Meskipun Wahyu sudah berkata begitu di depannya, tetap saja April tidak yakin. Wahyu memang sudah menunjukkan keseriusannya untuk mempertahankan hubungan bersama, tetapi dalam hati, April tidak percaya jika mereka bisa menyelamatkan asmara mereka.“Jika itu yang kamu inginkan, maka aku akan tetap berada di sampingmu. Aku akan menemanimu, kita berjuang bersama menghadapi semua tantangan untuk hubungan ini,” kata April.“Ya, terima kasih telah menjadi pendamping setiaku. Aku tidak tahu jika perempuan itu bukan kamu, apakah aku masih bisa percaya arti jatuh cinta,” kata Wahyu.Belum sempat April memberi jawaban, tiba-tiba saja kehadiran Anara membuat perhatian mereka teralihkan. Anara berdiri di depan mereka berdua, membuat Wahyu mengernyit.April mengalihkan pandangannya. Dia menyadari bahwa Wahyu sedang keheranan dengan kehadiran Anara. Meskipun begitu, April mencoba untuk tidak terlalu mempertanyakan apa yang sedang Wahyu pikirkan saat ini.“Ada apa hingga kamu datang kemari, Anara?”
Wahyu tidak bisa berkata apa-apa selain hanya menerima kebaikan hati Anara. Dalam hatinya, Wahyu tidak menaruh perasaan curiga kepada Anara. Dia hanya menganggap bahwa Anara memang sedang berbaik hati kali ini.Setelah melebarkan senyum di bibir, Wahyu menyaksikan Anara berbalik. Dia pergi meninggalkan Wahyu bersama pasangan.Ketika tidak ada lagi Anara di dekat mereka, Wahyu memalingkan pandangan kepada April. Perempuan yang berwajah teduh itu saat ini masih sabar menunggu perhatian Wahyu.“Maaf jika waktu kita berdua sempat tersela karena kehadiran Anara,” kata Wahyu.April mengangguk, bibirnya mengulam senyum dengan indah. Tetapi April tidak memiliki perasaan yang buruk terhadap Wahyu maupun Anara.“Tidak masalah. Aku bisa memahaminya. Aku tahu jika hubungan di antara kalian berdua cukup dekat, tidak mungkin jika aku pisahkan kalian,” kata April.“Benarkah kamu tidak marah? Bukankah cukup lama aku mengabaikan kamu hanya untuk berbicara dengan Anara,” kata Wahyu, dia terlihat kaget
“Tidak masalah. Aku harap kamu tidak menaruh rasa curiga kepadaku. Minumlah milkshake yang sudah aku pesankan untukmu,” kata Anara, dia mengimbuhkan kalimat untuk berbicara dengan April.“Ya, terima kasih karena kamu peduli padaku. Aku akan meminumnya setelah ini,” kata April, dia memberi balasan untuk Anara.Anara menunjukkan senyum lebar di bibirnya. Terlihat sorot mata yang terkesan begitu damai. Tetapi tidak dapat menghapus perasaan tidak nyaman di dalam benak April.April memalingkan pandangan. Dia menunduk untuk memperhatikan satu gelas milkshake stroberi yang ada di dekatnya. Warna merah muda yang terlihat menyegarkan membuat April tidak punya pilihan untuk meminumnya.Akhirnya, April mengambil segelas milkshake tersebut dan menyeruputnya melalui sedotan. Baru beberapa kali teguk saja, April sudah merasakan kesegaran dari milkshake yang dia minum.Rasa stroberi dicampur susu yang dikocok membuat minuman yang dia minum menjadi lebih menggugah selera. April begitu tenang, minuman
Sepanjang jalan hanya diisi oleh diam. Tidak ada satupun di antara mereka bertiga yang ingin memecah keheningan. Di antara sunyi, Wahyu memutuskan untuk menyalakan radio mobil. Seperti biasa, dia akan memutar musik yang bisa meramaikan suasana.“Kamu suka lagu ini, sayang?” tanya Wahyu kepada April.April menoleh kepada Wahyu. Dia tidak lekas memberi balasan untuk pertanyaan kekasihnya, tetapi lebih kepada mendengarkan musik yang sedang diputar oleh Wahyu.“Lagu apa ini? Aku tidak pernah tahu sebelumnya,” kata April, dia mengutarakan keluguannya.“Semacam lagu orang yang sedang jatuh cinta. Dia ingin menjalin komitmen bersama pasangannya,” kata Wahyu, dia memberi tanggapan kepada April.“Judulnya? Artinya bagus sekali, tapi aku belum pernah mendengarkan lagu ini,” kata April.Wahyu diam beberapa saat. Dia tidak serta merta memberi jawaban untuk April. Tetapi pandangannya kali ini tertuju kepada jalanan.“Sepertinya judul lagu ini I Love You, sayang,” kata Wahyu, dia memberi jawaban ak
Betapa layunya sorot mata April kali ini. Meskipun beberapa saat yang lalu dia mengalami momen-momen istimewa bersama Wahyu, tetapi saat ini April melihat wajahnya kusut.Padahal dia sudah mandi untuk membersihkan diri. Tetap saja itu tidak membuat dirinya merasa segar dengan waktu yang lama. April justru sekarang merasa lebih mengantuk disbanding yang tadi.Tetapi ketika matanya beralih menatap pada rambut yang masih berantakan, April memilih untuk menyisir. Dengan gerakan pelan, dia mulai merapikan rambut panjang sebahu miliknya.Berhubung setelah ini dia tidak ke mana-mana, April memilih untuk tidak merias wajah. Dia membiarkan wajahnya terkesan polos, tanpa make-up.April berpaling. Dia mulai mengambil langkah menuju ke ranjang. Meskipun begitu, dia tidak lupa untuk menyalakan lampu di kamarnya.Setelah membaringkan tubuh, April mulai memejamkan mata. Dia tidak lagi menyadarkan diri untuk tetap terjaga di malam yang sudah semakin dingin ini.Hingga sinar matahari pagi menerpa kuli
April yang saat itu mendengar perkataan Wahyu langsung mengatupkan bibir. Perempuan itu tidak menyangka jika Wahyu berencana untuk membawa dirinya ke hadapan keluarga inti.Meskipun merasa belum siap, tetapi April mencoba untuk tidak mengutarakan. Bibir April masih bungkam, tidak mengucap sepatah katapun. Bahkan di dalam dada, April merasakan debaran jantung yang cukup kuat.Bukannya tidak sadar, tetapi April cukup tahu bagaimana kondisi antara dia dengan keluarga Wahyu. Keluarga inti pria di depannya benar-benar menolak untuk menyetujui hubungan di antara mereka berdua.April mengerutkan kening, dia tidak menyangka jika Wahyu kekasihnya akan mengajak untuk bertemu dengan keluarga. Tentu saja ini membuat April heran dengan keputusan Wahyu yang dia rasa janggal.“Kamu ingin membawaku ke hadapan keluargamu?” tanya April.Seketika Wahyu menunjukkan anggukan kecil setelah mendapat pertanyaan dari April. Senyum di bibir Wahyu merekah, seolah menunjukkan keyakinan dalam benak.Tetapi berbed
Di bawah langit biru yang masih cerah, pandangan April sayu. Tatapan matanya tertuju kepada nisan yang bertuliskan nama ibu. Meskipun demikian, April mencoba untuk tegar. Dia menahan air mata agar tidak terjatuh dari kedua matanya.April mengusap nisan ibu sebelum dia beranjak pergi. Setelah merasa sedikit lega, perempuan itu akhirnya berdiri dan mulai berjalan meninggalkan pemakaman.Masih dengan berjalan kaki, April memutuskan untuk langsung pulang ke toko kain. Tetapi di pertengahan dia di jalan pulang, April melihat kedai yang menjajakan aneka kue ringan.April memutuskan untuk mampir sebentar di sana. Kedai tersebut sedang dikunjungi oleh beberapa pengunjung, meski tidak seberapa ramai.Setelah memasuki kedai, April dapat melihat kue ringan kesukaan bapak. April mengambil dua putu ayu dan tiga tusuk bola aci. April lekas membayarnya ke pemilik kedai, dan mendapatkan kembalian untuk kue ringan yang dibeli.Tak ada lagi yang ingin diambil, akhirnya April berencana untuk lekas menin
Bapak mengangguk-angguk pelan. Rasanya nyaman sekali seolah tidak ada momen istimewa yang bisa dihabiskan bersama selain dengan puteri semata wayang.Bapak menoleh kepada April, menyadari bahwa anak perempuannya masih mengingat peristiwa dua puluh tahun yang lalu. Seakan-akan tersentuh bahwa April sudah tumbuh sebesar ini menjadi perempuan yang sudah dewasa, tanpa didampingi sang ibu.“Ya, bapak bersyukur kamu bisa tumbuh dengan baik. Setelah kematian ibu, bapak terasa harus kuat berjuang sendiri membesarkan kamu,” kata bapak.Bibir April tertutup rapat, tidak ada niat baginya untuk membalas ucapan bapak. Tetapi satu yang perlu diingat bahwa kue ringan yang mereka makan bersama sudah habis.“Aku akan ke dapur sebentar, bapak. Kubuatkan minuman hangat untuk bapak,” kata April.“Boleh-boleh saja. Bapak tidak keberatan kamu buatkan teh hangat itu,” kata bapak, membalas ringan ucapan April.Setelahnya, April berdiri dan beranjak menuju ke dapur yang ada di bagian belakang toko kain. Sesam
April menjumpai bapak yang sedang duduk santai di kursi seperti biasanya. Sementara pandangan bapak menghadap ke depan menunggu pembeli datang. April memutuskan menghampiri bapak yang sedang menjaga toko kain.“Bapak, aku akan pergi dengan Wahyu ke perusahaan miliknya. Semoga bapak mengizinkan kami berangkat bersama,” kata April.“Ya, pergilah dengan dia. Kekasihmu itu pasti sudah menunggu kamu sedari tadi,” kata Wahyu.“Aku mungkin tidak akan lama pergi dengannya, bapak. Mungkin sekitar jam tiga sore aku akan diantar pulang oleh dia,” kata April, mengucapkan secara jujur apa yang akan terjadi.“Bapak tidak keberatan kamu pergi bersama pasanganmu. Meskipun kalian pulang agak malam, bapak percaya bahwa kekasihmu tidak akan menelantarkan kamu,” kata bapak.“Terima kasih untuk rasa percaya bapak pada kami berdua. Itu tidak akan terhitung jumlahnya, bapak,” kata April, membalas kebaikan bapak.Bapak hanya memasang senyuman tipis di bibir. Wajahnya menjadi lebih berseri dibanding sebelumny
Bapak menunjukkan seraut senyum tipis saat melihat April senang. Kata-kata sederhana yang keluar dari putrinya tersebut seakan membuat hatinya lega pagi ini.“Tentu saja kamu kenyang, Pril. Satu piring nasi goreng lengkap dengan telur sudah kamu habiskan,” kata bapak, mengimbangi percakapan dengan April.“Kalau begitu, bapak. Biarkan aku membersihkan tubuhku setelah ini. Aku harus bersiap-siap sebelum Wahyu datang kemari,” ujar April, membalas ucapan bapak.“Jika itu yang menurutmu terbaik, maka lakukanlah. Bapak hanya bisa mendukung setiap perbuatan yang sudah kamu pikirkan matang-matang,” kata bapak.April menunjukkan sedikit anggukan lemah kepada bapak. Setelahnya, April beranjak meninggalkan ruang makan untuk menuju ke kamar mandi. Pagi ini rasanya seluruh badannya pegal, butuh sedikit air hangat untuk meleraikan penat yang terasa.April sudah masuk ke dalam kamar mandi. Langsung saja dia menyalakan shower dan memilih air hangat untuk mandi pagi ini. Setelah air hangat keluar dari
April tidak bicara sama sekali. Tetapi tatapan matanya tertuju kepada bapak dengan kaku. Tidak ada lagi yang bisa dia katakan di hadapan bapak, selain hanya menutup bibir.“Aku harap Ibu Yanuar tidak memancing keributan dengan bapak. Semoga kedatangannya dapat membawa kabar baik untuk bapak dan hubungan kami,” kata April.Ya, bapak juga berharap seperti itu. Ibu Yanuar tidak pernah dengan sengaja berkunjung ke toko kain ini selain membicarakan hal-hal penting,” kata bapak.April memberi anggukan kecil di hadapan bapak. Setelahnya, perempuan itu mengambil satu cangkir teh hangat untuk dia minum. Rasa hangat dari teh yang dibuat bapak cukup membuat tubuh April menjadi nyaman di malam sedingin ini.“Bagaimana rasa teh yang bapak buat, Pril?” tanya bapak.“Lumayan, bapak. Tidak terlalu manis, dan cukup pas. Apa bapak meraciknya tanpa gula?” tanya April.“Sesendok saja sudah cukup, Nak. Tidak perlu terlalu banyak,” kata bapak, memberi jawaban untuk putrinya.“Pantas saja rasanya tidak mani
Seketika sampai di kamar, April menghadapkan tubuhnya di depan cermin. Cermin besar yang sanggup memantulkan bayang dirinya. April lekas mengambil pakaian tidur, dan kembali menatap pada permukaan cermin.Perempuan itu menyadari betapa lelahnya wajah dia saat ini. Mata yang keduanya mulai berkantung, membuat April tersadar bahwa tidur adalah pilihan terbaik.Tetapi sayang, meskipun wajahnya sudah kusut, April belum ingin memejamkan mata. Masih ada banyak hal yang terlintas dalam pikiran dia.April masih tidak yakin jika begitu pagi datang Wahyu akan menjemputnya. Apalagi untuk menginjakkan kakinya di lantai perusahaan jahit milik keluarga Anarta.Bukan tidak sudi, tetapi lebih kepada sadar diri. Wanita seperti dirinya hanya bisa berada di posisi sebatas anak dari pemilik toko kain. Syukur-syukur kalau menjadi rekan bisnis dari Jahitan Anarta.April menghela cukup dalam. Rasanya dada begitu sesak untuk hanya memikirkan hal sepele seperti ini. Sekali lagi pandangan matanya tertuju ke ce
April hanya diam setelah mendengar kata-kata yang keluar dari bibir Wahyu. Tidak ada jawaban lagi yang sanggup dia katakan, selain hanya menyelipkan rambutnya di telinga.“Apalagi saat kamu tersipu seperti ini, Pril. Semakin cantik sekali di mataku,” kata Wahyu, melanjutkan pujian untuk April.“Yang kamu katakan selalu membuat hatiku berdesir. Padahal aku tahu kamu mengatakan itu bukan berasal dari dalam hatimu, kamu hanya menyanjungku. Bukan benar-benar tulus mengungkapkan kebenaran bahwa aku seperti itu,” kata April.“Kamu masih ragu? Aku tidak pernah berbohong dalam setiap ucapanku,” ujar Wahyu.“Ya sudahlah, aku percaya. Terima kasih untuk pujianmu yang bagiku terkesan berlebihan,” kata April, mengakhiri ucapannya dengan senyum kaku.Wahyu hanya menunjukkan anggukan kecil. Selebihnya, mereka lanjut menyantap tusuk daging sayur yang dibakar di atas nyala api sedang. Mereka terlihat lahap dalam menghabiskan beberapa tusuk daging sayur yang disediakan oleh restoran iglo.Selang bebe
Setelah mendengar pertanyaan yang dilontarkan April, Wahyu tidak menjawab hanya memberi senyuman. Usai melihat kerut di dahi April semakin dalam, Wahyu hanya memalingkan pandangannya.Tidak lagi memberi perhatian kepada April, tetapi tatapan matanya tertuju kepada semangkuk pudding Yorkshire. Wahyu mulai mengambil sendok dan mengiris pudding untuk dimasukkan ke dalam mulut.Sementara mengunyah, Wahyu mengalihkan tatapannya kepada April. Wanita pujaan hatinya itu sedang termangu menunggu jawaban darinya.“Apa kamu sedang menunggu balasan dariku, sayang?” tanya Wahyu.“Ya, aku menantikan kamu sebut siapa nama wanita yang menjadi sekretaris pribadimu. Aku yakin dia seorang perempuan kan,” kata April.“Namanya Anara. Perempuan itu sangat elegan dan pintar, karenanya aku menerima dia sebagai sekretaris pribadiku,” kata Wahyu, memberi tanggapan atas perkataan April.“Apa dia perempuan yang bersama kita di vila dekat taman kota itu?” tanya April, menunjukkan rasa ingin tahu yang dia rasakan.
April mencoba untuk menikmati setiap rasa yang diciptakan oleh steak jamur berkuah. Untuk saat ini, perempuan itu tidak berniat untuk mengajak Wahyu mengobrol.Memakan makanan berkuah yang masih hangat membutuhkan konsentrasi yang cukup, inilah yang membuat April memilih untuk menghabiskan makanan di mangkoknya saja.“Aku besok akan mulai masuk kerja lagi. Di kantor, aku akan sibuk dengan pekerjaanku,” kata Wahyu, suaranya memecah keheningan antara mereka.April mengarahkan tatapan matanya kepada Wahyu. Dia menyadari jika saat ini lelakinya sedang mengajaknya berbicara. April diam sementara waktu, sedangkan kedua matanya tertuju kepada diri Wahyu.“Padahal kamu tahu, aku masih ingin menghabiskan banyak waktu denganmu,” kata Wahyu, menyambung ucapannya.“Apa yang kamu risaukan, sayang? Sedangkan aku tidak keberatan walaupun kamu harus bekerja,” kata April, mengungkapkan dengan jelas yang dia pikirkan.“Kamu tidak rindu padaku jika andai aku meninggalkanmu dalam sehari?” tanya Wahyu.Te
Wahyu yang baru saja mendengar perkataan April seketika mengatupkan bibir. Tak disangka jika ucapan yang dikatakan April padanya sungguh mengena di hati. Tentu ini membuat Wahyu benar-benar berpikir.“Memangnya kamu tidak ingin lekas menjadi pasangan sejatiku?” tanya Wahyu.Sebenarnya Wahyu tidak ingin mengelak apa yang dikatakan oleh perempuan itu. Tetapi ada hal lain yang membuat Wahyu keheranan dengan sikap kekasihnya, April.“Aku sungguh ingin. Tapi alangkah baiknya kita tidak terlalu buru-buru dalam melakukan sesuatu, apalagi ini menyangkut percintaan kita,” kata April.“Aku sanggup melakukan apa saja yang kamu ingin untuk menyatukan kita berdua segera,” kata Wahyu.Dengan segenap hati, April menggeleng. Sekali lagi, dia masih kukuh dengan apa yang sudah menjadi pendiriannya. Meskipun itu artinya harus menolak apa yang menjadi keinginan dan bujuk rayu Wahyu.Untuk saat ini, April masih terlihat tidak berpindah dari apa yang dia yakini. Walau dalam hati, dia sangat menginginkan un
Setelah melakukan pembayaran, Wahyu mendapatkan kunci ruangan untuk mereka berdua. Tentu Wahyu seketika merasa puas. Dia mengarahkan pandangan ke April, perempuan itu sedang menunggu ucapannya.“Kita sudah dapatkan kunci pintu untuk ruangannya. Mau ke sana sekarang?” tanya Wahyu.“Iya, untuk apa juga kita berlama-lama di sini,” kata April, memberi tanggapan atas pertanyaan yang diberikan Wahyu untuknya.Wahyu mengiyakan ucapan April. Setelahmnya mereka pergi bersama menuju ruangan nomor 42 yang sudah tertera di kunci yang dibawa Wahyu.Sesampainya di ruangan bernomor 42, Wahyu lekas membuka pintu dengan kunci di tangannya. Setelah pintu terbuka, Wahyu menggandeng tangan April dan mengajaknya untuk masuk bersama.Ketika April sudah berada di dalam ruangan, Wahyu menutup pintu ruangan. Selebihnya, Wahyu mengajak April untuk duduk di dekat perapian. Di sana terdapat tempat duduk melingkar dengan bagian tengah dihiasi dengan bundaran sebagai tempat api.“Serius kamu belum pernah ke sini s