Dara sedih, ia merasa tidak ada yang peduli padanya termasuk kedua orangtuanya. Ia serasa menjadi anak terbuang . Lalu sekarang, ia harus dihadapkan dengan pria Kolot yang berstatus suaminya. "Kenapa semua orang seperti membenciku? Mama papa bahkan kamu pun terlihat tidak menyukaiku? Kenapa? Apa karena aku bukan wanita baik-baik? Tidak seperti adikku Rani. Apa iya Takaran wanita baik-baik itu seperti Rani? Sedangkan wanita seperti ku, yang selalu memakai pakaian terbuka bukanlah wanita baik? Apa seperti itu?" tanya Dara. Saking emosionalnya Dara hampir saja mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas. Beruntung ia mampu untuk mengontrol diri. "Baik buruknya seorang wanita memang tidak ditakar oleh pakaian tertutup atau tidaknya. Hanya saja menutup aurat itu kewajiban seorang muslimah seperti kamu. Dengan demikian, wanita terbaik sudah pasti akan menutup auratnya dan ia akan senantiasa menjaga sopan santunnya. Kita harus bisa membedakan mana kewajiban mana bukan. Mana perintah mana buk
Tangis Dara semakin terdengar memilukan. Tubuhnya saja bergetar di dalam pelukan Adam. Adam mengangkat kepalanya hingga menengadah, lalu tangannya sibuk menepuk-nepuk punggung Dara. Ia semakin menyesal karena sudah membentak Dara. Harusnya ia bisa kontrol diri bukannya hilang kendali."MaafkAn aku. Tadi, aku sama sekali tidak bermaksud membentak mu. Aku hanya ingin membuat kamu tahu dan sadar jika kita punya hubungan suci dan serius. Pernikahan. Jika masalah orang tuamu. Mereka sayang sama kamu. Aku sering bertelepon bersama mereka. Dan mereka punya alasan kenapa tidak pernah menghubungi kamu"Dara mengurai pelukannya, de wajah yang basah dengan air mata Dara menatap Adam dengan tajamnya. Bahkan Adam saja tak kuasa saat ditatap seperti itu."Kira-kira apA alasannya? Hingga mereka sampai segininya ke aku. Aku serasa jadi anak yang dijual ke pria tua. Hanya demi uang. Tapi, jika uang alasannya itu tidaklah masuk akal bukan? Orang tuaku kaya raya. Mereka punya segalanya, tidak seperti ka
Adam terkejut melihat Dara terjatuh. Ia pun buru-buru memangku Dara dan menidurkan dirinya di atas kasur. Berulang kali Adam berusaha untuk membangunkan Dara tapi sang istri terus saja diam memejamkan matanya.Adam pun memilih untuk mengobati terlebih dahulu luka di dahi Dara. Adam yakin suara keras yang ia dengar berasal dari Dara yang terjatuh dan kepalanya berbenturan dengan ranjang.Adam membawa kotak obat yang selalu ia simpan di atas lemari plastik miliknya. Dengan telaten Adam membersihkan lukanya, memang tidak terlalu besar dan dalam. Namun, tetap saja jika dibiarkan takutnya akan infeksi.Adam tidak hentinya memperhatikan wajah Dara saat ia membersihkan lukanya. Lalu kegiatan Adam terhenti saat Dara mengigau seraya menangis."Mama, Papa, Dara rindu,,," racau Dara dengan terisak.Adam hanya bisa menghela napas. Dia yakin Istri manjanya ini pasti merindukan kedua orang tuanya. lantas ia tidak bisa berbuat apa-apa. Adam menyudahi membersihkan lukanya setelah lukanya sudah ia ple
Dara mulai mengerjapkan kedua matanya, saat matanya terbuka iya merasakan sesuatu yang dingin menempel di keningnya. Lalu tangga Dara pun menyentuh keningnya hingga ia menyentuh sesuatu dan mengambilnya. Dara mengurutkan keningnya saat sesuatu yang ada di kening itu adalah handuk kecil yang basah, ia beranjak lalu ia terkejut saat mendapati Adam Tengah terduduk di lantai dengan posisi tubuh meringkuk dan kepala tertidur di atas ranjang samping tubuhnya.Dara hendak protes karena ia tidak terima jika Adam tidur di kamarnya, namun hal itu urung ia lakukan tatkala ia melihat ke samping, di atas Nakas ada sebuah wadah berisi air. pikiran Dara pun mengingat sesuatu, apa sebenarnya yang terjadi hingga Adam tidur di kamar miliknya? Kemudian ada wadah kecil berisi air dan handuk kecil. Kemudian, Dara teringat sesuatu semalam ia merasa demam. Dalam m otaknya berpikir apakah semalaman Adam menjaganya? Apakah semalaman Adam merawatnya? Tanya Dara dalam hatinya.Dara menggeleng, ia tidak terima
Adam tengah menyiapkan sarapan untuk Dara. Meksipun sederhana namun ia melakukannya dengan ikhlas. Ia berjanji pada dirinya sendiri. Jika ia akan mengambil hati Dara sebelum kesepakatan tiga puluh hari itu usai. Setelah selesai menyiapkan sarapan, Adam bersiap ke kampus. Namun, sebelumnya ia hendak membangunkan Dara terlebih dahulu. Adam masuk kamar, ia lalu menatap ke dalam wajah Dara. Tangannya hendak mengelus kepala Dara namun urung. Ia tidak mau tidur Dara terganggu. Meskipun sebenarnya, ia harus membangunkan Dara karena waktu semakin siang. "Untuk Saat ini Abang tidak Akan mengganggu tidur Adek. Semalaman adek demam dan lebih baik adek istirahat." Setelah bergumam sendiri, Adam tidak langsung pergi. Ia justru mengambil kertas dan pulpen lalu ia menulis sesuatu di sana. Setelah itu, kertas tersebut ia letakkan di atas nakas. Satu kertas lagi ia genggam. “Istirahatlah, semoga lekas membaik,” ucap Adam lalu ia memberanikan diri memberikan kecupan singkat di kening Dara. Adam
Tiba di kampus, Dara langsung keluar dari mobil. Ia langsung berlalu tanpa menunggu Morgan. Morgan yang melihat masih ada kemarahan di wajah Dara langsung saja berlari menyusul darah ia tidak mau jika sang kekasih marah padanya"Dara tunggu! Apa kamu masih marah padaku? Tolong maafkan aku jalanan Jakarta kan macet, aku yakin kamu pasti tahu,'' ucap Morgan sareya mencekam lengan Dara, hingga Dara pun berhenti berjalanDara yang awalnya membelakangi Morgan , kini berbalik badan "Iya aku tahu kota Jakarta memang macet, kalau tahu bakalan macet Kenapa kamu janjiin mau datang ke rumah fokus 07.30 Dan harusnya kamu antisipasi dong biar nggak kena macet. udah tahu cara ke rumahku yang sekarang ke kampus itu jauh l. Ngerti i nggak sih, mana hari ini aku ada jadwal Pak Rudi lagi. Apa iya aku harus dihukum lagi karena terlambat,'' sungut Dara tanpa hentinya."Beb, aku ngaku salah, lain kali aku janji kalau mau jemput kamu nggak pakai mobil lagi. aku akan bawa motor biar bisa nyempal sana sini
Dara berlari mengitari lapangan. Semua mata fokus kepadanya. Memang pemandangan seperti ini sudah tidak aneh bagi oara mahasiswa. Karena Dara memang langganan.Mereka memandnagu Dara, karena tengah menikmati kecantikan Dara. Kapan lagi mereka bisa sepuasnya menatap Dara jika tidak dalam keadaan seperti ini.Adam yang kala itu baru selesai mengajar, pandangan matanya terganggu oleh seseorang yang tengah berlari memutari lapangan. Dia tahu siapa orang tersebut. Tanpa berpikir panjang, Adam langsung berlari ke arah Dara. Ia tahu Dara semalam demam. Jika berlari di cuaca panas seperti ini malah membuat keadaan Dara memburuk.Sampai di lapangan, Adam langsung saja menarik tangan Dara. Dara berteriak terkejut saat secara tiba-tiba seseorang menariknya. Hingga tubuh Dara bertabrakan dengan tubuh Adam.Tatapan mereka bertemu, cukup lama mereka terdiam dengan saling menatap. Dara celingukan saat menyadari orang yang menariknya adalah Adam. Secara spontan Dara langsung mendorong tubuh Adam menj
."Kenapa kamu ngelakuin ini ke aku? Kemarin-kemarin aku sudah pernah bilang, jangan ikut campur urusanku. Kita hidup masing-masing saja. Kamu dengan kehidupan mu dan aku dengan kehidupan ku."Dara Langsung menghakimi Adam yang baru saja masuk. Dara tidak terima dengan sikap Adam pada Morgan.Adam menatap Dara begitu tajam, tatapan yang baru Dara lihat. Karena sebelumnya Adam selalu memberikan tatapan teduh, tatapan yang sebenarnya selalu ingin Dara lihat. Namun, egonya terlalu tinggi, ia tidak ingin sampai ketahuan memperhatikan Adam."Abang pun sudah pernah bilang. Biarkan Abang melakukan apa pun yang Abang mau. Dan inilah yang Abang mau. Abang tidak peduli, adek suka atau tidak." Ujar Adam.Dara menghentakkan kakinya kesal. Dia merasa benci pada dirinya sendiri. Biasanya ia tidak bisa untuk digertak. Kenapa sekarang ia harus kalah dengan seorang pria bernama Adam? Lebih tidak mengerti lagi, Kenapa dirinya mau aja? Mana dirinya yang selalu memberontak tidak mau kalah?Dara pun beran
Mobil Morgan berhenti tepat di depan rumah Dara. Sebelum mereka benar-benar berpisah, Dara meminta pada MOrgan agar tidak memikirkan hubungan pernikahan dirinya dengan Adam. Karena sudah dipastikan mereka akan bercerai."Beb, inget, ya, aku milikmu jangan berpikir yang tidak-tidak tentang ku. Aku bersumpah....""Iya, aku percaya. Masuk gih!" Morgan memotong perkataan Dara.Morgan berusaha untuk bersikap tidak peduli, karena dia memang tidak peduli meksipun Dara memiliki pria lain. Sebab ia hanya butuh tubuh Dara ini. Bukan hatinya apalagi cinta.Dara melambaikan tangan disertai tersenyum ke arah Morgan, lalu dibalas oleh MOrgan. Setelah itu, mereka benar-benar berpisah. Saat mobil Morgan semakin jauh hingga tidak nampak lagi. Dara pun membalikkan tubuhnya. Hingga ia menatap rumah yang ia dan Adam tempati. Dara menarik napas dalam sebelum akhirnya ia masuk. Sebenarnya, ia malas bertemu dengan Adam. Karena ia yakin saat dirinya masuk akan langsung diintrogasi. Sudahlah! Sepertinya ia h
"Kamu percaya kan jika pernikahan ini hanya sementara dan aku sama sekali tidak mencintai dia, karena orang yang aku cinta itu hanya kamu." Ucap Dara kepada Morgan saat mereka sudah berada di dalam mobil.MOrgan tidak bicara, ia memilih diam ia bingung apa yang harus ia jawab."Tolong percayalah , orang yang aku cinta itu hanya kamu. kalau seandainya bukan kamu yang aku cintai, dari awal aku menikah sama dia sudah pasti aku akan bilang, akan aku beritahu ke orang. tapi ini apa? aku memilih menyembunyikannya.''Morgan masih terdiam tatapannya terlihat kosong ke depan. Ia bingung kenapa dirinya begitu marah mengetahui Dara menikah? Padahal yang ia tahu dirinya pacaran pun bukan karena cinta tapi dia Hanya penasaran. karena Dara sosok wanita yang sangat susah untuk disentuh. jangankan disentuh tangan untuk mencium dan memeluk saja pun tidak bisa.Apa selama ini dia benar-benar mencintai dara? tidak dia tidak mencintai Dara , dia tidak percaya dengan cinta dia hanya menginginkan k
Belum juga Adam bilang mengizinkan Dara sudah pergi bersama Morgan. Morgan langsung menggandeng tangan Dara menjauh dari Adam. Namun, Baru beberapa langkah, langkah Morgan dan Dara terhenti tatkala baju bagian belakang Morgan ditarik oleh Adam.Melihat Morgan berhenti membuat dara pun menoleh ke Morgan yang mengisyaratkan dirinya bertanya-tanya kenapa Morgan malah berhenti?Lalu Dara pun menyadari, jika baju bagian belakang Morgan dipegang oleh Adam."Om, apa-apaan sih? lepasin baju Morgan!'' titah Dara kepada Adam. Jangan lupakan ia memasang wajah kesal."Aku nggak izinin kalian pergi, tapi kenapa kalian malah pergi?'' Ujar Adam dengan dinginnya. Seraya tatapannya mengarah pada Morgan. Tatkala Morgan menoleh membalikkan tubuhnya jadi berhadapan dengan Adam.Morgan bersikap santai, dia memang tidak pernah ada sopan-sopannya terhadap orang yang usianya di atas dirinya. "Lagian, kenapa om harus larang dara? Om kan hanya omnya nggak ada hak sepenuhnya pada Dara,'' ujar Morgan dengan perc
Mery langsung menoleh saat mendengar seseorang bertanya padanya. Tentunya ia mengenali pemilik suara tersebut. Ia terkejut dan langsung menyembunyikan handphone miliknya.Dara yang awalnya tersenyum berubah jadi terdiam saat melihat respons Merry yang terlihat ketakutan serta terkejut."Dara," seru Mery."Kenapa kamu begitu terkejut? Apa benar itu kekasih mu?" Tanya ulang Dara ia lalu mendekatkan posisi duduknya."Mmmm, bukan, ini ... Ini....""Jujur aja, mer. Tega ih gak kasih tahu. Kapan-kapan boleh dong kita double date.""Ini bukan pacar ku, Dar. Dia....""Ayolah! Jangan disembunyikan kaya gini. Kenalin ke aku dong. Apa mungkin aku kenal orangnya?" Tanya Dara seraya memotong perkataan Mery.Mery ke susahahan menelan Salivanya, bagaimana ia menjawabnya? Bagaimana ia mengatakan jika orang yang baru saja menelepon dirinya adalah Morgan? "Kenapa diam, sih!" Seru Dara seraya menepuk bahu Mery.Mery langsung terperanjat kaget. "Wajarlah aku diam, orang yang tadi telepon bukan pacarku.
Dara menarik lengan Adam. Ia membawa Adam menjauh dari keramaian kampus. Adam terus menatap ke arah lengannya yang dipegang Dara. Sungguh ia bahagia bisa dipegang Dara.Setelah mereka berada di tempat sepi, lebih tepatnya di samping gedung kampus. Dara langsung melepaskan pegangannya dan menghentikan langkahnya."Ubah penampilan, om. Jangan seperti ini." Ucap Dara seraya memalingkan wajahnya. Jangan lupa tangannya ia bersidekap tangan di atas perut."Ubah?" Tanya ulang Adam dengan kening yang berkerut.Adam mengerti dengan maksud Dara. Tapi kenapa harus? Bukannya Dara harusnya senang melihat dirinya berubah? Bukankah selama ini dia selalu mempermasalahkan penampilannya? Lalu kenapa setelah ia berubah malah meminta dirinya seperti dulu? Adam begitu banyak pertanyaan dalam hatinya. Hingga Adam bisa menarik kesimpulan saat kalimat selanjutnya Dara ucapkan.Hal ini justru membuat dirinya tersenyum tipis. "Om sengaja mau menggoda para wanita di sini? Apa Om tidak sadar setiap wanita di k
Di kampus, semua mata tertuju pada Adam. Mereka terkesima dengan penampilan baru Adam. Tatapan orang-orang itu tidak luput dari tatapan Dara. Entahlah! Dia kesal sendiri melihat mata memuja dari para wanita. Tak terkecuali Mery ia pun sama halnya terpesona.Dara tidak suka melihat tatapan para wanita itu. Tatapan yang membuat hatinya terasa terbakar. Ia pun berpikir jika Adam sengaja tebar pesona. "Dasar om-om ganjen!" Gerutu Dara dalam hati.Mery yang melihat wajah Dara di tekuk seperti itu meninggalkan sejuta tanda tanya. Ada apa gerangan yang membuat temennya itu seperti ini."Kamu kenapa? Muka ditekuk kaya gitu? Apa karena Morgan belum datang? Tenang saja, sebentar lagi dia pasti datang. Tadi dia baru bangun," Ucap Mery, namun tiba-tiba Mery menutup mulutnya. Ia sepertinya merasa salah bicara.Wajah di tekuk Dara seketika berubah keterkejutan. Saking terkejut keningnya sampai berkerut. "Tadi kamu bilang apa? Baru bangun? Tahu dari mana?" Tanya Dara penuh kecurigaan Mery langsung
Adam ikut terdiam saat melihat Dara terdiam. Adam Lalu menatap tampilan dirinya. Apa mungkin ada sesuatu yang aneh? Hingga Dara menatap dirinya segitunya.Namun, Adam merasa tidak ada yang aneh. Ia lalu mengibaskan tangannya di depan wajah Dara. Berharap Dara tersadar tidak terus melamun.Bukannya tersadar, Dara justru semakin terdiam membisu dengan mulut yang terbuka lebar. Baru saat Adam menyentuh pipi Dara, Dara sadar. Dara pun langsung merutuki dirinya sendiri karena sudah terpesona pada Adam.Dara tidak terima karena dirinya sudah terpesona. Padahal bagaimanapun penampilan Adam, ia tidak boleh terkecoh, ingat ia memiliki Morgan yang tengah menunggu dirinya."Kamu sengajakan berpenampilan seperti ini? Kamu mau menggodaku? Hah, sorry aku gak akan tergoda. Di mataku kamu tetap pria kolot!"Dara langsung melengos meninggalkan Adam. Adam termangu tidak mengerti maksud perkataan Dara, menggoda? Mendadak wajah Adam berubah sedih. Ia pikir dengan mengubah penampilannya Dara bisa meneri
Dara tidak bisa tidur ia berusaha untuk memejamkan matanya namun sayangnya rasa kantuknya hilang Ia hanya bisa berguling sana berguling sini tidak karuan.Perlakuan manis Adam berhasil membuat hatinya sedikit goyah, hatinya merasakan sesuatu yang sejak dulu memang ingin ia dapatkan. Perhatian. Selama ini kedua orang tuanya terlalu sibuk dan banyak menuntut ini itu.. meskipun Dara tahu perintah orang tuanya baik. Namun, ia tidak suka. Dia tidak suka untuk diperintah.Dara mengacak-acak rambutnya, ia lalu menggeram Frustrasi. Ia ingin tidur, ingin melupakan apa yang terus saja ia pikirkan."Ya Tuhan, ada apa denganku? Kenapa pria Kolot itu terus mengganggu pikiranku? Kenapa?" Racau DaraDara menghela napas kasar, ia lalu menatap langit-langit rumahnya. Tiba-tiba ia kembali teringat seharian ini Adam mengurusnya. Bahkan ia sampai lupa kemarahannya pada sang mama. Saat pikirannya tertuju pada Adam, ingatan lain muncul. Ia lupa perjanjian mereka sudah berjalan berapa hari.. saking tidak
Sudah tiga jam lamanya Dara mengurung diri di kamar, Adam mulai khawatir. Pasalnya Dara belum makan dan keadaan Dara yang memang kurang sehat.Adam berdiri di depan pintu kamar, dengan sebuah kunci cadangan tergenggam di tangannya. Ia bermaksud untuk membuka pintu tanpa seizin Dara. Sebab Adam yakin jika dirinya mengetuk pintu dan meminta izin masuk tidak akan diizinin masuk.Pintu terbuka, Adam bisa melihat jelas tubuh Dara yang meringkuk di atas kasur. Tidak ada pergerakan, sepertinya ia tidur. Pikir Adam.Perlahan, Adam pun berjalan mendekat ke arah di mana Dara berada. Tepat di samping ranjang, Adam memanggil Dara namun tidak ada respons sedikitpun. Lalu, Adam memberanikan diri untuk menyentuh Dara bermaksud untuk membangunkan Dara. Mungkin dengan disentuh bisa membuat Dara bangun.Karena Dara memakai baju lengan pendek, hingga saat Adam menyentuh lengannya. Adam langsung membulatkan kedua matanya seraya terus menatap Dara. Tubuh Dara kembali panas. "Astaghfirullah, dia demam lag