati perjalanan yang sangat menyenangkan ikut meriahkan pesta besar yang diadakan di jalanan ibu kota.Altair berlari mendekati keramaian orang-orang, melihat penduduk yang tadi tertutup dan kurus kekurangan gizi kini nampak seperti manusia pada u
Mereka melaju pesat meninggalkan Adir dan Altair di belakang akan tetapi tidak meninggalkan sosok mereka berdua dan masih bisa melihat keberadaan masing-masing. Mentari pagi sangat menyenangkan untuk menyentuh kulit serta tubuh kekar keduanya sehingga keringat yang muncul terkena angin pacuan kuda yang mereka tunggangi terasa menyejukkan.“Dimana hewan peliharaan agung?” tanya Adir kepada Altair serius mengendarai kuda hitamnya.Altair melirik ke belakang melihat Adir, dia juga sedang mencari sosok makhluk biru di sekitar mereka. Kemudian Pino tiba-tiba keluar dari dalam tubuh Altair melalui kedua tangan yang sedang memengang tali kekang kuda.Kemu
Tidak menunggu waktu lama segerombolan bandit menyerang anak-anak muda yang baru pertama kali menginjakkan kaki tanah di luar Rhodes. Altair dengan cepat membuat tameng di sekitar mereka agar orang-orang tidak masuk lebih dalam.Terkejut dihalangi oleh dinding pertahanan, mereka berusaha memukul-mukulnya dengan keras.“Berapa lama kita bisa bertahan di dalam?” tanya Zhi bersiap menyerang.“Jika kau ingin sampai mereka pergi dari sini tidak masalah,” jawab Altair yang acuh melihat banyaknya kerumunan.“Itu akan sangat lama, kita tidak memiliki banyak waktu hanya untuk menunggu mereka pergi,” ucap Nicon tiba-tiba sudah duduk di atas punggung naga bersiap mengepakkan kedua sayapnya untuk terbang melewati celah di atas dinding.Dia pergi meninggalkan rekan-rekannya dari atas naga meniup semburan api membubarkan pertahanan mereka. Melihat api yang s
Ruang rapat terasa mencekam, para pengendali Mana memutuskan untuk mengirim anak-anak mereka pergi meninggalkan Rhodes dan hewan peliharaan dewa akan menjadi pemandu tempat penyegelan.Keberangkatan kali ini tidak ada upacara pelepas kepergian seperti tahun-tahun sebelumnya hanya ditemani segelintir orang-orang yang saling kenal satu sama lain serta sanak keluarga saja.Bermodalkan perbekalan sederhana dengan berat hati menjalankan kewajiban dan tanggaung jawab sebagai calon pengendali Mana selanjutnya. Altair hanya ditemani bersama ayahnya di pintu gerbang Rhodes sedangkan keluarganya menunggu di dalam kereta. Lily kakak perempuan mengamati dari jauh di balik kaca.
Malam masih panjang dari jendela terlihat orang-orang sedang berlalu lalang, baik itu para ksatria maupun orang-orang yang tidak terjangkit bisa keluar masuk di wilayah tersebut. Nicon dan Zhi masih beradu argumen memperebutkan tempat tidur di tengah.Sisanya memilih untuk membersihkan badan yang penuh dengan keringat serta debu, menyegarkan dalam bak mandi atau berdiri merasakan kenyamanan air yang membasuh tubuh-tubuh indah mereka.Badan Arion penuh dengan luka serta sayatan menandakan betapa kerasnya dia belajar untuk menjadi seperti ayah-ayahnya dulu sekaligus mengemban amanah sebagai penjaga daratan Rhodes yang luas.Adir merendam tubuhnya dengan menggunakan beberapa aroma herbal yang bisa membangkitkan Mana, kabut panas menyelubungi kamar mandi yang luas tanpa sekat membuat mereka bisa memandangi tubuh satu sama lain.Altair juga sedang terduduk di kursi khusus sedang menggosok bagian tubuhnya
Bunga-bunga es menempel erat pada dinding pelindung, entah darimana asalnya namun, itu melekat memberikan efek goresan sedikit demi sedikit. Sayatan demi sayatan akhirnya berubah menjadi retakan besar, Duke Stuart yang tidak memperhatikan usaha Altair untuk keluar dari sana berusaha menyembunyikan alat sihir di belakang punggungnya.Alat yang serupa dengan kaki-kaki gurita terbuat dari besi-besi dan sendi-sendi dari batu keras berisi Mana, dentuman besar dari arah luar menggerakan dinding tersebut dan sekarang cahaya api mulai terlihat jelas.Altair juga menggunakan salah satu tangannya untuk mengendalikan rantai-rantai merusak penghalang yang menyesakkan, memukul retakan yang berpotensi bisa ditembus. Baju besi yang dia gunakan mengeluarkan bunyi yang memeka telinga saat bersegesakan dengan bola perak yang menahan tubuhnya dengan kuat.Jari jemarinya patah saat menahan penolakan Duke Stuart dengan wajah meringis menahan