"Ayo ikut saya, Tuan King!" ajak Blackhole. Masih dengan rasa tidak percaya, Blackhole terpaksa mengajak Aldebaran pergi dengannya. Awal yang meragukan selalu berakhir dengan tidak baik. Itulah motto hidup Blackhole. Namun karena Aldebaran adalah seorang sniper pilihan Chua dan Raj, maka mau tidak mau Blackhole hanya bisa mencoba mempercayainya. Blackhole berdiri dan berjalan lebih dulu. Di saat yang sama, seorang pria berbadan tegap berlari menghampirinya. Namanya Ezra. Dia adalah asisten Gale. "Tuan Gale, ada berita baik," kata Ezra. Gale Tjandra Anggara, itulah nama asli Blackhole. Karena sudah ketahuan, maka dia tidak menutupinya lagi dari Aldebaran. "Ayo, ngomong sambil jalan!" seru Gale. Sejenak, Ezra menjadi ragu-ragu. Dia mengalihkan pandangan kepada Aldebaran.Ezra meningkatkan sikap waspada. "Tapi, orang ini?" "Dia Tuan King. Dia orang sewaan yang direkomendasikan Chua dan Raj," jawab Gale. Dengan tatapan bingung, Ezra berkata lagi, "Saya pikir, dia berusia sekitar
"Aku akan jelasin misi kamu lagi, Tuan King."Ezra berbicara sambil menatap Aldebaran. Lalu, sorot matanya berubah gelap saat memandangi foto Leonard. "Leonard adalah Tuan Muda satu-satunya keluarga Alexander yang arogan dan cerdas. Dia adalah target kamu."Aldebaran merasa Ezra memiliki dendam pribadi dengan Leonard. Tapi dia tidak peduli. Karena dia tidak mengurusi kehidupan pribadi kliennya. Aldebaran mengambil foto tersebut dan memperhatikannya. "Aku ngerti. Aku akan simpan foto ini." "Dia dan Adik perempuan kesayangannya sedang dalam perjalanan ke Kota Moskowーtempat yang akan kita datangi," ujar Ezra. Gale menyeruput kopi. Dia membiarkan Ezra mengatur semuanya."Saat tiba di sana, aku akan atur lokasi penembakan yang strategis. Pastikan misi kamu nggak gagal, Tuan King!"Setiap kata yang Ezra ucapkan membuat Aldebaran yakin kalau pria itu menyimpan keraguan padanya. Aldebaran mendengus dingin."Karena kalo gagal, keluarga kamu jadi taruhannya," imbuh Gale dengan suara parau.
"Moskow, aku di sini!" Aldebaran berseru pelan. Pukul 03:00 pagi waktu Moskow. Pesawat jet pribadi Gale telah mendarat di bandar udara internasional Sheremetyevo Moskow, Rusia. Aldebaran memakai tas ransel dan berjalan keluar dari pesawat jet pribadi Gulfstream G700 buatan negara Georgia."Hemm? Luar biasa!" seru Aldebaran, mengamati suasana di sekitar. "Jam segini bandar udara Sheremetyevo nggak pernah sepi."Bandar udara internasional Sheremetyevo memang bandara terbesar di Kota Moskow. Selain itu, masih terdapat 3 bandar udara lainnya. Yaitu Domodedovo, Vnukovo, dan Ostafyevo. "Ayo, Tuan King!" ajak Ezra. Para pelayan sibuk mengurus barang bawaan Gale dan Ezra. Di belakang mereka, beberapa bodyguard berjaga-jaga.Saat tiba di lobi, dua mobil mewah buatan dalam negeri sudah menunggu mereka. Seorang pria tinggi menyambut Gale. "Halo, Tuan Gale! Selamat datang di Moskow!" serunya dalam bahasa Rusia yang fasih. Pria itu membukakan pintu mobil untuk Gale. "Silakan!"Gale tersenyum
"Olgaf Apartment"Aldebaran berdiri di depan apartemen. Dia membaca papan nama berukiran kayu mahoni di depan pintu masuk apartemen. Olgaf Apartment adalah nama apartemen yang menjadi tempat tinggal sementara Aldebaran bersama Gale dan Ezra. Menurut pembicaraan yang didengarnya, pemilik apartemen ini adalah sepupu dari orang terkaya nomor dua di Moskow. Aldebaran mengeluarkan ponsel. Dia membuka layanan maps. "Sebaiknya aku berjalan ke arah mana, ya?" Setelah Ezra menghampirinya tadi, Aldebaran memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar apartemen seorang diri. Aldebaran membaca maps dengan baik. "Destinasi pertama, aku akan pergi ke Danilovsky Market."Aldebaran mulai berjalan menyusuri jalan raya. Dia berjalan di trotoar. Daun maple yang berjatuhan di tanah, banyaknya bangunan unik dan ketertiban yang terjaga, seolah menambah keindahan ibukota Rusia. Tidak lupa Aldebaran mengambil beberapa potret suasana di sekitarnya. Aldebaran telah berjalan selama 20 menit. Sekarang, dia sud
"Hem? Jadi, mereka berencana menghabisi nyawa Nona ke-3 keluarga Alexander juga?"menjelang jam 10:00 pagi, Aldebaran telah kembali ke apartemen. Dia berhenti di balik dinding pemisah ruang santai dan lorong tempat dia masuk tadi.Saat melepas alas kaki, Aldebaran mendengar pembicaraan Gale dan Ezra di ruang santai. Dia langsung mengganti sepatu dengan sandal. 'Kayaknya misi aku dari Tuan Gale akan bertambah,' pikir Aldebaran. Aldebaran melangkah menuju ruang tidurnya. Dia melewati ruang santai. "Selamat pagi, Tuan Gale dan Tuan Ezra!" seru Aldebaran, menyapa mereka.Aldebaran terus berjalan tanpa menghiraukan mereka. Aldebaran tidak ingin terlibat lebih dalam, maka dia menjaga jarak terhadap Gale dan Ezra. "Hei, Anak Muda!" panggil Gale. Aldebaran menghentikan langkah. Lalu, berbalik. Aldebaran menatap Gale. "Ya, Tuan?"Ezra berdiri sambil bertolak pinggang. "Kamu pikir, kamu di sini buat liburan?!" tanyanya, ketus."Apa ada yang salah?" Aldebaran balik bertanya.Ezra menjadi s
Smartwatch Aldebaran menyala. Dia menekan ikon pesan dan melihat pesan masuk tanpa nama pengirim.Si pengirim: Danilov Monastery sekarang!Sambil menyeruput kopi di tangan kiri, Aldebaran membaca pesan. Setelah meletakkan cangkir kopi, dia membalas pesan. Aldebaran: oke. Aldebaran menutup aplikasi chat. Lalu, menghabiskan kopi dalam satu menit. Andriy bertanya, "Ada apa, Tuan King?" Aldebaran berdiri. "Aku pergi."Andriy menatap kepergian Aldebaran. Dia gagal menggali informasi tentang Aldebaran yang mampu membuatnya penasaran sejak pertama kali bertemu. Aldebaran sudah berada di luar. Dia menyusuri jalan yang tadi pagi dilewatinya. "Jalan pintas yang menyenangkan." Aldebaran melewati sungai Moskow yang indah. Lalu, berbelok ke Danilov Monastery atau biara suci Danilov. Setelah sampai, Aldebaran mencari-cari keberadaan Ezra. Karena dia yakin, Ezra adalah orang yang mengirimnya pesan.Smartwatch Aldebaran menyala lagi. Si pengirim: Berputarlah 90° sesuai arah jarum jam! Lalu,
"Pergi dan jangan membuatku malu!"Olgav terus marah-marah sampai wajahnya memerah. Mata indahnya memelototi para bodyguard."Tapi, Nona ...." Sejenak, bodyguard tampak ragu-ragu. Pasalnya, mereka tidak berani membantah ayah kandung Olgav. Yaitu Yeva Dmitrov. Olgav Dmitrovka adalah anak pasangan Yeva Dmitrov dan Helena Yusefa. Keluarga Dmitrov adalah penguasa bisnis di Kota Moskow. Bisnis properti keluarga Dmitrov merambah hingga ke Kota St Petersburg dan Sochi. "Harus berapa kali aku bilang, dia temanku," ujar Olgav, ketus. Wajah Olgav masam. Dia telah membuat kesalahan pada Aldebaran, tetapi para bodyguard justru menambah masalahnya. "Pergi berjaga-jaga kayak biasa sana!" usir Olgav."Baik." Para bodyguard tidak tahu harus berbuat apa lagi, selain menuruti keinginan Nona mereka. Para bodyguard pergi meninggalkan lokasi yang semakin ramai karena Olgav berhasil menyita perhatian publik. "Maaf, Tuan King," ucap Olgav, menyesal. "Maaf udah buat kamu merasa nggak nyaman.""Kayakn
"Kalo dilihat dari samping, cewek ini bener-bener mirip sama dia. Apa iya, cewek ini ...."Aldebaran berkata dengan suara yang rendah. Dia memotret seorang gadis yang mirip dengan perempuan pemilik gelang yang ditemuinya di pesawat. Namun, dia tidak memotret wajahnya. Jadi, Aldebaran hanya bisa menebak-nebak saja. Merasa Aldebaran sedang kebingungan, Andriy langsung bertanya, "Tuan King, kenapa? Apa ada masalah?""Ah, nggak," jawab Aldebaran buru-buru. "Tadi kamu bilang mau bantu aku, kan?""Benar, Tuan King."Sebenarnya sejak pertama, Andriy ingin menjadi partner Aldebaran. Itu bukan kemauannya, tetapi kemauan Gale. Namun ternyata, Aldebaran sangat sukar didekati dibandingkan dengan sniper bayaran terdahulu.Sikap Aldebaran yang cenderung dingin dan tertutup membuat orang-orang segan mendekatinya. Sesuai dengan niatnya, Aldebaran mulai memanfaatkan Andriy. Dia ingin menggali informasi sebanyak mungkin dari Andriy. Dia berharap, Andriy berguna baginya. "Kamu tau, siapa Nona Zoya?"
Aldebaran berlari masuk ke toilet wanita. Brak! Aldebaran membuka pintu toilet dengan kasar. Dia mengedarkan pandangan ke segala penjuru toilet. Namun, tidak menemukan siapapun."Anda di mana, Nona?" tanya Aldebaran. "Nona? Anda dengar saya, nggak?""Saya di sini, Tuan. Di toilet paling ujung sebelah kanan," jawab si wanita.Aldebaran bergegas ke sana. Tidak lama, dia melihat Zoya.Zoya tersungkur di lantai sambil mengaduh. Sementara si wanita menyanggah kepala Zoya dengan tangan kirinya agar tidak membentur dinding."Apa yang terjadi?" tanya Aldebaran, tidak sabat."Kamu?" Zoya terkejut saat melihat Aldebaran baginya tidak asing."Saya bantu berdiri," ujar Aldebaran. "Tuan, sepertinya kaki Nona ini terkilir," kata si wanita."Baiklah. Saya akan menggendongnya."Aldebaran melangkah mendekati Zoya dan wanita tadi."Permisi, saya akan membawa Nona ini keluar dari sini," ujar Aldebaran."Ya," jawab si wanita sambil berdiri dengan perlahan."Maaf, siapa nama Anda, Nona?" tanya Aldebara
Aldebaran mulai menikmati menu pesanannya sambil sesekali melirik Zoya. Pengunjung yang tidak begitu banyak, jadi memudahkan Aldebaran mendengar semua perbincangan mereka."Zoya, bagaimana dengan baletmu diBolshoi?" tanya Cornelia."Aku berhenti.""Hah? Apa?" teriak keempat wanita serempak."Kenapa, Zoya?" tanya Amanda yang sejak tadi hanya terdiam.Zoya bertanya balik, "Apa peduli kamu, Kak?""Hah? Kamu bilang, apa peduliku?" Kedua mata Amanda membulat sempurna."Benar. Karena selama ini, kamu cuma sibuk sama dunia kamu sendiri!" seru Zoya sambil membenarkan anak rambutnya yang menutupi mata."Tapi, Zoya....""Manda, cukup! Jangan buat kegaduhan di restoran ini!" Dia adalah Natasha. Penampilan Natasha elegan dengan rok hitam bergaris yang panjangnya selutut dan dipadu dengan atasan sabrina berwarna merah muda."Tapi, Kak....""Stop!" seru Natasha lagi. "Kami semua tahu sikap pemberontak kamu di keluarga!"Aldebaran tampak tidak tenang melihat Amanda terpojok seperti itu. "Wanita
"Bagaimana jika di sini, Tuan?" Carla menunjuk dengan sopan tempat duduk dekat jendela di sisi kirinya."Hmm, nggak masalah," sahut Aldebaran, menyetujuinya.Carla berkata dengan sopan. "Kalau begitu, silakan duduk! Ini buku menunya. Jika sudah siap memesan, silakan panggil saya atau pelayan lainnya, Tuan!""Oke," jawab Aldebaran datar.Setelah Carla pergi, Aldebaran melirik dua meja di barisan depan. "Aku pikir, suasana restoran Italia ini formal, tapi ternyata nggak." Aldebaran menatap empat wanita yang duduk di meja barisan depan. "Homey and cozy banget di sini!" seru Aldebaran sambil terus menatap keempat wanita."Tapi, di mana Zoya?"Kedua mata Aldebaran tidak berhenti mencari-cari Zoya yang sedari tadi tidak terlihat. Aldebaran mengenal keempat wanita yang sedang berbincang sambil sesekali tertawa."Zoya!" Wanita bermata bulat meneriakkan nama Zoya. Dia adalah Cornelia. Cornelia berdiri dan diikuti ketiga wanita lainnya."Hai, Onel!" Zoya memeluk wanita Cornelia. "Gimana
Aldebaran sedang memegang gelang milik Zoya di tangan kirinya sambil terus berbicara seolah-olah itu adalah Zoya, si Nona ketiga keluarga Alexander.Ponsel Aldebaran menyala. Tertera nama Nico di layar. Aldebaran membuka pesan dengan tidak sabar.Nico : Saya akan mengirimkan jadwal Nona Zoya segera.Aldebaran : Sekarang!Nico : Baik, Bos.Aldebaran masih menunggu hasil Nico dengan sabar. Dia bersiul-siul di dalam mobilnya sambil sebuah yang sedang diputar.Nico: Bos, Anda sudah membaca pesan saya yang terakhir? Cepat respon saya.Aldebaran tersentak membaca pesan terakhir Nico. "What? Really?" Aldebaran terperangah saat membaca pesan Nico yang berisi tentang kegiatan Zoya untuk satu minggu ke depan. Dia menggelengkan kepala karena sangat puas dengan hasil kerja Nico. Aldebaran: Oke. Kerja bagus!Nico: Thank you, Bos. Apa masih ada lagi tugas buatku?Aldebaran: Tunggu job selanjutnya!Nico: Oke, Bos.Aldebaran tiba di apartemennya menjelangsenja. Dia merasakan sepi tanpa Shania.Al
Mau tidak mau, Aldebaran bangun dan duduk di samping Shania. Dia meraih ponsel yang tergeletak di atas meja.Aldebaran membaca satu pesan masuk yang memang sudah dia tunggu-tunggu sejak lama.Nico: Bos, Nona Zoya udah kembali dari Rusia. Saat ini sedang berada di kediamannya.Aldebaran membaca pesan dari Nico dengan jantung berdebar dan mata yang berbinar. Dia segera membalasnya.Aldebaran: Cari tau semua kegiatan Zoya!Nico: Oke, Bos!Aldebaran lega seketika. Dia tidak berhenti tersenyum sambil membayangkan wajah cantik Zoya."Kells? Kamu kayaknya happy banget?"Aldebaran tidak menjawab. Dia mendaratkan bibirnya di kening Shania. Lalu meletakkan kembali ponselnya ke tempat semula.Shania menutup kedua matanya sejenak. "Sebentar, Kells. Kayaknya ponselku berdering." Shania bergegas bangun dari sofa dan berjalan ke kamar untuk mengambil ponselnya."Itu pasti keluarganya," gumam Aldebaran sambil mengikuti langkah Shania.Shania meraih ponselnya di atas meja nakas. Wajahnya berubah teg
"Hmm, sini!" seru Aldebaran, tersenyum tipis.Shania berjalan, lalu berdiri di samping Aldebaran. "Aku lapar," katanya, pelan. Aldebaran membelai rambutnya perlahan. "Kita pesan makan aja, ya? Kamu mau makan apa?""Beef burger with corn soup," jawab Shania dengan lancar."Cuma itu?""Ya," sahut Shania sambil memeluk perut Aldebaran. "I want you more!""Hmm? Are you ok, Sha?""Ho-oh," jawab Shania.Aldebaran tidak menanggapinya. "Oke, aku pesan dulu," ujarnya sambil mengeluarkan ponsel dari saku celana "Oh iya, kamu jangan keluar dari sini sebelum aku kasih izin!""Kenapa?""Ini perintah, ok!" Aldebaran menjawab dengan cuek Kedua alis Shania terangkat. "Sejak kapan kamu berani memerintahku?"Aldebaran menatap Shania sebelum akhirnya menempelkan bibirnya ke gadis itu."Sejak apa yang kita lakukan tadi di kamarku," jawab Aldebaran sehingga membuat Shania tersipu malu. Shania menunduk. "Aku mandi dulu.""Kamu bawa baju ganti, nggak?""Nggak," jawab Shania, panik. "Terus, gimana?""Ten
"Nggak, Manda. Kells bukan tukang kebersihan. Tapi dia...""Cukup, Onel! Kamu jangan belain dia! Orang kaya raya seperti kita, nggak pantas bergaul sama dia. Ngerti?!""Hei, Nona Manda!" seru Aldebaran, tidak sabar.Aldebaran tidak bisa tinggal diam mendengar Amanda yang selalu merendahkannya. "Nona, begini kah cara keluarga Alexander mendidik kamu?"Amanda melotot dan siap mengarahkan tangannya ke wajah Aldebaran. Namun, hal tidak terduga terjadi di luar prediksinya."Aaarrghh!" Amanda meringis kesakitan. Aldebaran menangkap tangan Amanda yang ingin menamparnya."Kebiasaan kamu nggak berubah, Nona!" seru Aldebaran, ketus. Amanda berteriak, "Lepasin!" Dia menahan rasa sakit di pergelangan tangannya."Hilangin kebiasaan nggak baik itu dari sekarang atau aku nggak akan lepasin kamu!""Kells, lepasin tangan Manda!" pinta Cornelia."Nggak!""Kells...." Cornelia memasang wajah memelas. Aldebaran merasa tidak enak hati padanya. Dia segera melepaskan tangan Amanda dari genggamannya. "Ka
Nico: Nona Zoya belum pulang dari Moskow. Dan sepertinya, Tuan Sultan lagi nyari seseorang yang udah menolong putrinya.Aldebaran membaca satu pesan masuk dari Nico dengan jantung berdebar. Dia segera membalasnya.Aldebaran: Terus?Aldebaran melihat Nico sedang mengetik pesan. Dia menunggunya dengan sabar. Nico: Tuan Raga mencoba merebut posisi Tuan Sultan di perusahaan keluarga. Nico: Itulah sebabnya, Tuan Raga mengincar seluruh nyawa keturunan Tuan Sultan. Karena Tuan Raga nggak mau ada seorang pun yang mewarisi seluruh aset keluarga Alexander, selain dia dan keturunannya.Aldebaran menghela napas. Lagi-lagi masalah harta dan kedudukan. Aldebaran: Cari informasi tentang kepulangan Nona Zoya dan peluang malamar pekerjaan bodyguard-nya!Nico: Ya, Bos.Rumitnya permasalahan keluarga Alexander membuat kepala Aldebaran berdenyut. Harta berlimpah dan kekuasaan menjadi bumerang bagi siapa saja. Tidak peduli akan kenyataan bahwa di dalam diri mereka mengalir darah yang sama.Aldebaran ke
"Asal kamu tau, itu adalah kegagalan pertama dalam hidupku selama jadi sniper bayaran."Kata-kata Ron barusan menyadarkan Aldebaran dari lamunannya. Aldebaran masih tidak percaya dengan kenyataan. Sambil menatap Ron, Aldebaran berpikir, 'Jadi, sniper yang aku lihat di gedung pencakar langit itu adalah Red Devil alias Ronald Syahputra?! Nggak bisa! Aku nggak bisa biarin seseorang mengincar nyawa Zoya.'Bruk!Ron melepaskan cengkeramannya. "Kamu mau tau, apa yang akan aku lakuin dengan uang sebanyak itu?!"Aldebaran tidak bersuara. Itu karena benaknya dipenuhi oleh sosok Zoya. Hatinya benar-benar gelisah mendengar pengakuan Ron tadi. "Aku mau pensiun dari pekerjaan laknat ini," kata Ron, selanjutnya. Kini, tatapan Aldebaran dan Ron beradu. "Serius?!" tanya Aldebaran.Ron tidak menjawab. Dia menatap Aldebaran dalam diam. Aldebaran mendekati mobil Ron, lalu menendang ban bagian belakang. "Heh, kamu ngapain?!" tegur Ron. "Ban mobil kamu kurang angin," jawab Aldebaran, santai. Ron se