"Oh, saya Aretha, pemilik PT. Incury yang akan menggunakan jasa kalian. Selamat datang di Batam!" sambutnya ramah dengan mambalas uluran tangan Adji sesaat kemudian beralih pada Haikal.Usai berkenalan, Aretha mempersilahkan Adji dan Haikal duduk. Meski, ketampanan Adji sedikit membuyarkan konsentra
"Pak, ke Villa Panbil, ya!" titah Adji begitu dia masuk ke dalam taxi yang dipesannya."Baik, Bang." sahut sang driver kemudian mulai melajukan mobilnya.Adji meninggalkan Haikal yang merengut kesal karena tidak boleh ikut dengannya, mau tak mau Haikal harus menikmati malam di Batam ini seorang diri
El dan Arya saling melempar tatap tanpa suara, lalu justru memanggil anak perempuannya."Sya!" panggil sedikit keras, membuat Adji benar-benar ketar-ketir dibuatnya."Lebih baik ngedepin hacker dengan segala kerumitannya daripada ngadepin calon mertua," gumamnya dalam hati."Ya, Pa!" sahut Syafa yan
Sampai di ruang makan, aneka hidangan sudah tersaji di atas meja. El segera mengambil posisinya, dengan Zahra di sebelah kanan dan Arya di sebelah kirinya. Adji mengambil posisi di sebelah Arya dan Syafa di sebelah Zahra. Sedang, anak bungsu keluarga itu memilih tidak ikut bergabung karena sudah mak
Sepulang dari Batam, Adji segera membahas usulan papa Syafa kepada keluarganya. Sedikit merasa tidak enak dan kikuk sebab hatinya mulai goyah dari rencana semula, tapi bukankah rencana manusia belum tentu terjadi jika Allah tak berkehendak? Pun sebaliknya, apapun akan terjadi jika Allah yang mengger
Mereka lantas tertawa, Yuni dan Rusman pun ikut tertawa oleh kehebohan Anisa yang mendeklarasikan diri sebagai kakaknya Yuni tersebut. Ada-ada saja kelakuan orang kaya."Ini semua buat kita, Teh?" tanya Yuni menunjuk semua barang bawaan Anisa."Tentu, semua ini Nicole yang beli. Katanya, mau belajar
Waktu bergulir begitu cepat, tak terasa dua minggu telah berlalu. Sesuai kesepakatan bersama, acara lamaran sekaligus pertunangan Adji dan Syafa di gelar di Bandung. Tepatnya, di rumah tinggal Syafa. Hampir seluruh keluarga Adji ikut datang melamar Syafa, kecuali Rukaya, Salma dan Rida. Sedang dari
Meski secara penampilan Hani telah berubah, tetapi watak yang terbentuk sejak kecil tidaklah mudah untuk dirubah. Karena watak itu tidak akan berubah kalau tidak dari dalam diri sendiri yang merubahnya."Teh ... Teteh sakit? Kenapa diam saja atuh?" tanya Wulan dengan polosnya.Mendengar itu, sontak
"Masya Allah, alhamdulillah, terimakasih banyak Wak, Bi. Neng, bahagia sekali," ujar Santi sepenuh hati menatap sayang kepada keluarga ayahnya itu satu persatu. Sampai kepada Rida, Santi teringat akan pesan yang dikirimkan oleh Bintang tadi."Oh iya, Neng teh sampai melupakan sesuatu," lanjutnya mem
Kunjungan keluarga Bintang ke rumah sakit tempat dirawatnya Santi tak hanya sekedar kunjungan biasa. Rupanya, terjadi pembicaraan serius antara Rusman dan Hendrawan terkait kelanjutan rencana pernikahan anak-anak mereka.Semua sudah dibicarakan dan tanggal pun sudah ditetapkan, yaitu 2 minggu lagi m
"Hayuk masuk atuh, kita sarapan dulu!" ajaknya usai memeluk Aisyah dan Linda bergantian. Bahkan, Hendrawan pun dia perlakukan bak anak sendiri."Kebetulan kita belum sarapan, Ni," balas Hendrawan yang segera melangkah masuk ke dalam rumah diikuti yang lainnya.Mereka bercengkerama selayaknya keluarg
"Sudah siap semua, A'?" tanya Hendrawan kepada Bintang yang tengah memakai sepatunya.Bintang mendongak menatap ayah sambungnya yang sudah terlihat semakin segar setelah 2 hari dia tunggui di rumah. Rupanya, sakitnya Hendrawan hanyalah penyakit malarindu kepada anak-anaknya saja. Setelah Bintang dan
Dalam pikirannya, kuliah dan mendapat gelar itu adalah penunjang langkah menuju sukses yang dia inginkan. Meski jalan yang dilalui tak mudah, tetapi memiliki ijazah sarjana adalah merupakan salah satu batu loncatan menuju puncak kesuksesan. Berbeda dengan Ikhsan yang memilih memgembangkan skil yang
Bintang membawa langkah dengan pasti saat burung besi yang mengatarnya pulang ke tanah air telah berhenti sempurna. Menderap langkah semakin cepat usai mengambil koper miliknya menuju pintu keluar bandara.Setelah hampir 5 jam di udara, akhirnya kakinya menapak tanah air dengan selamat. Namun, perja
Mau tak mau Santi pasrah juga, mengalungkan tangan di leher sang ayah yang terasa semakin tua itu. Menatap wajah lelaki hebatnya itu dalam-dalam. Sudah banyak keriput menghiasi wajah bapaknya, menandakan bahwa bapaknya tak lagi muda. Namun demikian, bapaknya masih kuat menggendongnya sampai ke toile
Waktu berputar begitu cepat, tanpa terasa mentari dengan cepat menghapus pekatnya langit malam. Usai sholat subuh, Bintang dengan segera bersiap untuk pulang ke tanah air. Mendapat penerbangan pagi membuatnya semakin tak sabar untuk bertemu dengan orang-orang yang dia rindukan.Dengan diantarkan ol
Di belahan bumi lain, Bintang tengah bersiap untuk kepulanganmya esok hari. Mengemasi beberapa pakaian yang akan dia bawa pulang. Kepulangannya kali ini bukan untuk tak kembali, karena masa pendidikannya juga belumlah usai."Berapa lama kamu di rumah, Tang?" tanya Abdi yang melihat rekan satu aparte