Di tempat lain, dua orang laki-laki tengah gelisah menunggu bos mereka datang. Karena sejak kemarin atasan mereka itu selalu beralasan untuk datang ke tempat mereka."Telepon lagi, gih! Penting ini masalahnya," titah salah satu dari keduanya."Kamu teh enggak dengar si Bos bilang apa tadi? Dia bakal
Jadi, Lu mau apa?" tanya Ajun begitu Dimas usai menceritakan kegalauannya.Ajun yang sejak awal merintis usaha itu bersama dengannya cukup terkejut mendengar pengakuan Dimas yang mengatakan ingin mundur dari usaha mereka itu hanya karena seorang gadis."Bingung aku," cicitnya pelan."Gue jadi penasa
Di rumah sakit tempat Salma di rawat, Yuni dan Rusman tengah menerima tamu dari kampung halaman yang berniat menjenguk Salma. Hanya tetangga terdekat dan kerabat saja, termasuk Wak Harjo dan juga Ikah beserta suaminya. Rombongan tamu mereka itu pun tak lama berada di sana sebab peraturan rumah saki
"Ya Allah, andai penyakit ini adalah sebagai jalan pengugur semua dosaku, aku ikhlas ya Allah .... Aku tak meminta Engkau akhiri dengan segera derita ini, hanya aku mohon kuatkanlah aku untuk terus mampu menjalani semua ini dengan ikhlas hati dan rasa syukur." air mata mendesak keluar dari kedua sud
Hari-hari berlalu sebagaimana mestinya, waktu bergulir dengan begitu cepatnya. Usai menggelar acara 7 hari tahlilan untuk Hani, keesokan harinya Iroh dan juga Roji bersiap pergi ke kota karena kondisi Salma yang kian menurun.Sedari habis subuh, mereka sudah bersiap. Segala pikiran buruk memenuhi pi
Di kafe Syafa, kedatangan karyawan baru pindahan dari restoran cabang milik ayahnya. Kepindahan karyawan bernama Bintang itu tak lain alasannya adalah karena sang karyawan berstatus calon mahasiswa yang mengambil kerja part time. Di samping itu, lokasi kost-annya berada lebih dekat jangkauannya dari
"Dim ... Kenapa diam? Kamu gak sedang merahasiakan sesuatu dariku, kan?" selidik Rahma dengan mata memicing melihat dengan jelas perubahan air muka Dimas.Diperhatikan begitu intens membuat Dimas salah tingkah, ia tergagap lalu melengos membuang muka agar Rahma tidak semakin curiga dengannya."En-en
Santi menjatuhkan dirinya di atas kasur, hari yang melelahkan baru saja ia lewati. Ia menatap bajunya yang membias warna kuning akibat siraman jus jeruk di kafe tadi.Segera melepas jilbabnya, mengambil handuk lalu bergegas membersihkan diri.Usai membersihkan diri, terdengar suara ibunya mengucap s
"Masya Allah, alhamdulillah, terimakasih banyak Wak, Bi. Neng, bahagia sekali," ujar Santi sepenuh hati menatap sayang kepada keluarga ayahnya itu satu persatu. Sampai kepada Rida, Santi teringat akan pesan yang dikirimkan oleh Bintang tadi."Oh iya, Neng teh sampai melupakan sesuatu," lanjutnya mem
Kunjungan keluarga Bintang ke rumah sakit tempat dirawatnya Santi tak hanya sekedar kunjungan biasa. Rupanya, terjadi pembicaraan serius antara Rusman dan Hendrawan terkait kelanjutan rencana pernikahan anak-anak mereka.Semua sudah dibicarakan dan tanggal pun sudah ditetapkan, yaitu 2 minggu lagi m
"Hayuk masuk atuh, kita sarapan dulu!" ajaknya usai memeluk Aisyah dan Linda bergantian. Bahkan, Hendrawan pun dia perlakukan bak anak sendiri."Kebetulan kita belum sarapan, Ni," balas Hendrawan yang segera melangkah masuk ke dalam rumah diikuti yang lainnya.Mereka bercengkerama selayaknya keluarg
"Sudah siap semua, A'?" tanya Hendrawan kepada Bintang yang tengah memakai sepatunya.Bintang mendongak menatap ayah sambungnya yang sudah terlihat semakin segar setelah 2 hari dia tunggui di rumah. Rupanya, sakitnya Hendrawan hanyalah penyakit malarindu kepada anak-anaknya saja. Setelah Bintang dan
Dalam pikirannya, kuliah dan mendapat gelar itu adalah penunjang langkah menuju sukses yang dia inginkan. Meski jalan yang dilalui tak mudah, tetapi memiliki ijazah sarjana adalah merupakan salah satu batu loncatan menuju puncak kesuksesan. Berbeda dengan Ikhsan yang memilih memgembangkan skil yang
Bintang membawa langkah dengan pasti saat burung besi yang mengatarnya pulang ke tanah air telah berhenti sempurna. Menderap langkah semakin cepat usai mengambil koper miliknya menuju pintu keluar bandara.Setelah hampir 5 jam di udara, akhirnya kakinya menapak tanah air dengan selamat. Namun, perja
Mau tak mau Santi pasrah juga, mengalungkan tangan di leher sang ayah yang terasa semakin tua itu. Menatap wajah lelaki hebatnya itu dalam-dalam. Sudah banyak keriput menghiasi wajah bapaknya, menandakan bahwa bapaknya tak lagi muda. Namun demikian, bapaknya masih kuat menggendongnya sampai ke toile
Waktu berputar begitu cepat, tanpa terasa mentari dengan cepat menghapus pekatnya langit malam. Usai sholat subuh, Bintang dengan segera bersiap untuk pulang ke tanah air. Mendapat penerbangan pagi membuatnya semakin tak sabar untuk bertemu dengan orang-orang yang dia rindukan.Dengan diantarkan ol
Di belahan bumi lain, Bintang tengah bersiap untuk kepulanganmya esok hari. Mengemasi beberapa pakaian yang akan dia bawa pulang. Kepulangannya kali ini bukan untuk tak kembali, karena masa pendidikannya juga belumlah usai."Berapa lama kamu di rumah, Tang?" tanya Abdi yang melihat rekan satu aparte