Dak, dik, duk !Jantung Bella berdesir ketika Adrian mengajukan pertanyaan itu kepadanya.Bella baru saja kehilangan calon suaminya, mana mungkin Bella telah menyukai orang lain.Berkali-kali Bella menolak dan tidak mengakui perasaannya. N Y A M A N !Terntu saja rasa nyaman yang dirasakan Bella kepada Rasya tidak bisa dibohonginya.Jantung Bella juga berdetak sangat hebat, ketika Bella berhadapan dengan Adrian."Bella, kamu sudah tidur?" Adrian mengadarkan lamunanku."Bella ..., Bella ...!" Beberapa kali Adrian memanggil namanya, namun ia tidak menjawabnya."Bella, aku tidak tahu kamu mendengarkan ini atau tidak, tapi satu hal yang perlu kamu ketahui, aku teramat sangat menyukai, dan rasa ini telah kupupuk sejak lama. Mungkin kamu berfikir ini gombalan dari lelaki playboy yang baru saja mengenalmu, tapi kaluu kamu mengizinkanku bertemu denganmu, aku akan menunjukkan sesuatu kepadamu. Bukti betapa aku sangat menyukaimu," ucap Adrian lembut namun penuh dengan keyakinan.Bella kikuk,
Rasya membuka kaca mobilnya, dengan senyum ramah dan sopan ia menyapa pak polisi yang kebetulan sedang bertugas itu."Selamat pagi, Pak," sapa Rasya sopan."Selamat pagi, Pak," jawab sang polisi dengan nada suara tegas namun masih terdengar sangat sopan.Sementara Bella, ia menyandarkan tubuhnya di kursi mobil, rasa syok dan takut masih membuatnya diam, ia berusaha mengumpulkab energinya untuk kembali kuat dan bersemangat lagi."Pak, kenapa mobilnya Bapak hampir menabrak tiang lampu merah? Bapak punya SIM?" Polisi memeriksa kelengkapan berkendara Rasya. Setelah berargumen beberapa menit akhirnya Rasya dipersilahkan melanjutkan perjalanan."Lain kali hati-hati berkendara, Pak. Tetap patuh pada rambu-rambu lalu lintas!" ucap sang polisi lagi disela-sela perjalanan."Baik, Pak, sekali lagi maaf dan terima kasih," ucap Rasya sembari tersenyum."Bella, kita langsung ke kantor apa sarapan dulu?" Rasya menatap Bella yang saat ini hanya diam dalam kebisuan."Bell, Bella ...!""Eh, iya, Sya,
Bella menatap Rasya, ia benar-benar sangat bersyukur kalau lelaki itu ada di sini bersamanya. Lelaki yamg teramat sangat memahami Bella."Adrian, tolong, pergilah!"Rasya menarik tangan Bella lembut untuk kembali duduk dan membaur bersama dengan pembeli lainnya.Sementara Adrian, dari sudut yang berbeda lelaki itu akhirnya juga ikut duduk bersama pembeli lainnya."Bell, ini buburnya udah datang, yuk di makan!"Rasya memberikan bubur ayam yang sangat kurindukan itu.Kuciumi baunya, khas dan sangat berberbeda. Perlahan kucicipi bubur ayam itu, hingga mengingatkanku kembali pada masa-masa SMA."Gimana, Bell, enak?" Rasya terua menatapku, pandangannya tidak henti-hentinya memperhatikanku yang tengah asyik menikmati bubur ayam, bahkan ia belum mencicipi bubur ayamnya karena terlalu memperhatikanku."Sya, jangan natapin aku mulu, nanti cantikku hilang!" Canda Bella. Bella tertawa sangat lepas, sungguh terlihat tanpa beban sama sekali, Bella benar-benar terlihat sangat cantik."Maaf, Bell,
Kata-kata Raka benar-benar membuat Adrian kaget, ia tidak menyangka kalau kata-kata itu ke luar dari mulut Raka.Kata-kata yang terdengar horor dan membuat Adrian merinding."Apa?" mata Adrian terbelalak.Dengan tatapan aneh, Adrian ingin sekali tahu, tentang susuatu yang terjadi."Adrian!" Raka mengangkat kedua tangannya, dengan lemah ia memberikan sebuah amplop berwarna pitih kepada Adrian."Apa ini, Raka?" tanya Adrian.Ya, lelaki itu tidak langsung mengambil umplop yang diberikan oleh Adrian. Perasaan Rasya benar-benar sudah tidak enak, ia memang telah feeling sesuatu yang buruk akan terjadi."Bukalah!" ucap Raka dengan nada suara lembut dan mata sayu.Adrian membuka amplop putih yang diberikan oleh Raka.Mata Adrian terbelalak, ia kemudian mengepal kertas itu dan memasukkannya ke tong sampah.Adrian membelakangi Raka, perasaannya saat ini berkecamuk."Adrian!" Raka memegang pundak Adrian dengan lembut."Adrian tolong dengarkan aku!" ucap Raka sekali lagi, namun Adrian hanya diam
Bella membawa lelaki itu kembali berjalan di bawah hunan lebat, ia tidak lagi mempedulikan nilainya D atau mungkin E, baginya yang terpenting saat ini ia harus segera membelikan lelaki itu baju baru agar lelaki itu tidak kedinginan dan sakit."Bella kita mau ke mana?" Dengan nada suara menggigil, lagi-lagi itu protes dan mempertanyakan kepada Bella ke mana Bella akan membawanya."Jangan banyak bertanya, ikut saja!" hanya itu kata-kata yang ke luar dari mulut Bella.Kekhawatiran tengah menyelimuti hati Bella saat ini, bukan karena ia takut terlambat masuk perkuliahan, namun hatinya terganggu dengan wajah pucat lelaki yang saat ini ada di sampingnya."Bella, bukankah kamu akan kuliah?" Lalaki itu menghentikan langkah kakinya dan dengan terpaksa Bella juga menghentikan langkah kakinya."Mas, tolonglah! Kamu jangan banyak bertanya, aku benar-benar sangat khawatir melihatmu sekarang!"Kata-kata spontan yang ke luar dari mulut Bella membuat lelaki itu terdiam, jantungnya semakin berdetak sa
Teriakan manja Bella semakin membuat otak liar Raka yang baru merasakan gejolak asmara semakin menggebu-gebu."Apa masih sakit?" tanya Raka lembut."Udah ngg ...," Belum selesai Bella melanjutkan ucapannya, Raka kembali melanjutkan aksinya, ia kembali mendaratkan bibirnya dengan lembut di bibir Bella. Kali ini Bella berusaha menolak dengan memukul-mukul lembut dada bidang Raka, namun Raka tidak peduli, ia tetap melancarkan aksinya dengan memberikan kelembutan dan kehangatan cinta dan kasih sayang kepada Bella. Hingga tidak ada lagi yang dapat Bella lakukan selain pasrah dan menerima beberapa kali serangan dadakan dari Raka."Mas, belum puas?" tanya Bella. Karena sudah hampir satu jam mereka di mobil, Raka masih tidak mau melepaskan Bella dari pelukannya. Baju basah yang mereka kenakan ketika hujan tadi akhirnya telah mengering karena kehangatan badan masing-masing.Raka diam dan tidak menjawab apapun kecuali mengecup lembut kening Bella. Ia sepertinya sangat bucin dan sangat menyaya
Teriakan Bella tentu saja di dengar oleh Lara yang memang berjaga-jaga di ruangan itu untuk menjaga Bella sembari menyelesaikan pekerjaan kantor yang menumpuk."Bella ..., Bella, kamu kenapa?" ucap Lara sebagai seorang sahabat baik."Aku bener-benar merasa sangat bersalah kepada Adrian, apa kamu bisa menghubunginya, aku ingin berbicara dengannya," ucap Bella dengan nada terisak-isak.Bella sepertinya mulai mengingat kembali momen di mana ia menganggap Adrian sebagai Raka karena kemiripan sifat yang dimiliki oleh dua orang itu. Hingga hati Bella merasa bersalah karena telah membuat Adrian terjebak dari bayang-bayang cinta masa lalunya."Bell, kamu yakin mau bertemu dengan Bapak Adrian?" Lara mencoba memastikan."Iya, benar, tolong panggilkan dia untukku!" Bella memohon sembari mengaitkan kedua tangannya."Baiklah!" Lara segera berlari meninggalkan Bella, ia ke luar dari ruangan untuk melihat ke luar perusahaan, mungkin saja Adrian masih setia menunggu Bella di luar.Sementara Bella, ia
Adrian tidak sanggup melihat Bella jadi lemah seperti itu, ia tidak ingin kesehatan Bella kembali memburuk, hingga ia meminta Bella untuk beristirahat."Adrian, tolong jangan mengalihkan pembicaraan!" ujar Bella dengan gejolak di dada yang telah memuncak."Bella, aku tidak mau kamu kenapa-napa!" ucap Adrian lembut dengan wajah yang penuh dengan kekhawatiran."Adrian, aku ingin tahu tentang semua hal tentang Mas Raka, hal yang selama ini tidak kuketahui, please ...!" Bella mengaitkan kedua tangannya sembari menatap Adrian dengan tatapan penuh harap dan nada suara lemah.Adrian memandang Bella, ia terlihat iba dan tidak tega melihat Bella menangis seperti itu."Bella, sama sepertimu, aku juga tidak tahu kalau Raka sakit. Ia juga tidak memperlihatkan tanda-tanda sakit kepadaku. Aku mengetahuinya sehari sebelum kalian akad nikah. Raka tetap ingin melanjutkan pernikahan kalian, karena ia sangat mencintaimu," jelas Adrian.Rasa cinta yang teramat sangat besar, bahkan lebih besar dari pada
"Kania, Mas yakin kamu akan mendapatkan lelaki terbaik dan terhebat seperti yang kamu harapkan selama ini. Ikhlaskan dia yang telah pergi dan buka hati untuk dia yang nantinya akan mengisi hari-harimu. Mas yakin, wanita baik sepertimu akan mendapatkan lelaki terbaik juga, karena jodoh adalah cermin diri, dan wanita baik-baik akan dipersatukan juga dengan lelaki baik-baik," ucap Arya menasihati ku.Kutatap lelaki itu dengan seksama, penuh kekaguman dan rasa syukur. Ya, akhirnya aku menyadari kalau Arya adalah sosok lelaki yang bisa mengayomiku, ia menasehatiku layaknya seorang kakak laki-laki kepada adiknya, melindungi dan menjagaku seperti saudaranya sendiri. Aku tahu, Arya adalah laki-laki. Ia memiliki naluriah laki-laki, sikap dan jiwa seorang lelaki yang mungkin saja mudah jatuh dan dimanfaatkan oleh wanita yang tidak benar-benar tulus mencintainya. Ia mungkin juga akan tergoda dengan wanita cantik dan seksi seperti sebelumnya, karena tantangan terbesar seorang lelaki yang telah su
"Ma, Bella terkagum-kagum dengan agama islam. Islam begitu memuliakan kedua orang tua dan Mama adalah surganya Bella."Bella bersujud dan mencium telapak kaki mamanya dengan tulus dan ikhlas. "Sayang, apa yang kamu lakukan? Jangan seperti ini, Sayang!" Mama Ratna membantu putri kesayangannya untuk bangun dan bangkit. Beliau memeluk putri kesayanggannya itu. Rasa haru dan bahagia memenuhi hati dan fikiran mama Ratna, betapa ia sangat bahagia dan bersyukur karena memiliki putri yang teramat sangat baik dan berbakti seperti Bella."Nak, kamu benar-benar permata dalam kehidupan Mama dan Papa. Maaf karena selama ini kami membiarkanmu tumbuh sendiri tanpa perhatian dan kasih sayang."Mama Ratna membelai lembut rambut putrinya, matanya mengisyaratkan sebuah penyesalan yang teramat sangat dan keinginan untuk membalas sesuatu yang telah hilang menjadi senyum kebahagiaan untuk Bella."Ma, apa Bella boleh nggak usah ke kantor dulu? Bella ingin fokus di rumah dan belajar agama. Biar Lara saja y
"Tentu jadi, Sayang, nanti kita packing dan membereskan semua perlengkapan travelling," ujar mama Ratna bersemangat."Ma, emangnya Papa mau libur ngantor?" Papa Herman juga salah seorang manusia yang sangat gila dan mencintai pekerjaan, hingga Bella ragu papanya bisa ikut jalan-jalan dengan mereka atau tidak."Tenang, Sayang, perusahaannya 'kan punya kita, jadi tidak ada alasan bagi Papa untuk menolak," terang mana Ratna.Papa Herman menggeleng-gelengkan kepalanya sembari tersenyum melihat dua wanita yang sangat dicintainya itu terlihat bersangat untuk liburan di luar kota.Ya, memang benar, Bella dan keluarganya sudah lama sekali tidak liburan bersama. Setidaknya sakitnya Bella menjadi perekat hubungan keluarga Bella."Terima kasih, Papa." Bella tersenyum dan terlihat sangat bersemangat."Kalau begitu, sekarang Papa ke kantor dulu ya. Papa ingin menyiapkan semua berkas-berkas dan pekerjaan yang tertumpuk sekalian memberikan tugas untuk dikerjakan oleh sekretaris papa selama kita tid
Bella memeluk mama Ratna, ia tidak bisa berkata apa-apa karena saat ini yang bisa dilakukannya hanya menangis."Sayang, Mama ada untukmu."Mama Ratna menepuk-nepuk punggung putri kesayangannya sembari membelai rambut Bella dengan penuh cinta dan kasih sayang."Ma, apa kita boleh berjalan-jalan ke luar kota? Bella ingin sekali liburan dan menenangkan fikiran," ucap Bella lembut namun tersedu-sedu."Tentu boleh, Nak. Bella boleh pergi ke mana saja yang Bella inginkan. Apa kamu pengen ke luar negeri, Sayang?" Mama Ratna ingin mewujudkan semua keinginan anak kesayangannya karena yang terpenting baginya adalah Bella bisa kembali ceria lagi dan bisa tersenyum lagi seperti dulu."Ma, Bella ingin liburan sama Mama dan Papa, tapi Bella ingin di Indonesia saja," terang Bella.Bella menatap wajah mama dengan penuh harap.Mama Ratna kemudian menghapus air mata yang mengalir di pipi putri kesayangannya itu."Sayang, Bella ingin ke mana?" Mama Ratna bertanya dan mendengarkan keinginan putri kesay
Bella tidak peduli dengan pertanyaan Rasya, mau tidur atau berpura-pura tidur saat ini yang ingin Bella lakukan hanya diam sembari menutup matanya."Bella, aku tahu kamu tidak tidur, tapi kalaupun kamu tidur maka beristirahatlah dengan tenang, aku akan membangunkanmu ketika kita telah sampai di rumah," ujar Rasya.Rasya terus melajukan mobilnya dengan hati yang berkecamuk, penuh dengan kegelisahan dan rasa bersalah. Hingga akhirnya mereka sampai di rumah Bella.Rasya menatap Bella, gadis cantik itupun terlihat sangat cantik saat menutup mata.Rasya kemudian menghapus air mata yang sedari tadi membasahi pipi Bella, hati Rasya terlihat sangat hancur karena melihat hal itu terjadi."Bella, kita sudah sampai di rumah." Rasya membangunkan Bella yang sebenarnya tidak tidur itu.Bella membuka matanya kemudian memaksakan dirinya untuk tersenyum. Bella tidak ingin melihatkan wajah murung qtau bersedih lagi kepada Rasya."Sya, kamu harus singgah di rumah, aku ingin membuatkanmu salad buah untu
Mama Rasya menatap Bella dengan lembut dan penuh kasih sayang. Beliau kemudian menggenggam tangan Bella dengan hangat, Bella merasakan ketulusan di sana."Sayang, Mama sangat merindukan Bella, maaf untuk banyak hal dan terima kasih banyak karena masih mau datang berkunjung ke sini."Ucapan tulus yang ke luar dari mulut mama Rasya membuat Bella terharu, hingga tanpa sadar air mata lagi-lagi membasahi pipi Bella.Kutatap mata mama Rasya dengan air mata yang tidak bisa berhenti ke luar dari mataku. Beliau juga melakukan hal yang sama."Tante, apa benar Tante merindukan Bella?"Dengan nada tersedu-sedu aku ingin memastikan tentang apa yang baru saja aku dengar bukanlah mimpi belaka."Tentu, Sayang, hanya kamu seorang gadis yang Tante anggap seperti anak sendiri dan Tante berharap kamu bisa menjadi istrinya Rasya." Secara terang-terangan mama Rasya mengungkapkan apa yang disimpannya di hatinya. Sementara Bella saat ini terlihat haru bercampur kaget."Bagaimana mungkin seseorang yang melar
Sahabat menjadi cinta, itulah hubungan yang dijalani oleh Bella dan Rasya pada awalnya. Jadi, hubungan percintaan mereka semasa SMA tidak lagi jaim-jaiman namun lebih menjurus kepada persahabatan. Saling menyayangi dan saling menjaga, saling mendukung dan selalu bersama dalam berbagai situasi dan kondisi, baik suka maupun duka. Begitulah hubungan Bella dan Rasya pada waktu itu. Hubungan yang membuat iri banyak mata ketika memandangnya."Bell, aku nggak nyangka ternyata kamu merindukan makanan buatanku."Rasya menatap mata Bella dengan takjub, ia tidak menyangka Bella merindukan masakannya. Ya, semasa SMA Bella dan Rasya memang sering bertukar makanan dan saling mencicipi makanan satu sama lain."Sya, tentu saja aku merindukan masakanmu, bahkan kamu membawakan aku makanan seriao hari, bagaimana mungkin aku melupakanny," ujar Bella dengan senyuman."Baiklah, kalau begitu kita kembali ke rumah sakit ya!" Rasya menghidupkan mesin mobilnya dan bersiap untuk melajukan mobilnya kembali ke r
Bella ingin sekali berdiri dan memeluk Adrian, menghapus air mata yang ada di pipi Adrian serta membelai lembut rambut Adrian. Namun apa daya, Bella tidak memiliki tenaga apa-apa untuk melakukan semua itu selain menangis menatapi lelaki yang terbaring lemah dengan banyaknya luka memar di tubuhnya."Bella, jangan menangis!" Adrian mencoba mengangkat tangannya, namun tangannya yang baru saja dioperasi itu tidak bisa digerakkan sama sekali. Hingga keinginannya untuk menghapus air mata Bella menjadi terurungkan. Adrian juga sangat ingin memeluk Bella, menghapus air mata yang ada di pipi Bella, membelai rambut gadis cantik itu dan memberikan semangat kepada Bella.Namun apa daya, Adrian tidak lagi mampu bergerak dan melakukan apa-apa selain berbaring, bahkan untuk berbicara saja Adrian sangat kesusahan."Adrian, cepatlah sembuh! Aku berjanji aku akan memperlakukanmu dengan baik jika kamu sembuh."Dengan membelai tangan Adrian, Bella menatap wajah yang penuh dengan perban itu dengan tangis
Mama Ratna penasaran dengan apa yang terjadi kepada Adrian, bagaimanapun juga Adrian adalah lelaki yang membantu Bella ketika Bella hancur ketika kehilangan kekasih hatinya. Walaupun mama Ratna sangat menyukai Rasya dan berharap dokter tampan itu yang akan menjadi menantunya, mama Ratna tetap tidak bisa melupakan hutang budinya kepada Adrian. Adrian adalah lelaki yang menjadi matahari saat bumi yang ditinggali oleh putri kesayangannya ditutupi oleh awan kelam."Adrian mengigau memanggil-manggil nama Bella."Papa Herma ln berhenti sejenak, beliau sepertinya juga teramat sangat mengkhawatirkan Bella."Bella?" Mata mama Ratna terbelalak, seolah ingin menanyakan sesuatu, namun beliau takut kalau suaminya marah."Kasihan Adrian, Tante, kedua orang tuanya masih berada di luar negeri. Namun, saat ini dia ditemani oleh tunangannya, tetapi Adrian sedikitpun tidak menyebut nama tunangannya," jelas Rasya.Penjelasan Rasya membuat mama Ratna paham, bahwa ada cinta yang tulus dari relung hati ter