Home / Romansa / 2nd (second) Destiny / 13. Hobi baru.

Share

13. Hobi baru.

Author: Ryu_kirara
last update Last Updated: 2021-05-26 09:00:00

Ketika dalam perjalanan ke Rumah Sakit,  Sammuel mengalami kejadian tak terduga, terpintas di benak Sammuel terbesit suatu rencara kala melihat gadis kecil yang menjajakan bunga ungu yang menarik pandangan matanya.

Bunga kecil berwarna ungu itu pun menarik perhatiannya.  Sama seperti warna favoritnya.  Warna ungu yang mendominasai biasanya diartikan dengan sesuatu yang misterius, itulah sebabnya Sammuel menyukai warna itu.  Disamping warna gelap yang juga warna favoritnya.

"Berikan aku satu ikat," ucap Sammuel sambil merogoh saku jasnya.

"Ini, Tuan," ucap anak itu sambil menodorkan seikat kecil bunga lavender dengan pita putih melingkar diikatannya.

Sammuel menyodorkan beberapa lembar uang pecahan nominal terbesar yang mana membuat sang anak kaget bukan kepalang. 

"Ini terlalu banyak, Tuan, satu saja sudah cukup. Tapi aku tak mempuny
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • 2nd (second) Destiny   14. Membangunkan jiwa iblis.

    Edward merintis usaha eksport import barang dan jasa sejak masih berusia belia. Bahkan ketika berumur 15 tahun dia sudah mempunyai usaha kasino yang dia kelola dengan bantuan beberapa orang yang dia kenal di jalanan. Edward muda yang tak pernah mengenyam pendidikan yang layak tapi mempunyai pemikiran dan ide yang begitu revolusioner dengan otak encer dan kecerdasan diatas rata-rata untuk anak seumuran dengannya. Klan yang ia dirikan pun lambat laun di kenal dan disegani oleh beberapa Gank besar bahkan merambah ke beberapa negara. Disamping bisnis Legal yang ia kelola ada beberapa bisnis ilegal di dunia hitam yang membuatnya menjadi klan yang tak mudah disentuh maupun disinggung oleh siapapun. Bahkan beberapa kartel di negara latin dan gangster Asia pun mengakui kekuatan klan yang didirikan Edward dan Sammuel. EDSAM Corp. &

    Last Updated : 2021-05-26
  • 2nd (second) Destiny   15. Senandung "Pesta".

    Kejadian tak terduga yang menimpa Sammuel membuat Edward membatalkan beberapa jadwal kerjasama di Negara Jerman dan bergegas berangkat menemui Sammuel setelah mendengar berita yang di sampaikan salah satu asisten pribadinya, Wilson. "Bagaimana keadaan adikku?" pekik Edward sambil memandang tajam kearah Wilson. "Tuan muda selamat, dikarenakan peluru yang seharusnya mengenai Tuan Muda meleset mengenai gadis kecil penjual bunga yang berada di sampingnya," jelas Wilson dengan keringat dingin mengucur di dahinya. "Ta-tapi, Tuan... ," suara Wilson tertahan ketika hendak memeberitahukan lanjutan kabar yang akan dia sampaikan. "Aku mengerti, biarkan saja. Ini resiko mereka yang telah membangunkan iblis yang sedang tertidur," sela Edward sambil tersenyum miring. Edward sudah teramat paham tabiat dari adiknya, Sammuel. Di tempat lain.&

    Last Updated : 2021-08-27
  • 2nd (second) Destiny   16. Sisi Iblis Yang Lain.

    Mobil Sedan mewah keluaran brand ternama membelah jalanan Ibu Kota, diikuti oleh beberapa mobil lain di belakangnya yang melaju beriringan. "Ahh, ternyata aku bau juga," lirih Sammuel sambil membaui kedua ketiaknya secara bergantian. Walaupun jas yang di pakai Sammuel penuh noda darah Levina yang sudah mengering, tetapi bau parfumnya masih menyamarkan bau anyir dari darah itu. "Pakaian ganti Anda sudah saya siapkan di markas, Tuan," sela Wilson yang seakan tau kode dari Tuannya. Sammuel hanya mengangguk pelan sambil menghembuskan napas beratnya."Aahh, apa menu hari ini ya?" pekik Sammuel yang merebahkan tubuhnya kesandaran kursi mobil sambil memejamkan mata. Sedangkan Wilson yang mendengar ucapan Sammuel langsung meremang seketika, Wilson hanya bisa menelan ludah kasar sambil melirik kearah supir yang duduk di sebelahnya yang juga sama-sama melirik Wilson sekilas dengan wajah sedikit keta

    Last Updated : 2021-10-06
  • 2nd (second) Destiny   17. Sisi Iblis Yang Lain (2).

    "Bersenang-senang," jawab lirih Sammuel sambil memakai celemek untuk melindungi tubuhnya. Kemudian mengambil pisau dan memotong lemon yang ia beli menjadi beberapa bagian dan menaruhnya kedalam wadah yang sudah tersedia. Sedangkan beberapa pengawal sudah bersiap di belakang para tawanan yang terikat di kursinya masing-masing. "Sudah siap?" pekik Sammuel sambil memasang faceshield yang membingkai telinganya dan menutupi wajahnya. Sedangkan Wilson masih tak mengerti apa yang akan di lakukan Tuannya ini. Walaupun dia sudah menjadi pengawal Edward dan Sammuel hampir 20 tahun tapi kadang ia tak mengerti jalan pikiran kedua kakak beradik ini yang kadang di luar nalar akal sehat manusia normal. Dua orang bersneli putih berjalan mengikuti Sammuel sambil mendorong troli yang berisi peralatan medis atau lebih tepatnya peralatan yang digunakan untuk operasi. Para tawanan di buka s

    Last Updated : 2021-10-06
  • 2nd (second) Destiny   18. Curiga.

    Setelah membersihkan diri di markas. Sammuel segera menuju ke Rumah Sakit. Dimana sekarang Ada dua orang yang sedang terbaring di ruangan yang berbeda, yakni Risha di kamar Rawat inap yang sudah beberapa bulan ini ditempati dan di ruang ICU yang sudah terbaring gadis kecil yang baru beberapa minggu Sammuel kenal. "Dimana Kakakku?" ucap Sammuel yang tiba di kamar Rawat inap Risha yang kosong dan cuma ada dua orang penjaga saja yang berjaga di depan pintu serta Risha yang masih terlelap di tidur panjangnya. "Sejak Pagi tadi Tuan besar masih belum kesini, Tuan," jawab salah satu penjaga sambil menudukkan kepala kearah Sammuel. "Kenapa akhir-akhir ini Kakak sering sekali pergi mendadak?" gumam lirih Sammuel kemudian meninggakan kamar rawat Risha. Setelah tak berapa jauh, Sammuel pergi bersama Wilson hendak menuju kantor, tiba-tiba smartphone Sammuel berbunyi. Ternyata itu telepon dari sang kakak,

    Last Updated : 2021-10-07
  • 2nd (second) Destiny   19. Siuman.

    Tak terasa hari sudah menjelang Sore. Hidangan makan siang yang tersaji di meja pun masih utuh tak tersentuh. Sammuel sedang fokus dan sibuk dengan segala urusan kantor dan pekerjaannya. Hingga bunyi telepon genggamnya bergetar tanda ada panggilan masuk. Sammuel segera mengengangkat panggilan tersebut dan tak beberapa lama dia segera meninggalkan ruangannya dengan tergesa-gesa. Wilson yang seketika terkejut kala pintu kantor Tuannya terhempas kasar, hanya bisa mengikuti Sammuel di belakangnya dengan pandangan heran dengan penuh tanya. Bahkan Wilson sampai tak sempat membereskan meja kerjanya yang masih berantakan. Yang terlintas di benaknya hanya menyaut benda pipih yang selalu menemaninya setiap saat. Ternyata tujuan Sammuel adalah Rumah Sakit tempat Risha dan Levina dirawat. Wilson sedikit mengerutkan kening kala mengikuti Sammuel yang berlari menuju Ruang Rawat Risha.

    Last Updated : 2021-10-08
  • 2nd (second) Destiny   20. Penghilang Penat.

    Sammuel mencoba fokus dengan pekerjaan yang sudah menumpuk di depannya, tapi lagi-lagi bayangan Risha dan Edward selalu mengganggu pikirannya.“Dia milik Kakakku, bagaimanapun dia sudah milik Kakakku, perasaan apa ini? Jangan-jangan...” seketika Sammuel menggelengkan kepala pelan mencoba menyingkirkan prasangka yang ia buat sendiri. Tetapi kata hati dan perasaannya terasa lain, kenapa ketika berada di dekat Risha begitu berbeda, ada rasa bahagia yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.Sore itu setelah meninggalkan kantor Sammuel menuju ke sebuah Bar yang letaknya tak jauh dari gedung kantor miliknya dan Edward.Setelah berjalan kaki hampir sepuluh menit, Sammuel langsung masuk kedalam gedung Bar yang behiaskan lampu warna-warni itu, Bar tersohor dan terkemuka di Jajaran Bar yang ada di kota yang sangat terkenal dengan Kota Hiburan Malam itu tampak sangat menonjol diantara gedung-gedung lain yang terlihat monoton tanpa hiasan, &n

    Last Updated : 2022-03-23
  • 2nd (second) Destiny   21. Terkejut.

    “Hebat sekali, seharian tak ada kabar,” pekik Edward kala Sammuel baru saja keluar dari ruangan istirahat yang berada di samping ruangan kerja Edward dengan bertelanjang dada dan hanya menggunakan celana boxer pendek saja. Jangan lupakan muka bantal serta rambutnya yang acak-acakan tapi masih mempesona, “Dasar tak tau malu!”Pagi ini Edward langsung menuju kantor setelah menjenguk Risha di Rumah Sakit. Rupanya dia mendapati Sammuel yang masih dikantor dan sedang beristirahat di ruangannya, rupanya Sammuel semalaman berada di kantornya, bahkan ponselnya masih teronggok di atas charger wireless bagai tak tersentuh sama sekali, itu di buktikan dengan beberapa panggilan dan pesan dari Edward yang masih belum terbaca oleh Sammuel.“Kenapa? Pasti terpesona kan? begitu mengagumkan kah melihat deretan coklat sempurna milikku?” sindir Sammuel sambil menenggak satu botol air mineral yang sudah tersedia di atas meja Edward, “Aku hanya mau pamer saja, bukankah pun

    Last Updated : 2022-03-24

Latest chapter

  • 2nd (second) Destiny   159. Masalah Yang Lain.

    “Apa Nona mencari Tuan Samm?” sapa Emily yang datang ke ruang rawat inap Risha dengan membawa seikat bunga mawar putih yang semerbak wanginya langsung memenuhi ruangan itu. Wajah Risha seketika menjadi sedikit bersemu merah dengan sedikit menunduk seolah sedang menghindari tatapan mata dengan gadis cantik yang menjadi sekertaris pribadi Sammuel itu. Bukan karena takut, tapi Risha tahu betul jika berurusan dengan Emily seakan dirinya tengah dikuliti hidup-hidup. Karena Emily bisa tahu betul apa yang sedang Risha pikirkan dan Risha ucapkan dalam hati. Bahkan hanya lewat tatapan mata saja Emily bisa tahu apa yang sedang ada di dalam benak Risha. “Aku hanya sedang melihat keindahan pantai saja, jangan berpikiran yang tidak-tidak dan jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan,” jawab dusta sekaligus sedikit tergugup dari Risha sambil terus menghindari tatapan mata dari Emily. Dapat Emily tangkap semua tanda vital dan gestur tubuh dari Risha yang menyatakan jika gadis di depannya ini sedan

  • 2nd (second) Destiny   158. Pengalihan Misi Lain.

    “Semuanya sudah siap?” pekik Sammuel yang datang ke basecamp Brian dan pasukannya yang sudah terlihat siap siaga dengan pakaian seragam VantaBlack yang lengkap dengan atribut dan senjata sudah di bawa setiap masing-masing personil pasukan yang Brian pimpin. “Semua sudah siap, Tuan. Armada darat, laut, dan udara juga sudah siap menunggu perintah,” jawab Brian yang langsung mendapat anggukan pelan oleh Sammuel. “Baiklah, ayo segera kita selesaikan misi ini. Tetapi, untuk kali ini aku meminta kepada kalian, aku mohon jaga diri kalian baik-baik. Jangan gegabah, ingatlah, nyawa kalian hanya satu tak ada cadangan ataupun gantinya, oleh sebab itu, berhati-hatilah,” ucap Sammuel yang membuat sebagian dan beberapa orang yang menyimak pidato absurb yang singkat dari Sammuel tertawa lirih, Sammuel tahu jika semua yang berada di sana tersenyum hanya saja senyum mereka tak bisa terlihat karena topeng yang mereka kenakan. “Apa aku terlambat?” pekik Kiev yang datang dengan sedikit berlari ke arah

  • 2nd (second) Destiny   157. Dendam Yang Tak Tersalurkan.

    Deru suara tembakan masih saling bersahutan, diiringi dengan beberapa kali terdengar suara ledakan yang terdengar dari kejauhan. “Bagaimana kondisi di sana?” ucap Dimitri sambil memegang earpiece yang terpasang di telinganya. Dimitri masih menyimak suara yang ia dengar dari alat komunikasi yang terhubung dengan beberapa pasukan dan markas pusat dengan di selingi beberapa anggukan kepala serta ke dua matanya masih terus mengawasi dan waspada dengan kondisi di sekitarnya. Demian yang berada di samping Dimitri juga ikut menyimak suara yang sama terdengarnya di alat bantu komunikasi sambil mencocokan dengan iPad yang berada di pangkuannya, rupanya Demian sedang memantau kondisi di sekitar dengan bantuan beberapa drone yang ia terbangkan di beberapa sudut. “Masih ada beberapa musuh dengan persenjataan lengkap di beberapa titik. Melihat dari pola serangan, sepertinya tujuan mereka bukan menyerang pasukan kita, tetapi menurut dugaanku, sepertinya mereka menyasar gudang yang berada di ujung

  • 2nd (second) Destiny   156. Serangan Tak Terduga.

    “Apakah urusanmu sudah selesai, Son?”“Kenapa?” jawab sewot Dimitri yang sedang merakit senjata yang menumpuk dan berada di depannya.“Ibumu sedang mengkhawatirkan kalian. Cepat hubungi dia dan kabari dia, aku sudah lelah di terornya seharian ini, sampai-sampai aku memblokir nomornya hanya untuk pergi ke kamar mandi saja, sungguh menyebalkan sekali,” keluh Sammuel sambil merebahkan tubuhnya di kursi yang berada di samping Demian yang nampak serius sedang menyetel sudut teropong senjata miliknya agar terlihat presisi.Demian menoleh ke arah Dimitri yang masih asik merakit senjatanya tanpa mempedulikan ucapan Sammuel sama sekali, bahkan menoleh sedikitpun tak Dimitri lakukan.“Kenapa lagi dia? Jelek sekali mukanya jika sedang cemberut seperti itu,” sambung Sammuel yang bertanya kepada Demian, yang membuat Demian menoleh ke arah Sammuel yang terlihat mengerutkan keningnya kala memandang Dimitri.“Dia sedang terkena virus malarindu tropi kangen,” jawab spontan Demian tanpa memalingkan muk

  • 2nd (second) Destiny   155. Menjengkelkan.

    “Bagaimana persiapan di Markas, Ben?” ucap Sammuel yang melihat ke arah jalanan yang ternyata sudah mendekati menuju area Markas miliknya. “Semuanya sudah siap, Tuan.” “Baiklah, kita gunakan jalan rahasia di tikungan pertama. Perintahkan pengawas membuka akses ke sana, untuk tamu yang sedari tadi membuntuti kita itu, terserah kalian saja, mau kalian apakan mereka aku tak peduli, hubungi Kiev jika urusannya selesai, aku akan menghubungi Moppie untuk membersihkannya,” jawab Sammuel dengan terus mengawasi pergerakan Klan Hargov yang menyerang bagian timur markas di iPad yang terhubung langsung dengan satelit milik Klan Collins Brothers. “Apa kamu ada acara setelah ini, Ben?” “Sebetulnya saya ingin bergabung dengan Tim Jack, Tuan. Agaknya badan saya sudah terlalu lama tidak berolah raga beberapa waktu ini, ikut andil di Tim Jack mungkin bisa sedikit meregangkan otot-otot saya yang kaku,” sarkas Benny yang sebenarnya ingin ikut dalam misi dari Tim Jack yang sedang menunggu kedatangan tam

  • 2nd (second) Destiny   154. Penuh Kejutan.

    Mobil semi truk berwarna biru dongker itu melaju membelah jalanan ibukota. Mobil yang di rancang khusus untuk misi penyamaran itu bahkan sudah sangat detail sekali segala desainnya untuk menyerupai mobil yang biasa digunakan oleh beberapa masyarakat umum dan kalangan luas. Memang terlihat sangat lusuh dan sangat begitu kotor serta banyak sekali titik noda atau beberapa bagian body mobil yang terlihat berkarat seperti tak terawat, namun itu hanya kamuflase saja untuk menyembunyikan kemewahan dan kecanggihan fasilitas yang terdapat di dalam mobil yang memang dirancang khusus untuk keperluan melarikan diri dan menghindar dari musuh. Mobil berbodi besar dan kekar itu bahkan sering kali digunakan Sammuel untuk misi penyamaran beberapa tahun silam, Mobil RAM pick up yang biasa disebut Dodge RAM ini adalah mobil Double Cabin dengan bagian belakang terdapat bak terbuka yang biasa digunakan untuk mengangkut berbagai barang keperluan, seperti layaknya sekarang ini, di belakang mobil sudah terd

  • 2nd (second) Destiny   153. Tak Ada Yang Beres.

    “Lebih baik, aku bawa dia ke Markas saja, di sana peralatan dan perlengkapan medisnya lebih mumpuni ketimbang di rawat di sini. Lagian aku juga bisa memantaunya sepanjang hari jika aksesnya nanti tak terkendali jarak dan juga lebih efisien menurutku,” ucap Sammuel yang mengembalikan penlight milik Axelo yang di angguki oleh Axelo dan Dorothea hampir bersamaan. “Terserah padamu, Samm. Keputusan mutlak ada padamu, kita hanya berusaha melakukan yang terbaik dan semaksimal mungkin. Untuk kedepannya memang hanya kamulah yang bisa menjaganya,” jawab Axelo yang membuat Sammuel mengerutkan keningnya, kala mendengar ucapan Axelo yang membuat Sammuel berpikir atas jawaban dari pertanyaan abigu dari Axelo. “Baiklah, aku akan mempersiapkan persiapan untuk perpindahan Risha. Tapi apa ada yang sedang mengganggumu, Samm?” lirih Dorothea yang membuat Sammuel langsung menoleh ke arah Dorothea yang sedang berada di samping Axelo. “Entahlah, aku sedang tak bisa berpikir panjang untuk sekarang ini,” ja

  • 2nd (second) Destiny   152. Sudah Terjadi.

    Sammuel terjaga dari tidurnya, mungkin pengaruh efek samping dari obat tidur yang diberikan Dimitri yang membuatnya terlelap begitu nyenyak, entah sudah berapa lama ia terlelap. Terlebih Sammuel merasakan badannya seperti baru saja menemukan sumber tenaga baru kembali.Alarm beserta lampu merah yang terdapat di meja kerjanya sudah menyala dan mengeluarkan bunyi khas yang menandakan jika ada tanda bahaya yang sedang terjadi atau ada sesuatu yang telah menyerang Markasnya.Sammuel beranjak menuju komputer di meja kerjanya yang masih menyala sedangkan laptopnya sudah mati kehabisan daya.Sammuel mengerutkan keningnya, kala melihat jam yang menunjukkan sudah sore hari, sedangkan di ingatannya dia beranjak tidur kala siang hari. Sammuel jadi berpikir, jika tak mungkin jika dirinya istirahat hanya tiga jam saja. Sammuel pernah merasakan bugar seperti ini ketika ia istirahat total selama hampir lima hari lamanya beberapa waktu yang lampau.Sammuel membulatkan mata dan beranjak menuju ke Ruan

  • 2nd (second) Destiny   151. Jalan Pintas.

    “Ayah, Istirahatlah!” lirih Demian menghampiri Sammuel yang sedang bergelut dengan laptop di depannya. Hampir seminggu ini Sammuel tak terlihat beristirahat sejenak, hingga membuat Demian khawatir dengan kesehatan Ayah babtisnya itu. “Sebentar lagi, Son.” Kata-kata itu juga yang selalu Sammuel ucapkan hampir seminggu ini kepada Demian, kala Demian menyuruh Sammuel beristirahat. Beberapa berkas memang sudah menumpuk di meja kerja di kantor yang berada di Markas Pusat, bahkan tiap hari pasti data beberapa tumpuk lagi berkas yang langsung di tangani Sammuel langsung, Sammuel masih belum bisa kembali ke Kantor EDSAM Corp., karena Sammuel merasa masih belum siap mengenang Edward dan menerima kenyataan Edward sudah tiada. Bayangan kenangan Edward masih menghantui Sammuel kala berada di Kantor yang biasanya di gunakan Edward. Maka dari itu, segala urusan kantor di kirim ke Kantor Sammuel yang berada di Markas Pusat, guna memberikan kenyamanan pada Sammuel kala mengerjakan berkas yang di

DMCA.com Protection Status