Hari hampir siang, mereka masih berada di dalam hutan belum memasuki gunung es yang bersalju lebat Adir sudah mulai terbiasa dengan cara mengendarai kuda milik Altair yang serampangan.
Tiba-tiba kuda Altair berhenti Adir yang merasa mereka tidak melaju kembali melihat ke arah depan dan bertanya, “Ada apa?” tanya Adir sambil menjulurkan kepalanya.
Terlihat jurang yang membentang menghalangi perjalanan mereka dari satu ujung ke ujung yang lain tidak dan terlihat ada dataran atau jembatan untuk mereka seberangi.
“Ada jurang besar disini, sebelumnya tidak tertulis ada jurang di peta,” jawab Altair dengan cemas.
Altair turun dari kuda melihat keadaan di sekitar, Adir yang masih berada di atas kuda juga ikut turun untuk melihat sekitar.
“Aku yakin ini mungkin karena serangan asap naga waktu itu,” ujar Altair sambil menyelidiki.
“Bagaimana bisa? Padahal hanya satu monster yang berhasil masuk ke dalam, itupun berada di kediaman keluarga Onder
Anak panah yang melaju melesat tepat mengenai sasaran langsung memotong lepas kepala dari lehernya. Sejenak rusa tersebut berdiri mematung di posisi yang sama lalu kepalanya jatuh diikuti dengan darah yang mengalir tidak menunggu waktu yang lama badan menyusul jatuh ke tanah. Altair berjalan menggendong rusa yang baru saja ditangkap di tengah hutan, dengan kepala yang sudah terpenggal dan darah yang menetes deras jatuh mengenai tanah. Tempat berburu Altair sedikit jauh dari tempat mereka berkemah. Hari sudah mulai gelap, kunang-kunang berkelap kelip menerangi hutan agar bercahaya. Altair senang karena malam ini dia bisa makan daging setelah beberapa hari hanya memakan buah-buahan dan makanan kering di hutan. Saat Altair tiba di sana dia tidak melihat bara api di tempat kemah mereka. Setelah melewati sebuah semak yang tinggi dan menyibak Altair tidak menemukan Adir sedang menyalakan api unggun. Kuda tunggangan mereka juga tidak terlihat. Altair
Dengan cepat Mana menyelimuti tubuh miliknya untuk melindungi dan meredam suara ketika berbicara atau berjalan di tempat itu. “Apa yang kau lakukan?” tanya Adir dengan cemas sambil melihat kembali keadaan sekitar. Altair juga menggunakan Mana untuk melindungi tubuhnya sedang menyusun kayu bakar untuk membuat api unggun. Melihat apa yang Altair lakukan Adir nampak panik. “Tenang saja, aku sudah memasang pelindung sihir di sekitar tempat kita berkemah sehingga suara kita tidak terdengar dari luar dan kita tidak akan terlihat dari luar,” ucap Altair dengan tenang, api unggun mulai menyala. Altair berpindah tempat dari tempat sebelumnya pergi mendekati rusa, menguliti dan memotong bagian tubuh rusa menjadi beberapa potong daging. Mengambil rempah-rempah kering yang dia bawa dari Mansion di dalam tas yang dia gantung dan menebarkannya di atas daging-daging rusa tersebut. Memotong daging menjadi ukuran dadu kemudian menusuknya sisa daging yang lain
“Bukan apa-apa,” jawab Adir yang sudah tidak tertarik untuk menyambung ucapannya. “Sekarang bukanlah hal penting untuk mengatakan hal konyol seperti ini,” ucap Adir dalam hati. Setelah usai dengan makan malam mereka, mereka sepakat untuk bergantian untuk berjaga malam. Adir terlebih dahulu tidur dan Altair menjaga api unggun untuk menjaga mereka tetap hangat. “Kau tidur dulu, aku berjaga dan akan mencari kuda hitamku,” ucap Altair sambil mematahkan beberapa batang kayu untuk di letakkan ke dalam api. “Apa kau akan meninggalkanku?” tanya Adir dengan cemas sambil melihat ke arah Altair yang sudah mulai berdiri. “Kalau itu diperlukan,” jawab Altair dengan tenang. Adir hanya bisa pasrah mendengarkan ucapan Altair, meskipun malam ini dia bisa tidur namun, nyatanya tidak bisa tidur dengan lelap. Sama saja dia juga harus berjaga untuk keselamatan dirinya
“Kita harus segera kembali ke kemah untuk bersembunyi,” ucap Altair sambil mengelus kuda hitam yang berada di depannya sekarang. Si kuda berdengkur dengan pelan seperti mengatakan,”Tentu,” “Kalau saja kami sudah menjadi pengendali Mana seutuhnya, mungkin tidak akan mengalami kejadian sulit seperti ini,” ujar Altair dengan sedih. “Bisa saja bencana ini tidak terjadi,” imbuhnya lagi. Altair kembali memegang tali kekang kuda dan berjalan menuntun ke arah kemah. “Apa kau juga merasa bahwa yang kau alami tadi dengan Adir juga berbahaya?” tanya Altair yang menghadap ke arah kudanya. Kuda tersebut menjawab dengan dengkuran keras di wajahnya. “Sangat menakutkan,” jawab Altair dengan sedikit bergidik. Setelah menuntun kuda dan mereka masuk ke dalam tempat persembunyian. Altair meletakkan kuda tersebut untuk berdekatan dengan Adir agar mereka bisa saling menghangatkan satu sama lain. Altair berharap mereka bisa sali
Adir merasa tidak nyaman melihat pemandangan yang terjadi di depan matanya sekarang. Para makhluk itu mulai berkeliaran mendekati pohon yang rusak. Adir tidak berani untuk melompat kembali, dia lebih memilih diam untuk dan memperhatikan gerak gerik mereka.Beruntung serangan yang baru saja dia lakukan tidak menimbulkan efek yang cukup membahayakan dan bisa mengancam nyawanya. Pohon tersebut sudah dipenuhi dan dikelilingi oleh mereka Adir terkejut melihat beberapa diantara mereka mulai memanjat naik dengan menusuk batang pohon tersebut dengan kedua tangan mereka.Angin ketakutan mulai menyerang Adir, berharap mereka juga tidak mendatangi Adir yang masih berdiri menggenggam erat pedang Mana. Diantara yang lain juga sudah mulai juga menaiki ke atas pohon di sebelah pohon tersebut.Rasa penasaran mereka membuat makhluk-makhluk itu melakukan hal tersebut. Adir berusaha mempertebal dan memperkuat Mana untuk melindunginya Adir mulai berpikir untuk mencari tahu sebenarn
Pagi menyinari hutan dan Altair sedang mempersiapkan sarapan untuk mereka berdua. Adir berusaha bangun dengan tubuh yang sedikit kehilangan kesadarannya dengan memegang kepala yang masih sedikit sakit, Adir melihat ke arah sekitar. Altair yang melihat Adir sudah duduk menghampirinya.“Bagaimana dengan keadaanmu?” tanya Altair dengan wajah serius.“Tidak apa-apa,” jawab Adir sambil melihat wajah Altair.Adir melihat ke arah sekitar yang tampak gelap namun, celah-celah matahari masuk dari daun-daun pohon yang menunduk. Tembok besar dari jauh juga terlihat oleh Adir.“Apa kau yang membuat ini semua?” tanya Adir dengan nada serius.Altair menoleh ke arah sekitar dan paham apa yang Adir maksud.“Benar,” jawab Altair dengan tenang.“Jangan sampai merusak wilayah kekuasaan Bedros,” ucap
Adir tiba-tiba terbangun dari pangkuan Altair dia terkejut karena pingsan. Altair terlihat nampak biasa saja. “Aku pingsan lagi ya?” tanya Adir dengan nada sedih. Altair menganggukkan kepalanya, Adir merasa hampa dan tidak berguna saat ini. “Maafkan aku karena membuatmu kesusahan,” ujar Adir sambil berdiri merapikan dirinya. Dia melihat di seluruh sekitar sudah nampak rapi, tidak ada lagi korban yang hancur berantakan terlihat disana. Tergantikan dengan banyaknya gundukan makam tersusun ditumbuhi satu jenis bunga di setiap gundukan.
Kuda hitam yang mereka kendarai tiba-tiba berhenti, hampir saja Adir ikut terjatuh ke belakang diikuti dengan suara ringkikan kuda yang terbawa angin. Salju-salju kecil mengenai tubuh mereka yang jatuh dari atas kepala.Beruntung Altair menarik tali kekang kuda dengan kuat dan melihat di balik dinding gunung yang tertutup salju muncul besi runcing tajam hampir menusuk mereka.Besi-besi itu teraliri Mana keluarga Bedros, mereka terdiam dan terjebak di tengah badai salju yang berhembus kencang. Ditambah lagi mereka juga tidak bisa bergerak banyak karena di sisi jalan yang dipijak si kuda sempit.Altair mengamati keadaan di sekitar mereka, pandangannya sedikit kabur karena terhalangi badai salju yang berhembus kuat. Altair melihat ke arah besi di depannya, salju yang mengenai b
Pemilik toko langsung mengarahkan tangan terampilnya menarik Altair masuk ke dalam. Dia tidak bisa menolak ajakan yang belum dikenal sebelumnya seakan ikut terpengaruh suasana toko kain semenjak masuk ke dalam. Altair berdiri di atas podium mini beberapa karyawan memasuki ruangan berbaris dengan rapi membawa senjata serta alat untuk menyerangnya. Keahlian mereka bergerak cepat mengukur tubuh Altair setiap inchi. “Tidak bisa begini,” ucap salah satu karyawan yang berada dibelakang Altair sambil menggelengkan kepalanya dengan cepat dan kemudian menarik baju Altair menanggalkan sehingga setengah telanjang. Tangan-tangan mereka semakin liar, lima orang lainnya mencatat apa saja yang diucapkan rekan-rekannya. Pemilik toko melihat dengan puas berkelana menggunakan pikirannya sendiri. Orang-orang dari balik tirai bersembunyi sudah tidak sabar untuk keluar akan tetapi ditahan oleh temannya. Altair layaknya hewan ternak yang patuh untuk diperah tidak melakukan perlawanan. “Silahkan tunggu
Aroma vanila sangat manis untuk dinikmati, bau roti yang baru saja keluar dari panggangan mengepulkan asap, kue-kue kering yang tersusun rapi di ranjang-ranjang anyaman terbuat dari bambu ditutupi taplak meja.Di atas meja dipenuhi oleh bir, kue pie, bouquet, buah-buahan dan tidak lupa vas bunga berisi air digunakan untuk meletakkan bunga matahri sebesar piring. Para pria sedang bersemangat melakukan duel serta taruhan minum bir, perasaan senang mereka merambat ke meja-meja lain.Di malam hari ibukota kembali mengadakan pesta meriah di depan-depan rumah mereka, para wanita menggerakkan tubuhnya yang indah, gaun-gaun mereka melambai-lambai luwes menyeret di atas paving. Sepatu-sepatu yang dihentakkan seirama dengan dentuman musik yang nyaring, terdengar suara siulan menggoda mereka.“Halo tuan muda,” ucap seorang gadis yang sedari tadi melihat ke arah Altair bersama kawan-kawannya dari jauh berteduh di bawah p
Mata gadis tidak lepas memandangi makhluk kecil di pundak Nicon kemudian masuk ke dalam penginapan dan mereka mengikutinya dari belakang. Pandangan mereka seakan bertanya “ada apa dengannya?”. Namun, tidak seorangpun dari mereka memulai terlebih dahulu untuk berbicara hingga keduanya sudah berada di depan kamar masing-masing. “Dia sangat aneh,” kata Zhi merogoh kunci di sakunya terkejut mendengar pintu disebelahnya tiba-tiba terbuka dan kunci yang ada di tangannya terjatuh. Nicon melihat Adir yang keluar dari kamar berlari mendekat, Zhi yang hampir saja meledakkan emosinya ditahan oleh Nicon. “Bagaimana kabarmu?” tanya Nicon khawatir. Adir melihat ke arahnya kemudian melekat begitu lama ke arah lain. “Kami semua mencarimu kemana-mana dan tidak tidur di malam hari,” sambung Zhi. “Hewan peliharaan yang lain juga menghilang, apakah kau tahu dimana keberadaan mereka sekaran
Acara meriah penuh dengan gemerlap lampu berwarna, iringan musik di setiap jalan-jalan, makanan-makanan berjejer rapi di tepi-tepi rumah dan mereka keluar mengenakan pakaian bagus serta berhias. Para pria sibuk bersenda gurau sembari memegangi botol bir besar dari kayu, para wanita menari dengan riang gembira seirama dengan alunan musik yang menggugah jiwa untuk ikut bergabung.Ketiga calon pengendali Mana bergegas menuruni anak tangga, Nicon meninggalkan naga kecil tidur di atas tempat tidur miliknya. Mereka menikmati perjalanan yang sangat menyenangkan ikut meriahkan pesta besar yang diadakan di jalanan ibu kota.Altair berlari mendekati keramaian orang-orang, melihat penduduk yang tadi tertutup dan kurus kekurangan gizi kini nampak seperti manusia pada u
Mereka melaju pesat meninggalkan Adir dan Altair di belakang akan tetapi tidak meninggalkan sosok mereka berdua dan masih bisa melihat keberadaan masing-masing. Mentari pagi sangat menyenangkan untuk menyentuh kulit serta tubuh kekar keduanya sehingga keringat yang muncul terkena angin pacuan kuda yang mereka tunggangi terasa menyejukkan.“Dimana hewan peliharaan agung?” tanya Adir kepada Altair serius mengendarai kuda hitamnya.Altair melirik ke belakang melihat Adir, dia juga sedang mencari sosok makhluk biru di sekitar mereka. Kemudian Pino tiba-tiba keluar dari dalam tubuh Altair melalui kedua tangan yang sedang memengang tali kekang kuda.Kemu
Tidak menunggu waktu lama segerombolan bandit menyerang anak-anak muda yang baru pertama kali menginjakkan kaki tanah di luar Rhodes. Altair dengan cepat membuat tameng di sekitar mereka agar orang-orang tidak masuk lebih dalam.Terkejut dihalangi oleh dinding pertahanan, mereka berusaha memukul-mukulnya dengan keras.“Berapa lama kita bisa bertahan di dalam?” tanya Zhi bersiap menyerang.“Jika kau ingin sampai mereka pergi dari sini tidak masalah,” jawab Altair yang acuh melihat banyaknya kerumunan.“Itu akan sangat lama, kita tidak memiliki banyak waktu hanya untuk menunggu mereka pergi,” ucap Nicon tiba-tiba sudah duduk di atas punggung naga bersiap mengepakkan kedua sayapnya untuk terbang melewati celah di atas dinding.Dia pergi meninggalkan rekan-rekannya dari atas naga meniup semburan api membubarkan pertahanan mereka. Melihat api yang s
Ruang rapat terasa mencekam, para pengendali Mana memutuskan untuk mengirim anak-anak mereka pergi meninggalkan Rhodes dan hewan peliharaan dewa akan menjadi pemandu tempat penyegelan.Keberangkatan kali ini tidak ada upacara pelepas kepergian seperti tahun-tahun sebelumnya hanya ditemani segelintir orang-orang yang saling kenal satu sama lain serta sanak keluarga saja.Bermodalkan perbekalan sederhana dengan berat hati menjalankan kewajiban dan tanggaung jawab sebagai calon pengendali Mana selanjutnya. Altair hanya ditemani bersama ayahnya di pintu gerbang Rhodes sedangkan keluarganya menunggu di dalam kereta. Lily kakak perempuan mengamati dari jauh di balik kaca.
Malam masih panjang dari jendela terlihat orang-orang sedang berlalu lalang, baik itu para ksatria maupun orang-orang yang tidak terjangkit bisa keluar masuk di wilayah tersebut. Nicon dan Zhi masih beradu argumen memperebutkan tempat tidur di tengah.Sisanya memilih untuk membersihkan badan yang penuh dengan keringat serta debu, menyegarkan dalam bak mandi atau berdiri merasakan kenyamanan air yang membasuh tubuh-tubuh indah mereka.Badan Arion penuh dengan luka serta sayatan menandakan betapa kerasnya dia belajar untuk menjadi seperti ayah-ayahnya dulu sekaligus mengemban amanah sebagai penjaga daratan Rhodes yang luas.Adir merendam tubuhnya dengan menggunakan beberapa aroma herbal yang bisa membangkitkan Mana, kabut panas menyelubungi kamar mandi yang luas tanpa sekat membuat mereka bisa memandangi tubuh satu sama lain.Altair juga sedang terduduk di kursi khusus sedang menggosok bagian tubuhnya
Bunga-bunga es menempel erat pada dinding pelindung, entah darimana asalnya namun, itu melekat memberikan efek goresan sedikit demi sedikit. Sayatan demi sayatan akhirnya berubah menjadi retakan besar, Duke Stuart yang tidak memperhatikan usaha Altair untuk keluar dari sana berusaha menyembunyikan alat sihir di belakang punggungnya.Alat yang serupa dengan kaki-kaki gurita terbuat dari besi-besi dan sendi-sendi dari batu keras berisi Mana, dentuman besar dari arah luar menggerakan dinding tersebut dan sekarang cahaya api mulai terlihat jelas.Altair juga menggunakan salah satu tangannya untuk mengendalikan rantai-rantai merusak penghalang yang menyesakkan, memukul retakan yang berpotensi bisa ditembus. Baju besi yang dia gunakan mengeluarkan bunyi yang memeka telinga saat bersegesakan dengan bola perak yang menahan tubuhnya dengan kuat.Jari jemarinya patah saat menahan penolakan Duke Stuart dengan wajah meringis menahan