Share

3 - Hong Kong

Penulis: INIWONJUNG
last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-29 10:23:54

Di pesawat, Shino langsung memejamkan matanya untuk tidur. Ia merasa kurang tidur semalam, entah kenapa semalam ia mengalami insomnia.

Ini bukan pertama kalinya ia pergi ke Hong kong, tapi kenapa rasanya seperti baru pertama kali.

Sudah empat jam ia tertidur dan saat ini ia ingin pergi ke toilet untuk cuci muka. Satu jam lagi, ia akan berada di tanah kelahiran ayahnya dan sekaligus tempat dimakamkannya ayah Shino.

Mungkin nanti ia akan menyempatkan dirinya untuk berkunjung ke makam ayahnya.

"Hong kong, semoga aku menemukan barang bagus di sini," ucapnya sambil menatap ke luar jendela. Tanah Hong kong mulai terlihat dari atas dan pesawat sudah mulai mendekatinya.

Saat ini, ia memilih untuk tidak keluar dari hotel, karena terik matahari yang sangat menusuk matanya. Ia lebih suka keluar malam.

Hari mulai petang, Shino mulai memakai baju sedikit terbuka dari biasanya. Ia tidak memakai mantel, masker, kacamata hitam, dan topi. Dia berpakaian seperti layaknya orang biasa.

Ia pergi menuju kasino terkenal di Hong kong, Macau Venice. Pusat kasino terbaik tahun ini, para pejabat tinggi dan pebisnis kaya banyak yang bermain di sini.

“Pak, tolong antarkan saya ke Macau Venice.” Shino duduk di taksi sembari menatap gemerlap jalanan Hong Kong dari dalam.

“Baik nona,” Supir taksi itu melirik Shino dari kaca spion.

“sendirian saja nona? Keluarga tidak ikut kah?”

“Iya pak, lebih tepatnya saya sedang ada urusan bisnis di sini.”

“Nona asal mana? Saya lihat sepertinya bukan asli penduduk sini,”

“Saya dari Jepang pak,” Shino tersenyum tipis.

“Woah, Asashoryu Akinori! Apa anda tahu pesumo itu?” Supir tua itu mulai bersemangat berbincang dengan Shino.

“Aaa iya, dia dari Mongolia bukan?”

“Iya benar! Waah, anda seorang wanita cukup tahu tentang dunia sumo ya. Sugoi sugoi.”

“Sugoi? Hahaha, Arigatou Gozaimazu.” Shino tersenyum mendengar si supir tiba-tiba mengucapkan bahasa Jepang walaupun sedikit.

“Kita sudah sampai nona, tidak terasa ya.”

“Terima kasih, pak.”

“Sampai jumpa kembali! Arigatou!” teriaknya sambil melambaikan tangan dari dalam mobil. Shino membalasnya dengan membungkuk dan tersenyum tipis.

Dia memasuki tempat tersebut dan melihat banyak orang di sana bermain. Uang yang tergeletak di meja terlihat menggiurkan bagi Shino. tetapi, itu bukan alasannya ada di sini saat ini, ia mencari hal lain.

Ternyata tidak ada yang lebih menarik di sana, ia keluar dari tempat tersebut dan berjalan menyelusuri jalanan. Ia memanggil taksi dan berencana mengunjungi Kowloon Walled City. Bagian kota terdalam di Hong kong.

Tempat itu bagaikan surganya bagi para penjahat kelas kakap. Di sana terdapat banyak mafia, preman, bandar obat-obatan terlarang, dan dokter tanpa lisensi pun menjamur di sana.

Masyarakat setempat menyebut daerah ini Hak Nam atau Kota Kegelapan.

Shino mulai memasang masker hitam dan topi nya, ia sudah mengganti pakaiannya menjadi serba hitam seperti pria. Kita tidak bisa berpakaian semewah saat pergi ke pesta di jalanan kota ini kalau ingin kembali dengan selamat.

Ia menggulung rambutnya dan menutupinya dengan topi, menyamar sebagai pria adalah pilihan terbaik menurutnya.

Pelan-pelan ia berjalan melewati para pemabuk yang mulai terkapar di jalanan sepi ini, wanita yang sedang memenuhi hasratnya di balik tembok sempit ini, dan sejumlah preman berbadan besar sedang berjudi di depan sebuah warung kecil.

“Cepat bayar hutangmu br*ngs*k!”

“Sudah kubilang besok menunggu istriku pulang kerja!” Mereka berdua lalu saling memukul hingga merusak properti lain.

“Jika karena kau bukan temanku, aku tidak akan susah payah menagihmu begini! Sudah kubunuh kau sejak kemarin!”

“Bunuhlah aku! Cepat! Ambil ginjalku!”

Sebuah pertengkaran yang sering terjadi di daerah banyak penjudi. Ia berjalan dengan percaya diri walaupun banyak mata mengawasinya.

“Hei, kawan! Tidakkah kau ingin mencoba menghisap ini sekali saja?!” teriak seorang pria dengan baju usang sembari menunjukkan plastik kecil berisi sabu.

Saat ini dia sendirian tanpa pengawalan Pak Jung, entahlah apa yang akan terjadi jika Pak Jung tahu ini.

Shino terus berjalan dan ia berhenti di depan toko loak menjual lotre. Seorang pria paruh baya dengan mata sebelah tertutup rapat karena suatu luka goresan sepanjang jari tengah melayani Shino.

"Aku ingin kau temukan pria ini." Shino menunjukkan sebuah foto pria berpakaian seperti pelayan bar. Pria di foto tersebut terlihat masih berusia 30-an tahun.

Pria tersebut melihat foto itu dengan saksama lalu mengembalikannya kepada Shino.

"Aku tidak tahu apa yang kau inginkan dan aku tidak bisa memberitahu di mana dia saat ini berada," kata pria tersebut dengan melambaikan tangan mengusir Shino secara halus.

"Kau mau berapa? Aku akan memberikan sebanyak yang kau mau," Shino berusaha melunakkan hati pria itu sambil membuka masker dan menunjukkan wajahnya.

Pria tersebut sedikit tertegun melihat wajahnya. Raut wajahnya berubah, kemudian Shino kembali memasang maskernya lagi.

"Carilah dia di Kepulauan Soko, pulau itu terletak di ujung barat daya wilayah Hong kong. Dahulunya itu adalah rumah bagi komunitas kecil petani dan nelayan. Sekarang, menjadi tujuan terpencil di mana rumah-rumah terlantar dan reruntuhan. Kau tidak bisa menyewa kapal untuk pergi ke sana, kau harus menyewa kapal pribadi. Dan hati-hati, pulau tersebut terpencil dan jarang dikunjungi banyak orang," ucap pria tersebut panjang lebar.

Shino mengeluarkan tasnya yang berisi uang sebesar $1000, ia kemudian tersenyum kepada pria tersebut dan bersiap menuju Kepulauan Soko. Ia akan segera menemukan hal yang dicarinya selama ini.

Pria tersebut menatap kepergian Shino dengan sendu, lalu setetes air mata jatuh di pipinya.

"Nona muda, ayahmu pasti bangga padamu."

Bab terkait

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   4 - Serigala dan Tarzan

    "Pak Jung, siapkan sebuah kapal feri untukku. Aku ingin berlibur secara privat dengan teman lamaku di sini." Shino menelepon Pak Jung agar memberinya fasilitas kapal feri pribadi yang akan digunakannya untuk mencari pria itu. Ia tidak seharusnya berbohong pada pria tua itu, tetapi, bagaimana lagi jika ia berkata jujur maka ia pasti dilarang melakukan hal ini. Esoknya sekitar jam 8 pagi, kapal feri sudah dipersiapkan oleh Pak Jung di kota Cheung Chau. Seperti biasa, Shino berdandan seperti pria dan menyembunyikan identitas wanitanya. "Saatnya petualangan ini dimulai," batin Shino.Sekitar 1 jam-an lebih perjalanan Shino dari Cheung Chau menuju Soko Island. Sesampainya disana, ia berpesan kepada nakhoda untuk dijemput 3 hari lagi. Shino tidak ingin berlama-lama di sini melihat suramnya pulau ini. Ia berjalan terus menyelusuri hutan di pulau tersebut, ia berencana pergi ke salah satu gugusan pulau Soko Island yaitu Pulau Tai A Chau. Tai A Chau adalah rumah bagi ribuan pengungsi Viet

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-29
  • 365 Hari Bersama Sang CEO   5 - Karena Adam

    “Daripada aku menjadi makan malam kawanan serigala, lebih baik aku makan malam dengannya.” Shino kemudian berlari ke arah pria itu.Pria itu menyambut Shino dan merangkul layaknya seorang adik. Tubuh Shino gemetar dibuatnya dan ia hampir mati saat ini. Jika ia benar-benar mati, maka alasan utamanya adalah karena jantungnya sudah mencapai limit. "Kau asal mana? Dan berapa usiamu? Kukira kau adalah mata-mata musuh. Maafkan aku yang terlalu cepat menuduhmu yang tidak-tidak. Yaah, akhir-akhir ini aku memang lebih waspada. Apa karena aku terlalu lama tidak bertemu dengan orang ya? Hahaha…" Detak jantung Shino normal kembali, ia mulai lega saat pria itu tertawa. Rasa takutnya mulai hilang saat itu juga, tidak seperti badannya yang kekar seperti mafia. Ternyata dia lebih mirip tokoh Giant dalam kartun Doraemon.Perlahan Shino membuka matanya. Dia tertidur sejak lima jam tadi.“Di mana ini? Mengapa aku ada di sini?” gumamnya. Ia melihat sekitarnya dan tidak menemukan siapapun di sini.Kepal

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-29
  • 365 Hari Bersama Sang CEO   6 - Misi Merayu Sukses

    Adam kemudian pergi untuk menangkap ikan dori di laut, ia ingin membuat bubur ikan untuk Shino.Shino tertidur dengan nyenyak sampai ia pun bermimpi masa kecilnya dulu.“Shino kalau kau ingin membuktikan bahwa kau bukan vampir keluarlah dari balkon rumahmu itu!” teriak seorang gadis kecil berambut pirang di luar rumah Shino.“Turunlah jika kau ingin berteman dengan kami!” tambah anak laki-laki yang berada di samping gadis itu.Shino kecil menjadi tertantang karena perkataan teman-temannya itu, ia berlari ke bawah menuju pintu rumah. Ia berniat membuktikan pada teman-temannya bahwa ia bukan vampir yang takut matahari.“Kau mau ke mana Hoshino?” ayahnya yang sedang membaca koran di ruang tamu terkejut saat Shino membuka pintu lebar-lebar dan berlari keluar dengan baju terbuka.“HOSHINO!!” Ayah Shino lari mengejar Shino dan segera menjemputnya untuk segera masuk ke rumah.“Aku bukan vampir kan?” kata Shino kecil sambil tersenyum kepada teman-temannya.Kemudian mereka menjerit saat wajah

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-29
  • 365 Hari Bersama Sang CEO   7 - Babi Hutan

    Esoknya, Adam dan Shino mulai mengemasi semua barangnya. Sekitar 6 tahun Adam menghabiskan waktunya di pulau ini. Menjauh dari keramaian kota dan hiruk-pikuk manusia. “Kau sudah selesai?” Wanita berjaket hitam itu sudah menggendong tasnya, bersiap kembali ke tempat penginapannya. “Pergilah dulu, aku akan menyusul.” Pria itu pergi menuju kamar mandi, ia ingin membasuh mukanya. “Oke, cepatlah. Jangan sampai kau ketinggalan, walaupun berpenyakitan, aku ini peserta lomba maraton.” ujar Shino. Adam membasuh mukanya di kamar mandi, lalu ia membuka lemari kecil di kamarnya. Pria itu mengambil sebuah foto buram, yang memperlihatkan seorang gadis kecil yang dirangkul oleh laki-laki seusia remaja. “Singkirkan ketakutanmu Adam.” gumam pelan Adam, foto itu ia masukkan ke dalam tasnya. Di sepanjang jalan, Adam hanya diam saja membuntuti Shino. Pria itu cukup terkejut, melihat semangat Shino. Jarak antar dirinya dengan Shino cukup jauh. Entah mengapa, Adam tidak ingin berjalan di samping Shino

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-05
  • 365 Hari Bersama Sang CEO   8 - Kembali Ke Hong Kong

    “Sampai berapa lama kita harus seperti ini?” bisik pelan Shino. Wanita itu sudah tidak tahan dengan posisi ini yang terlihat ambigu.“Diamlah, jaga mulutmu untuk tidak bergerak. Berbicaralah dalam hati saja.” Mata Adam terus mengintip babi hutan itu dibalik pohon.Shino perlahan melirik ke arah mata biru Adam, jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya. Entah, mulai kapan ia merasa seperti ini. Sepertinya ia harus segera berobat.“Apa warna matamu itu asli?” Shino kembali membuka mulutnya.Kini, pria itu menjauh dari tubuh Shino. Babi hutan itu sudah pergi menjauh dari mereka, ini saatnya melanjutkan perjalanan mereka.“Ada apa denganmu?” Adam tidak menghiraukan perkataan Shino, ia mulai mengambil langkah terlebih dulu dari Shino.“Sepertinya memang asli,” batin Shino.Sinar matahari mulai sedikit terlihat, mereka akhirnya menemukan jalan keluar dari hutan pinus yang sangat gelap dan suram itu, jauh dari sinar matahari. Tetapi, itu juga sedikit membuat Shino mulai kewalahan, kare

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-05
  • 365 Hari Bersama Sang CEO   9 - Hotel

    Sekitar jam 5 sore, Shino dan Adam telah sampai di kota Hong Kong. Mereka segera turun dari kapal dan pergi menuju penginapan Shino. Adam mengikuti Shino dari belakang, sepertinya Adam akan menginap di tempat yang sama dengan Shino."Kita akan pergi ke penginapanku, aku akan memesankan kamar untukmu di hotel nanti. Jangan keluyuran, aku cukup malas membuang waktuku hanya untuk mencari orang lain." ujar wanita itu sembari tangannya melambai memanggil taksi.Adam hanya mengangguk dan ikut masuk ke dalam taksi bersama Shino. Gemerlap lampu di jalanan kota Hong Kong mulai menarik matanya, ia menikmati perjalanannya menuju hotel. Hong Kong yang dulu sangat berbeda dengan yang sekarang. Banyak gedung-gedung mewah yang menjulang tinggi dan suasana malam yang selalu padat oleh manusia. Entah karena pekerjaan atau mencari hiburan malam.Di sampingnya, wanita berparas cantik itu sudah melepaskan sebagian aksesoris pakaiannya yang menurut Adam seperti teroris. Hari s

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-06
  • 365 Hari Bersama Sang CEO   10 - Berkunjung

    “Hei, Adam. Ini sudah siang bangunlah,” Seorang gadis kecil dengan mata besar berwarna biru muda berbisik di sebelah Adam yang tertidur. Adam hanya menggeliat malas dan tersenyum kecil, ia mengelus ubun-ubun kepala gadis itu. Gadis kecil itu kembali mencoba untuk membangunkan Adam yang terlelap. “Bangunlah! Ini sudah siang, kau akan terlambat!” Kini, gadis itu sudah memegang sebuah pistol mainan kecil berisi air dan disemprotkan ke wajah Adam. Adam hanya tersenyum miring dan semakin enggan membuka matanya. Ia sangat mengantuk dan tubuhnya sangat lelah menghadapi celotehan wanita keras kepala bernama Shino. “Ah, iya. Siapa wanita itu?” batinnya dalam mimpi. “Hei! Bangunlah paman!” bentak Shino. Byur, Shino menyiram kepala Adam dengan segelas air, ia sudah tidak tahan dengan sikap Adam yang sama sekali tidak bergerak. Adam terkejut dan kemudian bangun dengan rambut basah kuyup, matanya masih menyipit berusaha menghindari sinar matahari yang dipantulkan dari kaca kamarnya. “Sulit

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-06
  • 365 Hari Bersama Sang CEO   11 - Kecelakaan

    “Hai, apa kabar pa? Sudah lama ya Shino tidak berkunjung ke sini, papa rindu Shino nggak?” Shino menatap nisan bertuliskan Akari Hoshino. “Selamat pagi, om. Saya teman Ai, dia tumbuh besar dengan baik walaupun perangainya yaah seperti itu. Tapi, dia wanita yang cukup tangguh.” sahut Adam ikut menyapa ayah bosnya itu, ia tersenyum lebar. Shino berdecih pelan dan mulai mengeluarkan sebuah buket bunga krisan berwarna putih, ia letakkan di batu nisan ayahnya tersebut. Lalu, ia beralih ke makam ibunya di sebelah. “Hai ma, Shino datang. Shino lebih tinggi kan?” Xiu Juan, nama yang terukir di batu nisan milik ibu Shino. “Halo, tante. Saya Adam, sahabat baik Ai. Saya penjaga setianya, tante tenang saja, saya selalu menjaganya.” Shino hanya tersenyum kecil mendengar Adam yang terus-terusan ikut menyapa kedua orang tuanya. “Baiklah, ayo saatnya kita bekerja.” ajak Shino. Adam mengangguk dan mengikuti Shino pergi dari makam, mereka akan kembali ke Jepang. Shino mengeluarkan ponselnya dan me

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-06

Bab terbaru

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   79 - Putus?

    Berry tercengang ketika mendengar kalimat yang keluar dari mulut adiknya sendiri. Apa dia tidak salah dengar? Bocah SMA yang selama ini hanya menumpang tidur dan bermain game di rumahnya ternyata seorang pecandu?“Kau jangan asal bicara Jay, kau tahu dia seorang konglomerat. Jaga mulutmu jika kau ttak mau dipenjara mereka nanti.” sahur Berry berusaha tak percaya. Ia tidak mau asal memfitnah orang apalagi keluarga Jaekyung punya kuasa di negara ini.“Kau kira aku bicara tanpa bukti?!” sentak Jay sambil melotot pada kakaknya itu yang seolah-olah memandang dirinya penipu. Berry menoleh ke arah adiknya dan menatapnya tajam, “Jadi, apa kau punya buktinya? Tunjukkan padaku kalau begitu!” jawab Berry dengan nada menantang. Saat ini mereka diam di samping jalan, Berry menunggu jawaban Jay.Jay berpikir sejenak, selama ini ia tak mengambil bukti apapun dari Jaekyung. Dia hanya menebaknya saja.“Untuk buktinya ….” Jay menggigit jarinya bingung. Berry tak tahan dengan hal itu, ia hanya tertawa

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   78 - Berry Terkejut

    "Hah?" Pak Imura tercengang ketika mendengar kalimat yang keluar dari mulut bosnya barusan. Apa dia tidak salah dengar tadi? Tidak mungkin, dia selama ini selalu menjadi manajer departemen ini untuk waktu yang lama. Dan dia tak pernah menduga bahwa dia akan dipromosikan langsung oleh CEO perusahaan ini.Shino tersenyum miring, "Jika kau mau, kau harus menunjukkan bahwa dirimu lah yang mampu mengemban tugas ini. Jangan merendah, aku ingin melihatmu melawan mereka. Hubungi aku untuk berdiskusi soal ini."Shino keluar dengan diikuti Adam yang menahan senyumnya ketika melihat wajah Pak Imura yang kebingungan. Bu Dinan pun tak sadar jika ia telah menganga selama lebih dari 5 menit. Tidak ada hujan tiba-tiba ada berita seperti ini.Pak Imura terduduk lemas di kursi sofa, rasanya seperti sedang memenangkan sebuah lotre yang sudah diinginkannya sejak lama. Tangannya gemetar dan berkeringat, lidahnya terasa kelu, pikirannya kosong.Bagaimana jika keluarganya mendengar hal ini, mereka pasti aka

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   77 - Pernikahan Vivi

    Berry membuka aplikasi perekam dalam ponselnya, segera ia mendekatkan benda itu di balik lemari. Pak Kim dan Pak Jung duduk di sofa sambil berbincang mengenai pernikahan cucu mereka yang semakin dekat.“Tak lama lagi kita akan jadi besan pak,” ujar Pak Jung sambil tertawa pelan."Bagaimana? Apa kau sudah mengurus hal itu? Dia sebentar lagi akan keluar." tanya Pak Kim membuat Berry semakin penasaran dengan orang yang dimaksud Pak Kim."Kento sudah mengurusnya dengan baik, sebentar lagi Anda hanya duduk tenang menunggu cucu anda menggantikan." Pak Jung tersenyum miring, mereka berdua lalu keluar dari ruangan itu. Berry mengernyit lalu keluar dengan diam-diam.Dia kembali mendengarkan suara rekaman tadi dengan earphone, mengamati suara mereka berdua. Apa yang dimaksudnya? Siapa yang akan menggantikan Pak Kim? Seok Hoon?Apa dia akan dicalonkan untuk penggantian direktur nanti? Apa mereka sudah merencanakan ini sebelumnya?Berry kemudian mengirim file rekaman itu kepada Shino agar dia tah

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   76 - Bergerak

    Berry menggigit jarinya untuk menenangkan dirinya dari rasa berdebar yang sangat hebat. Saat ini, ia sedang menunggu pintu dibuka oleh Shino. Akar dari masalah ini mulai terlihat setelah ia nekat mengutak-atik laptop milik pacarnya, Jiho.Tak lama kemudian, pintu terbuka dan terlihat Adam dengan wajah dinginnya menyuruh Berry masuk ke dalam. Setelah Berry masuk, diliriknya keadaan luar memastikan tidak ada seorangpun yang melihat mereka."Berry, apa Jiho tahu hal ini?" tanya Shino memastikan."Sepertinya dia memang sedang memantau Jaekyung setiap harinya. Walaupun dia terlihat dingin dan tak peduli sekalipun, tetapi di laptopnya banyak video rekaman cctv aktivitas yang dilakukan Jaekyung." jelas Berry.Shino dan mengangguk bebarengan lalu mereka saling melirik satu sama lain. Sepertinya Berry akan dapat misi baru setelah ini. Mereka sudah tahu kinerja Berry yang cepat tanggap menangani masalah ini."Oke, sekarang aku memiliki misi baru untukmu. Singkirkan Jiho dan Jaekyung dari pikira

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   75 - Kenakalan Remaja

    "Nanti siang aku akan menjemputmu, kita harus fitting pakaian pengantin kita. Aku mau semunu harus selesai dalam dua hari ini." ucap Seok Hoon dengan tegas. Terlihat dari ekspresinya, ia tampak datar. Setelah kejadian itu, membuatnya menjadi lebih dingin dari biasanya. Dia menjadi lebih serius ketika bersama Vivi. "Baiklah," balas Vivi, ia menahan senyumnya agar tidak muncul di hadapan Seok Hoon. Walaupun Seok Hoon berubah, ia tetap senang karena Seok Hoon berhasil melupakan wanita itu. Mulai dari sekarang, ia akan berusaha membuat Seok Hoon yang dingin ini menjadi tergila-gila padanya. Sesampainya di depan rumah Seok Hoon, pria itu meminta Vivi memberhentikan mobilnya disana. "Pulanglah. Terima kasih sudah mengantarku." Seok Hoon keluar dari mobil meninggalkan Vivi. Di dalam mobil, Vivi berteriak kegirangan. Ia tak dapat mendeskripsikan perasaan senangnya kini. Di rumah Vivi, tampak Pak Jung duduk di ruang tamu. Pria tua itu tersentak ketika melihat Vivi datang secara terburu-bur

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   74 - Kebenaran Baru

    Shino telah selesai mengobati luka Adam, ia menutup kotak obat tersebut dan meletakkannya di meja. Shino menghela napas menatap pria itu dengan tajam, ia menunggu Adam mulai berbicara. Pria itu tertunduk berusaha menghindari kontak mata dengan Shino."Jelaskan, bagaimana ini bisa terjadi! Apa kalian berantem satu sama lain?" tanya Shino dengan cepat.Adam diam seribu bahasa dan tidak mau menatap Shino sama sekali. Ia tetap masih menundukkan kepalanya."Angkat kepalamu dan jawab pertanyaanku! Apa kau bisu?!" Shino mulai menaikkan suaranya.Pria itu kemudian menghela napas pelan lalu menatap Shino dengan tenang. Ia melihat sebuah guratan jelas di leher Shino, sepertinya wanita itu sangat marah kali ini."Maafkan aku, soal tadi mal—""Aku tidak sedang membicarakan hal itu!" bentak Shino sambil berusaha mengontrol wajahnya agar tidak goyah dan salting mengingat tadi malam."Benar, aku adu jotos dengan Seok Hoon. Dia yang lebih dulu memukulku dan memnacingku dengan kata-katanya yang menusu

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   73 - Babak Belur

    Saat ini, Adam dan Seok Hoon sedang berada di sebuah lapangan tembak. Seok Hoon mengajak Adam untuk adu keterampilan. Adam tampak malas mengikuti pria cerewet di depannya kini. Sesekali Adam menghela napas melihat tempat yang tak asing baginya.Sebuah tempat dimana ia pernah belajar untuk meraih cita-citanya dulu dengan menjadi seorang tentara."Mau apa kita kesini?" tanya Adam dengan lirih. Ia memicingkan matanya menatap Seok Hoon yang mulai memilih senapan yang digunakannya sebentar lagi.Seok Hoon tersenyum miring lalu melihat pria itu dengan wajah menantang, dia telah selesai memilih senapan. Dari wajahnya terlihat bahwa ia sangat percaya diri sekarang, ia tak tahu jika Adam ahli dalam pekerjaan ini."Kau tidak pernah kesini ya? Cobalah memilih senapan yang diletakkan di meja itu." titah Seok Hoon."Aku pulang saja. Malas sekali meladeni pria sepertimu." ujar Adam berniat kembali ke villa."Aku ingin pertandingan yang adil. Ini menyangkut diriku, kau, dan Shino. Jika pertandingan

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   72 - Aku Malu

    "Kyung, sebentar lagi kau mau kuliah dimana? Apa kau akan mengejar Ivy League seperti Haru?" tanya Jay sambil menulis tugasnya yang belum terselesaikan di rumah kemarin.Jaekyung yang fokus bermain game di ponselnya, mengalihkan pandangannya ke arah Jay sekilas. Ia kemudian lanjut bermain game itu lagi."Entahlah, aku sendiri tidak tahu harus kemana. Aku hidup di dunia ini ditentukan oleh ayah dan kakekku. Takdirku pun mereka yang menentukan." jawab Jaekyung dengan nada bicara sendu.Jay terkekeh mendengar ucapan sahabatnya itu, "Takdirmu ditentukan oleh orang tuamu? Lucu sekali, memang kakekmu itu Tuhan?""Bukan begitu. Maksudku, semua urusanku sudah diatur oleh kakekku. Aku tinggal menurut saja dan melakukan apa yang diperintahkan dia." ujar Jaekyung, ibu jarinya terus menekan layar ponselnya dengan cepat."Lalu kau tidak akan kuliah nanti?""Aku kuliah, tetapi tidak tahu dimana. Mungkin, setelah ini aku akan bekerja di kantor kakekku." Jaekyung menghela napas kasar setelah melihat

  • 365 Hari Bersama Sang CEO   71 - Setelah Kejadian Itu

    Esok harinya...Matahari sudah menampakkan dirinya di langit yang luas ini, suara kicauan burung yang sangat merdu membangunkan wanita itu. Shino merasakan tubuhnya sangat lelah dan sakit semua. Kepalanya sangat pusing dan ia berusaha membuka matanya perlahan.Shino berkedip menatap langit-langit kamarnya, ia berusaha mengumpulkan kesadarannya lagi. Tatapannya tampak kosong, dia melamun sejenak. Rambutnya seperti singa dan kantung matanya terlihat tebal."Ah, aku ada di kamarku sendiri ternyata. Jam berapa aku sampai sini ya? Bagaimana si Seok Hoon itu kabarnya. Aku harus mengecek keadaannya." Shino berusaha bangun namun ia merasa kedinginan. Seperti tidak memakai pakaian."Mengapa dingin sekali." Ia melihat tubuhnya tak memakai sehelai benang apapun. Shino terkejut, matanya melotot berusaha bersikap tenang.Matan tertuju ke benda yang tampak melembung di dalam selimut, terlihat besar dan bergerak naik turun.Shino mengenyitkan kedua alisnya berusaha membuka selimut itu, perlahan ia m

DMCA.com Protection Status