Home / Romansa / 365 Hari Bersama Sang CEO / 6 - Misi Merayu Sukses

Share

6 - Misi Merayu Sukses

Author: INIWONJUNG
last update Last Updated: 2023-06-29 10:33:22

Adam kemudian pergi untuk menangkap ikan dori di laut, ia ingin membuat bubur ikan untuk Shino.

Shino tertidur dengan nyenyak sampai ia pun bermimpi masa kecilnya dulu.

“Shino kalau kau ingin membuktikan bahwa kau bukan vampir keluarlah dari balkon rumahmu itu!” teriak seorang gadis kecil berambut pirang di luar rumah Shino.

“Turunlah jika kau ingin berteman dengan kami!” tambah anak laki-laki yang berada di samping gadis itu.

Shino kecil menjadi tertantang karena perkataan teman-temannya itu, ia berlari ke bawah menuju pintu rumah. Ia berniat membuktikan pada teman-temannya bahwa ia bukan vampir yang takut matahari.

“Kau mau ke mana Hoshino?” ayahnya yang sedang membaca koran di ruang tamu terkejut saat Shino membuka pintu lebar-lebar dan berlari keluar dengan baju terbuka.

“HOSHINO!!” Ayah Shino lari mengejar Shino dan segera menjemputnya untuk segera masuk ke rumah.

“Aku bukan vampir kan?” kata Shino kecil sambil tersenyum kepada teman-temannya.

Kemudian mereka menjerit saat wajah Shino mulai berubah menghitam, mereka lari menjauh dari rumah Shino.

“Dia bukan vampir!! Dia monster!!” teriakan teman-teman Shino terdengar di telinga mungil Shino.

Shino menangis dan kemudian ia pusing lalu pingsan, untung saja ayahnya segera menangkap tubuh Shino dan memeluknya membawa ke dalam rumah.

“Aku bukan monster…” gumam Shino pelan. Adam yang sudah duduk di sampingnya terkejut mendengar suara Shino.

“Hei, kau tidak apa-apa? Apakah ada yang sakit?”

Shino membuka matanya pelan, ia melihat wajah Adam yang menatap ke arahnya dengan panik. Di balik brewok dan rambut panjangnya yang seperti Tarzan, Shino bisa melihat kalau pria itu panik melihat keadaannya yang terlihat tidak sehat.

Shino bangun dan duduk menganggukkan kepalanya, tanda ia sudah baikan.

“Makan dulu ini, aku membuatkanmu bubur ikan dori. Maafkan aku jika tidak enak, aku tidak terlalu tahu selera seorang tuan putri.”

Shino meletakkan makanannya lalu beralih menatap Adam, ia menarik napas dalam-dalam.

“Adam ikutlah aku ke Hong Kong, aku ingin menyewamu selama satu tahun untuk menjagaku.”

“Makanlah ini, kau seharian belum makan.” Adam tidak menghiraukan perkataan Shino dan mengambil semangkuk bubur ikan tadi. Ia berniat i menyuapkannya ke mulut Shino.

“Kumohon hanya ini kesempatanku untuk bertemu denganmu…” Shino menolak suapan Adam dan kembali memohon.

Saat ini, Adam menatap serius wanita di depannya.

“Aku sudah berhenti dari pekerjaan itu. Aku tidak ingin menyakiti orang lagi.”

“Kumohon, aku butuh bantuanmu.”

“Beri aku alasan yang jelas.” Shino tersenyum lebar mendengar hal itu.

“Aku pengidap Xeroderma Pigmentosum. Suatu penyakit di mana pengidapnya dilarang terkena sinar matahari langsung karena dapat menyebabkan kulitnya kering dan melepuh. Aku membutuhkanmu untuk menjagaku saat perawatan selama satu tahun ke depan.”

“Menjagamu? Memangnya ada orang yang yang sedang mengincarmu?” Adam menatap Shino dengan mata penuh selidik.

“Ayahku mengalami kecelakaan saat pergi ke Amerika Serikat, dia mengalami kecelakaan saat mencari rumah sakit yang bisa merawatku. Polisi mengatakan, ayahku kecelakaan karena kelalaian akibat dirinya sendiri. Para bajingan itu berkata ayahku mengendarai dalam keadaan mabuk dan menyebabkan kecelakaan itu. Padahal, ayahku tidak bisa minum alkohol. Dia sejak menikah dengan ibuku, sangat menghindari rokok dan alkohol.”

“Jadi, kau menganggap kecelakaan itu ulah seseorang? Kau mau aku menjagamu karena takut hal yang terjadi pada ayahmu juga akan terjadi padamu juga?” Adam tersenyum miring.

Pria itu seolah tidak percaya dengan apa yang dikatakan wanita cantik yang ada di depannya itu. Mirip drama di televisi, menurutnya.

“Kau tersenyum? Baiklah, aku harus melakukan apa agar kau mempercayaiku? Berjemur di bawah sinar matahari? Baik, ayo kita lakukan.”

“Kau pikir aku sejahat itu? Aku ini masih punya hati.” Adam mulai tersinggung dengan sindiran yang dilontarkan oleh Shino.

“Tapi hatimu tidak sinkron dengan ucapanmu,” gumam Shino pelan.

“Apa kau bilang?” Adam mengernyitkan alisnya.

“Ah tidak, mulutku ini diam saja dari tadi. Walaupun aku ini wanita yang memiliki perilaku buruk, aku masih memiliki sopan santun kepada orang yang baru kutemui.” Shino tersenyum dengan terpaksa, ia berusaha menyingkirkan ingatan soal pegawai baru yang dia marahi kemarin.

“Kau mau membayarku berapa?”

“Sebanyak yang kau mau.” Shino mengatakannya dengan jelas, walaupun sebenarnya ia terpaksa mengatakannya.

“Aku akan memikirkan nanti bayarannya”

“Lantas, mengapa kau tanya sekarang?” batin Shino, wanita itu dibuat kesal oleh pria di depannya saat ini.

“Sudahlah, cepat makanlah itu. Kau tidak tahu perjuanganku pergi ke laut untuk menangkap ikan saat cuaca panas seperti ini.”

“Aku tidak menyuruhmu,”

“Lalu, aku sebaiknya membiarkanmu mati kelaparan. Begitukah nona vampir?” Adam tersenyum sinis. Pria berambut hitam itu lelah meladeni tingkah laku Shino.

“Apa?! Kau jahat sekali menghinaku seperti itu. Aku ini sedang sakit!”

“Ya, kuakui kau sedang sakit. Fisik maupun otakmu.” gumam Adam pelan, tangannya mulai mengambil sesuap bubur untuk Shino.

“Apa?! Coba ucapkan sekali lagi!”

“Kubilang makanlah ini. Perutmu tidak akan kenyang dengan terus-terusan melahap angin begitu.” Adam menyuapkan bubur itu ke mulu wanita galak di depannya.

“Besok kita pergi dari pulau ini, segera kemasi barangmu,” Shino menelan suapan dari Adam dengan susah, lidahnya tidakbisa diajak kompromi saat ini.

“Baiklah, hanya satu tahun. Tepati janjimu.” Akhirnya Adam menerima tawaran Shino, tawaran yang perlahan akan mengubah takdirnya saat ini

Related chapters

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   7 - Babi Hutan

    Esoknya, Adam dan Shino mulai mengemasi semua barangnya. Sekitar 6 tahun Adam menghabiskan waktunya di pulau ini. Menjauh dari keramaian kota dan hiruk-pikuk manusia. “Kau sudah selesai?” Wanita berjaket hitam itu sudah menggendong tasnya, bersiap kembali ke tempat penginapannya. “Pergilah dulu, aku akan menyusul.” Pria itu pergi menuju kamar mandi, ia ingin membasuh mukanya. “Oke, cepatlah. Jangan sampai kau ketinggalan, walaupun berpenyakitan, aku ini peserta lomba maraton.” ujar Shino. Adam membasuh mukanya di kamar mandi, lalu ia membuka lemari kecil di kamarnya. Pria itu mengambil sebuah foto buram, yang memperlihatkan seorang gadis kecil yang dirangkul oleh laki-laki seusia remaja. “Singkirkan ketakutanmu Adam.” gumam pelan Adam, foto itu ia masukkan ke dalam tasnya. Di sepanjang jalan, Adam hanya diam saja membuntuti Shino. Pria itu cukup terkejut, melihat semangat Shino. Jarak antar dirinya dengan Shino cukup jauh. Entah mengapa, Adam tidak ingin berjalan di samping Shino

    Last Updated : 2023-07-05
  • 365 Hari Bersama Sang CEO   8 - Kembali Ke Hong Kong

    “Sampai berapa lama kita harus seperti ini?” bisik pelan Shino. Wanita itu sudah tidak tahan dengan posisi ini yang terlihat ambigu.“Diamlah, jaga mulutmu untuk tidak bergerak. Berbicaralah dalam hati saja.” Mata Adam terus mengintip babi hutan itu dibalik pohon.Shino perlahan melirik ke arah mata biru Adam, jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya. Entah, mulai kapan ia merasa seperti ini. Sepertinya ia harus segera berobat.“Apa warna matamu itu asli?” Shino kembali membuka mulutnya.Kini, pria itu menjauh dari tubuh Shino. Babi hutan itu sudah pergi menjauh dari mereka, ini saatnya melanjutkan perjalanan mereka.“Ada apa denganmu?” Adam tidak menghiraukan perkataan Shino, ia mulai mengambil langkah terlebih dulu dari Shino.“Sepertinya memang asli,” batin Shino.Sinar matahari mulai sedikit terlihat, mereka akhirnya menemukan jalan keluar dari hutan pinus yang sangat gelap dan suram itu, jauh dari sinar matahari. Tetapi, itu juga sedikit membuat Shino mulai kewalahan, kare

    Last Updated : 2023-07-05
  • 365 Hari Bersama Sang CEO   9 - Hotel

    Sekitar jam 5 sore, Shino dan Adam telah sampai di kota Hong Kong. Mereka segera turun dari kapal dan pergi menuju penginapan Shino. Adam mengikuti Shino dari belakang, sepertinya Adam akan menginap di tempat yang sama dengan Shino."Kita akan pergi ke penginapanku, aku akan memesankan kamar untukmu di hotel nanti. Jangan keluyuran, aku cukup malas membuang waktuku hanya untuk mencari orang lain." ujar wanita itu sembari tangannya melambai memanggil taksi.Adam hanya mengangguk dan ikut masuk ke dalam taksi bersama Shino. Gemerlap lampu di jalanan kota Hong Kong mulai menarik matanya, ia menikmati perjalanannya menuju hotel. Hong Kong yang dulu sangat berbeda dengan yang sekarang. Banyak gedung-gedung mewah yang menjulang tinggi dan suasana malam yang selalu padat oleh manusia. Entah karena pekerjaan atau mencari hiburan malam.Di sampingnya, wanita berparas cantik itu sudah melepaskan sebagian aksesoris pakaiannya yang menurut Adam seperti teroris. Hari s

    Last Updated : 2023-07-06
  • 365 Hari Bersama Sang CEO   10 - Berkunjung

    “Hei, Adam. Ini sudah siang bangunlah,” Seorang gadis kecil dengan mata besar berwarna biru muda berbisik di sebelah Adam yang tertidur. Adam hanya menggeliat malas dan tersenyum kecil, ia mengelus ubun-ubun kepala gadis itu. Gadis kecil itu kembali mencoba untuk membangunkan Adam yang terlelap. “Bangunlah! Ini sudah siang, kau akan terlambat!” Kini, gadis itu sudah memegang sebuah pistol mainan kecil berisi air dan disemprotkan ke wajah Adam. Adam hanya tersenyum miring dan semakin enggan membuka matanya. Ia sangat mengantuk dan tubuhnya sangat lelah menghadapi celotehan wanita keras kepala bernama Shino. “Ah, iya. Siapa wanita itu?” batinnya dalam mimpi. “Hei! Bangunlah paman!” bentak Shino. Byur, Shino menyiram kepala Adam dengan segelas air, ia sudah tidak tahan dengan sikap Adam yang sama sekali tidak bergerak. Adam terkejut dan kemudian bangun dengan rambut basah kuyup, matanya masih menyipit berusaha menghindari sinar matahari yang dipantulkan dari kaca kamarnya. “Sulit

    Last Updated : 2023-07-06
  • 365 Hari Bersama Sang CEO   11 - Kecelakaan

    “Hai, apa kabar pa? Sudah lama ya Shino tidak berkunjung ke sini, papa rindu Shino nggak?” Shino menatap nisan bertuliskan Akari Hoshino. “Selamat pagi, om. Saya teman Ai, dia tumbuh besar dengan baik walaupun perangainya yaah seperti itu. Tapi, dia wanita yang cukup tangguh.” sahut Adam ikut menyapa ayah bosnya itu, ia tersenyum lebar. Shino berdecih pelan dan mulai mengeluarkan sebuah buket bunga krisan berwarna putih, ia letakkan di batu nisan ayahnya tersebut. Lalu, ia beralih ke makam ibunya di sebelah. “Hai ma, Shino datang. Shino lebih tinggi kan?” Xiu Juan, nama yang terukir di batu nisan milik ibu Shino. “Halo, tante. Saya Adam, sahabat baik Ai. Saya penjaga setianya, tante tenang saja, saya selalu menjaganya.” Shino hanya tersenyum kecil mendengar Adam yang terus-terusan ikut menyapa kedua orang tuanya. “Baiklah, ayo saatnya kita bekerja.” ajak Shino. Adam mengangguk dan mengikuti Shino pergi dari makam, mereka akan kembali ke Jepang. Shino mengeluarkan ponselnya dan me

    Last Updated : 2023-07-06
  • 365 Hari Bersama Sang CEO   12 - Spycam

    “Maaf, nomor yang anda tuju tidak menjawab, silakan tinggalkan pesan suara deng--” Pak Jung menutup teleponnya, hari sudah mulai malam tetapi Shino tidak ada di rumahnya. Pak Jung akhirnya beranjak pulang dari rumah kediaman Shino. “Ayo kita kembali ke kantor saja.” perintah Pak Jung pada supirnya. Kali ini perasaannya tidak enak dan ia harus kembali ke kantor karena kebetulan pekerjaannya menumpuk. Sesampainya di perusahaan, Pak Jung berniat mengambil tas kerjanya untuk pulang ke rumah. Dia terhenti saat suara televisi di ruang kerja departemen web developer memperlihatkan sebuah berita utama malam ini. “Sopir truk akui kelelahan. Arata, sopir truk yang ditetapkan sebagai tersangka karena dianggap lalai sehingga menyebabkan kecelakaan dan memakan korban luka-luka masih diperiksa intensif oleh petugas polisi setempat.” “Dia pasti akan diberi sanksi dan denda yang cukup berat, karena si korban sepertinya cukup kaya,” ucap Pak Imura dengan berdecak kesal. “Sepertinya dia dalam ke

    Last Updated : 2023-07-07
  • 365 Hari Bersama Sang CEO   13 - Ingatan yang Terlupakan

    Adam duduk di sofa ruang tengah, ia menatap kamera pengintai di meja depannya kini. Di kepalanya saat ini, bermunculan sekelebat pertanyaan tentang barang itu. Ia bingung harus bagaimana, barang bukti ini tidak mungkin langsung diberikan kepada polisi. Ia tidak percaya pada polisi, mereka terlalu bermain politik di dalamnya. “Apakah kuberikan ke Pak Jung saja?” gumamnya pelan. “Tapi, bagaimana jika ia malah memberikannya pada polisi?” sambungnya lagi. Jika saja Adam memiliki teman di sini, ia bisa saja meminta bantuan untuk mengoprek kamera ini pada orang tersebut. Tapi sayangnya ini bukan Hong Kong, ia tidak memiliki orang yang dikenal di sini. “Tidak ada pilihan lain, aku harus memberikan barang bukti ini pada Pak Jung.” Pria itu membungkus kamera pengintai itu di plastik ziplock yang ia temukan di dapur. Kemudian, pergi keluar masuk ke dalam mobil Pak Jung. Di rumah sakit, Shino sudah sadarkan diri. Ia saat ini sedang makan buah apel yang dikupas oleh Berry. Pak Jung menyalak

    Last Updated : 2023-07-07
  • 365 Hari Bersama Sang CEO   15 - Vivi part 1

    Seorang gadis berambut warna lilac, yang tak lain adalah Vivian masuk ke hotel bintang lima di Hong Kong tempat Shino menginap. Ia memakai dress hitam mewah selutut dengan bagian bahu sangat terbuka, memberi kesan wanita berkelas. Tak lupa, ia memakai kacamata hitam dan membawa tas kecil berwarna hitam yang sangat elegan. Ia kemudian menyewa satu kamar VVIP di hotel ini, di sepanjang jalan orang-orang terperangah ketika melihat kedatangan Vivi yang sangat cantik. Langkah kakinya rapi bak model papan atas. Mereka merasa melihat sosok malaikat yang sangat indah. Setelah masuk ke kamar yang dulunya ditempati oleh Shino, ia duduk sebentar di sofa, dihidupkannya televisi itu. “Kita mulai dari mana ya?” Gadis itu tersenyum miring, kemudian ia mengeluarkan sebuah cairan merah seperti darah. Dituangkannya cairan itu ke ranjang bersprei putih bersih itu di tengah. Tak lupa, ia juga mengeluarkan sebuah bungkus ‘pengaman’ yang sudah kosong isinya, ia letakkan di bawah meja depan sofa tersebut

    Last Updated : 2023-07-11

Latest chapter

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   79 - Putus?

    Berry tercengang ketika mendengar kalimat yang keluar dari mulut adiknya sendiri. Apa dia tidak salah dengar? Bocah SMA yang selama ini hanya menumpang tidur dan bermain game di rumahnya ternyata seorang pecandu?“Kau jangan asal bicara Jay, kau tahu dia seorang konglomerat. Jaga mulutmu jika kau ttak mau dipenjara mereka nanti.” sahur Berry berusaha tak percaya. Ia tidak mau asal memfitnah orang apalagi keluarga Jaekyung punya kuasa di negara ini.“Kau kira aku bicara tanpa bukti?!” sentak Jay sambil melotot pada kakaknya itu yang seolah-olah memandang dirinya penipu. Berry menoleh ke arah adiknya dan menatapnya tajam, “Jadi, apa kau punya buktinya? Tunjukkan padaku kalau begitu!” jawab Berry dengan nada menantang. Saat ini mereka diam di samping jalan, Berry menunggu jawaban Jay.Jay berpikir sejenak, selama ini ia tak mengambil bukti apapun dari Jaekyung. Dia hanya menebaknya saja.“Untuk buktinya ….” Jay menggigit jarinya bingung. Berry tak tahan dengan hal itu, ia hanya tertawa

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   78 - Berry Terkejut

    "Hah?" Pak Imura tercengang ketika mendengar kalimat yang keluar dari mulut bosnya barusan. Apa dia tidak salah dengar tadi? Tidak mungkin, dia selama ini selalu menjadi manajer departemen ini untuk waktu yang lama. Dan dia tak pernah menduga bahwa dia akan dipromosikan langsung oleh CEO perusahaan ini.Shino tersenyum miring, "Jika kau mau, kau harus menunjukkan bahwa dirimu lah yang mampu mengemban tugas ini. Jangan merendah, aku ingin melihatmu melawan mereka. Hubungi aku untuk berdiskusi soal ini."Shino keluar dengan diikuti Adam yang menahan senyumnya ketika melihat wajah Pak Imura yang kebingungan. Bu Dinan pun tak sadar jika ia telah menganga selama lebih dari 5 menit. Tidak ada hujan tiba-tiba ada berita seperti ini.Pak Imura terduduk lemas di kursi sofa, rasanya seperti sedang memenangkan sebuah lotre yang sudah diinginkannya sejak lama. Tangannya gemetar dan berkeringat, lidahnya terasa kelu, pikirannya kosong.Bagaimana jika keluarganya mendengar hal ini, mereka pasti aka

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   77 - Pernikahan Vivi

    Berry membuka aplikasi perekam dalam ponselnya, segera ia mendekatkan benda itu di balik lemari. Pak Kim dan Pak Jung duduk di sofa sambil berbincang mengenai pernikahan cucu mereka yang semakin dekat.“Tak lama lagi kita akan jadi besan pak,” ujar Pak Jung sambil tertawa pelan."Bagaimana? Apa kau sudah mengurus hal itu? Dia sebentar lagi akan keluar." tanya Pak Kim membuat Berry semakin penasaran dengan orang yang dimaksud Pak Kim."Kento sudah mengurusnya dengan baik, sebentar lagi Anda hanya duduk tenang menunggu cucu anda menggantikan." Pak Jung tersenyum miring, mereka berdua lalu keluar dari ruangan itu. Berry mengernyit lalu keluar dengan diam-diam.Dia kembali mendengarkan suara rekaman tadi dengan earphone, mengamati suara mereka berdua. Apa yang dimaksudnya? Siapa yang akan menggantikan Pak Kim? Seok Hoon?Apa dia akan dicalonkan untuk penggantian direktur nanti? Apa mereka sudah merencanakan ini sebelumnya?Berry kemudian mengirim file rekaman itu kepada Shino agar dia tah

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   76 - Bergerak

    Berry menggigit jarinya untuk menenangkan dirinya dari rasa berdebar yang sangat hebat. Saat ini, ia sedang menunggu pintu dibuka oleh Shino. Akar dari masalah ini mulai terlihat setelah ia nekat mengutak-atik laptop milik pacarnya, Jiho.Tak lama kemudian, pintu terbuka dan terlihat Adam dengan wajah dinginnya menyuruh Berry masuk ke dalam. Setelah Berry masuk, diliriknya keadaan luar memastikan tidak ada seorangpun yang melihat mereka."Berry, apa Jiho tahu hal ini?" tanya Shino memastikan."Sepertinya dia memang sedang memantau Jaekyung setiap harinya. Walaupun dia terlihat dingin dan tak peduli sekalipun, tetapi di laptopnya banyak video rekaman cctv aktivitas yang dilakukan Jaekyung." jelas Berry.Shino dan mengangguk bebarengan lalu mereka saling melirik satu sama lain. Sepertinya Berry akan dapat misi baru setelah ini. Mereka sudah tahu kinerja Berry yang cepat tanggap menangani masalah ini."Oke, sekarang aku memiliki misi baru untukmu. Singkirkan Jiho dan Jaekyung dari pikira

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   75 - Kenakalan Remaja

    "Nanti siang aku akan menjemputmu, kita harus fitting pakaian pengantin kita. Aku mau semunu harus selesai dalam dua hari ini." ucap Seok Hoon dengan tegas. Terlihat dari ekspresinya, ia tampak datar. Setelah kejadian itu, membuatnya menjadi lebih dingin dari biasanya. Dia menjadi lebih serius ketika bersama Vivi. "Baiklah," balas Vivi, ia menahan senyumnya agar tidak muncul di hadapan Seok Hoon. Walaupun Seok Hoon berubah, ia tetap senang karena Seok Hoon berhasil melupakan wanita itu. Mulai dari sekarang, ia akan berusaha membuat Seok Hoon yang dingin ini menjadi tergila-gila padanya. Sesampainya di depan rumah Seok Hoon, pria itu meminta Vivi memberhentikan mobilnya disana. "Pulanglah. Terima kasih sudah mengantarku." Seok Hoon keluar dari mobil meninggalkan Vivi. Di dalam mobil, Vivi berteriak kegirangan. Ia tak dapat mendeskripsikan perasaan senangnya kini. Di rumah Vivi, tampak Pak Jung duduk di ruang tamu. Pria tua itu tersentak ketika melihat Vivi datang secara terburu-bur

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   74 - Kebenaran Baru

    Shino telah selesai mengobati luka Adam, ia menutup kotak obat tersebut dan meletakkannya di meja. Shino menghela napas menatap pria itu dengan tajam, ia menunggu Adam mulai berbicara. Pria itu tertunduk berusaha menghindari kontak mata dengan Shino."Jelaskan, bagaimana ini bisa terjadi! Apa kalian berantem satu sama lain?" tanya Shino dengan cepat.Adam diam seribu bahasa dan tidak mau menatap Shino sama sekali. Ia tetap masih menundukkan kepalanya."Angkat kepalamu dan jawab pertanyaanku! Apa kau bisu?!" Shino mulai menaikkan suaranya.Pria itu kemudian menghela napas pelan lalu menatap Shino dengan tenang. Ia melihat sebuah guratan jelas di leher Shino, sepertinya wanita itu sangat marah kali ini."Maafkan aku, soal tadi mal—""Aku tidak sedang membicarakan hal itu!" bentak Shino sambil berusaha mengontrol wajahnya agar tidak goyah dan salting mengingat tadi malam."Benar, aku adu jotos dengan Seok Hoon. Dia yang lebih dulu memukulku dan memnacingku dengan kata-katanya yang menusu

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   73 - Babak Belur

    Saat ini, Adam dan Seok Hoon sedang berada di sebuah lapangan tembak. Seok Hoon mengajak Adam untuk adu keterampilan. Adam tampak malas mengikuti pria cerewet di depannya kini. Sesekali Adam menghela napas melihat tempat yang tak asing baginya.Sebuah tempat dimana ia pernah belajar untuk meraih cita-citanya dulu dengan menjadi seorang tentara."Mau apa kita kesini?" tanya Adam dengan lirih. Ia memicingkan matanya menatap Seok Hoon yang mulai memilih senapan yang digunakannya sebentar lagi.Seok Hoon tersenyum miring lalu melihat pria itu dengan wajah menantang, dia telah selesai memilih senapan. Dari wajahnya terlihat bahwa ia sangat percaya diri sekarang, ia tak tahu jika Adam ahli dalam pekerjaan ini."Kau tidak pernah kesini ya? Cobalah memilih senapan yang diletakkan di meja itu." titah Seok Hoon."Aku pulang saja. Malas sekali meladeni pria sepertimu." ujar Adam berniat kembali ke villa."Aku ingin pertandingan yang adil. Ini menyangkut diriku, kau, dan Shino. Jika pertandingan

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   72 - Aku Malu

    "Kyung, sebentar lagi kau mau kuliah dimana? Apa kau akan mengejar Ivy League seperti Haru?" tanya Jay sambil menulis tugasnya yang belum terselesaikan di rumah kemarin.Jaekyung yang fokus bermain game di ponselnya, mengalihkan pandangannya ke arah Jay sekilas. Ia kemudian lanjut bermain game itu lagi."Entahlah, aku sendiri tidak tahu harus kemana. Aku hidup di dunia ini ditentukan oleh ayah dan kakekku. Takdirku pun mereka yang menentukan." jawab Jaekyung dengan nada bicara sendu.Jay terkekeh mendengar ucapan sahabatnya itu, "Takdirmu ditentukan oleh orang tuamu? Lucu sekali, memang kakekmu itu Tuhan?""Bukan begitu. Maksudku, semua urusanku sudah diatur oleh kakekku. Aku tinggal menurut saja dan melakukan apa yang diperintahkan dia." ujar Jaekyung, ibu jarinya terus menekan layar ponselnya dengan cepat."Lalu kau tidak akan kuliah nanti?""Aku kuliah, tetapi tidak tahu dimana. Mungkin, setelah ini aku akan bekerja di kantor kakekku." Jaekyung menghela napas kasar setelah melihat

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   71 - Setelah Kejadian Itu

    Esok harinya...Matahari sudah menampakkan dirinya di langit yang luas ini, suara kicauan burung yang sangat merdu membangunkan wanita itu. Shino merasakan tubuhnya sangat lelah dan sakit semua. Kepalanya sangat pusing dan ia berusaha membuka matanya perlahan.Shino berkedip menatap langit-langit kamarnya, ia berusaha mengumpulkan kesadarannya lagi. Tatapannya tampak kosong, dia melamun sejenak. Rambutnya seperti singa dan kantung matanya terlihat tebal."Ah, aku ada di kamarku sendiri ternyata. Jam berapa aku sampai sini ya? Bagaimana si Seok Hoon itu kabarnya. Aku harus mengecek keadaannya." Shino berusaha bangun namun ia merasa kedinginan. Seperti tidak memakai pakaian."Mengapa dingin sekali." Ia melihat tubuhnya tak memakai sehelai benang apapun. Shino terkejut, matanya melotot berusaha bersikap tenang.Matan tertuju ke benda yang tampak melembung di dalam selimut, terlihat besar dan bergerak naik turun.Shino mengenyitkan kedua alisnya berusaha membuka selimut itu, perlahan ia m

DMCA.com Protection Status